You are on page 1of 9

Antropologi

I. Pengertian Antropologi Antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "bernalar" atau "berakal". Jadi anthropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis/suku tertentu. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Antropologi memperhatikan lima masalah mengenai mahluk manusia itu, yaitu; 1. Masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai mahkluk biologis 2. Masalah sejarah terjadinya aneka warna mahkluk manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya 3. Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna bahasa yang diucapkan oleh manusia di seluruh dunia. 4. Masah perkembangan, persebaran dan terjadinya aneka warna dan kebudayaan manusia di seluruh dunia 5. Masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakatmasyarakat dan suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi zaman sekarang ini. Antropologi telah berkembang, sehingga muncul beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu; 1. William A. Havilland Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. 2. David Hunter Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia. 3. Koentjaraningrat Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. 4. Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen (1954:2) Antropologi adalah ilmu yang mempelajarai manusia dan semua apa yang dikerjakannya. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat. Secara garis besar antropologi antropologi memiliki cabang-cabang ilmu yang terdiri dari: A. Antropologi Fisik, Secara khusus antropologi fisik mencoba menelaaah manusia sebagaimakhluk fisik yang umbuh dan berkembang hingga terjadinya keanekaragaman makhluk manusia menurut ciri-ciri tubuh atau fenotipe, seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, tengkorak, bentuk muka,warna mata, bentuk hidung, tinggi, dan bentuk tubuh serta ciri-cirigenotipe seperti golongan darah. 1

Para ahli antropologi fisik berusaha merekonstruksi munculnya manuisa dan perkembangan selanjutnya melalui proses evaluasi kemudian mengelompokannya kedalam berbagai golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri tubuh hingga diketahui penyebab terjadinya variasi manusia. Antropologi fisik memiliki dua bidang terpenting, yaitu penelitian tentang evolusi manuisa dan penelitian tentang variasi diantara manusia yaitu mencoba menelaah bagaimana dan apa sebabnya masyarakat manusia menunjukan perbedaan dalam ciri-ciri khas fisik atau biologis. Oleh karena itu, untuk memahami aneka variasi manusia ini, maka ahli-ahli antropologi fisik menerapkan prinsip, konsep, dan teknik dari bidang ilmu lain, seperti ilmu genetika, biologi kependudukan dan epidemiologi. Antropologi Fisik terbagi lagi menjadi dua sub kajian, yaitu; a. Paleoantropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi manusia dengan meneliti fosil-fosil. b. Somatologi adalah ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengan mengamati ciriciri fisik manusia dari beberapa ras. B. Antropologi Budaya Antropologi budaya sangat berkaitan erat dengan penelaahan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebudayaan seperti ilmu pengetahuan, bahasa, kepercayaan, hukum, agama, kebiasaan, musik, dan larangan-larangan. Kebudayaan ini merupakan konsep yang sangat pentinguntuk memahami antropologi. Secara umum, subdisiplin antropologi yang berhubungan dengan kebudayaan manusia ini antara lain arkeologi, antropologi linguistik dan etnologi. Antropologi budaya, terdiri atas sub kajian sebagai berikut; a. Arkeologi Arkeologi, berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang berarti kuna danlogos, ilmu. Nama alternatif arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa mukabumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi). Teknik penelitian yang khas adalah penggalian (ekskavasi) arkeologis, meskipun survei juga mendapatkan porsi yang cukup besar. Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika terdapat bukti-bukti tertulis). Pada perkembangannya, arkeologi juga dapat mempelajari budaya masa kini, sebagaimana dipopulerkan dalam kajian budaya bendawi modern modern material culture). Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa lalu, maka arkeologi sangat membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai sumber data. Oleh karena itu, kemudian dikembangkan disiplin lain, yaitu pengelolaan sumberdaya arkeologi (Archaeological Resources Management), atau lebih luas lagi adalah pengelolaan sumberdaya budaya (CRM, Culture Resources Management). b. Etnolinguistik Etnolinguistik atau biasa juga disebut etnolinguistik merupakan bagian dari antropologi yang mengkhususkan penelitiannya terhadap penyebaran bahasa umat manusia diseluruh permukaan bumi. Para ahli antropologi linguistik melihat adanya pertalian bahasa di antara bahasa-bahasa 2

tertentu terutama yang serumpun, seperti bahasa Indonesiadan Austronesia. Pertalian bahasa itu dalam ilmu linguistik disebut perbendaharaan yang mendasar atau basic vocabulary. Basic Vocabulary banyak terdapat pada nama tumbuhan-tumbuhan, binatang, nama bilangan,dan lainlain. c. Prehistori, Adalah cabang antropologi yang mempelajari perkembangan dan persebaran kebudayaan manusia di muka bumi dalam zaman sebelum manusia mengenal huruf. d. Etnologi Etnologi merupakan ilmu bagian dari antropologi budaya yang mencobamenelusuri asas-asas manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meneliti seperangkat pola kebudayaan suku bangsa yang menyebar di seluruh dunia. Jadi, ada beberapa objek yang menjadi kajian etnologi yaitu: Mempelajari pola-pola kelakuan masyarakat seperti adat-istiadat perkawinan, struktur kekerabatan, sistem ekonomi dan politik, agama, cerita-cerita rakyat, kesenian dan musik, serta perbedaan pola tersebut dalam kehidupan masyarakat sekarang. Mempelajari dinamika kebudayaan seperti perubahan dan perkembangan kebudayaan serta bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi kebudayaan lain, termasuk juga interaksi antara berbagai kepercayaan dan mekanisme pelaksanaannya dalam suatu kebudayaan serta dampaknya bagi kepribadian seseorang. Bidang Spesialisasi Antropologi Paleoantropologi, mempelajari asal-usul manusia dan evolusi manusia. Antropologi Fisik Somatologi,mempelajari keberagaman ras manusia.

Antropologi Fisik

Arkeologi, mempelajari kebudayaan yang telah sirna/hilang Etnolinguistik, mendeskripsikan tentang bahasa-bahsan yang bersebar di dunia Prehistori, ilmu tetang perkembangan kebudayaan masa sebelum mengenal tulisan. Etnologi, ilmu tengan bangsabangsa

Antropologi Budaya

II. Fase-Fase Perkembangan Antropologi Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut: 1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an) Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi. 2. Fase Kedua (tahun 1800-an) Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia. 4. Fase Ketiga (awal abad ke-20) Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial. 5. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an) Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun. 4

Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp. III. Hubungan Antara Antropologi Sosial dan Sosiologi Tinjauan lebih khusus, akan tampak beberapa perbedaan juga, yaitu; a. Kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal-usul dan sejarah perkembangan yang berbeda.Asal mula sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan pengkhususankepada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmi itu; b. Asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan berkembangnya beberapa metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu masing-masing. Kesimpulan ialah bahwa kalau akhir-akhir ini perbedaan antara antropologi dan sosiologi tidak dapat ditentukan lagi oleh perbedaan antara masyarakat suku -suku bangsa di luar lingkungan Ero-Amerika dengan masyarakat bangsa -bangsa Ero-Amerika, kemudian k a l a u perbedaan itu juga tidak dapat ditentukan oleh perbedaan antara m a s y a r a k a t pedesaan dengan masyarakat perkotaan, maka perbedaan yang lebih nyata harus dicari dalam hal metode-metode ilmiah yang berlainan yang dipakai oleh kedua ilmu itu. IV. Pendekatan dalam Antropologi Studi kebudayaan adalah sentral dalam antropologi. Bidang kajian utama antropologi adalah kebudayaan dan dipelajari melalui pendekatan. Berikut 3 macam pendekat utama yang biasa dipergunakan oleh para ilmuwan antropologi. a. Pendekatan Holistik. Kebudayaan dipandang secara utuh (holistik). Pendekatan ini digunakan oleh para pakar antropologi apabila mereka sedang mempelajari kebudayaan suatu masyarakat. Kebudayaan di pandang sebagai suatu keutuhan, setiap unsur di dalamnya mungkin dipahami dalam keadaan terpisah dari keutuhan tersebut. Para pakar antropologi mengumpulkan semua aspek, termasuk sejarah, geografi, ekonomi, teknologi, dan bahasa. Untuk memperoleh generalisasi (simpulan) tentang suatu kompleks kebudayaan seperti perkawinan dalam suatu masyarakat, para pakar antropologi merasa bahwa mereka harus memahami dengan baik semua lembaga (institusi) lain dalam masyarakat yang bersangkutan. b. Pendekatan komparatif Kebudayaan masyarakat pra-aksara. Pendekatan komparatif juga merupakan pendekatan yang unik dalam antropologi untuk mempelajari kebudayaan masyarakat yang belum mengenal baca-tulis (pra-aksara). Para ilmuwan antropologi paling sering mempelajari masyarakat pra-aksara karena 2 alasan utama. Pertama, mereka yakin bahwa setiap generalisasi dan teori harus diuji pada populasipopulasi di sebanyak mungkin daerah kebudayaan sebelum dapat diverifikasi. Kedua, mereka lebih mudah mempelajari keseluruhan kebudayaan masyarakat-masyarakat kecil yang relatif homogen dari pada masyarakat-masyarakat modern yang kompleks. Masyarakat-masyarakat pra-aksara yang hidup di daerah-daerah terpencil merupakan laboratorium bagi para ilmuwan antropologi. c. Pendekatan historic : Pengutamaan asal-usul unsur kebudayaan. Pendekatan dan unsur-unsur historik mempunyai arti yang sangat penting dalam antropologi, lebih penting dari pada ilmu lain dalam kelompok ilmu tingkah laku manusia. Para ilmuwan antropologi tertarik pertama-tama pada asal-usul historik dari 5

unsur-unsur kebudayaan, dan setelah itu tertarik pada unsur-unsur kebudayaan yang unik dan khusus. V. Konsep-Konsep Antropologi 1. Kebudayaan (Culture). Konsep paling esensial dalam antropologi adalah konsep kebudayaan. Pada tiap disiplin ilmu sosial terdapat konsep kebudayaan, yang didefinisikan menurut versi yang berbedabeda. Kebudayaan adalah konsep yang paling esensial dalam antropologi budaya dan semua konsepkonsep yang lain dalam antropologi budaya pasti berkaitan dengan kebudayaan. Oleh karena itu konsep kebudayaan perlu mendapat perhatian khusus. 2. Unsur kebudayaan. Satuan terkecil dalam suatu kebudayaan disebut unsur kebudayaa n atau trait. Unsur-unsur kebudayaan mungkin terdiri dari pola tingkah laku atau artefak. Tiap kebudayaan mungkin terdiri dari gabungan antara unsur-unsur yang dipinjam dari masyarakat lain dan yang ditemukan sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan. 3. Kompleks kebudayaan, Seperangkat unsur kebudayaan yang mempunyai keterkaitan fungsional satu dengan lainnya disebut kompleks kebudayaan. Sistem perkawinan pada masyarakat indonesia adalah sebuah contoh kompleks kebudayaan. 4. Enkultrasi, Adalah proses dimana individu belajar untuk berperan serta dalam kebudayaan masyarakatnya sendiri. 5. Daerah kebudayaan (culture area), Adalah suatu wilayah geografis yang penduduknya berbagi (sharing) unsur-unsur dan kompleks-kompleks kebudayaan tertentu yang sama. 6. Difusi kebudayaan. Adalah proses tersebarnya unsur-unsur kebudayaan dari suatu daerah kebudayaan ke daerah kebudayaan lain. 7. Akulturasi. Adalah pertukaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi selama dua kebudayaan yang berbeda saling kontak secara terus menerus dalam waktu yang panjang. 8. Etnosentrisme. Adalah sikap suatu kelompok masyarakat yang cenderung beranggapan bahwa kebudayaan sendiri lebih unggul dari pada semua kebudayaan yang lain. 9. Tradisi. Pada tiap masyarakat selalu terdapat sejumlah tingkah laku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat yang bersangkutan ddalam kurun waktu yang panjang disebut dengan tradisi 10. Relativitas kebudayaan. Tiap kebudayaan mempunyai ciri-ciri yang unik, yang tidak terdapat pada kebudayaan lainnya, maka apa yang dipandang sebagai tingkah laku normal dalam kebudayaan mungkin dipandang abnormal dalam kebudayaan yang lain. 11. Ras dan kelompok etniik. Ras dan etnik adalah dua konsep yang berbeda, tetapi sering dikacaukan penggunaannya. Ras adalah sekelompok orang yang kesamaan dalam unsur biologis atau suatu populasi yang memiliki kesamaan unsur-unsur fisikal yang khas yang disebabkan oleh keturunan (genitik) sedangkan etnik adalah sekumpulan individu yang merasa sebagai satu kelompok karena kesamaan identitas, nilai-nilai sosial yang dijunjung bersama, pola tingkah laku yang sama, dan unsurunsur budaya lainnya yang secara nyata berbeda dibandingkan kelompok-kelompok lainnya. VI. Objek dan Tujuan Antropologi a. Objek Antropologi

Objek kajian antropologi adalah manusia suatu masyarakat yakni suku bangsa baik perilaku maupun kebudayaannya. Dalam kajiannya, antropologi melihat manusia sebagai sebuah kesatuan yang menyeluruh (holistik). Yang dimaksud kan dengan menyeluruh
6

adalah melihat manusia sebagai makhluk biologis dan sebagai makhluk sosial budaya.
Objek studi antropologi dapat dipilah menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sasaran yang menjadi perhatian dalam penyelidikan. Mengingat lingkup pelajaran antropologi manusia dan budaya, maka sasaran penyelidikan sebagai objek material sangat luas. Sasaran penyelidikan yang banyak tersebut pada umumnya juga menjadi sasaran penyelidikan ilmu pengetahuan sosial lainnya; maka objek formallah yang membedakan ciri ilmu pengetahuan antropologi dengan yang lain. Yang dimaksud objek formal adalah cara pendekatan dalam penyelidikan terhadap objek yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Ada tiga cara pendekatan dalam ilmu antropologi, yaitu; 1) Pengumpulan fakta. Dalam pengumpulan fakta di sini terdiri dari berbagai metode observasi, mencatat, mengolah dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat hidup. Sedangkan metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu ini adalah penelitian di lapangan (utama), dan penelitian perpustakaan. 2) Penentuan ciri-ciri umum Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Adapun ilmu antropologi yang bekerja dengan bahan berupa fakta-fakta yang berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan kebudayaan dari seluruh dunia, dalam hal mencari ciri-ciri umum di antara aneka warna fakta masyarakat itu harus mempergunakan berbagai metode membandingkan atau metode komparatif. Adapun metode komparatif itu biasanya dimulai dengan metode klasifikasi. 3) Verifikasi, Dalam kaitan ini, ilmu antropologi menggunakan metode verifikasi yang bersifat kualitatif. Dengan mempergunakan metode kualitatif, ilmu ini mencoba memperkuat pengertiannya dengan menerapkan pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan cara mengkhusus dan mendalam. b. Tujuan Antropologi

Tujuan Antropologi sesuai dengan tahap perkembangan antropologi yang keempat adalah sebagai berikut; 1. Tujuan akademis yang berarti antropologi berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai bentuk fisiknya, masyarakat dan kebudayaannya 2. Tujuan praktis yang berarti bahwa antropologi mempelajari manusia di berbagai masyarakat suku bangsa dunia guna membangun masyarakat suku bangsa itu sendiri.
B. Kebudayaan Pengertian Kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya dikemukakan oleh selo soemardjan dan soelaiman soemardi, yang merumuskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan manusia untuk mengusai alam skitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kepentingan masyarakat. 7

Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma dan nilai masyarakat yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas., didalamnya termasuk, agama, ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi dari jiwa manusia. Selanjutnya cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan fikir dari orang lain yang hidup bermasyarakat yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Rasa dan cipta dinamakan kebudayaan Rohaniah. Semua karya, rasa, dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya, agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar, bahkan seluruh masyarakat. Dari pengertian tersebut menunjukan bahwa kebudayaan itu merupakan keseluruhan dari pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang di hadapi, untuk memenuhi segala kebutuhannya serta mendorong terwujudnya kelakuan manusia itu sendiri. Atas dasar itulah para ahli mengemukakan unsur kebudayaan yang diperinci menjadi 7 unsur, yaitu: 1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup 2. Sisten mata pencaharian hidup 3. Sistem kemasyarakatn 4. Unsur Religi 5. Sistem kemasyarakatan 6. Sistem peralatan 7. Sistem mata pencaharian hidup 8. Sistem Bahasa 9. Sistem Pengetahuan 10. Seni C. Hubungan Manusia dan Kebudayaan Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu, sebagai: 1. penganut kebudayaan, 2. pembawa kebudayaan, 3. manipulator kebudayaan, 4. pencipta kebudayaan. Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Istilah tanah merujuk kepada suatu wilayah permukaan bumi dengan ciri khas mencakup segala sifat yang sepatutnya stabil atau diperkirakan selalu terulang kembali dari lingkungan 8

hidup yang lurus, di atas atau di bawahwilayah tersebut. Dengan demikian, ia mencakup udara di atasnya, bumi dan geologi yang melandasinya, hirologi, tumbuhan, dan hewan yang ada a k i b a t k e g i a t a n m a n u s i a d i m a s a l a l u d a n m a s a k i n i , s e j a u h s e m u a haltersebutm menimbulkan pengaruh yang berarti atas penggunaan t a n a h tersebut oleh manusia, kini dan kelak kemudian hari (Vink, 1986: 194).

You might also like