You are on page 1of 84

KRITERIA & DESAIN TEKNIS KEGIATAN LINGKUNGAN

1. JALAN DAN BANGUNAN PELENGKAPNYA


Jalan disini adalah jalan yang dapat berfungsi sebagai penghubung antar desa/kelurahan atau ke lokasi produksi/pemasaran, atau berfungsi sebagai penghubung hunian/perumahan, serta juga berfungsi sebagai penghubung desa/kelurahan ke pusat kegiatan yang lebih tinggi tingkatannya (kecamatan/kab/kota). Jalan dibangun atau ditingkatkan untuk membangkitkan manfaat-manfaat bagi masyarakat, seperti : Membuka isolasi, Mempermudah pengiriman sarana produksi; Mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar, baik yang di desa maupun yang diluar, dan Meningkatkan jasa pelayanan sosial, termasuk kesehatan, pendidikan dan penyuluhan. Pembangunan jalan disarankan pada peningkatan jalan lama yang sudah ada. Hal ini untuk menghindari kesulitan pembebasan lahan, dampak lingkungan yang tidak dianalisis lebih mendalam serta banyaknya volume pekerjaan pada pembukaan jalan baru. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari untuk membuat jalan baru atau peningkatan jalan lingkungan. A. KRITERIA PEMILIHAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI JALAN Pembangunan jalan baik berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi Jalan Tanah, Jalan Telford, Jalan Makadam, Jalan Beton, Jalan Aspal agar mempertimbangkan kriteria-kriteria, pemilihan teknologi & Jenis Konstruksi Jalan berikut.

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalan baru, antara lain : o o o o o Trase Jalan mudah untuk dibuat; Pekerjaan tanahnya relatif cepat dan murah; Tidak banyak bangunan tambahan (jembatan, gorong-gorong, penahan longsor, dll); Penyediaan/pembebasan lahan tidak sulit; Tidak merusak Lingkungan atau memerlukan studi lingkungan yang lebih mendalam; Memungkinkan untuk pelebaran jalan; Standar Geometrik untuk pelebaran jalan; Tanjakan yang melewati batas standar teknik harus diubah sesuai dengan standar teknis; Sistem drainase dan pekerjaan tanah tidak akan merusak lingkungan;

Yang perlu diperhatikan dalam peningkatan Jalan lama, antara lain : o o o o

B. BAGIAN-BAGIAN JALAN Suatu Jalan umumnya terdiri dari bagian-bagian, yaitu : Dawasja, Damaja, Damija, Badan Jalan, Lapis Perkerasan, Bahu Jalan dan saluran tepi.

Gambar 1. Bagian-Bagian Jalan 1. Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan), Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dimaksudkan agar pengemudi mempunyai pandangan bebas dan badan jalan aman dari pengaruh lingkungan, misalnya oleh air dan bangunan liar (tanpa izin) 2. Damaja (Daerah Manfaat Jalan), Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan. Daerah Manfaat Jalan hanya diperuntukkan bagi perkerasan jalan, bahu jalan, saluran samping, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya. 3. Damija (Daerah Milik Jalan), Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Daerah Milik Jalan diperuntukkan bagi Daerah Manfaat Jalan dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu-lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. 4. Bahu Jalan, Bahu jalan adalah bagian jalan yang berdampingan dan sama tinggi dengan perkerasan jalan.

5. Saluran Samping Jalan, Saluran Samping Jalan adalah bagian jalan yang berdampingan dengan bahu yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air secepatnya. 6. Badan Jalan, Badan jalan merupakan bagian jalan dimana jalur lalu-lintas, bahu, dan saluran samping dibangun. 7. Perkerasan Jalan, Perkerasan jalan merupakan konstruksi jalan yang diperuntukkan bagi jalur lalu-lintas yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas, dan lapisan permukaan. Untuk jalan dengan lalu lintas ringan, lebar perkerasan diambil 2,5 3 meter.

C. DESAIN
Standar teknis jalan mengacu pada Pedoman Teknis Pembangunan Jalan yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum yang sudah ada, seperti Pedoman Sederhana Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Dep. PU, 1996. 1). Perlindungan Lingkungan dan Sosial Pembangunan jalan, selain perlu memperhatikan aspek teknis konstruksi jalan, juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan (konservasi tanah), terutama pada kondisi wilayah dengan topografi yang sering berbukit dan dengan tanah yang peka erosi. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit erosi tanah yang berasal dari jalan, khususnya berupa longsoran dari tampingan dan tebing jalan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian erosi pada jalan untuk mengamankan jalan dan membangun jalan yang tidak menjadi sumber erosi. Pengendalian erosi dapat dilakukan secara sipil teknis (pembangunan konstruksi penahan, drainase atau secara vegetatif (penanaman bahan-bahan vegetatif), dan masing-masing mempunyai kelebihan. Perencana harus memilih tindakan-tindakan pengendalian erosi dengan pertimbangan lingkungan dan biaya, yang tidak terbatas pada waktu penyelesaian konstruksi jalan saja, tetapi harus dipikirkan sampai masa pemeliharaan. Selain itu, tingginya curah hujan, lereng-lereng curam dan tanah rapuh menimbulkan banyak kesulitan dalam perencanaan dan pembangunan jalan berkualitas tinggi, terutama bila dimaksudkan untuk membangun jalan dengan biaya rendah dan tidak membahayakan lingkungan. Dalam konteks seperti ini, kita harus menyadari bahwa masalah erosi akan terus muncul walaupun dapat dikurangi dan diatasi ketika terjadi. Alternatif lainnya adalah Trase jalan harus dipilih untuk mengurangi masalah lingkungan, misalnya dengan mengurangi galian dan timbunan bilamana mungkin. Karena tidak mungkin di kawasan perbukitan untuk menghilangkan masalah dengan pemilihan trase (dengan pemindahan trase atau mengurangi tanjakan), maka perlu diusahakan teknik-teknik pengendalian erosi termasuk pembangunan tembok penahan tanah dan bronjong atau penanaman bahan-bahan vegetatif untuk menstabilkan lereng atau mengurangi erosi percik atau alur kecil. Kegiatan pengendalian erosi juga tidak dibatasi pada pengamanan dampak lingkungan, tetapi juga harus mempertimbangkan akibatnya terhadap sosial masyarakat sekitarnya/diluar daerah milik jalan (misalnya, pembuangan dari saluran merusak lahan produktif warga). Terkait dengan masalah pengamanan dampak lingkungan dan sosial pada pembangunan jalan ini, secara khusus diuraikan pada buku Pedoman Teknis Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial (Safeguards).
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

2). Geometrik Jalan Geometrik adalah bentuk dari potongan melintang dan memanjang suatu alur jalan yang mempunyai lebar jalan dan bahu jalan tertentu dan dapat dilalui oleh kendaraan rencana. Alur jalan adalah bagian jalan yang terdiri dari permukaan jalan yang diperkeras, bahu jalan, dan saluran samping. 1. Pandangan Bebas dan Tempat Persimpangan a) Pandangan Bebas Pandangan bebas harus diperhatikan demi keselamatan pemakai jalan, baik kendaraan maupun pejalan kaki, yaitu : Tanjakan/Lengkung vertikal dengan pandangan bebas 30 meter.

Tikungan/Lengkung horisontal dibuat dengan pandangan bebas 30 meter.

b) Tempat Persimpangan Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk dua kendaraan saling melewati, maka harus disediakan tempat sebuah kendaraan dapat menunggu kendaraan berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan dari tempat yang sebelumnya.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

2. Tikungan/Lengkung Horisontal dan Tikungan Pada Tanjakan Curam. a. Lengkung Horisontal Jari-jari tikungan minimal 10 meter. Tikungan tajam dibuat dengan pelebaran perkerasan dan kemiringan melintang miring ke dalam. Tikungan adalah alur jalan yang melengkung. Ada beberapa ketentuan dalam membuat tikungan, yaitu : 1. Jarak antar tikungan diusahakan minimal 100 meter. 2. Lengkungan merupakan bagian dari lingkaran yang memiliki jari-jari yang sama. Panjang jari-jari sebaiknya cukup besar dan tidak kurang dari 15 meter. 3. Jarak antara titik perpotongan (T) dua alur jalan yang lurus sampai dengan titik awal perubahan lengkung (A) disebut jarak L dan panjangnya tidak kurang dari 15 meter. 4. Jarak antara titik perpotongan (T) dua alur jalan yang lurus sampai dengan titik tengah lengkungan lingkaran (A) disebut jarak E dan panjangnya tidak kurang dari 5 meter. 5. Pada tikungan, kemiringan melintang hanya ke satu arah (ke dalam) dengan kemiringan berkisar antara 3 5%. Untuk membuat tikungan, lakukanlah langkah-langkah berikut : 1. Tentukan titik pertemuan dua alur yang lurus (T). 2. Tentukan titik lengkungan sebelah kiri (A) dan kanan (B) sepanjang L dari titik T. 3. Bagi sudut yang terbentuk antara dua garis lurus tadi dengan sama besar. 4. Tentukan titik B pada garis pembagi tersebut sejauh E dari titik T. 5. Buat lengkungan yang menghubungkan titik awal lengkungan (A awal), titik B, dan titik lengkungan (A akhir). b. Tikungan pada Tanjakan Curam Di daerah perbukitan sering dijumpai jalan yang menanjak dengan kemiringan yang cukup berat, di atas 10%. Apabila terdapat tikungan tajam di daerah tersebut, jalan harus dibuat seperti yang tercantum dalam gambar:

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

3. Tanjakan/Lengkung Vertikal Tanjakan membatasi muatan yang dapat diangkut pada suatu jalan, serta membuat jalan lebih berbahaya. Jalan yang sangat curam juga lebih sulit dipadatkan dengan mesin gilas, dan permukaan jalan dan saluran air lebih sering harus dipelihara dan diperbaiki, Pengukuran tanjakan adalah dengan rumus "jumlah meter naik per set tap seratus meter horizontal" (10 meter naik per 100 meter horisontal sama dengan tanjakan 10%). Untuk meningkatkan kenyamanan serta keselamatan pengguna jalan, pilih trase jalan supaya tanjakan tidak terlalu curam. Jika jalan menanjak terus, tanjakan maksimum dibatasi 7%. Tanjakan maksimum dibatasi 20% dengan panjang 150 m. Setelah itu, harus disediakan bagian datar atau bagian menurun. Apabila trase jalan belum memenuhi persyaratan ini, seharusnya dipindahkan supaya trasenya lebih ringan.

Tikungan dibuat pada bagian datar untuk mempermudah perjalanan bagi yang naik atau turun. Pembuangan air dari saluran pinggir jalan diatur supaya air tidak melintangi jalan dan mengganggu kendaraan : saluran dari atas diteruskan lurus ke depan dan airnya dibuang jauh dari jalan. saluran pada jalan bagian bawah dimulai di luar bagian datar (sesudah tikungan). 4. Bentuk Badan Jalan a. Bentuk Badan Jalan di Daerah Datar Jalan harus dibuat dengan bentuk yang tepat. Pada keadaan biasa, bentuk jalan dibuat miring (4%-6%) kesaluran tepi jalan. Pada daerah yang relatif datar dan lurus, badan jalan dibuat dengan bentuk "punggung sapi" (bagian tengah lebih tinggi + 68cm). Ukuran saluran samping minimal 50 cm dalam x 30 cm lebar dasar, berbentuk trapesium.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

Pada badan jalan di daerah bukit, saluran samping dibuat di arah bukit. Disarankan kemiringan tebing 1:1, karena lereng yang semakin landai akan semakin stabil dan tanaman tidak bertumbuh dengan baik pada tebing yang hanipir vertikal. Tebing gundul perlu dilindungi dengan salali satu cara yang efektif dan efisien, antara lain: pembuatan teras, saluran diversi, penamanan rumput atau perdu, lapisan batu kosong, pasangan batu, bronjong kawat atau turap kayu. Kemiringan tebing maksinial 2:1 dan dilindungi dengan cara yang efektif. Tinggi pemotongan tebing maksimal disarankan 4,00 meter. Tanah hasil pemotongan harus dibuang secara aman untuk mencegah erosi dan longsor. Karena timbunan sulit dipadatkan secara padat karya, disarankan perkerasan tidak dibuat di atas timbunan baru. Bila perkerasan terpaksa harus dibuat di atas timbunan, maka timbunan maksimal dibatasi 1,50 meter. Timbunan tinggi sering mengalami longsor dan erosi berat. b. Bentuk Badan Jalan di Daerah Curam Konstruksi jalan daerah perbukitan perlu perhatian khusus untuk menjamin stabilitas, untuk mengurangi longsor dan erosi, dan demi keselamatan.

5. Perkerasan Jalan
Jenis-jenis konsrtuksi jalan dibedakan atas 3, yaitu Jalan Tanah, Jalan Diperkeras dan Jalan Beraspal. A. Jalan Tanah, merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis perkerasan sebagai penutup. Jalan ini merupakan jalan yang paling sederhana, dapat dibuat dari tanah asli, galian dan timbunan atau campuran tanah dengan bahan bangunan yang lebih baik (pasir, kapur/gamping dll). Jalan tanah sangat peka terhadap air, maka permukaan jalan harus dibuat dengan : Kemiringan 2% - 4% , agar dapat mengalirkan air dengan cepat ke saluran tepi jalan. Harus dipadatkan, agar air tidak merembes dan dapat menahan beban kendaraan. Umumnya untuk lalulintas kurang dari 50 kendaraan roda 4 perhari.

Untuk dapat melindungi badan jalan dari pengaruh lalu lintas atau perubahan alam, maka diatas badan jalan diberi lapisan perkerasan (Jalan Diperkeras dan
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

Jalan Beraspal). Jalan Diperkeras biasanya untuk lalu lintas 50-100 kendaraan roda 4 perhari dan Jalan Beraspal untuk lalulintas lebih dari 100 kendaraan roda 4 perhari. Adapun jenis lapis perkerasan yang umum dipergunakan dalam pembangunan jalan adalah : B. Jalan Diperkeras : 1. Perkerasan Sirtu/ Kerikil (pasir campur batu), dimana bahan perkerasan Sirtu terdiri dari campuran pasir batu yang langsung diambil dari alam (sungai) atau campuran antara kerikil ukuran 25cm dengan pasir urug, dihamparkan pada permukaan jalan tanah yang telah padat. Agregat (Kerikil) perkerasan sirtu ini harus bebas dari gumpalan lempung, material organik atau lainnya yang tidak dikehendaki dan harus dipadatkan sehingga dapat menghasilkan lapis permukaan yang kuat dan stabil. Ketebalan minimum perkerasan Sirtu ini adalah 12-20 cm dan dipadatkan dengan mesin gilas. 2. Perkerasan batu belah (telford), terdiri atas pasir urug, batu belah, batu pengisi dan batu tepi. Batu belah disusun diatas alas pasir urug dengan ketebalan 10-15cm. Badan jalan harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pasir dihamparkan. Perkerasan Telford harus bebas dari akar, rumput atau sampah dan kotoran lain. Sebelum pasir urug dihamparkan terlebih dahulu dipasang Batu Pinggir yang ukurannya lebih besar dan lebih tinggi dari batu belah. Batu belah yang dipergunakan diperoleh dan batu besar yang dibelah-belah, sehingga mempunyai permukaan banyak dan kasar dengan tinggi 15-20 cm. Batu belah dipasang tegak, bagian tumpul di bawah dan yang runcing di atas, dengan tangan, kemudian dipukul dengan palu. Di atas batu belah kemudian diberi batu pengisi/batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuran 57 cm. Sebagai langkah terakhir dilakukan pemadatan dengan alat pemadat mesin gilas, stamper atau timbris. 3. Perkerasan Makadam Ikat Basah (Waterbound Macadam), bahan perkerasan Makadam terdiri atas agregat kasar/pokok ukuran 2-5cm, agregat pengunci dengan ukuran 1 2 cm dan pasir penutup. Perkerasan Makadam Ikat Basah ini menggunakan agregat kasar dengan gradasi hampir seragam dengan ukuran butir 3-5 cm dengan dipasang setebal kurang lebih 3/2 dari ukuran butir batu pecah. Diatas lapisan batu pecah ini dipasang batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuraran antara 1-2 cm, kemudian dilakukan pemadatan dengan mesin gilas, stemper atau timbris. Tebal perkerasan + 20 cm.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

4. Perkerasan Beton, dibuat dari bahan semen pasir dan kerikil dengan perbandingan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerilil/batu pecah atau beton tumbuk campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerikil/batu pecah ditambah Air secukupnya. Perkerasan ini dipergunakan untuk jalan lingkungan/ permukiman atau di daerah yang tanah dasarnya labil, mudah pecah, lembek, pada turunan/tanjakan dan diatas singkapan batu. Material pasir dan batu pecah yang dipergunakan untuk perkerasan beton ini harus bersih dari tanah lempung, sampah dan bahan kotoran, kerikil atau batu pecah harus dipilih yang keras. Tebal konstruksi perkerasan beton ini kurang lebih 10 cm. Pemberian air untuk campuran beton tumbuk ini secukupnya saja. Untuk membuat lapisan beton, sebelumnya dipasang cetakan untuk membatasi lebar dan ketebalan yang diinginkan. Adukan beton kemudian dituangkan ke dalam cetakan dan dipadatkan dengan alat penggetar atau ditusuk-tusuk dengan kayu, kemudian diratakan. Permukaan dibuat kasar dengan menggunakan sapu lidi ke arah menyamping. Setiap 1 meter memanjang dibuat alur lebar 1cm dan dalam 2cm. Setiap 2 meter memanjang diberi pemisah selebar 1cm untuk membatasi retak memanjang beton. Pemakaian jalan pada perkerasan beton ini baru dapat dilakukan paling cepat setelah 7 hari terhitung dari selesainya pengecoran beton; 5. Jalan Paving Blok/Beton Terkunci, lapis perkerasan dari blok beton/paving blok dengan bahan pengisi celah/pengunci antar blok beton dari pasir. Paving blok diletakan diatas lapis pondasi jalan yang terlebih dahulu dihamparkan pasir urug setebal 6-10cm, pada bagian sisi/pinggir perkerasannya diberikan beton pembatas. Jalan dengan paving blok dapat digunakan didaerah lingkungan/permukiman.

Mutu blok beton kelas I/II, fc= 27- 37,35 MPA. Tebal paving blok sekitar 6-10cm. Susunan blok beton yang memilki penguncian paling baik adalah pola Tulangan Ikan (TI : 90/45 derajat) dan bentuk blok beton tipe A dan tipe C.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

Penggunaan paving blok ini sudah dijumpai secara luas, terutama karena bermanfaat : Mudah dalam pemasangan dan pemeliharaannya; Mudah ketersediaannya, dapat diproduksi baik secara mekanis maupun manual; Ukuran paving blok lebih terjamin; Memperindah lapis permukaan tanah/lingkungan; Tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca; Antislip bagi kendaraan; Celah-celah antara paving blok dapat mengalirkan air hujan/air permukaan kedalam tanah sehingga menjaga keseimbangan air tanah; Mengurangi kecepatan erosi tanah, khususnya pada tanah yang miring; Mengurangi kecepatan pengaliran air permukaan; C. Jalan Beraspal :

6. Lapis Permukaan Buras (Pelaburan Aspal), merupakan hasil penyiraman/penyomprotan aspal diatas permukaan jalan, kemudian ditabur dengan pasir dan dipadatkan sebagai lapis penutup. 7. Lapis Penetrasi (Lapen), dimana bahan perkerasan terdiri dari susunan batu pokok (3-5cm), batu pengunci (1-2cm) dan batu penutup (pasir) dan campuran aspal panas sebagai pengikat diantara tiap lapisan dan dipadatkan sebagai lapis penutup. 8. Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag), dimana bahan perkerasan terdiri dari campuran agregat kasar (batu 3-5cm), agregat halus (batu 2-3cm), bahan pelunak/peremaja dan aspal buton yang dicampur secara dingin sebagai pengikat dan dipadatkan sebagai lapis penutup. Lingkup pekerjaan Pembangunan Jalan Beraspal dibatasi dengan prioritas (1). Perbaikan jalan beraspal yang telah ada (2). Peningkatan jalan Diperkeras yang telah ada. 6. Bahu Jalan Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung perkerasan jalan dan sebagai perantara aliran air hujan yang ada di permukaan jalan menuju saluran tepi jalan. Bahu jalan juga berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara bagi kendaraan. Bahu jalan tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan jalan. Adapun persyaratan teknis untuk bahu jalan, sebagai berikut : Bahu jalan dibuat disebelah kiri dan sebelah kanan sepanjang jalan, dengan lebar minimal 50 cm, Lebar standar 1,0 m. Bahu jalan dibuat dengan kemiringan sedikit lebih miring dari pada kemiringan permukaan jalan, biasanya 4 - 6 % (sama dengan turun 4 - 6 cm per 1,0 meter lari), demi kelancaran pembuangan air hujan.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

10

Bahan untuk bahu seharusnya terdiri dari tanah yang dapat meresap air sehingga pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses perembesan. Tanah pada bahu jalan harus dipadatkan. Ada baiknya kalau rumput ditanam di sebelah luar bahu jalan, dimulai sekitar 20 cm dari pinggir. Rumput tersebut akan membantu stabilitas pinggir jalan, tetapi harus dipangkas secara rutin supaya tidak terlalu tinggi. Penanaman perdu atau pohon diharapkan diluar bahu jalan (luar saluran, bila ada). Tanaman tersebut akan membantu stabilitas timbunan baru, tetapi tidak boleh terlalu dekat dengan jalan. 7. Pemadatan Tanah Tanah pada bagian galian tidak perlu di padatkan lagi kecuali pernah mengalami gangguan yang mengakibatkan tanah menjadi kurang padat. Sebelum kegiatan pemasangan perkerasan jalan, semua daerah timbunan harus dipadatkan dengan mesin gilas, stemper, atau timbris. Pemadatan ini sangat membantu menjaga stabillitas dan daya tahan badan jalan. Jalan yang tidak dipadatkan juga mudah terkikis oleh pengaliran air, dan mudah terkena erosi dan longsor. Kadar air harus optimal sebelum dipadatkan. Kadar optimal adalah sedikit basah, tetapi kalau digenggam tidak ada air mengalir keluar. Tanah biasa yang terlalu basah tidak dapat dipadatkan. Tanah yang terlalu kering memerlukan tenaga jauh lebih banyak untuk dipadatkan. Pemadatan harus secara lapis demi lapis, dengan setiap lapis maksimum 20 cm. Bila dipadatkan dengan lapisan lebih tebal, bagian dalam kurang padat. Pemadatan secara mesin dapat dilaksanakan dengan stemper atau dengan mesin gilas yang berukuran 4-6 ton. Mesin gilas dua ton yang bergetaran dianggap sama dengan mesin gilas 4-6 ton. Mesin gilas 6-8 ton dapat digunakan apabila dapat masuk kelokasi. Pemadatan secara padat karya dilaksanakan dengan timbris. Untuk daerah dimana tanah dasarnya jelek, maka badan jalan harus diadakan perkuatan, misalnya dengan cerucuk kayu atau stabilisasi misalnya dengan semen/kapur. 8. Drainase Air adalah musuh yang paling besar. Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air dibiarkan melintasi permukaan jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan. Jalan menjadi bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering. Perbaikan kerusakan akibat masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah seperti ini dapat dihindari apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu prasurvai. Di tempat tertentu, tidak akan ada masalah drainase. Di tempat lain, jalan hampir pasti mengalami masalah berat. Pertimbangan yang paling sederhana adalah sebagai berikut :
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

11

Jalan yang dapat mengikuti punggung bukit tidak akan mengalami masalah drainase, karena air tidak perlu melintangi jalan. Jalan yang dibuat pada lereng bukit, terpaksa harus ada galian dan timbunan tanah, selokan pinggir jalan, talud, gorong gorong dan sebagainya, dengan biaya konstruksi yang lebih besar. Kemungkinan terkena erosi dan longsor lebih besar Jalan yang dibuat pada daerah cekungan harus dihindari. Keadaan seperti ini harus dihindari karena masalah drainase (pembuangan) air. Kemungkinannya jalan tidak bisa dikeringkan. Ukuran saluran dan perlindungan saluran minimum adalah 50 (dalam) x 30 cm (lebar dasar) dengan bentuk trapesium. Saluran tidak diperlukan apabila terdapat kemiringan tanah asli lebih dari 1 % yang membawa air ke arah luar dari jalan. a). Saluran Samping Saluran samping diperlukan di sebelah kiri dan kanan badan jalan, kecuali: Jalan dibuat di punggung bukit, tidak perlu saluran sama sekali. Jalan dibuat di lereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah bawah. Pada keadaan biasa, setiap saluran harus berukuran minimum 50 cm (h/dalam) x 30 cm (b/lebar dasar) x (B/lebar atas 50 cm), dengan bentuk trapesium. Saluran dibuat lebih besar apabila diperkiraan debit air yang harus dibuang sangat besar. Saluran dibuat sejajar dengan jalan, dan dasar saluran harus dibuat dengan kemiringan sangat rendah untuk mengendalikan kecepatan aliran. Kecepatan tinggi menyebabkan erosi tanah, maka perlu terjunan atau pasangan apabila terlalu cepat. Tidak benar jika dasar saluran datar, karena air tidak akan mengalir sama sekali. Ketinggian dasar saluran harus lebih rendah daripada lapisan pasir yang ada di bawah batu perkerasan, demi kelancaran proses perembesan dan pengeringan. Saluran yang peka erosi perlu dilindungi. Perlindungan terdiri dari penguatan talud dan dasar saluran serta pemberian bangunan drop struktur. Tujuan untuk perlindungan saluran adalah untuk mengurangi erosi tanah pada saluran supaya saluran tetap berfungsi dan jalan tidak terkikis. Jenis perlindungan terdiri dari rumput (gebalan), turap, batu kosong, atau pasangan. Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang sangat peka terhadap erosi. Jenis perlindungan dipilih setelah dipertimbangkan: 1) kemiringan saluran dan kecepatan air, 2) jenis tanah (harus yaug peka terhadap erosi), 3) perubahan arah pengaliran pada belokan, dan 4) debit air.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

12

b). Gorong-gorong Gorong-gorong adalah jenis bangunan pelengkap jalan yang berfungsi untuk mengalirkan air yang harus lewat di bawah jalan, dan dapat dibuat dari bahan beton, pas. Batu, kayu dan sebagainya. Gorong-gorong diperlukan: Di mana sungai kecil atau saluran irigasi melewati jalan. Di mana kapasitas saluran samping kurang mampu mengalirkan volume air yang diperkirakan, dan air harus melewati jalan untuk dibuang. Di mana saluran samping memotong jalan lain pada persimpangan Di daerah perbukitan, setiap tempat terendah pada profil jalan. Kebutuhan ini dapat dilihat pada gambar ini: Dasar gorong-gorong dibuat dengan kemiringan 2 % untuk memperlancar aliran air. Untuk mengurangi aliran alamiah diganggu, baik didenah maupun di profil kedua ujung gorong - gorong mengikuti garis aliran yang alamiah. Jika garis alamiah tidak diikuti, saluran dan bak harus dilindungi. Ukuran gorong-gorong tergantung debit air yang akan mengalir. Luas lahan yang dapat dikeringkan goronggorong pipa beton dan gorong-gorong persegi beton diperkirakan sebagai berikut :

Jenis gorong-gorong yang layak untuk jalan desa/kelurahan adalah gorong-gorong: 1) Pipa beton (bulat), dengan ukuran garis tengah 40 cm s.d. 80 cm.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

13

2) Plat beton, yang dibuat dengan fondasi dari pasangan batu dan lantai dari beton bertulang, berukuran sisi antara 60 cm sampai 1,00 meter. Gorong-gorong plat beton lebih layak di mana buis beton tidak dapat ditanam cukup dalam. 3) Gorong-gorong persegi kayu, dengan dimensi lebar minimal 0,60 m, lebar maksimal 1,00 m, dan tinggi minimal 0,60 m (untuk kemudahan pemeliharaan). Gorong-gorong pipa beton, atau kayu harus ditanam supaya ada lapisan tanah di atasnya minimal 30 cm atau setengah ukuran garis tengahnya, seperti yang digambar di bawah ini: Tiap gorong-gorong dilengkapi bak penampungan air dan bak pembuangan di ujungnya, demi kelancaran pengaliran air dan untuk mencegah erosi. Pembuangan air dari semua saluran dan gorong-gorong harus aman dan dipikirkan untuk mencegah kerusakan akibat pengaliran air yang tidak terkendali. Pembuangan air dengan aman tetap menjadi tanggung jawab perencana jalan. Pembuangan yang aman adalah pembuangan yang mengantarkan aliran air ke sungai atau ke saluran yang mampu mengalirkan volume air tanpa merusak lingkungannya, terutama lahan petani atau rumah penduduk. Pembuangan tersebut dapat melalui sebuah saluran baru khusus untuk pembuangan. Saluran pembuangan dimulai dari gorong-gorong, saluran pinggir jalan yang sudah melebihi kapasitasnya, atau saluran pinggir jalan yang tidak dapat diteruskan. Saluran tersebut berhenti pada sungai atau saluran besar yang sudah ada. Tidak dibatasi panjang saluran pembuangan; panjangnya menurut kebutuhan setempat. Saluran pembuangan disesuaikan dengan debit air yang terbesar, dengan ukuran minimal sama dengan ukuran saluran pinggir jalan yang standar (50 x 30 cm). Saluran pembuangan harus dilindungi seperti saluran-saluran yang lain, dengan diberi pasangan batu, rumput, terjunan, dan sebagainya untuk mencegah erosi dasar dan talud saluran. c). Perlindungan Tebing Tebing merupakan bagian yang sering menjadi masalah karena longsoran atau erosi tanah. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki stabilitas tebing. Cara tersebut dapat digunakan secara tunggal atau gabungan, misalnya dibuat saluran diversi, diteras, dan ditanami rumput. Di bawah ini dibahas jenis-jenis perlindungan yang dapat diterapkan pada tebing. 1) Saluran diversi digunakan untuk menangkap air yang mengalir dari lereng di atas menuju tebing, supaya air tidak terbuang melalui tebing. Air saluran diversi harus dibuang ke tempat yang lebih aman. 2) Teras bangku sangat layak untuk tebing, asal lahan dapat dikorbankan untuk membentuk teras dan jenis tanah dapat dibentuk dengan stabil. Teras dibuat sejajar dengan kontur (hampir datar, dengan kemiringan maksimal 2%). Setiap 10 meter lari, air diterjunkan dari saluran teras ke bawah, dan penerjunan harus diperkuat seperti bangunan terjun
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

14

yang lain. Teras dibuat dengan lebar minimal 50 cm dan tinggi maksimal 1,00 meter. 3) Talud batu kosong dapat disusun pada tebing, tetapi sebelumnya tebing harus dikepras supaya tidak tegak lurus. Aliran air permukaan harus dialihkan dari talud batu kosong melalui saluran diversi. 4) Talud pasangan batu relatif kuat, tetapi relatif mahal. Pasangan batu harus dibuatkan sulingan untuk membuang air tanah dari belakang tembok. Ujung suling harus diberi saringan kecil dari ijuk. Pasangan batu harus dibuat dengan pondasi yang kuat, karena pasangan batu tidak fleksibel sama sekali. Ukuran bawah pasangan batu harus disesuaikan dengan kondisi tanah setempat. 5) Bronjong adalah cara yang kuat dan cukup fleksibel, tetapi relatif mahal. Supaya posisi bronjong stabil dan tidak lari, dasar bronjong yang paling bawah didukung dengan tiang pancang, dengan jarak setiap tiang pancang 1-114 m, serta dan ukuran 12-15 cm, serta dipancang sampai lapisan tanah keras. Bronjong dibuat lapis demi lapis dan disambung. Setiap lapis (baris) harus dibuat datar (sama tingginya). 6) Turap kayu/bambu, relatif murah, sebab umumnya merupakan bahan lokal. Bahan kayu bisa berupa balok atau persegi. Bahan bambu harus yang sudah tua, beruas pendek dan hanya diambil bagian pangkalnya saja. Turap ini bisa dibuat pada posisi tegak, dengan tinggi 1,0 hingga 1,5m dengan jarak tiang 0,75 1,00m. 7) Perlakuan Vegetatif, Penanaman bahan-bahan vegetatif untuk menstabilkan lereng atau mengurangi erosi (murah dan mudah sekaligus memiliki fungsi estetika).

2. JEMBATAN
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi di atas sungai atau jurang yang digunakan sebagai prasarana lalu lintas darat. Tujuan dari pembangunan jembatan di sini adalah untuk sarana penghubung pejalan kaki atau lalu-lintas kendaraan ringan. Konstruksinya sederhana, dengan mempertimbangkan sumberdaya setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi) sehingga mampu dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Jembatan yang dibangun dalam program ini adalah jembatan yang melengkapi system lalulintas ekonomi dan transportasi masyarakat : 9 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan desa/kelurahan dengan wilayah desa/kelurahan lain sebagai prasarana perhubungan ekonomi dan sosial masyarakat; 9 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi (seperti pasar, TPI, dll) ke outlet (jalan poros desa/kelurahan/jalan dengan fungsi yang lebih tinggi/dermaga);

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

15

9 Jembatan pada jalan desa/jalan lingkungan yang menghubungkan RW/dusun/perkampungan dengan pusat pemerintahan, pusat kegiatan ekonomi, produksi, outlet; 9 Jembatan pada jalan desa/jalan lingkungan yang menghubungkan desa/kelurahan dengan pusat kegiatan produksi (seperti pertanian, perkebunan, dll). Standar teknis jembatan mengacu pada Pedoman Sederhana Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Jalan- Dep. PU Tahun 1996 . Pembangunan jembatan baik berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi Jembatan Kayu, Jembatan Gelagar Besi, Jembatan Beton dan Jembatan Gantung hendaknya mempertimbangkan kriteria-kriteria, pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan berikut. Tabel Alternatif Pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan Jenis Konstruksi Fungsi Ukuran Konstruksi

Jembatan Kayu

Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m ringan (as tunggal 5 ton) - Panjang Bentang maks. 6m (dapat 12m dgn pilar ditengah) Jembatan Gelagar Besi Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m (lantai kayu) ringan (as tunggal 5 ton) - Panjang Bentang maks. 12 m Jembatan Beton Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m ringan (as tunggal 5 ton) - Panjang Bentang maks. 6 m Jembatan Gantung - Pejalan Kaki - Lebar maks. 1,5m - Kendaraan roda 2 - Panjang Bentang maks. 60 m
Untuk bentang yang lebih besar maka desain konstruksi harus mendapat persetujuan Tenaga Ahli/Konsultan dan Dinas Teknis/PU setempat; 1). Pemilihan Lokasi & Layout Jembatan Panjang pendek bentang jembatan akan disesuaikan dengan lokasi setempat. Penentuan bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa lokasi yang telah diusulkan. Pemilihan lokasi mempertimbangkan kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural. Pertimbangan aspek transportasi berkaitan dengan kelancaran arus lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki. Perencanaan yang kurang tepat terhadap kapasitas lalu lintas harus dihindari. Selain karena hal itu akan mempengaruhi lebar jembatan juga pemilihan type/jenis konstruksi jembatannya. Sebagai misal, karena jembatan dibangun pada jalan yang menghubungkan pusat kegiatan perekonomian masyarakat maka mungkin lebih diperlukan adalah jembatan beton bukan jembatan kayu karena pertimbangan perkembangan lalu lintas kedepan. Persyaratan teknis yang perlu dipertimbangkan, antara lain : Penentuan geometri struktur, alinemen horisontal dan vertikal, sesuai dengan lingkungan sekitarnya; Pemilihan sistem utama jembatan dan posisi lantai/dek; Penentuan panjang bentang optimum sesuai syarat teknik, arsitektur dan biaya; Pemilihan elemen-elemen struktur atas dan struktur bawah, terutama tipe pilar dan pondasi/abutmen; Pendetailan struktur atas, seperti sandaran, penerangan, lantai, balok jembatan, perletakan; Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan berdasarkan pertimbangan struktural dan estetika.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

16

Aspek estetika (pandangan yang sesuai dan harmonis dengan lokasi) jembatan merupakan salah satu faktor penting pula dipertimbangkan dalam perencanaan, terutama jembatan yang berada ditengah-tengah kelurahan/desa. Kesesuaian estetika dan arsitektural akan memberikan nilai lebih kepada jembatan yang dibangun. Pertimbangan layout jembatan terhadap topografi setempat : tempat yang ideal untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek; pondasi dapat dibuat sehemat mungkin; Posisi jembatan tidak berada di tanjakan/turunan jalan dan tikungan sungai; pada tebing sungai yang tidak terlalu tinggi Pada sungai yang lurus Pada tanah keras Setelah dilakukan layout, selanjutnya dilakukan penyelidikan/survey lokasi : Untuk mengetahui kondisi fisik lokasi, misalnya keadaan lereng, singkapan batu, situasi geografis & geologi ketersediaan bahan, alat dan transportasi kelokasi. Untuk mengetahui kondisi pondasi setempat, termasuk titik-titik pilar pada potongan melintang sungai, kondisi lapangan yang kurang menguntungkan seperti daerah patahan geologi, tanah lunak, dll. 2). Pembebanan Jembatan sederhana untuk lalu lintas ringan volume rendah direncanakan dengan pembebanan : beban merata 300 kg/m2 dan beban kendaraan ringan roda 4 : as depan 1,5 ton & as belakang 3,5 ton. 3). Syarat minimum ruang bebas 1). Tinggi Jagaan minimum, tinggi bebas minimum terhadap banjir 50 tahunan direncanakan sebagai berikut :
Kondisi Daerah Datar Daerah Perbukitan Irigasi Sifat Aliran Air/Sungai Tenang Deras Tenang Deras Tenang Tinggi Jagaan dari Muka Air Banjir (MAB) 0,6 m 1,0 m 1,0 m 1,5 m 0,5 m

2). Ruang bebas untuk lalu lintas air dibawah jembatan harus disediakan sesuai kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan (misalnya untuk lalu lintas perahu, dsb). 4). Bangunan Bawah Jembatan Bagian jembatan yang berfungsi memikul bangunan atas jembatan dan meneruskannya ketanah, pada umumnya berada di dalam tanah, seperti : kepala jembatan, pilar, pondasi
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

17

dan sayap jembatan. Jembatan untuk kendaraan beban ringan umumnya menggunakan pondasi langsung, kecuali jika tanahnya lembek/gambut menggunakan tiang pancang kayu. a. Pondasi Langsung Pasangan Batu Kali

b. Pondasi Langsung Kayu

c. Pondasi Tiang Pancang Kayu untuk tanah lembek/gambut. Jika tanahnya lembek/gambut, pondasi jembatan kayu dapat menggunakan tiang pancang kayu. 9 Kayu yang digunakan harus kayu mutu klas kuat I. Ukuran kayu : o Ukuran balok kayu persegi 15 x 15 cm s/d 30 x 30 cm o Ukuran kayu gelondongan/bulat, diameter 24cm s/d 34cm 9 Kedalaman pancang yang disyaratkan minimal 3 m dan maks. 6m 9 Rumus Engineering News, Pemukulan tiang pancang dengan gravitasi :

9 Ujung tiang pancang kayu diruncingkan dan diberi sepatu (kepala tiang pancang), dipancangkan dengan cara dipukul dengan palu beton berat 80-100kg (ukuran 30x30x50cm), dengan tinggi jatuh 50-100cm; 9 Penghentian pemancangan apabila pada 10 kali pemukulan terakhir dengan tinggi jatuh 100cm, jumlah penurunan kumulatif 5cm; 9 Penyambungan tiang pancang dengan cara sambungan lidah (memotong kedua ujung tiang pada ujungnya setebal tebal tiang dengan panjang sambungan 3kali tebal tiang), kemudian diklem dengan plat besi 3cmx0,3cm dan diikat dengan kawat dia.3mm atau diperkuat dengan paku. 18

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

9 Diatas tiang dipasang balok kayu 30x30cm yang menghubungkan 2 tiang pancang dengan cara diklem dengan plat atau menggunakan paku pengapit dari besi beton 6mm.

5). Bangunan Atas Jembatan Bangunan jembatan yang langsung memikul beban lalulintas, pada umumnya berada diatas permukaan tanah, seperti : lantai, balok jembatan, sandaran, perletakan. a). Jembatan Kayu Konstruksi bangunan atas terdiri dari gelagar kayu dengan lantai kayu, sedangkan bangunan bawah bisa pondasi langsung kayu, pasangan batu atau tiang pancang kayu. Panjang bentang maksimum 6 meter (untuk satu bentang) dan lokasi memungkinkan dapat dibuat lebih dari satu bentang dengan menambah pondasi pilar ditengah. Kayu yang digunakan untuk konstruksi harus dari kayu kualitas baik, minimal kayu klas 2, seperti meranti merah, kruing, rasamala atau kayu lokal yang kualitasnya sesuai persyaratan. Kayu mempunyai beberapa keuntungan : Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi lebih murah, dan dapat dikerjakan dengan peralatan yang sederhana; Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus dan tenaga ahli tinggi, misalnya pada sambungan cukup dengan menggunakan bor; Lantai kayu dapat dipasang tanpa menggunakan besi beton dan begesting sehingga menghemat biaya; Kayu tidak mudah dipengaruhi oleh korosi seperti baja/besi dan beton;
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

19

Kayu merupakan bahan yang sangat estetik, bila didesain dengan benar dan dipadukan dengan lingkungan sekitar. Kerugiannya antara lain : Relatif mudah rusak oleh perubahan cuaca, pelapukan dan mudah ditumbuhi lumut/jamur sehingga kebutuhan pemeliharaan lebih sering dilakukan, biaya pemeliharaan cukup tinggi disbanding beton/baja; Kayu menjadi terbatas terutama karena panjangnya terbatas sehingga lebih cocok hanya untuk jembatan dengan bentang pendek, bila lebih panjang harus menambah pilar jembatan (biaya mahal); Ukuran kayu gelagar yang digunakan tidak umum tersedia dipasaran (pesanan khusus) sehingga menjadi sulit tersedia dan biaya lebih tinggi terutama pada daerah perkotaan/daerah tidak memiliki kayu; Lemahnya pengetahuan mutu kayu yang baik, akan cenderung mendorong masyarakat untuk menggunakan kayu yang tersedia disekitar (local) meskipun kualitas rendah (pengawasan kualitas bahan harus lebih tinggi);

Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Kayu Lalulintas Ringan

Kayu papan lantai ukuran 8/25 cm; Sandaran kayu Kaso 5/7 cm dipaku pada balok tepi; Lintasan Roda Kendaraan, papan 4/30 cm sepanjang jembatan; Oprit pada pangkal jembatan menggunakan tanah pilihan/sirtu dipadatkan; 20

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

b). Jembatan Gelagar Besi Konstruksi bangunan atas adalah gelagar besi, lantai kayu sedangkan bangunan bawah adalah pondasi langsung pasangan batu. Panjang bentang adalah 6m s/d 15m Konstruksi jembatan gelagar besi dengan dua perletakan sistem simple beam. Besi gelagar yang digunakan adalah besi profil I; Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Kayu Lalulintas Ringan

Penyambungan/ikatan antara gelagar besi dengan balok lantai menggunakan baut dengan plat siku pengaku dan tidak melubangi sayap besi gelagar karena akan mengurangi kekuatan strukturnya; Kayu papan lantai ukuran 8/25 cm, pengikatan dengan 2 baut sekrup diameter 10mm dan plat pengapit kegelagar jembatan. Lintasan Roda Kendaraan, papan 4/30 cm sepanjang jembatan; Sandaran Besi L.40.60.5, L.70.70.7, L.90.150.10mm Oprit pada pangkal jembatan menggunakan tanah pilihan/sirtu dipadatkan; Penggunaan jembatan gelagar besi mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian dibandingkan jembatan kayu, diantaranya : Beberapa keuntungan : Gelagar besi memberikan kekuatan yang lebih besar dan masa pakai yang lebih lama dibandingkan kayu; Gelagar besi memberikan masa pakai yang relative lebih lama dibandingkan kayu (pemeliharaan lebih ringan dari gelagar kayu); Lantai kayu dapat dipasang tanpa menggunakan besi beton dan begesting sehingga menghemat biaya; Gelagar Besi tersedia dengan ukuran yang lebih panjang dari kayu sehingga dapat dibangun untuk bentang yang lebih panjang tanpa pilar (tiang tengah), penghematan biaya pondasi; Beberapa Kerugian : Gelagar besi cukup berat dan panjang sehingga memerlukan alat angkut khusus dan ketersediaan jalan kelokasi yang cukup (biaya transport mahal bahkan mungkin sulit didatangkan kelokasi yang terpencil); Pekerjaan konstruksi cukup berat sehingga memerlukan peralatan/tenaga khusus untuk pemasangan dilapangan, biaya dan pengawasan tinggi; Pekerjaan-pekerjaan detail dikerjakan memerlukan peralatan khusus dan tenaga ahli misalnya pada sambungan dengan pengelasan; Biaya gelagar besi lebih mahal dibandingkan beton dan kayu; Besi dipengaruhi oleh korosi sehingga pada daerah tertentu perlu antisipasi/pemeliharaan khusus untuk hal ini; Ketersediaan dipasaran, khusus didaerah luar jawa masih terbatas, biaya mahal dan sulit dibangun;

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

21

c). Jembatan Beton Untuk desain dan konstruksi jembatan beton dapat mengacu pada standar Bina Marga untuk jalan/jembatan kabupaten, terutama untuk bentang yang lebih besar/panjang, seperti paket 10m,15m,20m,25m. Bangunan atas jembatan beton adalah : Balok, lantai, sandaran, kerb dan perletakan yang semuanya terbuat dari beton bertulang dengan mutu beton struktur, minimum mutu beton K-225. Sedangkan pondasinya adalah pondasi pasangan batu (meskipun juga dapat digunakan beton bertulang). Bentuk umum yang masih cukup sederhana dan ekonomis dari jembatan beton bertulang ini adalah type slab dan type balok-T cor ditempat dengan bentang 6-8m. Penggunaan jembatan beton mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian dibandingkan jembatan kayu dan jembatan gelagar baja, diantaranya : Beberapa keuntungan : Lantai dan gelagar beton bertulang yang menyatu memberikan kekuatan yang lebih besar dan masa pakai yang lebih lama dibandingkan gelagar/lantai kayu; Kebutuhan pemeliharaan seharusnya lebih ringan; Harga tidak terlalu jauh berbeda dengan kayu dan lebih murah dari gelagar besi; Dapat dibangun dilokasi yang tidak tersedia kayu dan pengangkutan gelagar besi sulit, material dan tenaga kerja relative mudah diperoleh didaerah setempat; Masyarakat mendapat keterampilan baru, yaitu cara menggunakan bahan beton; Beberapa Kerugian : Perencana desain dan pelaksanaan (pengawasan) memerlukan tenaga ahli/berpengalaman dimana terbatas didaerah setempat; Perlu pengawasan intensif selama pelaksanaan dilapangan sehingga terjamin kualitasnya; Perlu keterampilan dan ketelitian tenaga kerja, khususnya pekerjaan beton dan pembesian agar menjamin kualitas; Memerlukan perancah untuk bisa mengerjakan beton sehingga ada biaya tambahan untuk pekerjaan beton; Sangat peka terhadap penurunan pondasi, maka perlu pondasi yang terjamin kuat (struktur dan tanahnya); Lebih sulit dipelihara bila ada kerusakan. Kerusakan sulit diketahui sampai dengan jembatan ambruk, maka lebih berbahaya; Tanpa pengawasan yang tinggi, sangat beresiko kegagalan; Besi/Beton dipengaruhi oleh korosi sehingga pada daerah tertentu perlu antisipasi/pemeliharaan khusus untuk hal ini; d). Jembatan Gantung Konstruksi bangunan atas jembatan gantung berupa : tiang pilon/menara, kabel utama, kabel pengaku, kabel penggantung dengan lantai dan pagar pengaman/sandaran. Sedangkan bangunan bawah berupa pondasi dari pasangan batu/beton. Konstruksi jembatan gantung lebih cocok untuk bentang yang panjang dengan dasar sungai yang dalam. Pada lokasi tebing yang tingginya tidak sama, penentuan bentang jembatan diusahakan agar kemiringan bentang utama jembatan maksimum 1:20. Panjang jembatan gantung disini adalah 15-60m dengan perbedaan panjang kelipatan 5 m. Lebar jembatan 1,5m.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

22

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

23

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

24

3. TAMBATAN PERAHU
Yang dimaksud dengan tambatan perahu adalah tempat untuk mengikat/ menambat perahu-perahu saat berlabuh. Terdapat 2 tipe tambatan perahu : 1. Tambatan tepi, digunakan apabila dasar tepi sungai atau pantai cukup dalam, dibangun searah tepi sungai atau pantai. 2. Tambatan dermaga, digunakan apabila dasar sungai atau pantai cukup landai, dibangun menjalar ketengah. Sedangkan dari konstruksinya dibedakan atas :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

25

type 1 lantai, Tipe ini cocok untuk daerah hulu sungai, dimana perbedaan muka air pasang dan surut tidak terlalu besar; type 2 lantai, Tipe ini cocok untuk daerah hilir sungai, dimana perbedaan muka air pasang dan surut cukup besar, karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Perencanaan tambatan perahu haruslah merupakan bagian kelengkapan sistem pelayanan masyarakat, baik sudah ada maupun yang akan direncanakan akan dibangun, seperti : TPI, dermaga bongkar muat, tempat parkir, gudang dan jalan penghubung ke permukiman. Kriteria yang perlu diperhatikan dalam penempatan/pemilihan lokasi tambatan perahu : Sedapat mungkin ditempat yang strategis sehingga sehingga warga pengguna mempunya jarak pencapaian yang relatif sama; Pada sungai/pantai yang lurus / tidak pada bagian berbelok dan tidak terletak didaerah dengan kondisi erosi yang aktif/besar; Lalulintas perahu dan kegiatan berada disekitar tamabatan perahu; Tidak pada pantai yang ombaknya cukup besar (pantai dengan tinggi gelombang maksimum 40 cm); Sekitar lokasi harus bersih; Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat kerja dan tambatan perahu harus tersedia. Pada lalu linta sungai yang padat dan sempit tidak menggunakan tipe tambatan dermaga; Kedalaman tepi sungai/pantai tidak lebih dari 6m. Persyaratan teknis tambatan perahu :

Tambatan yang digunakan untuk perahu berukuran maksimum panjang 16m, lebar 3m, bobot mati perahu 2 ton. Kriteria pemilihan jenis konstruksi tambatan perahu
No Bentuk Tepi Pantai/Sungai Perbedaan Muka Air Pasang Surut (MAP) Jenis Konstruksi

1. 2. 3. 4.

Landai Landai Curam Curam

Kurang dari 2 meter Lebih dari 2 meter Kurang dari 2 meter Lebih dari 2 meter

Tambatan Dermaga berlantai Satu Tambatan Dermaga berlantai Dua Tambatan Tepi berlantai Satu Tambatan Tepi berlantai Dua

Kekuatan standar untuk tambatan perahu pada beban lantai maksimum 300kg/m2. Jenis kayu yang yang digunakan untuk tambatan perahu adalah kayu kuat kelas I dan kayu awet kelas I. Ukuran-ukuran bagian konstruksi tambatan perahu :
No Jenis Konstruksi Ukuran (cm) Jarak antara maksimal

1.

Tiang

2. 3. 4. 5.

Sekur (menyilang antar tiang pancang) Gelagar Melintang Gelagar Memanjang Lantai

6 x 12 8 x 12 8 x 15 15 x 15 5 x 10 6 x 12 8 x 12 8 x 15 8 x 12 8 x 15 3 x 20 3 x 30

1, 00 meter 1, 50 meter 1, 75 meter 2, 00 meter 1, 50 meter 2, 00 meter 1, 50 meter 2, 00 meter 1, 50 meter 2, 00 meter Rapat Rapat 26

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

Pada tiang pancang bagian luar di pasang balok fender sebagai pengaman terhadap tumbukan perahu; Pada bagian tepi papan lantai dipasang patok tambat dari bahan baja ulir dengan jarak antara patok 2 meter;

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

27

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

28

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

29

1. PEMBUATAN DESAIN/GAMBAR/SPESIFIKASI TEKNIS Perencanaan teknis prasarana lingkungan yang akan dilaksanakan melalui bantuan PNPM MP adalah merupakan perencanaan sederhana, namun harus dapat dipakai untuk menghitung rencana biaya pelaksanaan yang akan dilaksanakan/dikelola oleh Masyarakat melalui wadah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) setempat. Berdasarkan hasil survey teknis prasarana yang telah dilakukan sebelumnya maka KSM melakukan pembuatan desain dan gambar rencana bangunan yang akan dibuat, termasuk spesifikasinya. Sasaran utama dalam tahap desain ini adalah : Menentukan tingkat pelayanan prasarana sesuai dengan kebutuhan, seperti : kekuatan, ukuran, dll; Menghitung dimensi konstruksi sesuai dengan tingkat pelayanannya; Menyiapkan sketsa hasil perhitungan. Beberapa hal yang dianjurkan dalam pemilihan jenis konstruksi prasarana : Mendorong peningkatan keswadayaan masyarakat; Sedapat mungkin menggunakan konstruksi dan atau teknologi sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat; Sebanyak mungkin menggunakan material dan tenaga kerja setempat; Mudah dalam pengadaan material/alat/tenaga kerja; Kuat dan tahan lama; Memberikan manfaat yang paling besar bagi masyarakat; Dapat dibangun oleh masyarakat dengan harga yang seimbang. Tidak mempunyai masalah teknis yang sangat berat. Tidak merusak lingkungan; Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu pada kriteria desian standar yang dikeluarkan oleh instansi teknis terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum atau instansi teknis terkait lainnya. Untuk pelaksanaan PNPM MP ini maka dapat dapat dilihat atau mengacu pada buku Pedoman Teknis Sederhana Pembangunan Sarana & Prasarana yang telah diperbanyak ulang oleh PNPM MP. Berikut diuraikan kriteria desain untuk beberapa jenis infrastruktur yang umum dibangun, antara lain :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

30

4. DRAINASE PERMUKIMAN
Drainase permukiman merupakan sarana atau prasarana dipermukiman untuk mengalirkan air hujan dari suatu tempat ketempat lain agar lingkungan perumahan bebas dari genangan air. Pengembangan permukiman diperkotaan yang demikian pesatnya, mengakibatkan makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan dan mengakibatkan waktu berkumpulnya air jauh lebih pendek, berkurangnya kesempatan air hujan untuk berinfiltrasi kedalam tanah, sehingga akumulasi air hujan yang terkumpul melampaui kapasitas drainase yang ada. Hal ini sering ditunjukan dengan terjadinya air yang meluap dari saluran drainase bahkan banjirpun dapat terjadi yang mengganggu aktivitas masyarakat. Kebutuhan pembangunan drainase permukiman, antara lain: Berkurangnya kapasitas drainase yang ada atau tidak tersedia drainase yang akan mengalirkan air permukaan; Timbulnya genangan air didaerah permukiman; Ketentuan umum pembangunan drainase permukiman adalah : Drainase permukiman yang dibangun pada proyek ini harus terintegrasi dengan sistem/jaringan drainase yang sudah ada atau harus sampai pada tempat pembuangan air (saluran drainase/sungai/laut). Pembangunan drainase diusahakan mengindari perlintasan dengan bangunan yang telah ada, namun bila terpaksa maka desain dan pelaksanaannya wajib mendapat persetujuan dari instansi pengelola bangunan tersebut. Misalnya melintasi jalan kab/provinsi/nasional, irigasi teknis, jaringan/bangunan listrik, telepon, dll. Prioritas pembangunan drainase dengan urutan : perbaikan/peningkatan drainase lama karena kapasitas/fungsinya sudah berkurang dan pembangunan baru. Air hujan yang masuk kesaluran air hujan adalah air hujan yang tidak tercemar dan bukan air limbah Jenis drainase disini dapat meliputi saluran air hujan dan sumur resapan di permukiman. 1). Saluran Resapan Air Hujan Fungsi saluran untuk mengalirkan air hujan ke saluran yang lebih besar/badan air dan meresapkan sebagian air. Ukuran saluran ditentukan berdasarkan kapasitas volume air yang akan ditampung (luas daerah tangkapan) dan intensitas curah hujan 5 tahunan, debit air dan daya resap tanah (permeabilitas >/= 2cm/jam); Saluran resapan air hujan ditempatkan dengan luas daerah maksimum 5Ha dengan sistem pengaliran tersier dan maksimum 25Ha dengan sistem pengaliran tersier dan sekunder. Luas area (catchment area) maksimum 5 Hektar Type Rumah/Luas Jumlah Panjang No Sistem Pengaliran Tanah rumah (unit) Saluran (m) 1. T.21/60 150 750 Tersier 2. T.36/75 120 720 Tersier 3. T.45/90 100 750 Tersier 4. T.70/110 28 224 Tersier Luas area (catchment area) maksimum 25 Hektar Type Rumah/Luas Jumlah Panjang Sistem Pengaliran Tanah rumah (unit) Saluran (m) T.21/60 750 3.730 Tersier T.36/75 600 3.600 Tersier 31

No 1. 2.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

No 3. 4.

Type Rumah/Luas Tanah T.45/90 T.70/110

Jumlah rumah (unit) 750 140

Panjang Saluran (m) 3.730 1.120

Sistem Pengaliran Tersier & Sekunder Tersier & Sekunder

Sitem saluran dapat terbuka atau tertutup : Persyaratan saluran terbuka : o Saluran berbentuk persegi, trapesium, lingkaran dia. minimum 20cm; o Kemiringan saluran minimum 2%; o Kedalaman saluran minimum 40cm; o Bahan bangunan : tanah liat, beton, batu bata, batu kali; Persyaratan Saluran tertutup : o Saluran dilengkapi dengan lubang kontrol pada setiap jarak minimal 10meter dan pada setiap belokan; o Kemiringan saluran minimum 2%; o Kedalaman saluran minimum 30cm; o Bahan bangunan : PVC, tanah liat, beton, batu bata, batu kali; Saluran air hujan didesain untuk digunakan atau dipakai hanya untuk dilingkungan permukiman. Beban hidup pada umumnya adalah orang, bila dilalui kendaraan roda dua (motor) atau roda 4 (mobil) maka saluran tersebut harus ditutup dengan plat beton bertulang tebal 10-12cm. Saluran air hujan tidak direkomendasikan untuk pemakaian dipinggir jalan raya yang dapat dilewati oleh kendaraan berat seperti truk, dll. a. Saluran tersier tipe I dan II dari beton pracetak berlubang : Luas penampang (A), type I = 0,16 m2 ; Type II = 0,12 m2 Keliling Basah (O), type I = 1,02 m ; Type II = 0,86 m Kemiringan saluran type I dan II = 2% Mutu Beton (K225) atau campuran 1 semen : 2pasir : 3 kerikil Besi tulangan yang digunakan, Type I : besi diameter 6mm berulir; Type II besi diameter 6 mm tanpa ulir/polos; Tebal selimut beton = 25 mm (2,5 cm) Bahan-bahan yang digunakan adalah semen, kerikil/batu pecah dan pasir beton; Untuk kepentingan pemasangan/penanganan maka pada kedua dinding samping (kiri/kanan) diberi lubang secukupnya. Setelah pemasangan dilapangan, lubang ini ditutup/ditambal dengan adukan semen dan pasir. Sebelum pemasangan model saluran dilapangan, maka dasar galian tanah dasar saluran harus dipasang pasir urug atau kerikil diameter 1cm setebal 10 cm, diratakan dan dipadatkan;

b. Saluran Tersier dan Sekunder dari Pasangan Bata dan Batu Kali Saluran dibuat kedap air. Agar saluran dapat meresapkan sebahagian air hujan kedalam tanah, maka pada jarak tertentu harus diberi sumur resapan (misalnya saluran hujan tersier dapat diberi sumur resapan setiap jaran 25 m dan untuk saluran air hujan sekunder dapat diberi sumur resapan setiap jarak 50 meter). Diameter sumur resapan dapat dibuat dengan menyesuaikan lebar saluran, sedangkan untuk kedalamannya 1 1,5 meter. Sumur resapan tersebut harus diberi kerikil atau batu pecah sampai pada permukaan sumur resapan atau bagian dasar saluran, ukuran butir kerikil atau batu pecah 5 10 cm.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

32

2). Sumur Resapan Air Hujan Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air hujan (bukan air limbah) kedalam tanah. Air hujan yang diresapkan berasal dari bidang tanah, atap bangunan dan permukaan tanah yang dikedapkan/perkeras untuk menjaga keseimbangan system tata air dilingkungan dan menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

33

Persyaratan pembangunan SRAH harus mempertimbangkan keamanan bangunan disekitar (jarak kesumber air 3m, jarak ke pondasi bangunan min. 1m dan tangki septik min. 5m). Bentuk SRAH dapat berupa sumur persegi/bulat dan dapat diterapkan pada lahan datar/pekarangan dengan permukaan air tanah min. 1,5m dari muka tanah dan nilai permeabilitas tanah min. 2cm/jam. SRAH pada luas area maksimum 5 Hektar Luas bid. Tadah Minimum SRAH yang Type Rumah/Luas Jumlah tiap rumah terpasang ditiap Tanah rumah (unit) minimum (m2) rumah, 80cm T.21/60 150 18 1 buah T.36/75 120 27 1 buah T.45/90 100 32 2 buah T.70/110 28 47 3 buah

No 1. 2. 3. 4.

5. PRASARANA AIR BERSIH


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas Air minum harus memenuhi standar kualitas air minum yang berlaku, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan 907/Menkes/SK/VII/2002. Pembangunan prasarana Air Bersih ini bersifat mendekatkan akses air bersih dan atau memberikan pelayanan penuh kepada masyarakat, khususnya warga miskin. Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan Sistem penyediaan air bersih adalah sebagai berikut : 1. Tersedianya data sumber air baku mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas. 2. Perencanaan sistem air bersih harus memenuhi persyaratan teknis air bersih yang berlaku. 3. Perencanaan sistem harus merupakan karya yang terbaik dan termurah dalam pembangunan dan operasi & pemeliharaan. 4. Dilakukan oleh masyarakat setempat dengan pendampingan oleh Konsultan pendamping, terutama pada tahap survai lapangan (data lapangan) dan penentuan ketersediaan air baku. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan sistem penyediaan air bersih, mencakup : 1). Persyaratan Lokasi Lokasi yang dapat diusulkan untuk perencanaan sistem air bersih adalah lokasi yang mempunyai sumber air yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang dapat diolah secara sederhana. Evaluasi Lokasi Mata Air : 1. Hitung Jarak Mata air, jika jarak mata air kedaerah pelayanan memenuhi ketentuan (kurang dari 6 km), maka mata air dapat dipergunakan; 2. Jika lokasi mata air berada didesa lain atau jalur pipa melalui desa lain, maka mata air belum dapat dipergunakan, kecuali ada ijin dan kesepakatan bersama untuk mata air dan jalur yang akan dilalui pipa;

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

34

3. Bandingkan beda tinggi antara mata air dan daerah pelayanan, dapat dikategorikan sebagai berikut :

4. Tanah Lokasi harus sudah mendapat ijin atau dihibahkan oleh pemiliknya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum; 5. Lokasinya bukan didaerah yang terkena banjir; 6. Untuk SGL/SPT, jarak dengan sumber pencemaran air (resapan, tangki septik/cubluk), galian sampah minimum 15 meter; 2). Pemilihan Sumber Air Baku Dari masyarakat diperoleh informasi sumber-sumber air baku yang berpotensi. Sumber air baku (Mata Air, Air Tanah, Air Hujan, Air Permukaan) dipilih yang berpotensi baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

35

Untuk menetapkan jenis sumber yang akan digunakan, maka dapat digunakan alat bantu berupa diagram pemilihan teknologi penyediaan air bersih perdesaan. Diagram ini terdiri atas dua jenis diagram, yaitu diagram untuk jenis sistem yang dilayani secara perpipaan (Gambar 1A) dan diagram untuk jenis sistem yang dilayani secara non perpipaan (Gambar 1B). Berdasarkan jenis sumber yang dapat dimanfaatkan tersebut, maka dipilih jenis teknologi yang sesuai dengan jenis sumber air baku dan yang layak untuk diterapkan dengan menggunakan teknologi yang sederhana, serta murah dan muddah dalam pengoperasian dan perawatan.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

36

Kebutuhan Air Bersih

4 2
Apakah Penduduknya >3000

Tidak

Apakah ada Mata Air Gravitasi pada jarak 5 km dengan kualitas & kuantitas Baik ?

Ya

Konsentrasikan pada Program Sistem Perpipaan MA Gravitasi

Ya 3
Masyarakat mampu & mau membiayai konstruksi operasi & pemeliharaan sistem perpipaan?

Tidak

Tidak

Penelitian untuk Sistem Non perpipaan

Ya
Penelitian untuk Sistem Perpipaan

5
Apakah ada mata air dg debit 5 l/s dan berjarak < 10 km?

Tidak

Ya 6
Apakah30 m lebih tinggi dari desa?

7 Apakah potensi Tidak


sumur dalam di desa ini <5 l/s ?

8 Tidak
Apakah Tersedia air permukaan sepanjang tahun?

Tidak

Buat Studi Khusus

Ya
Konsentrasikan pada sistem MA Gravitasi

Ya
Pilih yang paling ekonomis antara sistem Mata Air dan Sumur Bor

Ya
Pilih yang paling ekonomis antara Saringan Pasir cepat dan saringan pasir lambat

Catatan : Kotak No. 5 Debit Mata Air Kualitas Baik setelah dikurangi pemakaian (Lokal) dan tersedia sepanjang tahun

Gambar 1 A Diagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Sistem Perpipaan

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

37

Kebutuhan Air Bersih

2 Ya
Penduduknya >3000

3 Ya

Apakah Masyarakat cukup mampu & mau untuk membantu kons operasi & pemeliharaan sistem perpipaan?

Ya

Penelitian untuk Sistem perpipaan

Tidak

4
Masyarakat cukup mampu & mau membiayai konstruksi operasi & pemeliharaan sistem perpipaan?

Tidak Ya
Konsentrasi pada program sistem perpipaan MA Gravitasi

Tidak
Penelitian untuk Sistem Non perpipaan

Tidak

Masyarakat cukup mampu 4 & mau membiayai konstruksi operasi & pemeliharaan sistem perpipaan?

Ya

5
Adakah Air Tanah dangkal dengan kualitas Baik ?

Ya

Konsentrasikan pada program pembuatan & perbaikan sumur gali/pantek

Tidak

Adakah MA sekitar 1 km?

Ya

Konsentrasikan pada program sistem MA Gravitasi

Tidak 6

Adakah air tanah dalam kualitas & kuantitas baik?

Ya

Konsentrasikan pada sumur dalam

Tidak 7
Apakah Air Hujan dengan debit cukup mudah didapat

Ya

Konsentrasikan pada PAH

Tidak 8
Apakah Air Permukaan mudah diperoleh?

Ya

Konsentrasikan pada Saringan Rumah Tangga

Tidak
Konsentrasikan pada Pelayanan Terminal (Hidran Umum) Catatan : (1) Kotak No 4, 5, 6 : Kualitas Baik & Kuantitas tersedia sepanjang tahun (2) Kotak 3, bila dlm pemakaian yg layak

Gambar 1B Diagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Sistem Non Perpipaan

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

38

3). Pengukuran Debit a. Sumber Mata Air Secara sederhana cara pengukuran debit air yang berasal dari Mata Air dapat dilakukan sebagai berikut : Siapkan ember kosong dan ukur terlebih dahulu volume/isinya (dalam liter). Sumber air dibendung sementara, lalu buat pancuran air; Letakan ember kosong dibawah pancuran air, Catat waktu (dalam detik) mulai air masuk sampai ember penuh; Hitung Debit Air (dalam liter per detik) dengan cara volume air/isi ember (dalam liter) dibagi jumlah waktu yang dipergunakan mengisi ember sampai penuh (dalam detik). Sebagai misal, Isi ember 20 liter, penuh terisi air selama 5 detik maka debit airnya adalah 20 dibagi 5 sama dengan 4 liter/detik. Untuk mendapatkan nilai rata-rata debit air, maka lakukan pengukuran tersebut 3-5. Selanjutnya hitung Debit Air rata-rata hasil pengukuran tersebut. b. Sumber Air Permukaan (Sungai) Cara pengukuran debit air sungai secara sederhana, seperti dijelaskan pada bagian berikut ini : Siapkan alat pelampung (batang pisang atau botol diisi air) untuk kecepatan permukaan air sungai. Siapkan pita ukur Siapkan pengukur waktu (jam/stopwatch). Tentukan lokasi pengukuran pada bagian sungai yang lurus dan permukaannya relatif datar. Tentukan jarak pengukuran (50100m). Tentukan luas penampang aliran dengan mengukur kedalaman (tinggi muka air) dikalikan dengan lebar penampang (m2) di daerah lokasi pengukuran yang telah ditetapkan. Perhitungan kecepatan aliran air sungai : Hanyutkan pelampung (batang pisang atau botol diisi air) ke dalam aliran sungai sampai sebagiannya tenggelam untuk mengetahui waktu tempuh sesuai dengan jarak yang sudah ditentukan (50-100m). Jarak ini tidak boleh terlalu besar untuk mencegah agar pengapung tidak menyimpang dari arahnya karena pengaruh angin. Agar supaya pengapung itu, meempunyai kecepatan sama dengan kecepatan air maka ia harus dilepas pada jarak 25-40m sebelum titik awal perhitungan waktu. Waktu yang dibutuhkan oleh pengapung tersebut untuk melalui jarak tersebut dicatat (dalam detik). Hitung kecepatan aliran (m/detik) dengan cara membagi jarak pengukuran (m) dengan waktu pengukuran (detik). Untuk mendapatkan nilai rata-rata kecepatan air permukaan, maka lakukan pengukuran tersebut 3-5. Selanjutnya kecepatan rata-rata diperhitungkan sama dengan 0,8-0,9 kali hasil pengukuran kecepatan permukaan tersebut.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

39

Hitung Debit Air (Q) sungai dengan rumus : Kecepatan Aliran Rata-rata (V) dikali Luas Penampang Air (A) :

4). Pengukuran Kualitas Air Baku Pengukuran kualitas air baku dilakukan dilaboratorium, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar kualitas yang berlaku, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan 907/Menkes/SK/VII/2002. Secara umum ada beberapa indikator yang secara visual dapat diukur di lapangan di antaranya: 1. Kekeruhan Perhatikan kekeruhan bilamana kekeruhan tinggi dalam periode yang lama, maka sungai dapat dipakai dengan memperhitungkan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

40

2. Rasa Tes rasa air, jika rasa air payau atau asin, maka cek hasil laboratorium terhadap kandungan Klorida, jika hasil laboratorium tidak ada, lihat nilai EC. Jika nilai EC menunjukkan lebih dari 1.500 micro S/cm, maka ada salinitas, air tidak dapat dipergunakan sebagai sumber air. (EC Meter adalah salah satu alat pengukur suhu yang digunakan untuk mengukur daya hantar listrik dan dapat memberi informasi tentang kadar garam). 3. Warna dan Bau Periksa warna dan bau air, jika ditemukan warna dan bau, maka penyebab timbulnya harus diperiksa. Untuk menjamin kualitas air tersebut dapat digunakan sebagai sumber air.

Untuk bahan yang berbau, berasa, kekeruhan dan berwarna diperlukan pengolahan air. Pada umumnya air yang berasal dari air permukaan (sungai,
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

41

waduk, embung, saluran irigasi) berwarna keruh sehingga perlu diolah terlebih dahulu. a. Saringan (Saringan Pasir Lambat, Saringan Karbon Aktif) Pengolahan jenis ini dapat dilakukan bila kualitas air mempunyai kondisi : kondisi air bau tanah dan bau besi; kondisi air rasa tanah dan rasa besi; kondisi air terlalu banyak kapur. b. Bahan Kimia atau Koagulan Pengolahan air dengan bahan kimia tergolong lebih sulit dan penentuan pengolahannya harus dilakukan percobaan dan menguji tingkat keasaman air terlebih dahulu untuk menentukan bahan koagulan. Contoh pengeolahan air dengan koagulan, yaitu bila air mengandung zat mangaan (Mn) atau zat besi (Fe) yang biasanya ditandai dengan : Air berwarna kuning setelah ditampung; kotoran mengumpal dan tidak mudah larut dalam air.

5). Perhitungan Kebutuhan Air

b). Penentuan Jumlah Penduduk (Pemanfaat)


Data jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dipakai untuk menentukan daerah pelayanan dengan rumus perhitungan adalah sebagai berikut : 1. Cari data jumlah penduduk awal perencanaan. 2. Tentukan nilai prosentase pertambahan penduduk pertahunnya (r). 3. Hitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun perencanaan (misal 5 tahun) dengan menggunakan salah satu metode, misalnya metode geometrik.

= Po (1 + r )n

Dimana : P = jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan Po = jumlah penduduk awal perencanaan r = prosentase pertambahan penduduk pertahun n = umur perencanaan

c). Penentuan Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah diproyeksikan untuk 5 10 tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai setelah ditambahkan 20 % sebagai faktor kehilangan air (kebocoran). Kebutuhan total ini dipakai untuk mengecek apakah sumber air yang dipilih dapat digunakan. Kebutuhan air bersih ini didasarkan atas pelayanan dengan menggunakan Hidran Umum (HU) dengan perhitungan sebagai berikut : 1. Hitung kebutuhan air bersih dengan mengkalikan jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai dengan tahun perencanaan (P) dikali kebutuhan air perorang perhari (q) dikali faktor hari maksimum (fmd = 1,05 1,15).

Q = Pxq Qmd = Q x fmd

Dimana : Qmd = kebutuhan air minimum (liter/hari) P = jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun perencanaan (jiwa) q = kebutuhan air per orang per hari (liter/orang/hari) fmd = faktor maksimum ( 1,05-1,15)
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

42

2. Hitung kebutuhan total air bersih (Qt), dengan faktor kehilangan air 20 % dengan persamaan :

Qt = Qmd x 100/80
3. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat mencukupi atau tidak, jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku lain. 6). Penentuan Sistem Penyediaan Air Sistem penyediaan air minum didasarkan pada : a) Ketersediaan sumber air baku dengan prioritas air baku dari mata air, air tanah, air permukaan dan air hujan dengan membandingkan kehandalan (kualitas, kuantias dan kontnuitas) air baku. b) Pengolahan air, yaitu pengolahan lengkap atau tidak lengkap, yang berdasarkan dari hasil pemeriksaan kualitas air baku; c) Sistem pendistribusian, yaitu gravitasi atau pemompaan; d) Sistem pelayanan yang berupa sambungan rumah/langsung dan hidran umum/kran umum.

a). Alternatif Jenis Sarana & Prasarana Jenis prasarana dan sarana yang diperlukan dalam sistem penyediaan air bersih/minum sesuai dengan sumber air baku serta sistem pengolahannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

43

b). Kriteria Desain Kriteria disain untuk setiap sistem penyediaan air minum, pipa transmisi dan pipa distribusi disajikan dalam tabel-tabel berikut ini :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

44

d). Sistem Pengolahan Air


Dalam menentukan Sistem Pengolahan Air Bersih akan tergantung oleh kualitas sumber air baku, namun demikian pada umumnya diusahakan harus sederhana, murah dalam biaya pembangunan dan pemeliharaan serta mudah dalam pembangunan dan operasional & pemeliharaanya. Berdasarkan pengalaman, instalasi pengolahan air sederhana yang umum ada dan digunakan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bangunan Intake (Penyadap) Berupa pipa sadap (PVC/GI) yang dihitung dengan formula sebagai berikut : Dimana : 4Q = Diameter pipa (m) = Q = Debit aliran (m/detik) v v = Kecepatan aliran (m/detik) 2. Bangunan Bak Pengumpul : Volume bak pengumpul Volume bak pengumpul = = Waktu detensi (td) x Qt Panjang (P) x Lebar (L) x Tinggi (T)

Dimensi bak pengumpul : Panjang (P)= (3 - 4) x Lebar (L) Kedalaman (T) = 1 1,5 m 3. Bangunan Saringan Pasir Lambat (SPL) Luas Permukaan (A) = = Qt (m3/dtk) v filtrasi P (m) x L(m)

Jumlah unit bangunan SPL minimum = 2 unit,


Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

45

Dimensi SPL : Panjang (P) Tinggi media pasir

= (2 - 3) x Lebar (L) = 0,7 - 1 m

e). Sistem Pendistribuasian


Penyaluran air dapat dilakukan dengan sistem perpipaan gravitasi maupn dengan cara mekanis/pompa. a). Penentuan dimensi perpipaan transmisi dan distribusi dapat mengunakan rumus : Q A = = VxA 0,785 x D2

Dimana : 3 Q = Debit Air (m /detik) V = Kecepatan pengaliran (m/detik) 2 A = Luas Penampang Pipa (m ) D = Diameter pipa (m) Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) medium atau pipa PVC kelas AW, 8 s/d 10 kg/cm2) atau pipa berdasarkan SNI, seri (10-12,5); b). Pompa Hitung Daya Pompa yang diperlukan berdasarkan data total tekanan (head) yang tersedia dengan rumus : Q.w.H Daya Pompa (P) = 75 . Dimana : P = Daya Pompa (tenaga kuda) Q = Debit Air (m3/detik) w = Density (kg/cm3) H = Total Tekanan (m) = efisiensi pompa (60-75%)

f). Sistem Pelayanan (Bangunan HU/KU)


Bangunan Hidran Umum cara perhitungannya sama dengan bak penampung, namun umumnya bangunan HU berupa tabung dari fiberglass dengan volumenya sudah ditetapkan (2 m3 dan 4 m3), mengingat jarak maksimum antara hidran umum maksimum 200 meter, maka umumnya jumlah HU lebih dari satu.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

46

6. PRASARANA IRIGASI
Irigasi yang dimaksud dalam program ini adalah sebagai berikut : Irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat kelurahan/desa Irigasi ini bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk dalam inventarisasi DPU Pengairan Tujuan pembangunan jaringan irigasi perdesaan, yaitu; Meningkatkan produksi pangan terutama beras. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan air irigasi. Meningkatkan intensitas tanam. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pembangunan jaringan irigasi perdesaan. Lingkup pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi sederhana dibatasi dengan prioritas sebagai berikut : 1. Perbaikan/ rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada. 2. Peningkatan irigasi perdesaan yang telah ada. 3. Pembangunan baru irigasi perdesaan. Karena proses pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi peredesaan (mulai dari penyuluhan, survai, desain sampai pelaksanaan konstruksi) harus dapat diselesaikan dalam satu tahun anggaran, maka urutan prioritas ditetapkan sebagai berikut : 1. Diutamakan pekerjaan perbaikan atau rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada, dan tidak memerlukan kajian teknis yang berat. 2. Pekerjaan peningkatan jaringan irigasi yang telah ada, yang benar-benar diperlukan. 3. Pembangunan jaringan irigasi baru yang sangat diperlukan. Meskipun membangun irigasi baru dimungkinkan (sekalipun merupakan prioritas terakhir), harus dihindari pembangunan bendung baru. Pembangunan bendung baru memerlukan kajian teknis yang berat seperti: Pengumpulan data hidrologi dan hidrometri, penyelidikan tanah, dsb. secara akurat dan kajian teknik yang berat, yang kesemuanya itu memerlukan waktu panjang. Maka sangat sulit mempertanggungjawabkannya jika harus membuat bendung sejak persiapan perencanaan sampai selesai konstruksi hanya dalam waktu satu tahun saja. Jenis infrastruktur Bangunan Pengairan/Irigasi yang dapat dibangun antara lain : Embung, Bendung Cerucuk, Bendung Bronjong, Saluran Pembawa & Boks Bagi, Bangunan Pelindung Pantai Sederhana dgn Turap, Bangunan Penahan Longsoran Tanah, dll. Standar Irigasi sederhana mengacu pada Pedoman Teknis Sederhana Pembangunan Bangunan Pengairan untuk Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Pengairan - Dep. PU Tahun 1995. Kriteria pembangunan Irigasi yang perlu diperhatikan : 1. Irigasi tidak tercatat dalam buku inventaris PU Pengairan 2. Luas areal irigasi perdesaan maksimum 60-100 Ha 3. Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi perdesaan dilaksanakan oleh P3A atau kelompok tani. 4. Pembangunan irigasi baru sederhana harus memenuhi ketentuan : ada sumber air cukup, adanya sawah (tadah hujan); ada petani, kualitas air memenuhi; tanah/sawah baik untuk pertanian (padi); ada pemasaran hasil produksi; daerah irigasi bukan merupakan daerah banjir rutin, kapasitas bangunan mampu untuk mengalirkan debit air yang direncanakan,
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

47

pembagian air akan lebih adil/merata. 5. Usulan bendung baru dari pasangan batu atau beton terbatas pada : panjang bendung maksimum :5 m, sedangkan untuk panjang > 5 m sebaiknya dikoordinasikan dengan instansi teknis terkait. tinggi bendung maksimum : 3m debit banjir rencana : 30 m/dtk 6. Pembangunan Embung harus memenuhi ketentuan : Berada didaerah tadah hujan paling luas 100Ha; Kolam embung berkapsitas maksimum 100.000 M3 Tinggi maksimum tubuh embung 5 m Pelimpah Tanah, berupa saluran terbuka kapasitas paling besar sama dengan banjir 50 tahun; Embng milik masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan bukan termasuk dalam daftar inventarisasi PU; 7. Rehabilitasi Irigasi harus memenuhi ketentuan : Lingkup Kegiatan : saluran atau bangunan yang fungsi pelayanan sudah berkurang; perbaikan saluran talud atau penahan tebing; perbaikan bangunan terjun, pembagi dan bangunan sadap Kriteria Kegiatan : bangunan masih kuat dan akan bertahan lama; bangunan akan tetap stabil; kapasitas bangunan akan mampu mengalirkan debit rencana; mudah dioperasikan petani; dapat menjamin pembagian air; melindungi irigasi dari pengaruh alam; 1. Perhitungan Debit Andalan Debit andalan dihitung 80 % dari debit rata-rata minimum sumber air untuk setiap 2 minggu. Debit andalan akan rnenentukan luas areal sawah irigasi yang dapat dilayani oleh sumber air. Luas maksimum area yang dapat dilayani irigasi dapat dihitung dengan rumus : A = Qp / IWR Dirnana : A = Maksimum luas area pelayanan irigasi (ha) Qp = Debit andalan (m3/det) IWR = Kebutuhan air irigasi (lt/det/ha) Untuk irigasi desa IWR = 1.75 lt/det/ha (NWR=1,4 lt/dt/ha), diambilkan dari data irigasi teknis yang berada dekat den lokasi proyek. Untuk keperluan perencanaan Bendung pada Irigasi perdesaan perhitungan debit air tersedia di sungai dapat digunakan cara yang praktis dan sederhana yaitu dengan cara estimasi/pendekatan berdasarkan tinggi muka sungai : a) Dengan menanyakan kepada penduduk setempat yang terdekat den lokasi sungai mengenai keadaan tinggi elevasi muka air pada kea air banjir tertinggi, muka air normal, muka air rendah(tinggi muk di sungai yang sering terjadi selama 1 tahun). Informasi ini digun untuk menggambarkan penampang basah sungai. Untuk menghitung debit andalan digunakan data tinggi air dari an pengamatan 5-6 bulan. b) Dalam menghitung debit dibutuhkan data luas tampang melintang kecepatan air : Qa = Ar . V
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

48

Dimana : Qa = Debit air (m3/det) Ar = Luas penampang basah rata-rata (m2), V = Kecapatan air (m/det) Kecepatan air dapat dihitung dengan cara sederhana, yaitu pengukuran kecepatan air secara langsung dengan menggunakan pelampung (lihat metode pengukuran debit air baku, perencanaan air bersih). 2. Desain A. Bangunan Utama 1) Bendung Sederhana (1) Bendung berfungsi untuk meninggikan permukaan air sungai sesuai dengan kebutuhan dan membelokkan air ke saluran pembawa sesuai dengan debit yang dibutuhkan. (2) Digunakan pada daerah irigasi yang elevasi permukaan sawahnya lebih tinggi dibanding dengan elevasi permukaan air sungai rendah. (3) Bendung ditempatkan pada alur sungai yang lurus dan dasar sungai relative stabil (4) Panjang bendung tidak lebih dari 0,8 lebar rata-rata dasar sungai. (5) Bendung sederhana dapat terbuat dari pasangan batu, bronjong dan cerucuk. a) Bendung Pasang Batu (1) Umum Bendung harus stabil pada kondisi air normal maupun air banjir. Bendung harus aman terhadap pengaruh gaya geser; Tanah pondasi harus mampu memikul berat tubuh bendung; Pondasi Bendung diusahakan ditempatkan di atas batu atau tanah liat, Untuk pondasi tanah berpasir (pasir) tidak disarankan bendung pasa batu. (2) Perencanaan Teknis (a) Menentukan Elevasi Tinggi Mercu Menentukan mercu bendung ditentukan oleh muka air rencana bangunan bagi atau sadap pertama di tambah kemiringan panjang saluran (L x I) dan kehilangan tinggi energi pada pengambilan (15cm). Sedangkan tinggi muka air yang diinginkan pada saluran utama ditentukan oleh tinggi muka air yang diperlukan di sawah yang terjauh dan yang tertinggi elevasinya. Adapun ilustrasi cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

49

P = A + a + b + m.c + d + n.e + f + g + h + z P = Muka air yang dibutuhkan di saluran utama A = Elevasi sawah dengan elevasi yang menentukan a = lapisan air di sawah 10 cm b = kehilangan tinggi energi dari sal. kuarter sampai sawah 5 cm c = kehilangan tinggi energi di boks kuarter 5 cm d = kehilangan air pada bangunan pembawa di saluran irigasi (I x L) e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier 5 cm f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong 5 cm g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier 5 cm h = variasi muka air = 0,18h100 (sekitar 0,05 - 0,30 cm) z = kehilangan tinggi energi di bangunan petak tersier lainnya m = jumlah boks kuarter di trase tersebut n = jumlah boks tersier di trase saluran (b) Panjang Bendung Panjang bendung tergantung dari pada rata-rata lebar sungai, secara umum 0,8 lebar sungai Dalam hal ini ditentukan panjang bendung maksimum 5.00 m, termasuk lebar pintu penguras. (c) Lantai Olak dan Mercu Bendung Untuk disain lantai olak dan mercu bendung memakai metode perhitungan MDO yang sudah dikembangkan oleh Puslitbang Air Dalam mendisain bendung perdesaan dengan metode MDO dilakukan beberapa penyederhanaan, sebagai berikut : Bentuk mercu bulat dengan jari-jari R1 = 1.00 - 1 50 m Tubuh bendung bagian hilir dibuat miring 1 : 1 Elevasi lantai olak adalah fungsi dari tinggi muka air di hilir bendung (Ds) H1 = X1 . Ds Ds = Elevasi lantai olak dihitung dari puncak mercu H1 = Tinggi air di hilir bendung X1 = Parameter 1.50 - 1,80 yang dipengaruhi oleh debit permeter lebar dan selisih muka air di udik dan di hilir bendung. (a) Panjang lantai olak (L) adalah fungsi dari kedalaman lantai olak (Ds) dihitung dari puncak mercu bendung. L = X2 . Ds L = Panjang lantai olak Ds = kedalaman lantai olak dari puncak mercu X2 = parameter 1.00 - 1.20 (b) Jari-jari pertemuan antara bidang miring tubuh bendung dan lantai olak R2 = 1.00-1.50m

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

50

(d) Bangunan pengambilan Letak bangunan pengambilan diusahakan dekat dengan bendung. As bangunan pengambilan diusahakan 135 - 180 terhadap as bendung. Ukuran lobang pengambilan disesuaikan dengan besarnya debit kebutuhan irigasi. Bangunan pengambilan dilengkapi dengan pintu, lebar pintu minimum 0,40 cm. Rumus pengaturan pintu pengambilan : Dimana : Q = debit (m3/det); z = kehilangan tinggi g = grafitass (9,8 m/det2) A = luas penampang pintu C = koefisien pengaliran (0,8) (e) Bangunan penguras Bangunan penguras ditempatkan dekat dengan bangunan pengambilan; Bangunan pengaras berfungsi meriguras endapan yang berada didepan pintu pengambilan. Bangunan penguras tidak dilengkapi dengan pintu tetapi dilengkapi dengan balok sekat setinggi mercu bendung. Lobang balok sekat maksimum 1,20 m. (f) Perhitungan Debit Banjir Rencana Debit Banjir Rencana dihitung guna menentukan panjang bendung, tinggi tembok samping dan penampung sungai di bagian hulu bendung, serta menentukan kedalaman dan panjang lantat olak. Dihitung dari bangunan-bangunan air yang terdapat di dalam sungai, misalnya, bendung dan lain-lain. Rumus Bendung : Q = m.b.d Vg d dimana : Q = debit banjir b = panjang bendung d = tinggi peluapan = 2/3 .H H = tinggi air di atas mercu, take water depth m = angka penaliran (1,3-1,35) g = gravitasi (9,81 m/dt2)

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

51

b) Bendung Bronjong Bendung bronjong adalah bangunan air sederhana yang sifatnya tidak permanen, dibuat dari susunan atau tumpukan bronjong kawat diisi batu kali, melintang sungai yang lebarnya lebih kecil dari 15 m dan berfungsi menaikkan muka air sungai sehingga air sungai dapat dialirkan ke daerah irigasi tadah hujan yang akan dikembangkan. Pada arus surgai yang mengangkut batu. kayu dan air sungai agresif, bandung bronjong tidak disarankan pemakaiannya. Perencanaan Teknis Bendung : Kemiringan bagian hilir bendung 1:1 sampai 1:2dan untuk hulu dengan kemiringan 1:1. Ukuran bronjong dapat disesaaikan dengan kebutuhan dengan ketebalan 0,5 m, kawat yang digunakan adaiah kawat yang digalvanis dengan diameter minimal 3 mm. Untuk mengurangi bocoran pada bendung bronjong dapat dipakai lapisan ijuk yang dipasang diantara kotak bronjong. Dengan demikian butir-butir tanah akan tertahan. Tinggi bendung maksimum 2,50 m. Panjang lantai 2 - 2,5 tinggi bendung. Panjang tubuh bendung kurang dari 15 m. Elevasi mercu bendung direncanakan berdasarkan perhitungan tinggi air saluran ditambah 20 cm, sebagai kehilangan tinggi pada mercu bendung karena tubuh bendung terbuat dari bronjong yang lolos air.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

52

c) Bendung Cerucuk (a) Kriteria : Luas daerah irigasi maksimum 20 ha; Pada sekitar rencana lokasi bangunan tidak terdapat sumber batu (b) Bendung cerucuk sederhana adalah bendung sederhana yang sifatnya tidak permanen (tidak tahan lama), terbuat dari baris-baris ceruc yang dipancang melintang sungai yang ditempatkan pada ruas sungai yang relatif lurus dan dasarnya tidak terlalu keras dengan lebar dasar sungai tidak lebih dari 10 meter. Debit sungai dalam keadaan banjir maksimum 10 m3/det. (c) Banyaknya baris cerucuk tidak kurang dari 3 baris dengan jarak antar baris cerucuk paling lebar 0,50 meter. (d) Tiap baris cerucuk terdiri dari tiang-tiang yang dipancang secar vertikal dengan jarak antara tiang paling jauh adalah 1 meter. (e) Tiap baris cerucuk ditutup dengan dmdmg pemitup yang terdiri dari kayu yang dipasang mendatar secara rapai satis sama lain agar bahan pengisi yang diletakkan pada ruang antara baris cerucuk tidak lolos. (f) Tiap tiang pada baris cerucuk dihubungkan ke tiap tiang pada baris cerucuk lainnya dengan kayu mendaiar yang diikatkan pada ujung atas tiang-tiang baris cerucuk dengan tali pengikat agar baris-baris cerucuk menjadi satu kesatuan yang kokoh. (g) Ukuran-ukuran : a. Tinggi bendung paling tinggi adalah 1 m b. Panjang tubuh bendung paling panjang adalah 10 m c. Lebar mercu bendung paling pendek adalah 1 m d. Lebar tepi udik mulut bangunan pengambilan dari sisi udik tubuh bendung minimal adalah 2 m e. Panjang lantai hilir paling pendek adalah 3 m f. Umur bendung paling sedikit 1 tahun g. Tiang tegak kayu keras (dolken) ukuran + 12 cm h. Bambu mendatar ukuran + 12 cm

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

53

SAYAP BENDUNG

1) Sayap bendung terdiri dari tiang-tiang cerucuk yang dipancang tegak secara rapat satu sama lain pada pertemuan dasar sungai dengan tebing sungai.
KONSTRUKSI SAYAP BENDUNG CERUCUK

2) Pada bagian belakang sayap diperkuat dengan kayu/bambu mendatar yang diikatkan pada tiang-tiang sayap dengan tali pengikat dan diberi tiang penunjang agar sayap menjadi satu kesatuan yang kokoh. Jumlah baris penguat sayap paling sedikit 2 baris dan jarak tiang-tiang penunjang paling panjang 1 m 3) Panjang sayap bagian udik yang sejajar tebing sungai dibuat paling sampai ke tepi udik mulut bangunan pengambilan (intake) yang selanjutnya sayap dibuat miring dengan sudut 45 . 54

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

4) Panjang sayap hilir yang sejajar dengan tebing sungai dibuat paling sedikit sampai ke ujung lantai hilir, kemudian sayap dibuat miring, sudut 45 . 5) Rongga antara tebing sungai dengan sayap bendung ditimbun dengan tanah yang sedikit dipadatkan LANTAI BENDUNG Lantai hilir bendung terbuat dari hamparan bahan pengisi yang berupa batu kali 15 30 cm anyaman bambu. Guna lantai hilir adalah untuk menahan gerusan air yang jatuh di hilir bendung.

(h) Bahan yang digunakan untuk bendung cerucuk ini diusahakan bahan setempat yang mudah diperoleh. Kayu dolken/bambu tua diameter sekurang-kurangnya 12cm, yang digunakan adalah jenis keras. Tali sebaiknya dari bahan yang tahan lapuk (tali ijuk, plastik). Pengisi tubuh bendung dari bahan batu kali, tanah; Lantai Hilir dari bahan batu kali diameter 15-30cm dan anyaman bambu gelondongan; Tali pengikat dari tali plastik, tambang ijuk, kawat. 2) Pengambilan Bebas a) Bangunan ini tidak memerlukan bangunan melintang sungai untuk membelokkan air ke saluran pembawa. b) Bangunan ini ditempatkan pada akhir belokan luar sungai untuk menghindari masuknya sedimen. c) Jika pada sungai yang lurus, pengambilan dilengkapi pengarah arus. Pengarah arus dibuat secara semi permanen dari bronjong atau cerucuk bambu, dolken dengan menyesuaikan dengan konstruksi bangunan pengambilan bebas dan sumber material yang ada. d) Bangunan ini biasa dipakai di daerah pegunungan yang kemiringan dasar sungainya cukup curam dan dasar sungainya cukup stabil. e) Elevasi muka air pada saat debit minimum rata-rata mempunyai tekanan yang cukup untuk mengairi lahan yang direncanakan.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

55

Bangunan pengambilan dibuat permanen dengan pembatas debit dan dilengkapi dengan pintu. g) Konstruksi bangunan pengambilan bebas dapat dibuat dari pasangan batu kali atau cerucuk bambu, dolken. h) Pengambilan bebas, tinggi elevasi lantai pengambilan berada 10 cm dibawah muka air terendah atau 50 cm diatas dasar sungai. 3) Waduk/Embung (1) Pada umumnya bangunan waduk/embung berfungsi untuk menampung air hujan dan digunakan untuk irigasi air minum dan lain-lain. (2) Waduk/embung dibuat pada daerah cekung atau pada alur sungai kecil yang memungkinkan untuk menjadi penampung air. (3) Dipilih pada daerah yang berjenis tanah tidak porous (lolos air). (4) Tubuh tanggul waduk/embung pada umumnya dibuat dari timbunan tanah pudel, bangunan intake dan pelimpah dibuat dari pasangan batu yang ditempatkan pada tanah asli. (5) Bila terjadi bocoran pada tanggul, maka diatasi dengan cara : o Menebalkan tanggul bagian luar o Membuat inti lapisan kedap air o Dibuat pasangan batu atau diberi lapisan kedap air di bagian dalam tanggul o Membuat drain filter di kaki tanggul luar dari pasangan batu kosong atau bronjong. (6) Stabilitas tanggul diperhitungkan terhadap : Rembesan, Stabilitas lereng dan penurunan. (7) Untuk keperluan air irigasi perlu dibuat bangunan pengambilan. (8) Disain Teknis : - Pembuatan peta situasi genangan maupun lokasi bangunan embung dilaksana dengan alat optik atau pipa (slang) plastik. - Daya dukung tanah pondasi minimum 1 kg/cm2 (1 ton/m2) - Koefisien rembesan maksimum K < 10 -5 m/det. - Kemiringan badan embung, minimum hilir =1:3, hulu = 1: 3,5. - Tinggi embung > 3 m dibuat berem selebar 2 m - Lebar puncak embung minimum 4,00 m - Bila lapisan kedap air berada < 2,00 m dari dasar tanah pondasi dibuat paritan (cut off) lebar paritan 2,00 m. - Tinggi jagaan minimum 1,00 pada tinggi air minimal 4) Mata Air a) Sumber air ini berfungsi sebagai sumber air utama atau sebagai suplesi. b) Untuk mata air ini biasanya dibuatkan bangunan penampung air, dialirkan ke jaringan irigasi, melalui bangunan pengambilan yang dapat diatur. c) Konstruksi bangunan penampung air dibuat dari pasangan batu. d) Apabila diperlukan dibuat bangunan pelimpah untuk membuang limpahan (over topping). Catalan : Dalam menentukan elevasi dasar bangunan pengambilan harus hati-hati agar mata air nantinya tidak berpidah atau mati. 5) Air Tanah a) Air tanah adalah air yang berada pada lapisan bagian bawah tanah. b) Kandungan air tanah terdapat pada lapisan tanah yang terbentuk dari bahan-bahan tanah berpasir dan kerikil. c) Lapisan tanah yang mengandung air tanah biasanya dibatasi oleh : o Bagian bawah dengan lapisan kedap air
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

f)

56

o Bagian atas muka air tanah berhubungan dengan atmosfir d) Air tanah terdapat di daerah cekungan atau di daerah datar dekat pantai; e) Pemanfaatan dan syarat-syarat : o Letak air tanah tidak lebih dari 2.00 m dari permukaan tanah. o Dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga dan pertanian. o Pemanfaatan untuk pertanian terbatas pada tanaman palawija dan sayuran. f) Disain Teknik : o Cara mengumpulkan air tanah dilakukan dengan membuat sumur gali yang dapat diperkuat dengan pipa beton 0,80 - 1.00 m atau pasangan batu/batu bata. o Kedalaman air dalam sumur 1.50 - 2.00 m. o Pada tanah yang banyak mengandung pasir disarankan pada dasar sumur di beri lapisan ijuk yang diberi pemberat batu. o Untuk menaikkan air dapat dilakukan dengan : Pompa air mekanis (pompa dragon), ditimba, system senggot (jawa) B. Saluran Pembawa, Alat Ukur Debit dan Bangunan Penguras Saluran 1) Saluran Pembawa Untuk pengaliran air irigasi diperlukan saluran pembawa. Kapasitas saluran irigasi ditentukan oleh kebutuhan air irigasi sehingga perencanaan saluran harus diperhitungkan dengan biaya murah, pemeliharaan paling rendah, serta aman terhadap erosi dan sedimentasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas yang paling umum dibuat adalah saluran berbentuk trapesium a) Pemilihan jenis saluran hendaknya mempertimbangkan Fungsi jaringan irigasi dengan kondisi fisik dalam keadaan baik Saluran lama yang ada Biaya pemeliharaan murah Pengoperasian mudah " Aspirasi atau tradisi masyarakat setempat. b) Perencanaan Saluran Saluran pembawa dapat berupa saluran tanah, pasangan batu atau beton. (1) Kapasitas rencana saluran dihitung berdasarkan kebutuhan air irigasi dengan memperhatikan faktor efisiensi dan dimensi saluran yang ada. (2) Saluran pembawa juga harus mempertimbangkan debit air hujan yang masuk. (3) Saluran pasangan hanya digunakan pada tempat-tempat yang porous (tanah berongga) sedangkan pada tempat-tempat rawan dapat dibuat saluran tertutup. (4) Kriteria perencanaan saluran :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

57

(5) Untuk perencanaan aliran saluran digunakan rumus Strickler :

Dimana : Q = debit saluran (m3/dt) I = kemiringan saluran V = kecepatan aliran (m/dt) K = koefisien kekasaran (m1/3/dt) R = jari-jari hidrolis (m) w = tinggi jagaan tanggul (m) A = luas potongan melintang basah(m2) b = lebar dasar saluran (m) P = keliling basah(m) h = tinggi air (m) m = kemiringan talut (1 vertical : m horizontal)

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

58

2) Alat Ukur Debit a) Kriteria Saluran dengan dimensi debit > 0.100 m3/dt Ditempatkan pada saluran utama 5-10 m dihilir bangunan pengambilan. Ditempatkan pada saluran utama yang lurus, guna mendapatkan aliran air yang teratur b) Disain Alat ukur debit berupa bangunan berbentuk ambang rata segi empas Rumus debit pengaliran Q= 1,71 .b.h 3/2 Lebar ambang dibuat sama dengan lebar dasar saluran Papan ukur ketinggian air pasang pada jarak 1.20 m dari ambang hulu. Papan ukur dapat dibuat dari plesteran yang diberi tanda setia Alat Ukur Debit Ambang Datar Gambar disain seperti gambar dibawah ini:

3) Bangunan Penguras Saluran Bangunan penguras yang dimaksud disini adalah bangunan penguras endapan yang terdapat pada saluran utama. a) Kriteria Dimensi saluran untuk debit minimum Q = 0.100 m3/det Dipasang pada jarak < 5.00 m dari bangunan pengambilan Lokasi bangunan penguras (saluran utama) berdekatan dengan sungai atau saluran pembuang yang berfungsi tempat pembuang endapan Panjang saluran penguras yang menghubungkan bangunan penguras dan saluran pembuang maksimum 25.00 m Konstruksi bangunan penguras tidak dilengkapi dengan pintu, tetapi dilengkapi balok sekat. Panjang balok sekat maksimum 0.80 m
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

59

b) Disain Tidak diperlukan kolam pengendapan sedimen Perbedaan elevasi dasar saluran pembawa dan saluran pembuang atau sungai minimum 1.50 m Disain bangunan penguras seperti pada gambar dibawah ini.

C. Saluran Pembuang 1) Berfungsi untuk membuang kelebihan air hujan dan irigasi yang telah di pada lahan sawah. 2) Saluran pembuang direncana di tempat-tempat yang rendah. 3) Saluran pembuang dapat berupa, saluran tanah atau pasangan batu. 4) Debit drainase rencana dari sawah di petak tersier dihitung dengan rumus

Qd = f. Dm. A
dimana : Qd = debit rencana; f = faktor pengurangan (reduksi) daerah yang dibuang airnya (1 untuk petak tersier). Dm = Modulus pembuang (Idt/ha) A = Luas daerah yang dibuang airnya (ha)

Jika data tidak tersedia dapat dipakai debit min. rencana 56 l/dt/ha.
5) Untuk perencanaan aliran saluran digunakan rumus Strickler (seperti pada pembawa):

V = K. R2/3 . I 1 7 2

6) Kriteria perencanaan saluran pembuang utama, tersier dan kuarter untuk tanpa pasangan :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

60

Kecepatan rencana sebaiknya maksimum yang diijinkan.

diambil

sama

atau

mendekati kecepatan

D. Bangunan Bagi, Bangunan Sadap 1) Bangunan Bagi atau Boks Pembagi a) Bangunan bagi berfungsi untuk membagi air dari saluran primer ke saluran sekunder atau dari saluran sekunder ke saluran tertier. Boks pembagi berfungsi untuk membagi air dari saluran tersier kesaluran kuarter b) Bangunan bagi atau boks pembagi ditempatkan di lokasi yang sesuai dengan hasil kesepakatan dalam diskusi perencanaan petani. c) Pembagian air dalam bangunan bagi hendaknya dibuat secara proporsional dengan jenis pengaliran yang sama (pengaliran sempurna). Hal ini dapat dicapai dengan merencanakan elevasi ambang dan bentuk ambang dibuat sama. Bangunan bagi dapat dilengkapi dengan pintu sorong sederhana yang terbuat dari baja, sedangkan untuk bangunan boks pembagi cukup dengan balok sekat. d) Perencanaan teknis : (1) Lebar bukaan lubang pembagian berbanding lurus terhadap luas areal yang diairi dengan elevasi ambang yang sama serta diusahakan tidak terlalu tinggi.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

61

(2) Ditinjau dari banyak dan arah pembagiannya ada tiga macam bangunan bagi atau boks pembagi (Gambar a, b dan c). (3) Rumus pengaliran melewati ambang: Aliran sempurna : Q = 1,71 b.h 3/2 h(m) 0.05 0.10 0 15 0.20 0.25 0.30 b=0.3
0.006 0.016 0.030 0.046 0.064 0.084

0.35
0007 0.019 0.035 0.054 0.075 0.098

Q = Discharge(m3/dt) 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60


0.008 0.022 0.040 0,061 0.086 0.112 0.009 0.024 0.045 0.069 0.096 0.126 0.010 0.027 0.050 0.076 0.107 0.140 0.011 0.030 0.055 0.084 0.118 0.155 0.011 0.032 0.060 0.092 0.128 0.169

0.65
0.012 0.035 0.065 0.099 0.139 0.183

0.70
0.013 0.038 0.070 0.107 0.150 0.197

2) Bangunan Sadap/Corongan Bangunan Sadap/Corongan dibangun untuk menyadap air langsung dari Saluran Pembawa Utama ke petak sawah yang luasnya 5 - 10 ha. a) Bangunan Sadap/Corongan Type ini untuk menyadap air langsung dari Saluran Pembawa Utama untuk areal 5 - 10 ha ke sebelah kiri atau kanan saluran tanpa melalui boks pembagi. b) Penyadapan dengan pipa beton atau pipa PVC 75 mm untuk areal 5 - 7ha dan dengan pipa beton atau pipa PVC 100 mm untuk areal 8-12,50 ha. c) Pintu Sadap/Corongan dapat dilengkapi dengan lubang balok sekat d) Bangunan Sadap dapat dikombinasikan dengan bangunan boks pada bagian ujung keluaran (outlet). Gambar a dan b.

E. Bangunan Pembawa 1). Bangunan Terjun a) Bangunan terjun type ini adalah bangunan terjun dengan tembok tegak lurus atau dengan kemiringan 1 : 5 seperti (Gambar 16) yang digunakan bila t inggi terjun, Hmax (A - B) = 1,50 m. Apa bila terjadi tinggi terjun H > 1 50 m, maka digunakan 2 buah bangunan terjun. b) Syarat-syarat perhitungan untuk Bangunan Terjun Type ini secara praktis dapat didasarkan pada : Lebar atas tembok penahan 0,30 m dan lebar bawah diambil 0,47 H. Panjang ruang olakan Lb = 4 - 6h (h = tinggi air di saluran) Panjang sayap hulu dan hilir bervariasi disesuaikan dengan tinggi air dan keadaan tanah.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

62

2). Gorong-gorong Pembawa a) Gorong-gorong Pembawa berfungsi untuk menyeberangkan saluran bila terpaksa memotong jalan. b) Gorong2 yang menyilang jalan, timbunan tanah diatas gorong2 min. 0,50 m. c) Prinsip hitungan hidrolis air masuk gorong-gorong pada inlet adalah bebas (freeflow), sehingga ukuran pipa/gorong-gorong diambil agak besar dengan kemiringan dasar pipa mengikuti saluran irigasi. d) Dengan pengaliran bebas (freeflowtype) biasanya ketinggian air diambil h = 0,80 (dari Supplemental to Guidelines No. 7, Design o and Kecil Project) A=0.6736 D2, R=0.3042 D D (m) 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 A (m2)
0.108 0.168 0.242 0.330 0.431 0.546 0.674

R
0.122 0.152 0.183 0.213 0.243 0274 0.304

R 2/3
0.246 0.285 0.322 0.357 0390 0.422 0.452

Discharge (m3/dt) V=0.5 V=1.0 V=1.5


0.054 0.084 0.121 0.165 0.216 0.273 0.337 0.122 0.152 0.183 0.213 0.243 0.274 0.304 0.368 0.427 0.483 0.535 0.585 0.632 0.678

e) Dengan pertimbangan diatas maka diambil besarnya diameter pipa. D = b + 0.8 h D = Diameter pipa (m) B = Lebar saluran (m) H = Tinggi air (m) 3). Gorong-gorong Pembuang a) Untuk gorong-gorong pembuang aliran masuk pada inlet adalah full pressure, sehingga tinggi air (h) sama dengan diameter pipa (D). b) Gorong-gorong pembuang diganakan untuk melintas Saluran Pembuang (Drainase) di bawah Saluran Irigasi. c) Untuk mencegah bocoran air saluran pembawa masuk kedalam saluran pembuang maka pada saluran pembawa diberi pasangan talud. Panjang pasangan
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

63

talud (L) minimum = 6-8, tinggi tanah antara dasar pasangan talud saluran dan pipa. Q = Ap x Vo Ap = 1/4 .D2, P = .D R = Ap / P = 1/ .D2/ .D = 1/4 D I = ( n. Vo / R2/3 )2 Dimana : Q = Debit Saluran Pembuang (m3/dt) Ap = Luas penampang basah pipa (m2) D = Diameter pipa (m); P = Keliling basah aliran dalam pipa (m) R = Jari-jari hidrolis (m); I = Kemiringan pipa; Vo = Kecepatan aliran dalam pipa; Untuk Vo rencana diambil minimum = 1,50 m/dt; n = 0.0167 atau K = 60 Vo = 1, 5 D (m) 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 Ap (m2) 0.126 0.196 0.283 0.385 0.502 0.636 0.785 R 0.100 0.125 0.150 0.175 0.200 0.225 0.250 R2/3 0.215 0.250 0.282 0.313 0.342 0.370 0.397 I 0.0135 0.0100 0.0078 0.0064 0.0053 0.0046 0.0040 Q (m3/dt) 0.188 0.294 0.424 0.577 0.754 0.954 1.178

4). Jembatan & Talang a) Untuk penyeberangan jalan terhadap saluran, apabila lebar dasar lebih besar daripada 1,20 meter dapat dibangun Jembatan Pelat Beton. Perhitungan tebal plat dan pembesiannya sesuai dengan standar teknis jembatan beton bertulang. b) Untuk menyeberangkan saluran irigasi di atas sungai atau melewati lembah yang tidak terlalu lebar digunakan talang dari pipa besi. Untuk bentang diatas 4m harus dipasang tiang/pilar ditengah. Perhitungan hidrolis untuk Talang Pipa Besi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus aliran melalui pipa dengan kondisi tekanan penuh (full pressure condition);

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

64

Untuk menghitung tinggi tekanan hilang/head digunakan formula-formula seperti berikut : h = (fo + fi + hf) (Vp2/2g) Dimana :
h : Tinggi tekanan hilang (m) L : Panjang pipa (m) D : Diameter pipa (m) Vp : Kec. air dalam pipa (m/dt) n : Koef. gesekan (sesuai bahan, untuk besi = 0,014285)

losses (tt)

dapat

fo : Koefisien peralihan outlet (0,70-1,00) fi : Koefisien peralihan inlet (0,40 - 0,50) f = (124,60 . n2)/D1/3, untuk pipa bulat f = (19,60 . n2)/R1/3, untuk boks hf : kehilangan tekanan akibat gesekan = f. L / D

D 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0

Vp= 1.0 m/dt. L=10m, fo=1.0, fi=0.5 A f hf 0.126 0.047 1.174 0.196 0.044 0.872 0.283 0.041 0.684 0.385 0.039 0.557 0.502 0.037 0.466 0.636 0.036 0.398 0.785 0.035 0.346

h
0.13 0.12 0.11 0.10 0.1W 0.09 0.09

c) Talang beton, bentuk talang beton bertulang yang biasanya digunakan berbentuk segi empat Perhitungan hidrolis digunakan formula-formula : Q = A x Vt, Vt = 1/n . R 2/3. I 1/2 > 1,50 m/dt R = A/P, A = b x h, P = b + 2 h Dimana : Q = Debit air lewat talang (m3/dt) R = Jari-jari hidrolis (m) A = Luas tampang basah (m2) P = Keliling basah (m) Vt = Kec. air lewat talang (m/dt) I = Kemiringan dasar talang n = Koefisien kekarasan bahan; untuk beton diambil n = 0,0154 or K = 65

Vt=1.5m/dt, b = h
b 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 h 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 A 0.090 0.160 0.250 0.360 0.490 P 0.900 1.200 1.500 1.800 2.100 R 0.1000 0.1333 0,1667 0.2000 0.2333 R2/3 0.2154 0.2610 0.3029 0.3420 0.3790 I1/2 0.1071 0.0884 0.0762 0.0675 0.0609 I 0.0115 0.0078 0.0058 0,0046 0.0037 Q 0.135 0.240 0.375 0.540 0.735

Agar dimensi talang ekonomis, maka kecepatan air yang lewat di atas talang, Vt, ditetapkan minimum 1,50 m/dt dan tinggi tekanan hilang, z = 0,15 meter.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

65

F. Bangunan ngunan Lainnya 1) Krib pengarah aliran Krib pengarah aliran berguna untuk mengarahkan aliran air agar dapat dengan mudah masuk kedalam pintu pengambilan (bebas) Krib pengarah aliran berguna untuk meluruskan aliran pada lokasi sungai yang berbelok-belok. Krib dapat dipasang tegak lurus aliran, miring searah aliran atau miring mengongsong arah aliran. Perencanaan krib pada sungai-sungai besar perm diadakan survai morpologi sungai. Bangunan krib dapat terbuat dari bronjong cerucuk kayu atau bambu, Pangkal krib dibuat setinggi rata-rata tinggi muka banjir sepai panjang krib. Panjang krib tidak lebih dari 1/3 lebar sungai. 2). Penahan Talud Saluran Penahan talud saluran ini umumnya dipasang pada daerah : Tanah porous Melewati perumahan/kampung Belahan Lereng Bentuk-bentuk talud diberikan sesuai type saluran, seperti contoh berikut :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

66

3). Penahan Tebing Sungai Disamping penahan tebing saluran, kadang-kadang perlu juga dibangun konstruksi Penahan Tebing Sungai. Konstruksi ini terjadi karena saluran irigasi berada dilereng tebing dan sejajar dengan sungai. Bila Konstruksi penahan tebing dibuat dari pasangan batu kali, ukuran untuk tebal pasangan atas cukup 0,25 kali tinggi (H) sedangkan tebal pasangan bawah 0,47 kali H.

G. Pintu Air Sederhana Pintu air sederhana (pintu sorong sederhana) untuk melengkapi bangunan bagi, berfungsi untuk mengatur tinggi muka air dibagian hulu dan menguruangi/mencegah (dengan cara menutup pintu) air yang berlebihan masuk kedalam saluran. Pintu sorong sederhana (tanpa stank ulir) mempunyai sistem kerja yang hanya buka dan tutup saja.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

67

Untuk menentukan bukaan pintu berdasarkan debit air yang dikehendaki (petani) dapat menggunakan table berikut.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

68

7. PRASARANA MANDI, CUCI, KAKUS


1). Ketentuan Umum 1. MCK Komunal yang dibangun merupakan kebutuhan bagi warga miskin dan warga pengguna bersedia untuk memelihara. 2. Sumber air di MCK harus terjamin (tersedia dalam 24 jam), kualitas (air bersih) dan kuantitasnya agar prasarana MCK dapat berfungsi dengan baik; 3. Lokasi dan waktu tempuh dari rumah warga pemanfaat adalah 2 menit (jarak kurang/lebih 100m) dan luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3Ha. 4. Limbah MCK harus dikontrol dengan baik sehingga tidak mengganggu dan mencemari lingkungan. Resapan dan saluran pembuangan harus lancar dan tidak meresap ke sumur disekitarnya. 5. Bangunannya sederhana, sesuai dengan standar teknis yang berlaku dan mempertimbangkan budaya setempat; 6. Keperluan wanita dan laki-laki terpisah dan kapasitas satu unit MCK sebagai berikut.

2). Bagian-bagian MCK 1) Sumber Air Sumber air MCK harus memenuhi syarat air bersih :

Kualitas air tidak berasa, berbau, berwarna dan tidak pula keruh; Penyediaan air bersih dapat dari PDAM, air tanah, sumur bor/gali/mata air dan kuantitas air sekurang-kurangnya untuk mandi 20 ltr/orang/hari, cuci 15 lt/org/hr, kakus 10 lt/org/hr. Air Bersih Perpipaan/PDAM dengan ketentuan : o Pipa air bersih dapat digunakan pipa PVC diameter sekurang-kurangnya 12,5 mm. o Pipa sebaiknya tertanam dalam tanah atau dilindungi dengan baik. Sumur pompa tangan/mesin, dengan ketentuan : o Sekeliling sumur pompa harus ada lantai kedap air selebar 1,20 m o Pipa selubung sumur harus terbuat dari bahan kedap air dengan kedalaman minimum 2 meter dari permukaan lantai Sumur Gali dengan ketentuan : o Sekeliling sumur gali harus ada lantai kedap air selebar 1,20 m o Dinding sumur gali harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan kedap air sampai ketinggian 0,75 meter keatas dan 2 meter kebawah permukaan lantai. Mata Air dilengkapi dengan bak penangkap air. Air Hujan dengan Bak Penampung Air Hujan; Lokasi sumur minimal 10 meter dari sumber pengotoran (cubluk/resepan). Kamar Mandi/WC boleh tanpa atap bila sesuai kebiasaan masyarakat setempat; 69

2) Kamar Mandi dan WC

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

Lantai dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah tempat pembuangan +1%. Tinggi dinding sekurang-kurangnya 160 cm. Pintu dari Bahan tahan air atau PVC dengan ukuran lebar 60-80cm dan tinggi 160cm. Ventilasi udara dan sinar/cahaya alami tersedia sekurang-kurangnya seluas 0,5m2, bila tidak cahaya alami tidak memungkinkan maka disediakan penerangan lampu/listrik secukupnya. Air bekas mandi dapat dibuang ke saluran atau peresapan; Luas lantai KM sekurang-kurangnya 2m2 (1,0m x 2,0m) dengan ukuran bak sekurang-kurangnya 0,5m2 . Luas lantai WC sekurang-kurangnya 2m2 (1,0m x 2,0m) dengan ukuran bak sekurang-kurangnya 0,1m2 . Kloset Jongkok untuk WC; keperluan wanita dan laki-laki terpisah. Bak kontrol, bak untuk memeriksa dan membersihkan pipa saluran. Pipa saluran, pipa untuk menyalurkan air limbah dari jamban ke cubluk atau tangki septic, PVC diameter sekurang-kurangnya 10cm. Kemiringan sekurang-kurangnya 2%. Belokan 90 derajat sebaiknya dihindari dengan membuat 2 kali belokan 45 derajat atau bak kontrol.

3) Tempat Cuci Umum Tempat Cuci boleh terbuka atau diberi atap. Luas lantai sekurang-kurangnya 10m2. Lantai dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah tempat pembuangan +1%. Tempat menggilas pakaian dapat berdiri atau jongkok. Air bekas cuci dapat dibuang ke saluran atau peresapan; Bila dilengkapi dengan dinding, pintu, ventilasi dan penerangan maka berlaku ketentuan-ketentuan seperti pada KM/WC juga dapat diterapkan. 4) Saluran Pembuangan Air Limbah Air yang masuk ke saluran pembuangan air limbah harus mengalir dengan lancar sampai ketempat pembuangan akhir/drainase. Saluran dibuat kedap air bila disekitarnya terdapat sumur air bersih dengan jarak 8 meter agar tidak merembes ke sumur. Diameter minimum 10 cm; 5) Septictank dan Peresapan a. Septicktank Berfungsi untuk menampung tinja, urine dan air gelontoran sekaligus mematikan bakteri aerob dan anaerob. Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu bata, spesi campuran 1semen : 3pasir atau Beton, campuran 1semen : 2 pasir : 3 kerikil Volume konstruksi tergantung dari jumlah pemakai, dapat dihitung dengan pendekatan berikut :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

70

Tangki septik empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1 sampai 3 : 1. Lebar tangki sekurang-kurangnya 0,75 m dan panjang tangki sekurang-kurangnya 1,50 cm. Tangki air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,00 m dan keadalaman maksimum 2,10 m. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah dengan ruang bebas air sebesar (0,20 0,40) m dan ruang penyimpanan lumpur. Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur. Dinding tangki septik harus dibuat tegak. Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan tinggi sekurang-kurangnya 1,00 m. Penutup tangki septik maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m.

b. Peresapan Berfungsi untuk membuang air limbah dari septictank sehingga didalam septictank tinggal material pada saja. Syarat teknis peresapan : Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu/bata tanpa spesi/plesteran agar air dapat masuk meresap kesela-sela batu tapi konstruksi harus cukup kuat untuk menahan tanah tidak runtuh. Jarak peresapan dengan sumur air bersih, sekurang-kurangnya untuk : tanah lempung 6 m , tanah normal 10 m dan tanah berpasir 25 m. Jarak ke pondasi bangunan minimal 1,5m dan jarak ke pipa air bersih minimal 3m. Pada daerah dengan topografi yang miring, elevasi letak resapan harus lebih rendah dari elevasi sumur air bersih agar air resapan tidak masuk ke sumur.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

71

B
10 60 15
T. CUCI BAK KONTROL

DRAIN

20

100
BAK AIR POMPA

200

PIPA 3"

15 385

10

50

10

100

20 20 90 20 330 180 20

15 60 10

15

100

15

120 440

15

165

10

DENAH MCK TYPE A

RING BALOK

+ 2.00
PAS. DINDING BATA PAS. BATA KEDAP AIR

200
BETON BERTULANG

BAK KONTROL

PAS. BATU KALI

60

60

URUGAN TANAH

10

KE SUMUR RESAPAN

PIPA 3"

25 50 10

0.00 - 0.20

150

10

- 0.80 - 1.00 60 10 10 115 60 10 135 10 60 10 175

PAS. BATU BATA

10

20

LANTAI KERJA PASIR URUG

PAS. BATU KOSONG

20 20

90

20

180

20 20

POTONGAN A - A

PASIR

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

72

VENTILASI 1 1/4"

TANAH URUG LAPISAN IJUK

MANHOLE

MANHOLE

KERIKIL PVC 4" BERLUBANG BATU PECAH

PIPA DARI KLOSET PVC 4"

OUTLET PVC 4"

BETON (1PC : 2PS : 4KR)

PASANGAN BATA (1 PC : 2 PS)

POTONGAN A

PIPA DARI KLOSET PVC 4"

VENTILASI 1 1/4"

OUTLET PVC 4" PVC 4"

A
MANHOLE MANHOLE

DENAH TANGKI SEPTIK & RESAPAN (1)

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

73

8. PRASARANA PERSAMPAHAN
Prasarana persampahan yang dimaksudkan disini adalah prasarana persampahan dilingkungan permukiman. Pemilihan prioritas kegiatan persampahan diprioritaskan pada pembangunan tempat penampungan sementara (TPS) sebagai tempat pengumpul pembuangan sampah dari rumah-rumah dan Gerobak sampah sebagai alat pengumpul sampah sedangkan untuk penyediaan tempat sampah ditiap rumah dapat disediakan sendiri secara swadaya. Persyaratan umum pembangunan prasarana persampahan : Lokasi dipilih pada tempat yang jauh dari sumber air bersih, bukan didaerah banjir dan mudah dijangkau oleh alat transportasi sampah (mobil angkutan sampah) untuk memudahkan pengangkuatan ketempat pembuangan akhir (TPA); Lokasi TPS harus dimusyawarahkan dan sepakati bersama oleh warga, terutama warga disekitar lokasi TPS akan dibangun sehingga tidak menimbulkan konflik sosial; Penyediaan TPS berikut Gerobak Sampah diutamakan bagi kelurahan/desa yang terjangkau oleh jaringan/sistem persampahan kota atau mempunyai akses yang dekat ke tempat pembuangan akhir sampah (dengan gerobak sampah mampu dibuang sendiri ke lokasi TPA). Sedangkan untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang masih rendah dan tanah cukup luas (perdesaan), pembungan sampah dapat dilakukan dengan cara menggali lubang sampah ditanah dipekarangan untuk dibakar atau ditimbun tanah kembali setelah penuh. Pengumpulan sampah dari rumah-rumah sekurang-kurangnya 2 hari sekali dan pembungan sampah dari TPS sekurang-kurangnya seminggu sekali dengan volume sampah minimal, untuk menghindari bau, mencegah pencemaran lingkungan dan kemungkinan sarang vektor penyakit (lalat). Masyarakat bersedia membentuk kelembagaan pengelola pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana berikut pembiayaannya secara swadaya. Anggota masyarakat yang menggunakan jasa pengelolaan sampah akan dimintai kontribusi berupa dana/iuran sampah. Dengan cara tersebut diharapkan memperoleh lingkungan permukiman yang bersih dan sehat. Bangunan TPS dibuat dari konstruksi sederhana, sesuai kondisi sosial setempat dan dapat menggunakan bahan lokal, seperti dari pasangan batu/batu bata. Ukuran TPS sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas (isi) 2 m3 dengan jarak antar TPS sekurang-kurangnya 150m.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

74

9. PRASARANA KESEHATAN
Prasarana kesehatan yang dimaksud disini adalah prasarana dan saran untuk menunjang pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat, melalui upaya kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM). Kegiatan UKBM yang dikembangkan dalam program ini antara lain adalah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos bersalin desa (Polindes), dalam cakupan layanan wilayah kelurahan/desa. Lingkup pembangunan sarana/prasarana kesehatan dasar disini hanyalah mencakup penyediaan fisik/bangunan sederhana termasuk meubelair yang diperlukan, tetapi tidak termasuk penyediaan tenaga/peralatan medis, transportasi, komunikasi dan obat-obatan. Prioritas pemilihan pembangunan prasarana kesehatan dasar adalah sebagai berikut: Rehabilitasi/perbaikan bangunan yang telah ada karena fungsi bangunan berkurang; Peningkatan bangunan yang telah ada agar mampu mendukung penyelenggaraan kegiatan utama sesuai fungsi organisasinya, misalnya gedung Polindes yang ada dikembangkan menjadi Poskesdes. Kelurahan/desa yang telah memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi belum memiliki bangunan/masih menumpang pada bangunan lain dalam menjalankan kegiatan utama sesuai fungsinya; Kegiatan yang dilaksanakan harus dikoordinasikan dengan pemerintah desa/kelurahan dan instansi teknis kesehatan setempat. Pembangunan Poskesdes tidak diprioritaskan bagi Desa/kelurahan yang terdapat sarana kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit). Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan gedung sederhana tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU sedangkan terkait dengan kebutuhan ruangan bangunan mengacu pada standar teknis yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan. 1). Poskesdes Untuk lebih memantapkan penyelenggaraan berbagai UKBM yang ada di desa, dikembangkan suatu bentuk UKBM yang dapat berfungsi mengkoordinasikan seluruh UKBM yang ada. Fungsi koordinasi ini diperlukan, agar penyelenggaraan UKBM tersebut dapat sinergis dalam upaya mewujudkan Desa Siaga. Perwujudan Desa Siaga ini adalah dalam rangka mempercepat pencapaian Desa Sehat. UKBM yang berfungsi koordinatif di desa tersebut adalah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Kegiatan Poskesdes, utamanya adalah, pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku beresiko, dan surveilans lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawat daruratan kesehatan, dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar. Poskesdes dikelola oleh masyarakat yang dalam hal ini kader, relawan dengan bimbingan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan di Poskesdes minimal seorang Bidan. Pembinaan Poskesdes dilaksanakan secara terpadu dengan lintas sektor. Pembinaan teknis medis secara periodik dilakukan oleh Puskesmas, sedangkan hal-hal non teknis medis dilakukan oleh Pemerintah Desa/Kelurahan dan lintas sektor di tingkat Kecamatan. Kepengurusan Poskesdes dipilih melalui musyawarah dan mufakat masyarakat desa, serta ditetapkan oleh Kepada Desa. Struktur pengurus minimal terdiri dari Pembina, Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota. Susunan pengurus Poskesdes bersifat
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

75

fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan permasalahan setempat. Kedudukan dan hubungan kerja antara Poskesdes dengan unit-unit serta masyarakat, dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Poskesdes merupakan koordinator dari UKBM yang ada (misalnya: Posyandu, Poskestren, ambulan desa). Dengan demikian, maka Poskesdes bertugas pula membina kelestarian UKBM lain tersebut. 2. Poskesdes berada di bawah pengawasan dan bimbingan Puksesmas setempat. Pelaksana Poskesdes wajib melaporkan kegiatannya kepada Puskesmas ataupun kepada sektor terkait lainnya sesuai dengan bidangnya. Laporan kesehatan disampaikan kepada Puskesmas, adapun laporan yang menyangkut pertanggungjawabab keuangan disampaikan kepada Kepala Desa. 3. Jika di wilayah desa tersebut terdapat Puskesmas Pembantu, maka Poskesdes berkoordinasi dengan Puskesmas Pembantu tersebut. 4. Poskesdes dibawah pembinaan Kabupaten/Kota melalui Puskesmas. Pembinaan dalam aspek upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan. Apabila Poskesdes tidak mampu memberikan pelayanan maka perlu melakukan rujukan ke Puskesmas, antara lain pelayanan kegawat daruratan. Pada keadaan tertentu Poskesdes dapat melakukan rujukan langsung ke Rumah Sakit dengan sepengetahuan Puskesmas. 2). Posyandu Posyandu merupakan salah satu UKBM dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Pelayanan yang dilaksanakan terutama mencakup pelayanan : Kesehatan Ibu & Anak, Bayi & Anak Balita, KB, Imunisasi, gizi dan penanggulangan diare kepada masyarakat setempat. Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun, atau sebutan lainnya yang sesuai. Kedudukan Posyandu terhadap pemerintahan desa/kelurahan adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintah desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu terhadap UKBM dan berbagai lembaga kemasyarakatan/LSM desa/kelurahan yang bergerak dibidang kesehatan adalah sebagai mitra. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas. Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat melalui musyawarah pada saat pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari Pembina, seorang ketua, seorang sekertaris dan seorang bendahara ditambah
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

76

dengan kader posyandu yang selanjutnya ditetapkan oleh Lurah/Kades. Susunan pengurus bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan permasalahan setempat. Lokasi pembangunan posyandu sebaiknya ditempat yang relatif datar dan ditengahtengah lingkungan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

MODEL POSKESDES - 60 Pos Kesehatan Desa


LUAS BANGUNAN: 60 m2

SKALA
1m O 100 200 300 400 500 2m 3m 4m 5m

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

77

10. PRASARANA PENDIDIKAN


Prasarana pendidikan yang dimaksud disini adalah prasarana dan saran untuk menunjang pelayanan pendidikan dasar bagi masyarakat yang dikelola oleh masyarakat/pemerintah, tetapi tidak termasuk prasarana pendidikan dasar yang dikelola oleh swasta/yayasan. Pembangunan sarana/prasarana pendidikan dasar yang dikembangkan dalam program ini antara lain adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Taman Kanakkanan (TK), Rehabilitasi bangunan Sekolah Dasar/sederajat, termasuk meubeler (seperti meja, bangku, papan tulis) tetapi tidak termasuk tenaga pengajar dan bukubuku pelajaran. Prioritas pemilihan pembangunan prasarana pendidikan dasar adalah : Rehabilitasi/perbaikan bangunan pendidikan dasar yang telah ada karena fungsi bangunan berkurang; Peningkatan bangunan yang telah ada agar mampu mendukung penyelenggaraan kegiatan utama sesuai fungsinya, misalnya penambahan ruangan belajar/ruang guru termasuk fasilitas sanitasi. Pembangunan baru untuk PAUD, TK termasuk fasilitas bermain, terutama bagi kelurahan yang telah memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi belum memiliki bangunan/masih menumpang pada bangunan lain dalam menjalankan kegiatan utamanya. Pembangunan baru untuk PAUD, TK termasuk fasilitas bermain, bagi kelurahan yang belum memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi bersedia membentuk pengelola pemanfaatan & pemeliharaan bangunan segera setelah usulan kegiatan disetujui. Seluruh pembangunan prasarana pendidikan yang dibangun disini harus dikoordinasikan dan tidak bertentangan dengan kebijakan/perencanaan umum dari pemerintah desa/kelurahan dan dinas/sektor Pendidikan dan Kebudayaan di daerah setempat. Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan gedung (sederhana) tahan gempa atau untuk rehabilitasi SD mengacu pada standar teknis bangunan SD tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU sedangkan terkait dengan kebutuhan ruangan dan kelengkapan fasilitas bangunan mengacu pada standar teknis yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

11. PRASARANA PERUMAHAN/PERMUKIMAN


Prasarana/kegiatan lingkungan permukiman yang dibangun dalam PNPM merupakan jenis prasarana/kegiatan yang bersifat individu bagi masyarakat miskin, misalnya rehabilitasi/perbaikan rumah tinggal. Ketentuan umum prasarana perumahan/permukiman adalah : Rumah warga miskin yang direhabilitasi/dibangun harus memenuhi persyaratan kelayakan teknik dan persyaratan kesehatan minimum. Calon pemanfaat haruslah dilibatkan sebagai pelaku utama dalam proses pengambilan keputusan pada saat perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan perumahan mereka; Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

78

lingkungan serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam khususnya gempa. Apabila ketersediaan dana terbatas, maka Rancangan Pola Pembangunan Rumah diarahkan pada pembangunan secara bertahap horizontal dengan penyediaan desain rumah antara/Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang pertumbuhannya diarahkan menjadi Rumah Sederhana Sehat (RsS) sebagaimana yang dikembangkan oleh Departemen PU, yaitu RIT-1, RIT-2, RsS1, RsS-2. Pengembangan pola RIT ini adalah untuk mengoptimalkan ketersedian sumberdaya termasuk dana awal yang ada dalam upaya untuk mewujudkan pembangunan rumah yang memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan terlebih dahulu menuju rumah sehat layak huni. Selanjutnya pembangunan/pengembangannya menjadi Rumah Sederhana Sehat nantinya dilaksanakan oleh Pemilik secara swadaya sesuai kemampuannya.

Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan rumah tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU.

12. PRASARANA PERDAGANGAN


Prasarana/kegiatan Perdagangan yang dibangun dalam proyek ini merupakan jenis prasarana/kegiatan yang bersifat umum/kepentingan umum bagi masyarakat miskin, misalnya Pasar Desa (termasuk Kios didalamnya) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dll. a). Pasar Pasar yang dimaksudkan disini adalah pasar desa/kelurahan yang merupakan suatu tempat yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi jual beli. Persyaratan utama untuk pembangunan pasar adalah adanya penjual dan pembeli serta barang/komoditas yang diperjual belikan. Lingkup kegiatan pembangunan pasar desa/kelurahan diprioritaskan pada : 1) Rehabilitasi atau perbaikan bangunan pasar lama yang telah ada; 2) Peningkatan bangunan/fasilitas pasar yang telah ada sehingga mampu memberikan pelayanan secara lebih optimal; 3) Pembangunan pasar baru yang benar-benar dibutuhkan. Kriteria rehabilitasi/peningkatan pasar lama yang perlu diperhatikan, antara lain : 1) Pasar lama yang ada masih terdapat aktivitas perdagangan dan pedagang yang ada/calon pedagang bersedia memanfaatkan pasar secara rutin; 2) Bangunan pasar lama masih kuat dan akan tetap stabil; 3) Tersedia lokasi yang cukup untuk peningkatan bangunan/fasilitas pasar lama sehingga mampu meningkatkan pelayanannya. 4) Lokasi pasar lama tidak bertentangan dengan rencana tata ruang wilayah setempat; Kriteria pembangunan baru pasar desa/kelurahan, antara lain : 1) Belum tersedia pasar terdekat, dengan jarak kurang lebih 5 km; 2) Sudah ada beberapa bakal calon (embrio) pedagang; 3) Jumlah yang cukup dari calon pedagang yang bersedia dan terdaftar untuk memanfaatkan pasar secara rutin; 4) Ada komoditas/barang dagangan setempat yang akan diperjual-belikan; 5) Tersedia lahan yang siap dipergunakan sesuai kebutuhan luas pasar tanpa menimbulkan dampak lingkungan dan social bagi warga; 6) Lokasi pasar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah setempat;
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

79

1). Potensi dan Lokasi Pasar Survey potensi dan kebutuhan terhadap pembangunan baru pasar secara sederhana dapat dilakukan pada beberapa penduduk dan tokoh masyarakat di sekitar lokasi pasar di dalam desa maupun di luar desa dengan menggunakan peta desa lengkap serta jalan porosnya. a) Di lokasi rencana sudah ada beberapa (embrio) pedagang di tempat calon pasar tersebut. b) Jarak kepasar yang terdekat dengan lokasi rencana kurang lebih 5 km. c) Lokasinya strategis (pertigaan jalan/perempatan jalan kendaraan atau tempat persinggahan kendaraan umum). dekat pemukiman penduduk dan transportasinya mudah di jangkau. d) Jumlah yang cukup untuk calon pedagang yang mendaftar (untuk menentukan luas pasar). e) Secara umum untuk Jumlah Pembeli = Jumlah Penduduk x Koefisien (koef. maks. = 1)

2). Calon Pengguna dan Kebutuhan Luas Bangunan Pasar a. Calon pengguna pasar Calon pengguna pasar adalah pedagang yang akan menggunakan pasar tersebut secara rutin. Jumlahnya adalah jumlah pedagang pada embrio pasar ditambah dengan calon pedagang baru yang bersedia dan terdaftar pada saat sosialisasi/survey khusus yang dilaksanakan. Pendaftaran bagi para calon pengguna pasar dilakukan dengan formulir/blanko, diantaranya mencakup tentang : nama, alamat, pedagang harian atau mingguan, jenis dagangan serta iuran yang disepakati untuk retribusi dan tanda tangannya.

b. Kebutuhan Luas Bangunan Pasar Setelah diketahui jumlah calon pedagang yang mendaftarkan, maka untuk menentukan kebutuhan luas bangunan pasar bisa ditentukan dengan mamperkirakan secara rata-rata kebutuhan lahan berdagang untuk tiap satu orang pedagang = 4 m2.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

80

Maka kcbutuhan luas bangunan Pasar = Jumlah calon pedagang x 4 m2. Ada dua jenis bangunan yang dibutuhkan di dalam pasar. 1) Los pasar, bangunan besar yang digunakan bersama-sama antar pedagang yang bagian atasnya terlindungi, sedangkan sisi-sisinya terbuka. 2) Kios-kios, bangunan yang bagian atas maupun sisi-sisinya terlindungi dan pada sisi bagian depannya bisa di tutup dan dibuka. Setiap kios berukuran sekurang-kurangnya 3m x 4m. Untuk menentukan jumlah kios bisa diambil angka 50% x jumlah pedagang harian, walaupun angka sebenarnya perlu di sepakati Iebih lanjut dengan para calon pedagang terutama menyangkut dana yang tersedia. 3). Kebutuhan Sarana Penunjang Pasar Pada setiap bangunan pasar memerlukan sarana penunjang yaitu. MCK, Parkir Kendaraan, Bak Sampah dan Listrik. Untuk menentukan kebutuhan sarana penunjang tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan berikut. a) MCK, Jumlah kebutuhan MCK sama dengan Jumlah Calon Pedagang dibagi 15, dimana angka 15 merupakan perkiraan kemampuan pelayanan 1 unit per hari. MCK harus tersedia air bersih yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya. b) Parkir, luas lahan (m2) kebutuhan parkir sama dengan Jumlah Pedagang dikali luas lahan per kapita pedangan (m2). Luas lahan per kapita pedagang sekurang-korangnya 10 m2. Untuk lebar lahan parkir sekurang-kurangnya 10m. c) Bak Sampah, Ukuran Bak sampah ditentukan berdasarkan volume timbulan sampah per pedagang (sebesar 0,1m3/hari). Untuk tinggi bak 1,5 m maka luas bak sampah yang diperlukan adalah Jumlah pedagang dikali 0,1 m3 dibagi 1,5m. d) Listrik, Bila diperlukan maka pasar dapat disediakan listrik berdasarkan kebutuhan rata-rata per orang pedagang di Los Pasar sebesar 100VA dan per Kios rata-rata 450 VA. Pasar juga harus dilengkapi dengan drainase air hujan yang terintegrasi dengan system drainase kota yang ada atau tempat pembuangan air (sungai, sumur resapan, laut, danau, dll). Drainase dapat dibuat terbuka atau ditutup. 4). Tata Ruang Pasar Penataan ruang pasar memperhatikan letak pasar dengan jalan masuk utama yang ada disekitarnya. Penataan ruang pasar dapat diatur seperti contoh gambar beriku :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

81

Beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan terkait dengan penataan ruang pasar tersebut, seperti diuraikan pada table berikut :

5. TEKNIS 1. Bahan Bangunan Bahan bangunan yang digunakan adalah bahan setempat yang tersedia dengan kriteria sebagai berikut : a. Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan bahan bangunan yang tercantum dalam SNI b. Kemudahan penyediaan bahan bangunan c. Kemudahan pelaksanaan konstruksi d. Keandalan konstruksi 2. Konstruksi Konstruksi bangunan dibuat sederhana sehingga tidak diperlukan perhitunganperhitungan konstruksi, namun apabila daya dukung tanahnya kurang baik maka perlu dilakukan perhitungan. Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan gedung (sederhana) tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

82

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

83

13. PRASARANA PENERANGAN UMUM


Prasarana/kegiatan lingkungan penerangan umum yang dibangun dalam PNPM merupakan jenis prasarana/kegiatan yang bersifat umum/kepentingan umum bagi masyarakat miskin yang pengelolaannya dilakukan sendiri oleh masyarakat, bentuk kegiatannya dibatasi pada penerangan jalan/tempat umum (Tiang + Lampu) dan Pembangkit Listrik (Genset/PLTM + Jaringan + Rumah Genset).

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

84

You might also like