You are on page 1of 12

KLASIFIKASI (2) Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk.

Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagi tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis. Nama yang lazim dipakai ialah hernia strangulata walaupun tidak ada gejala dan tanda strangulasi. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparotomi. Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis ini tampak seperti abses di daerah inguinal. Operasi darurat hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua setelah operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia. A. HERNIA INGUINALIS (2,3) Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan.

Nervus ilioinguinalis dan n.iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum, dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang yang sehat,ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peningkatan tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral. tetapi insidens hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, sering sering disertai hernia inguinalis. Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus inguinalis internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah

masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau, jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya. Hernia labialis ialah hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus. Secara klinisnya tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu berdiri dan mengedan, dan hilang pada waktu berbaring. Diagnosis banding hernia labialis adalah hernia femoralis dan kista di kanalis Nuck yang menonjol di kaudal ligamentum inguinale dan di lateral tuberkulum pubikum. Kista kanalis Nuck teraba sebagai kista dengan batas jelas di sebelah kraniolateral berlainan dengan hernia indirek dan tidak dapat direposisi. Hernia inguinalis medialis (2) Hernia inguinalis medialis, disebut juga hernia inguinalis direk, menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach yaitu daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hesselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar. Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang ditemukan defek kecil di m.oblikus abdominis internus, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh penduduk di Afrika.

Hernia inguinalis lateralis (2) Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan benjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia medialis berbentuk bulat. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat penurunan testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di kiri berisi sebagian kolon desendens. Gambaran klinis (2) Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar. Pada hernia insipiens tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis, batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan membandingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan tanda sarung tangan sutera.

Penatalaksanaan (2) Pengobatan konservatf terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak, inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di bawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sehingga strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal sebagai metode hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.trasversus internus abdominis dan m.oblikus abdominis internus yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau

menjahitkan fasia transversa, m.transversus abdominis, m.oblikus abdominis internus ke ligamentum Cooper pada metode Mc Vay. Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mengaproksimasi m.oblikus abdominis internus, m.transversus abdominis, dan fasia transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan, baik hernia direk maupun indirek. Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain berupa variasi herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu dilakukan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal. Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang faktor penyebabnya adalah prosesus vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis internus cukup elastic dan dinding belakang kanalis cukup kuat. Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap. Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sinistra. Hernia bilateral pada orang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap, kecuali jika ada kontra indikasi. Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak ada satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya dibutuhkan plastik dengan bahan prosthesis mesh misalnya. Terjadi residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan dengan faktor konstitusi. Pada hernia inguinalis lateralis penyebab residif yang paling sering ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, di antaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantong hernia tidak ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik. Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prosthesis mesh di bawah peritoneum pada dinding perut.

B. HERNIA FEMORALIS (2) Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v.safena magna bermuara di dalam v.femoralis. foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale (ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis, dan di sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kirakira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinale, di medial v.femoralis, dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau karena penderita gemuk. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Patofisiologi (2) Secara patofisiologi peninggian tekanan intra abdomen akan mendorong lemak preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inguinalis, terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah strangulasi dengan segala akibatnya. Hernia femoralis keluar di sebelah bawah ligamentum inguinale pada fosa ovalis. Kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar, terutama bila merupakan hernia Richter.

Diagnosis banding (2) Diagnosis banding hernia femoralis, antara lain limfadenitis yang disertai tanda radang lolal umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, peritoneum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilikus. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal pada hernia femoralis. Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara v.safena magna dengan atau tanpa varises pada tungkai. Konsistensi variks tunggal di fosa ovalis lunak. Ketika batuk atau mengedan benjolan variks membesar dengan gelombang dan mudah dihilangkan dengan tekanan. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torako-lumbalis dapat menonjol di fosa ovalis. Tidak jarang hernia Richter dengan strangulasi yang telah mengalami gangguan vitalitas isi hernia, memberikan gambaran seperti abses. Setelah dilakukan tindakan insisi, ternyata yang keluar adalah isi usus, bukan nanah. Untuk membedakannya, perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya dengan aktivitas, seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai dengan peninggian tekanan intra abdomen, sedangkan penyakit lain, seperti torsio testis atau limfadenitis femoralis, tidak berhubungan dengan aktivitas demikian. Penatalaksanaan (2) Setiap hernia femoralis memerlukan tidakan operasi, kecuali kalau ada kelainan lokal atau umum yang merupakan kontraindikasi operasi. Operasi terdiri atas herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan menjepit anulus femoralis. Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi keduanya. Pendekatan krural tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan inguinal dengan membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding posteriornya biasanya dilakukan pada lelaki karena hernia femoralis pada lelaki sering disertai hernia inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkarserata, hernia residif, atau kombinasi dengan hernia inguinalis. Pada pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentum inguinale ke ligamentum Cooper. Pada teknik Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke ligamentum lakunare Gimbernati.

C. HERNIA UMBILIKALIS (2) Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi premature. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi lelaki dan perempuan. Gejala klinis (2) Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi. Penatalaksanaan (2) Bila cincin hernia kurang dari 2 cm, umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum bayi berumur enam bulan; kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan, kemudian memancangnya dengan pita perekat untuk 2-3 minggu. Dapat pula digunakan uang logam yang dipancangkan di umbilikus untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila sampai usia satu setengah tahun hernia masih menonjol, umumnya diperlukan koreksi operasi.
D. HERNIA LAIN (2)

Selain yang telah disebut di atas, terdapat hernia lain, antaranya adalah:
Hernia sikatriks atau hernia insisional

Terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan. Jika lebih dari dua saraf terpotong, mungkin terjadi hernia ventralis, umpamanya pada insisi lumbotomi.
Hernia insipiens

Hernia ini adalah hernia yang membalut, merupakan hernia indirek yang berada di kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari annulus eksternus.

Hernia epigastrika

Menonjol melalui defek di linea alba, kranial dari umbilikus. Bentuk hernia lain yang jarang dijumpai ialah hernia obturatoria melaui foramen obturatorium, dan hernia diafragmatika melalui foramen Bochdalek di diafragmatika. Hernia Littre adalah hernia yang isinya divertikulum Meckel. KOMPLIKASI (2) Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau stuktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa jaringan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan lokal

ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan, tergantung isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera. PENCEGAHAN (3) Menjaga Berat Badan: Seseorang yang mempunyai berat badan yang sehat, keseimbangan antara tekanan udara didalam tubuh dan di luar tubuh diatur oleh pernapasan. Ketika seseorang menarik napas maka tekanan dalam tubuh meningkat dan ketika menghembuskan napas maka tekanan dalam tubuh menurun. Hal ini berbeda dengan orang yang mempunyai kelebihan berat badan. Tekanan dalam tubuh selalu besar di dalam sehingga ketika batuk, mengejan atau mengangkat beban yang ringan sekalipun tekanan menjadi lebih besar dibandingkan yang mempunyai berat badan normal dan ini bisa mengarah pada hernia. Latihan Teratur: Gunakan beban yang tepat sesuai kekuatan. Jika belum tahu berat beban yang tepat, sebaiknya mencoba dari yang pasti bisa diangkat dulu. Pemanasan sebelum latihan juga sangat dianjurkan. Ketika mengangkat beban, pastikan tekukan lebih pada lutut, bukan pinggang. Latihan perut yang teratur akan membangun kekuatan didaerah yang terpengaruh oleh hernia.

DAFTAR PUSTAKA

2. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2004; hal. 523-38. 3 Hernia dan fakta yang ada. Available: http://www.akubugar.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=283:hernia-dan-fakta-yangada&catid=43:others&Itemid=5

You might also like

  • Kemungkinan Penyebab Masalah
    Kemungkinan Penyebab Masalah
    Document1 page
    Kemungkinan Penyebab Masalah
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document31 pages
    Bab Ii
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Makalah BPH
    Makalah BPH
    Document33 pages
    Makalah BPH
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document7 pages
    Bab I
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document5 pages
    Bab I
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document2 pages
    Bab I
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Kuesioner Tenaga Kesehatan
    Kuesioner Tenaga Kesehatan
    Document5 pages
    Kuesioner Tenaga Kesehatan
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Contoh Makalah
    Contoh Makalah
    Document13 pages
    Contoh Makalah
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Tgs Mandiri
    Tgs Mandiri
    Document52 pages
    Tgs Mandiri
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • 1
    1
    Document12 pages
    1
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Hasil Kuesioner Bidan-Balita BGM
    Hasil Kuesioner Bidan-Balita BGM
    Document5 pages
    Hasil Kuesioner Bidan-Balita BGM
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Intervensi Desa!
    Intervensi Desa!
    Document32 pages
    Intervensi Desa!
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document15 pages
    Kata Pengantar
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Spal
    Spal
    Document11 pages
    Spal
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Kuesioner Peserta
    Kuesioner Peserta
    Document7 pages
    Kuesioner Peserta
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Bab V
    Bab V
    Document23 pages
    Bab V
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Desa Tanggulrejo
    Desa Tanggulrejo
    Document5 pages
    Desa Tanggulrejo
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • 1
    1
    Document12 pages
    1
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • BAB I - VII Jurang
    BAB I - VII Jurang
    Document56 pages
    BAB I - VII Jurang
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Portofolio
    Portofolio
    Document8 pages
    Portofolio
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Retensi Urin Fix
    Retensi Urin Fix
    Document22 pages
    Retensi Urin Fix
    Anggita Nur Aziza
    67% (3)
  • Trigeminal Neuralgia
    Trigeminal Neuralgia
    Document20 pages
    Trigeminal Neuralgia
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • File Refrat
    File Refrat
    Document1 page
    File Refrat
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Case Jiwa DARA
    Case Jiwa DARA
    Document27 pages
    Case Jiwa DARA
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Ca Mamae
    Ca Mamae
    Document28 pages
    Ca Mamae
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Anggita Nur Aziza
    No ratings yet
  • Referar Ileus
    Referar Ileus
    Document28 pages
    Referar Ileus
    ari_89_suganda
    No ratings yet