You are on page 1of 5

TUGAS BEDAH BUKU

Nama : Dwi Andriani NIM : I1A000061 Pembimbing : dr. Iwan Aflanie, Sp.F, M.Kes Judul Buku : Dokter Mal-Praktek (Pengakuan jujur seorang dokter atas tuduhan malpraktek) Penulis : Adik Kurniawan, S.Ked Penerbit : Pinus Book Publisher Tahun terbit : 2007

HALAMAN JUDUL (SAMPUL DEPAN) Tampak gambar tangan kiri yang tergeletak diatas genangan darah (tangan korban kejahatan?) disertai sebuah spet tanpa tutup (seolah habis dipakai/bekas pakai?) dan seampul obat injeksi yang belum digunakan, yang seolah menggambarkan isi dari buku adalah tragedi pembunuhan yang berkaitan dengan suntik-menyuntik (drug abuse?) Dikaitkan dengan judul, kesan pertama yang paling mungkin ditangkap oleh pembaca adalah bahwa isi buku adalah kejahatan/malpraktek yang dilakukan seorang dokter, namun sang Dokter mengakui adanya tuduhan malpraktek tersebut. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kebanyakan kasus yang ada, dimana seorang dokter pada umumnya akan menjalankan profesi mulianya sesuai prosedur. Jika dalam tugasnya suatu ketika muncul dugaan malpraktek, maka seorang dokter yang telah bertindak sesuai prosedur biasanya akan menolak tuduhan tersebut dan membela diri serta mempertahankan kehormatannya. PADA HALAMAN HAK CIPTA DAN ALAMAT PENERBIT BUKU (HALAMAN 4) Terdapat tulisan I. Fiksi mal-praktek (kisah nyata). (bukan diangkat dari kisah nyata) yang jelas bertentangan dengan kalimat Pengakuan jujur seorang dokter atas tuduhan

DAFTAR ISI??? Buku ini tidak memiliki daftar isi, padahal hampir setiap buku yang memuat cerita (fiksi maupun nonfiksi) yang terbagi-bagi dalam banyak BAB, akan menampilkan daftar isi. BAB I. PERJALANAN JAUH Ilustrasi fisik antara bangunan puskesmas dengan setting pedalaman/hutan Kalimantan agak kontras, terlalu menyolok/muluk/membingungkan di desa pedalaman hutan ada bangunan puskesmas modern bertingkat 2 dengan fasilitas rawat inap lengkap. BAB III. BUDI BAIK DOKTER ALDI Dokter Aldi menulis resep kemudian diberikan ke perawat untuk diberikan lagi ke pasien (mengapa tidak langsung diberikan ke pasien?? Bukankah biasanya dokter langsung memberikan resep ke pasiennya?). Selain itu biaya perawatan juga dirinci dan disebutkan langsung oleh dokter (terkesan dokter terlalu mengurusi soal uang jasa pelayanan ). Padahal untuk administrasi keuangan, bagi dokter yang bekerja dibantu beberapa asisten, maka salah satu asisten dapat merangkap sebagai bendahara) BAB IV. MEDIS ATAU NONMEDIS Tampak Dokter Aldi yang notabene orang ilmiah dengan mudah percaya bahwa suatu penyakit timbul akibat sebab nonmedis (metafisika/ghaib). BAB VIII. MENOLONG PASIEN BERDARAH Agak mengherankan di pedalaman Kalimantan (yang diilustrasikan sejak awal identik dengan hutan rimba) terdapat fasilitas/instalasi penyimpanan darah (yang terkesan terlalu modern/lengkap??) Bagaimana juga dengan kelogisan adanya instalasi donor darah langsung (dari dokter ke pasien) yang menggambarkan betapa lengkap fasilitas puskesmas tersebut?

BAB IX. BERURUSAN DENGAN POLISI (HALAMAN 43) Dokter Aldi menyuruh perawat melakukan skin test, (setelah hasil negatif) baru dilanjutkan pengenceran obat vial. Bukankah ini berarti sediaan yang dipakai untuk skin test berbeda (bukan dari botol yang sama) dengan obat yang akan disuntikkan?? Disebutkan adanya Dokter ahli yang didatangkan sebagai saksi (bagaimana mungkin di pedalaman Kalimantan sudah ada orang dokter bergelar profesor?? Keputusan pengadilan terhadap Dokter Aldy adalah bebas bersyarat, yaitu tidak boleh lagi menyuntik pasien sampai meninggal. Syarat bebas bersyarat ini terlalu mengada-ada, sebab reaksi anafilaktif merupakan suatu kejadian yang tidak dapat diramalkan. Seseorang tidak mungkin harus bertanggungjawab terhadap sesuatu yang tidak dapat diramalkan, kecuali jika profesinya adalah peramal/dukun. BAB X. TERPAKSA KURETASE (HALAMAN 49) Bukan kompetensi dari seorang dokter umum untuk melakukan terminasi kehamilan. (Seharusnya Dokter Aldy memberikan pertolongan awal dan segera merujuk pasien tersebut, dengan asumsi bahwa kota (rumah sakit rujukan) bisa dijangkau dari desa tersebut). Bidan tidak berkompeten melakukan kuretase. Demikian pula kepemilikan alat kuretase yang lengkap oleh seorang bidan perlu dipertanyakan. BAB XIII. MEMBONGKAR KASUS PEMBUNUHAN (HALAMAN 67) Istilah otopsi yang disampaikan oleh polisi kurang tepat (mungkin yang dimaksud hanyalah pemeriksaan luar). Tidak boleh menyatakan bahwa korban meninggal bukan karena gantung diri melainkan karena dibunuh karena keputusan tentang cara kematian dalam suatu perkara adalah wewenang penyidik. Wewenang dokter hanya sampai memberikan keterangan medis tentang apa yang dilihat pada korban. Kewenangan menginterogasi para saksi berada pada penyidik (bukan dokter).

RINGKASAN (HALAMAN SAMPUL BELAKANG) Pada sinopsis digunakan kata-kata saya (kata ganti orang pertama atau sang penulis sendiri, yang berbeda dengan kata ganti orang ketiga yang digunakan dalam isi buku atau Dokter Aldy). Tulisan pada paragraf kedua : Saya menulis buku ini dengan kejujuran atas profesi saya sebagai seorang dokter. (mencoba meyakinkan pembaca bahwa cerita yang ada di dalam buku ini adalah kejadian nyata, bukan fiksi sebagaimana tersebut sebelumnya). KESIMPULAN Setelah membaca, baru diketahui bahwa tulisan ini fiksi dilihat dari alur, setting dan jalan cerita. Namun pembaca akan heran dengan adanya tulisan di paragraf kedua sampul belakang. Tersirat bahwa tokoh utama cerita adalah dokter super yang memiliki kewenangan dan kemampuan berlebihan, baik dalam hal bersaing ilmu dengan dokter spesialis (paru, penyakit dalam dan psikitri), ahli metafisika, maupun pihak penyidik. Jika Dokter Aldi dianggap bukan dokter super, akan timbul kesan bahwa dokter spesialis yang ada kurang kompeten/kurang dalam ilmunya. Buku ini kurang layak dibaca masyarakat awam, karena dapat memberikan paham menyesatkan tentang sejauh apa wewenang dokter umum (jika pembaca awam telah benar-benar selesai membacanya). Buku ini bahkan juga tidak layak dipajang sembarangan (toko buku di tempat umum) sebab masyarakat awam yang sekilas membaca sampul depannya saja (tidak membaca isinya sampai selesai) akan mungkin menarik kesimpulan Oo.. kisah nyata seorang dokter yang mengaku melakukan malpraktek tooh..! kalo sampai diterbitkan berarti mungkin kasus malpraktek itu cukup banyak terjadi juga ya.? (ini sudah jelas merugikan citra umum tentang mulianya profesi seorang dokter, di kalangan masyarakat awam).

Belum lagi kalo ada yang nyeletuk Wah, zaman sekarang ternyata dokter pun udah ga bisa dipercaya lagi! (nah! Bisa gawat kalo yang muncul statement/pendapat seperti ini).

You might also like