You are on page 1of 4

http://mhs.blog.ui.ac.

id/putu01/2012/01/09/penyakitinfeksi-dan-menular/Pencegahan Penyakit Infeksi Bagi Dokter Gigi


I Putu Arya Ramadhan on 9 January 2012 2 Comments Evaluasi pasien Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari tiap-tiap pasien dan diperbaharui kembali pada setiap tahap kunjungan berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya infeksi silang yang kemungkinan bisa terjadi dalam praktik dokter gigi. Harus diperhatikan mengenai adanya penyakit infeksi yang berbahaya. Perlindungan Diri

Kebersihan diri

Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi. Secara umum pada waktu merawat pasien seorang dokter gigi harus : a) Hindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien, hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari memegang luka atau abrasi. b) Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester sebab luka tersebut dapat merupakan tempat masuknya mikroorganisme patogen (harus memakai sarung tangan). c) Cuci tangan dengan baik sebelum dan setelah merawat pasien dengna memakai sabun antimikrobial (mis. klorheksidin glukonat) sebelum memakai sarung tangan.

Pemakaian baju praktek Dokter gigi dan stafnya harus selalu memakai baju yang bersih dan baru dicuci. Baju tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi.

a) b)

c) Baju praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih klorin, untuk baju yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Proteksi Sarung tangan

a)

Tangan merupakan alat transmisi dari mikroorganisme pada saluran pernafasan dan mulut yang utama. Kuku harus digunting pendek dan tidak boleh memakai perhiasan seperti cincin, gelang, dan jam tangan pada saat merawat pasien. Tangan harus dicuci dengan sikat dan

sabun yang mengandung zat antimikrobial seperti iodofor (1% iodine), klorheksidin glukonat (2-4%), para-klormeta-silenol (PMCX) 0,5-3% atau alkohol (70% isopropil aklohol) dan lainlain. Tangan digosok paling sedikit selama 10 detik dan dikeringkan dengan memakai pengering otomatis atau tissue. Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil sekali pakai. Hal ini untuk melindungi baik dokter gigi atau stafnya maupun pasien. Sarung tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks, walaupun hal ini jarang terjadi. Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam kedokteran gigi yaitu : a) Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan. b) Sarung tangan steril yang harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan. c) Sarung tangan heavy duty harus dipakai manakala harus membersihkan alat, permukaan kerja atau bila menggunakan bahan kimia. Semua luka dan lecet-lecet pada kulit harus ditutup dengna plester yang kedap air sebelum memakai sarung tangan. Jangan merawat pasien bila sedang mengalami luka yang bernanah atau dermatitis yang terbuka hingga luka tersebut benar-benar sembuh. Pakai satu sarung tangan untuk setiap satu pasien, jangan memakai ulang sarung tangan karena akan mengurangi nilai protektifnya. b) Kacamata

Kacamata pelindung harus dipakai oleh dokter gigi dan stafnya untuk melindungi mata dari splatter dan debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik. Rambut hendaknya jangan menutupi pandangan dan diikat bagi dokter gigi yang memiliki rambut panjang serta dilindungi dari percikan dan aerosol dengan memakai penutup kepala, sebaiknya dokter gigi mencuci muka sebelum makan dan juga mencuci muka serta rambut sebelum tidur. Bakteri patogen dan beberapa virus terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu. c) Masker

Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas maupun bawah. Efektivitas penyaringan dari masker tergantung dari : Bahan yang dipakai, masker polipropilen lebih baik daripada masker kertas.

- Lama pemakaian, lama pemakaian yang efektif adalah 30-60 menit, terutama bila masker itu basah. Jadi sebaiknya memakai 1 masker untuk tiap pasien. d) Rubber dam

Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya aerosol. Pemakaian rubber dam memungkinkan : - Mendapat gambaran yang jelas setelah jaringan diangkat. - Mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, sehingga mengurangi terjadinya luka pada jaringan dan mengurangi perdarahan. - Mengurangi terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam.

Imunisasi

Dokter gigi dan mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi harus memiliki data imunisasi yang baru. Di Inggris vaksin hepatitis B, tuberkulosis dan rubella (bagi dokter gigi wanita) dianjurkan untuk mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi sebagai tambahan dari imunisasi rutin seperti tetanus, poliomyelitis dan difteri. Di USA dianjurkan imunisasi terhadap semua penyakit ini kecuali TBC dan influenza. Sterilisasi Instrumen Pada kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui metode:

Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave) Pemanasan kering (oven) Uap bahan kimia (chemivlave)

Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti pada lemari atau laci yang dapat dengan mudah didesinfeksi. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang. Disinfeksi permukaan Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan tingkat tinggi dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis. Perlakuan disinfeksi contohnya dilakukan pada permukaan meja tempat alat-alat diletakkan. apabila alat sudah disterilkan, namun permukaan meja tempat alat diletakkan masih hidup mikroorganisme patogen, maka alat-alat dapat tercemar lagi dan proses sterilisasi alat pun menjadi sia-sia. Laboratorium yang asepsis

Selama perawatan gigi banyak benda, instrumen, dan peralatan di kamar praktek yang terkontaminasi baik secara langsung melalui tangan atau melalui splatter dan aerosol. Usahakan agar barang-barang yang dibutuhkan di ruang praktek seminimal mungkin dan tentukan mana yang dapat ditutupi, disterilkan atau didisinfeksi. Tentukan mana yang harus dibersihkan tiap hari dan mana yang cukup dibersihkan seminggu sekali, lantai dan juga permukaan lain yang datar harus didisinfeksi. Pembuangan sampah Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tissue bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan dalam kantung plastik. Jaringan tubuh juga harus mendapat perlakuan yang sama dengan benda tajam.

You might also like