You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan dapat ditingkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena itu, muncul tantangan dalam dunia pendidikan untuk terus meningkatkan kualitas tersebut yaitu melalui proses belajar mengajar. Melalui belajar seseorang dapat menguasai atau memperoleh sesuatu secara maksimal, dimana dalam belajar semua potensi yang dimiliki akan didayagunakan, baik itu fisik, mental serta dana, panca indera, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek psikis yaitu kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan pendidikan berkualitas yang merupakan titik berat pengembangan pendidikan nasional. Untuk meningkatkan mutu setiap jenjang pendidikan serta memacu penguasaan ilmu dan teknologi perlu ditingkatkan sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional UUSPN Bab II pasal 41 GBHN 1993 berbunyi : "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta berbudi luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kepribadian yang mantap, mandiri dan bertanggung jawab kepada masyarakat, bangsa dan negara". Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional dalam

1 mencerdaskan bangsa di atas, tergantung pada daya pikir peserta didik

dalam proses belajar mengajar, juga perhatiannya terhadap guru yang sedang menerangkan pelajaran, demi kelancaran proses belajar peserta didik itu sendiri, sehingga terwujud pengetahuan, kekuatan dan kepribadian peserta didik. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan berbagai usaha telah dilaksanakan pemerintah seperti perbaikan atau penyempurnaan kurikulum, penambahan sarana dan fasilitas, pengadaan dan pembinaan guru dalam usaha perbaikan sistem pembelajaran, peningkatan jenjang pendidikan para guru dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti program pelatihan, penataran guru, semua ini dilakukan untuk dapat memperlancar proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Untuk itu mutu pendidikan perlu ditingkatkan dan ini tentu tidak terlepas dari proses pembelajaran. Demikian juga halnya dalam pelajaran IPS yang sering mendapat kritikan, baik itu tentang mutu guru, proses pembelajaran, sarana dan pra sarana, dan lain sebagainya. Siswa sendiri menganggap pelajaran IPS sebagai pelajaran yang tidak menarik atau membosankan karena sering mencatat. Akibatnya siswa menjadi malas belajar dan menganggap pelajaran IPS tersebut tidak begitu penting untuk dipelajari. Dengan kata lain siswa mempunyai pandangan yang negatif terhadap pelajaran IPS tersebut. Menyadari hal demikian, guru sebagai tenaga pendidik baik secara personal, sosial maupun profesional harus benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena guru berhubungan langsung dengan peserta didik dan juga guru lah yang bertugas mentranformasikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai

kepada peserta didik. Untuk itu diperlukan guru yang profesional yaitu guru yang mampu membuat rencana pembelajaran yang baik, maupun melakukan pengelolaan kelas serta mampu malakukan evaluasi terhadap apa yang telah disajikan. Kemampuan guru tersebut disebut juga dengan kompetensi guru. Joni dalam (Nasrun, 2001:426) mengatakan bahwa. Terdapat 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu: (1) menguasai bahan atau menguasai materi pelajaran, (2) mengelola program pembelajaran, (3) mengelola kelas, (4) mengguanakan media atau sumber belajar, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar-mengajar, penyuluhan, (8) (7) mengenal fungsi hasil pelayanan belajar, (9) bimbingan mengenal dan dan

mengevaluasi

menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran. Dengan kemempuan tersebut diyakini guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar. Kompetensi guru dalam menjalankan profesinya sangat dituntut demi keberhasilan pembelajaran. Untuk itu guru guru harus memiliki kemampuan pengelolaan kelas, kerena itu pengelolaan kelas yang baik merupakan prasyarat bagi kegiatan mengajar yang efektif. Dengan kemampuan mengelola kelas yang baik guru bisa menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan anak didik mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya dan dengan sendirinya dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap hasil belajar mereka dan seorang guru yang pengelola kelasnya yang baik akan mampu mengantisipasi tingkah lakuk siswa yang

salah dan mencegah tingkah laku demikian agar tidak terjadi (Rahmi 2005:3). Hasil belajar yang optimal akan tercapai apabila guru memiliki kemampuan dalam mengajar yang baik, terutama kemampuan untuk mengelola kelas dalam setiap materi yang akan disajikan agar terjadi umpan balik dalam proses belajar mengajar, dengan adanya umpan balik maka akan terjadi proses belajar yang baik. Berdasarkan pengamatan penulis didapatkan bahwa pelaksanaan pengajaran pada pelajaran IPS di SMP Negeri 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya belum maksimal, hal ini terlihat dari permasalahanpermasalahan baik dari segi persiapan maupun pelaksanaan pembelajaran, seperti guru belum melaksanakan tujuan pembelajaran dengan baik dalam penyampaian pelajaran atau metode guru dalam mengajar yang belum maksimal, kurangnya alat bantu dalam kegiatan belajar seperti media yang membuat siswa merasa bosan dalam belajar, serta adanya perbuatan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar kurang memperhatikan guru dalam menerangkan pelajaran, adanya siswa yang ngobrol dan bermain saat diberikan tugas dalam kelas, kurangnya tanggapan siswa untuk mau bertanya dalam pembelajaran IPS, sehingga siswa sering ribut pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal demikian dikarenakan guru belum bisa mengelola interkasi belajar mengajar dan pengelolaan kelas yang belum efektif, ini dapat dilihat dari siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga pada saat ujian nilai yang dicapai rendah, nilai yang paling tinggi 80 dan nilai yang paling rendah 40, dan

disini penulis juga melihat masih ada siswa yang datang terlambat dikarenakan siswa tersebut belum menyadari betapa pentingnya disiplin dalam proses belajar mengajar, sebaliknya juga masih ada guru-guru yang datang terlambat pada saat akan mengajar sehingga seharusnya proses belajar mengajar dimulai malahan siswa yang menunggu gurunya membuat keributan didalam kelas. Dari uraian diatas, nampak jelas bahwa tinggi rendahnya hasil pendidikan di sekolah tidak terlepas dari peranan guru untuk bisa menghasilkan yang terbaik. Masalah tersebut tentunya akan berpengaruh pada siswa yang mengikuti palajaran. Siswa akan cepat bosan karena tidak adanya umpan balik antar guru dan siswa sehingga suasana belajar terasa kurang maksimal atau terlihat kaku, dan dengan sendirinya akan berdampak pada sikap, cara dan hasil belajar siswa tersebut. Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Antara Kemampuan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPS Di SMP Negeri 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

Batasan Masalah Untuk lebih terfokus dan terarahnya penelitian ini, maka penulis memberi batasan-batasan yaitu pada kemampuan guru dalam pengelolaan kelas pada saat proses belajar mengajar dan faktor penyebab hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya menurun.

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran kemampuan guru dalam pengelolaan kelas di SMP N 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya? Bagaimana gambaran hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP N 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya? Apakah terjadi hubungan antara kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dengan hasil belajar siswa kelas VIII mata pelajaran IPS di SMP Negeri 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui gambaran kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dengan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan guru dalam pengelolaan dengan hasil belajar siswa kelas VIII mata pelajaran IPS di SMP Negeri 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan berguna secara:

Praktis Memperkaya khasanah keilmuan di bidang pembelajaran terutama pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Sitiung kabupaten Dharmasraya. Teoritis Untuk sumbagan bagi guru IPS yang ada di SMP Negeri 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Belajar bagi penulis untuk membuat penelitian.

Sistematika Penulisan Bab I : Merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan Bab II : Menjelaskan tentang landasan teori yang berisikan tentang pengertian pengelolaan kelas, pengertian proses belajar mengajar, dan pengertian hasil belajar, kerangka konseptual dan studi relevan. Bab III : Merupakan metodologi penelitian yang berisikan jenis penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV : Merupakan pembahasan dari hasil penelitian. Bab V : Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori Pengelolaan Kelas Pengertian Kegiatan guru pada saat pelajaran berlangsung dapat

dikelompokkan menjadi dua kegiatan pokok, yaitu pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas, kedua kegiatan ini sangat erat kaitannya namun harus dibedakan satu sama lainnya karena tujuannya berbeda. Pengelolaan pengajaran (instruktion) mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran menentukan (entry behavior) peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi,

bertanya, menilai dan sebagainya, maka pengelolaan kelas menunjukkan pada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar pembina raport, penghentian tingkah laku peserta didik ytang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi

ketetapan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif dan sebagainya (Rohani dan Ahmadi 1995:116). Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Kata pengelolaan diartikan Manajemen. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu Management yaitu ketatalaksanaan dan tata pimpinan. Emmer dalam Hasri (2001:54) mendefenisikan manajenen kelas sebagai perangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik perilaku siswa yang wajar, pantas dan layak serta usaha maminimalkan gangguan. Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas menurut Sagala (2000:84) adalah suatu kegiatan yang erat hubungannya dengan pengajaran dan salah satu prasyarat untuk terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Pengertian Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang

optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial (Hasibuan & Moedjiono, 1995:82). Berdasarkan uraian tersebut penulis menyimpulkan bahwa keterampilan guru dalam mengelola kelas adalah keterampilan yang dimiliki guru dalam rangka menciptakan dan menjaga kondisi kelas agar tetap kondusif agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara optimal. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungansosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa (Sudirman N 1991:311). Suharsimi Arikunto (1998:68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Menurut Djamarah dan Zain (2002:199) indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila: 1) Setiap anak terus bekerja, tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan

kepadanya. 2) Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelasaikan tugas yang diberikan kepadanya. Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Keharmonisan hubungan guru dengan anak didik, tingginya kerjasama diantara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Pendekatan

pengelolaan kelas yang dapat digunakan oleh guru (Djamarah & Zain, 2002:200-206) adalah pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pengajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial, pendekatan proses kelompok, dan pendekatan elektis atau pluralistik.ip-prinsip pengelolaan kelas

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas Berbagai faktor yang menyebabkan kesulitan dalam

pengelolaan kelas secara umum dibagi menjadi dua faktor yaitu: faktor interen siswa dan eksteren siswa. Faktor interen siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan prilaku.

Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khusunya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual dan psikologis.

Sedangkan faktor ekstern siwa terkait dengan pengelolaan suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa. Jumlah siswa dikelas. Masalah siswa di kelas misalnya dua puluh orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi koflik. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa terjadinya kekacauan di kelas disebabkan oleh faktor-faktor yang

mempengaruhinya yaitu intern dan eksteren siswa dan untuk mengatasi terjadinya kekacauan di kelas diperlukan adanya usaha dari guru dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas.

Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat

dipergunakan. Maka penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas (Hasibuan &

Moedjiono, 1995:83) yaitu: Kehangatan dan kentusiasan. Penggunaaan bahan-bahan yang matang akan meningkatkan gairah belajar siswa. Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar, dan pola interaksi. Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi mengajarnya untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul. Penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal negatif. Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari. Komponen-komponen Pengelolaan Kelas

Komponen-komponen pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian (Hasibuan & Moedjiono, 1995:83-84), yaitu: Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal Menunjukkan sikap tanggap. Membagi perhatian. Memustkan perhatian kelompok. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas. Menegur. Memberi penguatan. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal Memodifikasi tingkah laku. Pengelolaan kelompok. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

Proses Belajar Mengajar Pengertian Secara psikologis, belajar merupakan sesuatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebgai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi pengertian dapat didefenisikan sebagai berikut: Belajar adalah suatu usaha proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Menurut Arifin, S. Sudirman bahwa : Belajar adalah suatu proses yang kelompok yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.

Menurut Abdurrahman, dalam bukunya berpendapat bahwa: Proses belajar mengajar adalah proses interaksi edukatif (kegiatan bersama yang sifatnya mendidik) antara guru dengan siswa dimana berlangsung propesi transferin (pengalihan) nilai dan manfaat secara optimal selektif dan efektif semua sumber daya pengajaran (instruksional). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar Pelaksanaan pengajaran selayaknya berperan pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Situasi pengajaran itu banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : Faktor guru Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri, pola mengajar itu tercermin dalam tingkah laku pada waktu melaksanakan pengajaran. Gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guruyang

bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan. Faktor siswa Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian, kecakapan-kecakapan yang dimiliki masing-masing siswa itu meiputi kecakapan potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan, seperti bakat

dan kecerdasan maupun kecakapan yang peroleh dari hasil belajar. Adapun yang dimaksud dengan kepribadian dalam tulisan ini adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu yang bersifat menonjol, yang membedakan dirinya dengan orang lain. Faktor kurikulum Secara sederhana arti kurikulum dalam kegiatan ini menggambarkan pada isi atau pelajaran dan pada interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Faktor lingkungan Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada disekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Hasil Belajar Pengertian Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa di suatu jenjang pendidikan dapat dilihat adanya proses pemebelajaran yang diakhiri dengan tahap evaluasi, seperi yang diungkap oleh Hamalik (2003:21) bahwa hasil belajar adalah tingkah laku yang ditimbulkan dari yang tidak tahu, timbul dari pengertian baru, perubahan dalam sikap dan kebiasaan, menghadapi perkembangan sifat-sifat sosial emosional pertumbuhan jasmani

Bila mengalami suatu proses pembelajaran maka dalam dirinya akan terjadi perubahan-perubahan yang merupakan

pernyataan perubahan belajar yang disebabkan siswa mencerminkan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Kerangka Konseptual Kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Kemampuan mengajar guru melaksanakan

pembelajaran, maka bantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari. Tinggi rendahnya hasil pendidikan di sekolah tidak terlepas dari peranan guru untuk bisa menghasilkan yang terbaik, terutama dalaam

kemampuan dalam mengelola kelas. Masalah tersebut tentunya akan berpengaruh pada siswa yang mengikuti palajaran. Siswa akan cepat bosan karena tidak adanya umpan balik antar guru dan siswa sehingga suasana belajar terasa kurang maksimal atau terlihat kaku, dan dengan sendirinya akan berdampak pada sikap, cara dan hasil belajar siswa tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai variable dalam penelitian ini maka dapat dilihat pada skema kerangka konseptual sebagai berikut:

Keterampilan dasar mengajar

Pengelolaan Kelas

Hasil Belajar

Studi Relevan Zulnofami (2009) Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Guru Mengajar Sejarah di SMA Negeri 1 lembah Gumanti Kabupaten Solok. Jurusan Pendidikan Sejarah. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tinggi rendahnya hasil pendidikan di sekolah tidak terlepas dari peranan guru untuk bisa menghasilkan yang terbaik. Helmi Ruspita (2008) Hubungan Antara kemampuan Guru Dalam Mengajar Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Mata Pelajaran IPS di SMP Adabiah Padang. Jurusan Pendidikan Geografi. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kemapuan guru dalam mengajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.

Siska Sari (2008) Korelasi Antara Kemampuan Guru Dalam Mengajar Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri 4 Kec. Bayang Kab. Pesisir Selatan. Hasil penelitiannya juga menyimpulakan tentang kemampuan guru dalam mengajar sangat menentukan keberhasilan siswa. Indah Permata Sari (2011) Persepsi Guru Pamong Terhadap Pengelolaan Kelas Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Pada Praktek Lapangan Kependidikan di SMP Kota Padang (periode JanuariJuni 2011). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kurangnya persipan dalam mengajar, terutama dalam pengelolaan kelas akan mempengaruhi kelancaran pada saat proses belajar mengajar serta materi yang kurang dikuasai akan berdampak pada proses belajar mengajar yang tidak efektif.

Asman (2009) Kemampuan Pengelolaan Kelas Oleh Guru IPS Geografi SMP Negeri 2 Bayang Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa keberhasilan seorang tenaga pendidik dalam melaksanakan tugasnya dapat dilihat dari kemampuan mengelola kelas dalam setiap materi yang disajikan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian Sesuai dengan batasan dan perumusan masalah serta tujuan penelitian pada bagian terdahulu, maka penelitian ini dapat digolongkan pada jenis penelitian deskriptif korelasional. Sebagai mana yang telah dikemukakan oleh Irwan (1999:60) bahwa penelitian deskriptif korelasional adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan tentang pengaruh terhadap variabel bebas dan veriabel terikat.

Populasi dan Sampel Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (2006:115) populasi adalah

keseluruhan dari subjek penelitian. Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Populasi Penelitian No 1 2 Kelas VIII A VIII B Jumlah Jumlah Populasi 15 Orang 15 Orang 30 Orang

Sampel

20

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara proportional random sampling, dimana untuk setiap kelas diambil secara acak dengan Proporsi 25%. Penetapan sampel pada penelitian ini berpedoman pada Arikunto (2006) yang menyatakan bahwa: untuk penelitian yang jumlah populasinya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya. Sedangkan untuk jumlah populasi yang lebih dari 100 maka jumlah sampel diambil 10-15% atau 20-30% atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti. Sampel Penelitian No 1 2 Kelas VIII A VIII B Jumlah JumlahSampel 15 Orang 15 Orang 30 Orang

Jenis dan Teknik Pengambilan Data Jenis Data yang ingin dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer yang dikumpulkan adalah data yang bersangkutan dengan jumlah siswa dan nilai siswa, sedangkan data sekunder yang berkaitan dengan deskriptif derah penelitian. Untuk lebih jelasnya kita lihat tabel berikut ini Tabel Jenis Data NO Jenis Data Sumber Data Alat Pengumpulan Data

1.

Data Sekunder Jumlah siswa Tata Usaha Rekap nilai siswa Data Primer Kemampuan guru dalam Wawancara Responden Pencatatan

2.

mengelola kelas Teknik Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, karena disini data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka, sedangkan teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Observasi Dilakukan di Kelas VIII SMP N 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya yang menjadi populasi penelitian. Kuesioner yaitu untuk data berupa angket tentang pengelolaan kelas di kelas VIII SMP N 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yang menjadi variabel bebas yaitu: kemampuan guru dalam pengelolaan kelas yang terdiri dari dua indikator yaitu penciptaan dan

pemeliharaan kondisi belajar optimal, pengembangan kondisi belajar yang optimal dan yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

Instrumen Penelitian Alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Sugiyono (2010:142) angket merupakan: Alat pengumpulan data yang bisa dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket merupakan suatu benyuk instrumen pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan, terdiri dari dua bagian, bagian pertama berisikan penjelasan, tujuan angket dan surat rekomendasi dari pihak yang berwenang dan bagian kedua berisikan identitas umum dan pertanyaan-pertanyaan umum (Syaifuddin Azwar, 1997:101). Kelebihan angket dari pada wawancara adalah sifatnya yang praktis, hemat waktu, tenaga dan biaya. Kelemahannya, jawaban sering tidak objektif lebih-lebih bila pertanyaan kurang tajam, yang memungkinkan responden berpura-pura. Seperti halnya wawancara, angket dibedakan ada dua macam, yakni angket berstruktur atau terbuka. Kelebihan dari masingmasing angket tersebut sama dengan wawancara (Nana Sudjana, 2007:103)

Dengan demikian angket yaitu seperangkat pertanyaan yang harus dijawab oleh responden secara tertulis, yang digunakan untuk memperoleh bebagai keterangan. Keterangan yang diberikan responden langsung menjadi data. Dalam penyusunan angket ini ditempuh langkahlangkah sebagai berikut: Menetapkan indikator. Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator. Menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator Penyusunan angket dilakukan dengan berpedoman pada skala likert untuk menyatakan persetujuan responden terhadap pernyataan yang diberikan. Alternatif jawaban Atas Pernyataan Angket Jawaban Selalu Sering (SR) Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah (SL) Bobot Pernyataan Positif 5 4 (KD) 3 (JR) 2 (TP) 1 Pernyataan negatif 1 2 3 4 5

Melakukan Uji Coba angket Terlebih dahulu angket diuji cobakan kepada siswa yang bukan sampel, bertujuan untuk menentukan indeks validitas item dan reliabilitas item sehingga dapat digunakan untuk mengungkap tujuan penelitian ini, uji coba angket dilakukan di SMP Negeri 3 Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

Analisis Uji Coba Angket Uji Validitas Menurut Arikunto (2002:44) validitas adalah tingkat suatu item dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dalam menentukan validitas item angket analisis, dilakukan dengan mengkolerasikan skor tiap item dengan skor total. Untuk melihat valid atau tidaknya suatu item maka dibandingkan dengan r hitung pada taraf signifikan 1%. Jika r hitung > r tabel berarti item valid Jika r hitung < r tabel berarti item tidak valid

Reliabilitas Uji coba angket bertujuan untuk mengkaji kehandalan angket untuk menentukan indeks reliabilitas. Bersamaan dengan dilakukannya uji validitas juga dilakukan uji reliabilitas Jika r alpha > r tabel berarti item reliabel Jika r alpha < r tabel berarti item tidak reliabel.

Klasifikasi Indeks Reliabilitas Angket No Indeks Reliabilitas 1. 0,00 0,20 2. 0,20 0,40 3. 0,40 0,60 4. 0,60 0,80 5. 0,80 1,00 Sumber: Slameto, 2001:215 Klasifikasi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Teknik Analisis Data Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian Deskriptif maka digunakan analisa Deskriptif, dengan rumus formula persentase (%) yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (2007) yaitu :

P=

f x 100 n

Keterangan : P F n : Persentase : Frekwensi :Jumlah Responden

100% : Angka ketetapan untuk responden

DAFTAR PUSTAKA

Muri Yusuf. 1989. Metodologi Penelitian. Padang: FIP IKIP. Nana Sudjana, 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan Bandung: Sinar Baru Algesindo Helmi Ruspita. 2008. Hubungan Antara Kemampuan Guru Dalam Mengajar Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Mata Pelajaran IPS si SMP Adabiah Padang. Skripsi. Jurusan Geografi STKIP PGRI Padang

Sumadi Suryabrata. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syaifuddin Azwar. 1997. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif adan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun. 2003, (Jakarta: CV. Medya Duta). Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hasibuan & Moedjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. S. B. Djamarah & Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sagala, Syaiful. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

You might also like