You are on page 1of 10

TINGKAT KECEMASAN SISWA SMAN JATINANGOR DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ujian Nasional adalah sebuah evaluasi untuk mengukur sejauh mana pencapain materi pelajaran yang telah diraih siswa. Selain itu ujian nasional merupakan pintu gerbang bagi siwa menuju tahap pendidikan selanjutnya. Salah satu kegunaan hasil Ujian Nasional adalah sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Ketakutan tidak lulus sering dirasakan oleh peserta didik yang akan menempuh ujian nasional. Hal itulah yang menyebabkan pelajar menjadicemas. Peraturan Mendiknas Nomor 45 Tahun 2006 tentang Ujian Nasional menyebutkan tahun pelajaran 2006/2007 seorang siswa dapat dinyatakan lulus jika mengikuti seluruh mata pelajaran yang diujikan dengan nilai rata-rata minimal 5,00. Tahun pelajaran 2007/2008 standar nilai menjadi 5,25. Tahun pelajaran 2007/2008 peserta Ujian Nasional dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan dengan ketentuan memiliki nilai rata-rata minimal 5,25 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan tidak ada nilai dibawah 4,25 atau memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran dan nilai mata pelajaran lainnya minimal 6,00 (Pasal 15 Permendiknas no 34 tahun 2007). Pada Jenjang SMA dan MA, jumlah mata pelajaran yang diujikan secara nasional juga bertambah dari tiga mata pelajaran menjadi enam mata pelajaran. Untuk program IPA meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Program IPS meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi. Dan Program Bahasa meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Asing lain, Sejarah Budaya (Antropologi) dan Sastra Indonesia (Pasal 6b Permendiknas no 34 tahun 2007). Perubahan yang banyak terjadi mengenai standarisasi nilai rata-rata yang semakin tinggi serta bertambahnya jumlah mata pelajaran yang diujikan saat ujian

nasional banyak membawa dampak bagi siswa. Aswandi (2008) mengatakan bahwa UjianNasional (UN) 2008 dinilai sangat berat dan membuat para peserta UAN merasa takut, tertekan, dan depresi menghadapi ujian dan sangat tidak menutup kemungkinan berdampak pada gangguan psikologis jika nantinya gagal atau tidak lulus ujian nasional tersebut sebagaimana pengalaman masa lalu. Dari sebuahpenelitianterhadap 20 respondensiswakelas 3 SMA

menunjukkanbahwa kegagalan menghadapi ujian setelah diteliti ternyata tidak hanya disebabkan oleh ketidaksiapan siswa dalam penguasaan materi

pembelajaran yang diujikan sebagaimana terdapat pada kurikulum yang telah ditetapkan, melainkan lebih disebabkan oleh adanya kecemasan dan rasa takut menghadapi ujian; takut gagal, dan takut tidak lulus. Darmawansyah (2007) menyatakan Ujian Nasional adalah isu hangat dewasa ini. Bagi peserta didik, UN merupakan momok bagi kehidupannya. Selain itu para orang tua juga merasa cemas. Sulit dibayangkan cibiran teman, tetangga, saudara ketika mereka dinyatakan tidak lulus UN. Masaremajaadalahmasatransisidarimasakanak-kanakmenujudewasa yang

meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.Masalahremajaberanekaragam, bisadikarenakanmasalahsekolah,

masalahhubungansosialsesamateman,putuscinta, hubungandengan orang lain dan lain sebagainya.Masalah yang berhubungan dengan sekolah misalnya penyesuaian diri, beban pelajaran dan prestasi belajar. Banyaknya permasalahan yang dihadapi membuat cemas. Siswa-siswa memiliki tingkat kecemasan yang tinggi sebagai hasil dari harapan orang tua yang tidak realistis terhadap kemampuan yang dimiliki anak. Kecemasan siswa meningkat sejalan dengan tingkatan kelas yaitu ketika menghadapi evaluasi atau ujian, perbandingan sosial dan beberapa pengalaman kegagalan. Ketika sekolah memberikan pengalaman kegagalan dalam evaluasi ujian, kecemasan siswa menjadi semakin meningkat (Santrock, 2007). UAN (Ujian AkhirNasional) merupakan salah satu sumber kecemasan siswa. Menurut (Korchin ,1976) keadaan stress timbul jika tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan.Keadaan stress bisa terjadi

dimana sajadan

kepada siapa saja, termasuk kepada siswa SMA (Sekolah

Menengah Atas) yang akan menjalani Ujian Nasional. Faktoryang mempengaruhistressdalammenghadapiUjianNasionalpadaremajaadalahcemasakan ketidaklulusan. Jika terlalu lama mengalami stress akan berdampak pada

kesehatan. Stres juga bisa membuat seseorang untuk melakukan tindakan tidak sehat. Kecemasan menghadapi ujian merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai kekhawatiran atau ketegangan penilaian selama proses berlangsungnya ujian yang ditunjukkan dalam fungsi kognitif, afektif serta fisiologisnya. Golanty (2001) menambahkan kecemasan menghadapi ujian sebagai perasaan khawatir, gelisah dan ketakutan yang nampak pula pada gejala fisik, seperti sakit perut, sulit istirahat, gangguan tidur, nafsu makan berkurang, iritabilitas dalam menghadapi ujian, dan berpengaruh terhadap gangguan konsentrasi, sehingga banyak membuat kesalahan dalam mengerjakan ujian. Oleh karena itu kecemasan yang terlalu berlebihan akan mempengaruhi kehidupan akademik siswa dan berakibat pada rendahnya motivasi, kemampuan koping, strategi yang buruk dalam belajar, evaluasi diri yang negatif, kesulitan berkonsentrasi serta persepsi kesehatan yang buruk. Kecemasan adalah respon individu terhadap situasi-situasi yang

menakutkan. Kecemasan adalah rasa yang muncul terkait dengan bahaya, termasuk adanya keinginan untuk terlepas dan terhindar dari bahaya (Lazarus, 1976). Kondisi bahaya yang dimaksudkan adalah bahaya yang bersifat psikis, terkait dengan serangan terhadap identitas seseorang. Reaksi yang muncul pada saat cemas antara lain adalah perasaan yang tidak jelas, tidak berdaya, dan tidak pasti apa yang akan dilakukan. Lebih lanjut menurut Lazarus (1991), kecemasan muncul ketika makna eksistensi seseorang terganggu atau terancam sebagai hasil dari ketidakmampuan fisik, konflik intrapsikis dan peristiwa yang sulit didefinisikan. Dilihat dari peristiwa tersebut peneliti bermaksud ingin mengetahui tingkat kecemasansiswa SMAN Jatinangor dalam menghadapi ujiannasional.

Dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi UN di SMAN Jatinangor melakukan kegiatan rutin istighosah.

1.2 RumusanMasalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perusmusan masalah pada penelitian ini adalah Tingkat kecemasan siswa SMAN Jatinangor dalam menghadapi Ujian Nasional (UN)

1.3 TujuanPenelitian 1.3.1 TujanUmum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa SMAN Jatinangor dalam menghadapi Ujian Nasional (UN). 1.3.2 TujuanKhusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui siswa SMAN Jatinangor dapat memahami pengertian kecemasan, mengetahui tingkat kecemasan, bagaimana mengendalikan kecemasan, mengetahui penyebab dan dampak kecemasan dalam persiapan Ujian Nasional.

1.4 Manfaat Penelitian Dapat memberikan sumbangsih bagi disiplin ilmu keperawatan yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan psikologis siswa yang akan mengahadapi Ujian Nasional.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stress siswa SMAN Jatinangor dalam menghadapi Ujian Nasional (UN). 1.4.1 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui siswa SMAN Jatinangor dapat memahami pengertian kecemasan, mengetahui tingkat kecemasan, bagaimana mengendalikan kecemasan, mengetahui penyebab dan dampak kecemasan dalam persiapan Ujian Nasional. 1.5 Manfaat Penelitian Dapat memberikan sumbangsih bagi disiplin ilmu keperawatan yang berkaitan dengan dunia pendidikan mengahadapi Ujian Nasional. dan psikologis siswa yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi Kecemasan Kecemasan merupakan salah satu fenomena psikologis dimana setiap individu pasti pernah mengalaminya. Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai kehawatiran,keprihatinan,dan rasa takut yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda-beda. Segala bentuk keadaan yang mengancan kesejahteraan seseorang dapat menimbulkan kecemasan seperti konflik,frustasi,ancaman terhadap fisik dan harga diri serta tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemaampuan ( Atkinson dkk, 1991, h.212). sedangkan ollendick (dalam de Clerq, 1994, h.48) berpendapt bahwa kecemasan menunjuk pada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan, yang meliputi interpretasi subjek dan arousal atau rangsangan fisiologis( reaksi badan secara fisik) missal : bernafas lebih cepat, jantung berdebar dan berkeringat. Lebih lanjut Greene dkk (2005 , h.163) menambahkan kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai cirri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang, dan perasaan aprehensip bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Daradjat (1990, h.27) menambahkan bahwa kecemasan adalah manifestasi berbagai proses emosi yang bercampur baur terjadi ketika orang yang sedang mengalami tekanan atau frustasi dan pertentangan batin atau konflik. Dari beberapa penjelasan tentang kecemasan tersebut , maka yang dimaksut dengan kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang dialami seseorang ketika berhadapan dengan pengalaman yang sulit dan menganggap sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi, yang ditandai oleh afek negative dan gejala-gejala ketegangan jasmani seperti jantung berdebardebar,nafas lebih cepat dan berkeringat.

Salah satu situasi yang dapat menimbulkan kecemasan adalah saat menghadapi ujian. Seperti dikemukakan oleh Greene dkk (2005, h 163) beberapa hal yang dapat menjadi sumber kecemasan adalah kesehatan, relasi social, ujian, karir, relasi internasional, dan kondisi lingkungan.

2.2 Sumber- sumber kecemasan Banyak pendapat dari para ahli yang mengemukakan tentang sumbersumber yang menimbulkan kecemasan. Freud (dalam Suryabrata, 1993, h.189) menyebutkan bahwa ada lima macam sumber kecemsan, yaitu : a. Frustasi (tekanan perasaan) Menurut Kartono dan Galo (198, h.180) frustasi adalah kegagalan memeperoleh kepuasan, rintangan terhadap aktivitas yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, keadaan emosional yang diakibatkan oleh rasa terkekang, kecewa, dan kekalahan. Daradjat (190, h.25) suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan, atau menyangka akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi keinginannya. b. Konflik konflik terjadi ketika terdapat dua kebutuhan atau dua kebutuhan atau lebih berlawanan dan harus terpenuhi dalam waktu yang sama. Hal ini ditambahkan oleh Daradjat (1990, h.26) konflik adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih, yang bertentangan atau berlawanan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu dan Zain, 1994, h.85) mengemukakan bahwa konflik adalah ketidaksepakatan di dalam suatu pendapat emosi dan tindakan orang lain. Keadaan mental merupakan hasil impuls-impuls, hasrat-hasrat, keinginan, dan sebagainya yang saling bertentangan namun bekerja pada saat yang sama. c. Ancaman

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia )Badudu dan Zain, 1994, h.47) mengemukakan bahwa ancaman merupakan peringatan yang harus diperhatikan dan diatasi agar tidak terlaksana. d. Harga diri Harga diri adalah suatu penilaian yang dibuat oleh individu tentang dirinya sendiri dan dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungannya. Harga diri bukan merupakan factor yang dibawa sejak lahir tetapi merupakan factor yang dipelajari dan terbentuk berdasarkan pengalaman individu. Individu yang kurang mempunyai harga diri akan menganggap bahwa dirinya tidak cakap atau cenderung kurang percaya pada kemampuan dirinya dalam menghadapi lingkungan secara efektif dan akhirnya akan mengalami berbagai kegagalan (Mustikawati, 1999, h.9) e. Lingkungan Freud (dalam Suryabrata, 1993, h.160) mengetakan bahwa factor yang dapat mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan dapat membuat individu berkurang kecemasan.

2.3 Bentuk- bentuk kecemasan Menurut Daradjat (1990, h. 27) ada 3 macam kecemasan, yaitu: 1. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya. Cemas ini lebih dilihat kepada rasa takut, karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran. 2. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Misalnya individu yang merasa cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan sehingga individu tersebut merasa terancam. Cemas dalam macam ini kurang jelas penyebabnya dan tidak berhubungan dengan apa-apa. 3. Rasa cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan halhal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.

Cattell (dalam de Clerq, 1994, h. 49) membagi kecemasan dalam dua jenis, yaitu: 1. State anxiety, adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxiety beragam dalam aktivitas dan waktu, contoh: saat menghadapi ujian. Keadaan ini ditentuin oleh perasaan ketegangan yang subjektif. 2. Trait anxiety, menunjuk pada ciri atau sifat seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai suatu ancaman yang disebut dengan anxiety proness (kecenderungan akan kecemasan). Orang ini cenderung untuk merasakan berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang membahayakan atau mengancam, cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan. Menurut freud (dalam hall dan gardner, 1993, h. 81) ada tiga macam: 1. Kecemasan realita Dari ketiga kecemasan itu yang paling pokok adalah kecemasan realita, atau takut akan bahaya-bahaya di dunia luar. 2. Kecemasan neurotis Kecemasan neurotis adalah rasa takut jangan-jangan insting-insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan individu berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotis bukanlah ketakutan terhadap yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan. Kecemasan neurotis mempunyai dasar dalam kenyataan, sebab dunia sebagaimana diwakili oleh orang tua dan berbagai otoritas lain akan menghukum anak bila melakukan tindakan-tindakan impulsif. 3. Kecemasan moral Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara hati. Orang-orang yang super egonya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah jika mereka melakukan sesuatu atau bahkan berpikir untuk melakukan yang bertentangan dengan norma moral di mana dirinya dibesarkan. Kecemasan

moral juga mempunyai daasar dalam realitas, dimasa lalu individu pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan dapat hukum lagi.

2.4 Gejala kecemasan Menurut daradjat (1990, hal. 29) kecemasan terdiri dari dua kelompok, yaitu: 1. Gejala psikologis Gejala psikologis meliputi perasaan takut, perasaan akan tertimpa bahaya atau kecelakaan, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri dan tidak tentram. Tallis (1992, hal. 117) menambahkan tentang gejala psikologis yaitu bingung, tegang, khawatir. Hurlock (1996, hal.224) mengatakan bahwa kecemasan dapat ditandai dengan adanya rasa khawatir, kegelisahan, dan perasaan tidak aman. 2. Gejala fisiologis Gejala fisiologis meliputi jantung berdebar-debar, meningkatnya denyut nadi, tekanan darah meningkat, keringat berlebih, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, dan nafas sesak. Menurut de Clerq (1994, hal. 48) gejala fisiologis yang mungkin timbul pada orang yang mengalami kecemasan antara lain bernafas lebih cepat, berkeringat dan jantung berdebar-debar.

You might also like