You are on page 1of 11

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA

Filed under: keperawatan UMUM Leave a comment February 2, 2011 KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA 1. PENGERTIAN Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman, 1998) Keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiriran dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti, 1994) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. (UU No.10 tahun 1992) 2. TIPE KELUARGA Secara tradisional ; a. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya b. Keluarga besar (extended family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (misal;kakek-nenek, paman-bibi) Dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, tipe keluarga berkembang menjadi ; a. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. b. Orang tua tunggal (single parent family) Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.

c.

Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)

d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone) e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital heterosexual cohabiting family) f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family) 3. TAHAP PERKEMBANGAN Perbedaan tahap perkembangan : Carter dan McGoldrick (family therapy perspective) 1. Keluarga antara : masa bebas (pacaran) dewasa muda 2. Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan 3. Keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai usia sekolah) Duvall (sociological perspective) Tidak diidentifikasi karena periode waktu antara dewasa dan menikah tak dapat ditentukan 1. Keluarga baru menikah 2. Kelurga dengan anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30 bulan) 3. Kelurga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2,5 s/d 5 tahun) 4. Keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6 12 tahun) 5. Keluarga dengan anak remaja (usia anak tertua 13 20 tahun) 6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa (anak anaknya mulai meninggalkan rumah) 7. Keluarga yang hanya terdiri dari orang tua saja / keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan rumah) 8. Keluarga Lansia

4.

Keluarga yang memiliki anak dewasa

5. Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah

8.

Keluarga lansia

Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan : Tahap perkembangan 1. Keluarga baru menikah Tugas perkembangan (utama) Membina hubungan intim yang memuaskan

Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok social Mendiskusikan rencana memiliki anak Mempersiapkan menjadi orang tua Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan Mempertahankan hubungan dalamrangka memuaskan pasangannya Memenuhi kebutuhan anggota keluarga Membantu anak untuk bersosialisasi Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, kebutuhan anak yang lain harus terpenugi Mempertahankan hubungan yang sehat Pembagian waktu untuk individu, pasangan, anak. Pembagian tanggungjawab anggota keluarga Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak Membantu sosialisasi anak Mempertahankan keintiman pasangan Memenuhi kebutuhan yang meningkat Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga Mempertahankan komunikasi terbuka Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga Memperluas jaringan keluarga Mempertahankan keintiman pasangan Membantu anak untuk mandiri

2.

Keluarga dengan anak baru lahir

3.

Keluarga dengan anak usia pra-sekolah

4.

Keluarga dengan anak usia sekolah

5.

Keluarga dengan anak remaja

6. Keluarga mulai melepas anak sebagai deasa

sebagai keluarga baru di masyarakat Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anakanak dan sebaya Meningkatkan kekaraban pasangan Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya Adaptasi dengan perubahan yang terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik, penghasilan keluarga. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat Melakukan life review masa lalu

7.

Keluarga usia pertengahan

8.

Keluarga usia tua

4. STRUKTUR Menurut Parad dan Caplan : 1. Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal. 2. Nilai atau norma keluarga

zMenggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan. 3. Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah ibu, orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti. 4. Struktur kekuatan keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Berdasarkan keempat elemen di atas, diasumsikan bahwa : 1. Keluarga merupakan system social yang memiliki fungsi sendiri

2. Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan masalah individu dan lingkungannya 3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain 4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat Di Indonesia keluarga dikelompokan menjadi 5 tahap : 1. Keluarga Pra-sejahtera Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I. 2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :

Melaksanakan ibadah Makan 2x sehari atau lebih Pakaian yang berbeda intuk berbagai keperluan Lantai rumah bukan dari tanah Kesehatan (anak sakit / pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana kesehatan)

3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, dan dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu : kebutuhan menabung dan memperoleh informasi. Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I ( lihat diatas)

Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x dalam seminggu Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 perorang Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap Bisa baca tulis latin bagi setiap anggota keluarga yg berumur 10 60 tahun Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi

4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan kontribusi yang maksimal kepada masyarakat secara teratur dalam bentuk material dan keuangan, juga berperan serta aktif menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan dan lain-lain. Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III:

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II (lihat diatas) Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah pengetahuan agama Keluarga mempunyai tabungan Makan bersama paling kurang sekali sehari Ikut serta dalam kegiatan masyarakat Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televise, dan majalah Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi

5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun pengembangan,serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III (lihat diatas) Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat Aktif sebagai pengurus yayasan/panti

Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan, Keluarga miskin adalah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I (KS I). Indikator Keluarga Miskin ;

Tidak bisa Makan 2x sehari atau lebih Tidak bisa menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x dalam seminggu Tidak bisa memiliki Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan Tidak bisa Memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun sekali Luas lantai tiap penghuni rumah kurang dari 8 M2 perorang Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas tidak mempunyai penghasilan tetap Anak usia sekolah (7-15 tahun) tidak bersekolah Lantai rumah dari tanah Kesehatan (anak sakit / pasangan usia subur ingin ber-KB tidak bisa dibawa ke sarana kesehatan)

5. FUNGSI KELUARGA a. a) Fungsi keagamaan Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga

b) Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari seluruh anggota keluarga c) Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran agama

d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentnag keagamaan yang tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan dimasyarakat e) Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera b. Fungsi budaya

a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya mencari pemecahan maslah dari berbagai pengaruh negative globalisasi dunia d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang baik/positif sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantnagn globalisasi e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, seimabang dengan budaya masyarakat/ bangsa untuk menunjang terwujudnya norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

c. Fungsi cinta kasih a) Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga (suami-istri-anak) kedalam symbol-simbol nyata (ucapan, tingkah laku) secara optimal dan terus menerus b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar- anggota keluarga maupun antar keluarga yang satu dengan lainnya secra kunatitatif dan kualitatif c) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang d) Membina rsaa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih saynag sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera d. Fungsi perlindungan a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang dating dari luar c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebgagai modal menuju Keluarga Kecil B ahagia Sejahtera e. Fungsi reproduksi a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahan pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya b) Memberikn contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan kleuraga dalam hal usia, pendewasaa fisik maupun mental c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera f. Fungsi sosialisasi

a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluraga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama

b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan drai konflik dan permaslahan yang dijumpainya baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat c) Membina proses pendididkan dan sosialisasi anak tentnag hal-hal yang diperlukannya untuk meningktakan kematangan dan kedewasaan (fisik maupun mental), yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembngan dan kematngan hidup bersama menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera g. Fungsi ekonomi a) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam lingkungan kleuarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan kleuarga b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi kesrasian, keselarasan, keseimbangan antar apemasukan dan pengeluaran keluarga c) Mengatur waktu sehingga kegitan orang tua di luar rumah dan perhtiannya trehdap anggota kleuarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modak untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bhagia Sejahtera h. a) b) Fungsi pelestarian lingkungan Membina kesdaran, sikap dan praktik pelestraian lingkunga iter keluarga Membina kesaradar, sikap dan praktik pel;estarian lingkungan ekstern keluarga

c) Membina ksedaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras seimbngan antar alingkungan keuarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya d) Membina kesadaran, sikap, praktik pelestarian lingkungan hidup sebgai pola hidup keluarga menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera 6. TUGAS KELUARGA DI BIDANG KESEHATAN a. Mengenal masalah kesehatan keluarga b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

7. KELUARGA SEBAGAI SYSTEM Alasan keluarga disebut sebagai system : a. Keluarga mempunyai subsistem; snggota, fungsi, peran aturan, budaya dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan kleuarga b. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar subsistem c. Merupakan unit (bagian ) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra sistemnya (masyarakat) Keluarga sebagai system mempunyai karakteristik dasar, yaitu : a. Keluarga sebagai system terbuka Suatu system yamg mempunyai kesemapatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya b. Keluarga sebagai system tertutup Suatu system yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau member perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya. Karakteristik Keluarga Sebagai Sistem : Sistem Terbuka Sistem Tertutup Langsung, jelas, spesifik, tulus, Tidak langsung, tidak jelas, jujur, tanpa hambatan. tidak spesifik, tidak selaras, sering menyalahkan, kacau. Hasil musyawarah, berubah sesuai kebutuhan, tak tertinggal zaman. Bebas mengeluarkan pendapat Tanpa musyawarah, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan perkembangan Pendapat terbatas

Pola Komunikasi Keluarga

Aturan Keluarga

Perilaku Anggota Keluarga

Sesuai dengan kemampuan keluarga, kesiapan, berkembang sesuai kondisi.

Harga diri, percaya diri meningkat, mampu mengembangkan diri. Sikap melawan, kacau, tidak siap, tidak berkembang Kurang percaya diri, kurang mendapat dukungan untuk mengembangkan diri.

You might also like