You are on page 1of 9

c)

Cross sectional

Cross sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, dan hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada satu saat. Studi cross sectional tidak mengenal adanya dimensi waktu sehingga mempunyai kelemahan dalam menjamin bahwa paparan mendahului efek (disease). Dalam studi ini memiliki kekuatan dalam teknisnya, yaitu mudah dilakukan, dan murah, tidak memerlukan waktu follow up. Studi ini dimanfaatkan untuk merumuskan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi analitik lainnya. Studi ini mengamati paparan dan penyakit pada waktu kurang lebih bersamaan (non-directional). Di dalam penelitian dengan desain studi Cross sectional untuk mengetahui faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit Thypoid pada anak-anak dapat dilakukan dengan menentukan sampel yang dilakukan dengan pencuplikan random (random sampling) agar deskripsi dalam sampel mewakili (representatif) populasi sasaran.

Pada populasi dilakukan pencuplikan (random), lalu dikelompokkan: kelompok terpapar dan berpenyakit Thypoid (E+ D+), terpapar dan tidak berpenyakit Thypoid (E+ D-), tak terpapar dan berpenyakit Thypoid (E- D+), tak terpapar dan tak berpenyakit Thypoid(E- D-). Studi cross sectional adalah suatu penelitian yang menggunakan rancangan atau desain observasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1.

Semua pengukuran variabel (dependen dan indpenden) yang diteliti dilakukan pada waktu

yang sama

2.

Tidak ada periode follow-up

3.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu

4.

Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding

5.

Hubungan sebab- akibat hanya merupakan perkiraan saja

6.

Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis

7.

Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis

Cross sectional dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan tujuan penelitian dan subjeknya baik komunitas, institusi, klinik, dll. Cross sectional berguna untuk mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik waktu tertentu. Data yang dihasilkan dari studi potonglintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-lintang dapat juga digunakan untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang dihasilkan tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit, karena tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan mendahului penyakit.

Studi potong lintang (cross sectional) bersifat non-directional sebab hubungan antara paparan dan penyakit pada populasi diteliti pada satu waktu yang sama. Cara studi potong lintang meneliti hubungan antara paparan dan penyakit:

1.

Membandingkan prevalensi penyakit pada berbagai subpopulasi yang berbeda status

paparannya;

2.

Membandingkan status paparan pada berbagai subpopulasi yang berbeda status

penyakitnya.

Frekuensi penyakit dan paparan pada populasi diukur pada saat yang sama, maka data yang diperoleh merupakan prevalensi (kasus baru dan lama), bukan insidensi (kasus baru saja), sehingga studi potong lintang disebut juga studi prevalensi, atau survei. Pada studi potong lintang, karena bersifat non-directional, peneliti tidak bisa menghitung insidensi (kasus baru), yang menunjukkan risiko terjadinya penyakit dalam suatu periode waktu. Jadi pada studi potong lintang, peneliti tidak bisa menghitung risiko dan risiko relatif (RR). Data yang diperoleh studi potong lintang adalah prevalensi, terdiri atas kasus baru dan lama. Prevalensi adalah jumlah kasus yang ada di suatu saat dibagi dengan jumlah populasi studi. Jika prevalensi penyakit pada kelompok terpapar dibagi dengan prevalensi penyakit pada kelompok tak terpapar, maka diperoleh Prevalence Ratio (PR). Demikian pula jika odd penyakit pada kelompok terpapar dibagi dengan odd penyakit pada kelompok tak terpapar, diperoleh Prevalence Odds Ratio (POR).

1.

Tujuan Studi Cross Sectional

Secara garis besar, tujuan penelitian cross sectional adalah sebagai berikut a. Penelitian cross sectional digunakan untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat di

suatu wilayah, misalnya suatu sampling survey kesehatan untuk memperoleh data dasar untuk menetukan strategi pelayanan kesehatan atau digunakan untuk membandingkan keadaan kesehatan masyarakat disuatu saat b. Penelitian dengan pendekatan cross sectional digunakan untuk mengetahuiprevalensi

penyakit tertentu di suatu daerah tetapi dalam hal- hal tertentu prevalensi penyakit yang ditemukan dapat digunakan untuk mengadakan estimasi insidensi penyakit tersebut. misalnya penyakit yang menimbulkan bekas sepertivariola karena dari bekas yang ditinggalkan dapat diperkirakan insidensi penyakittersebut dimasa lalu tetapi akan sulit memperkirakan insidensi berdasarkan bekas yang ditinggalkan bila bekas tersebut tidak permanen.

c.

Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab

akibat bila penyakit itu mengalami perubahan yang jelas dan tetap, misalnyapenelitian hubungan antara golongan darah dengan karsinoma endometrium Bila perubahan yang terjadi tidak jelas dan tidak tetap seperti penyakit yang menimbulkan perubahan biokimia atau perubahan fisiologi dilakukan penelitian cross sectional karena pada penelitian ini sebab dan akibat ditentukan pada waktu yang sama dan antara sebab akibat dapat saling mempengaruhi misalnya hubungan antara hipertensi dengan tingginya kadar kolesterol darah. d. Penelitian cross sectional dimaksudkan untuk memperoleh hipotesis spesifik yang akan

diuji melalui penelitian analitis, misalnya dalam suatu penelitian cross sectional di suatu daerah ditemukan bahwa sebagian besar penderita diare menggunakan air kolam sebagai sumber air minum. Dari hasil ini belum dapat dikatakan bahwa air kolam tersebut factor resiko timbulnya diare, tetapi penemuan tersebut hanya merupakan suatu perkiraan atau hipotesis yang harus diuji melalui penelitian analitis.

2.

Langkah-langkah Studi Cross Sectional

Untuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut. a. Identifikasi dan perumusan masalah

Masalah yang akan diteliti harus diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas agar dapat ditentukan tujuan penelitian dengan jelas

Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap insidensi dan prevalensi berdasarkan catatan yang lalu untuk mengetahui secara jelas bahwa masalah yang sedang dihadapi merupakan masalah yang penting untuk diatasi melalui suatu penelitian. Dari masalah tersebut dapat diketahui lokasi masalah tersebut berada.

b.

Menetukan tujuan penelitian

Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas agar orang dapat mengetahui apa yang akan dicari, dimana akan dicari, sasaran, berapa banyak dan kapan dilakukan serta siapa yang melaksanakannya.

Sebelum tujuan dapat dinyatakan dengan jelas, hendanya tidak melakukan tindakan lebih lanjut. Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian karena dari tujuan ini dapat ditentukan metode yang akan digunakan.

c.

Menentukan lokasi dan populasi studi

Dari tujuan penelitian dapat diketahui lokasi penelitian dan ditentukan pula populasi studinya. Biiasanya, penelitian cross sectional tdak dilakukan terhadap semua subjek studi, tetapi dilakukan kepada sebagian populasi dan hasilnya dapat diekstrapolasi pada populasi studi tersebut. Populasi studi dapat berupa populasi umum dan dapat berupa kelompok populasi tertentu tergantung dari apa yang diteliti dan di mana penelitian dilakukan

Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data, sasaran yang dituju yang disebut subjek studi harus diberi criteria yang jelas, misalnya jenis kelamin, umur, domisili, dan penyakit yang

diderita. Hal ini penting untuk mengadakan ekstrapolasi hasil penelitian yaitu kepada siapa hasil penelitian ini dilakukan

d.

Menentukan cara dan besar sampel

Pada penelitian cross sectional diperlukan perkiraan besarnya sampel dan cara pengambilan sampel. Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus Snedecor dan Cochran berikut. 1) Untuk data deskrit

n= besar sampel

p= proporsi yang diinginkan

q= 1-p

Z= simpangan dari rata- rata distribusi normal standard

L= besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masihh dapat diterima

2)

Untuk data kontinyu

S2= varian sampel Cara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan acak dan disesuaikan dengan kondisi populasi studi, besarnya sampel, dan tersediannya sampling frame yaitu daftar subjek studi pada populasi studi. e. Memberikan definisi operasional

f.

Menentukan variable yang akan diukur

g.

Menyusun instrument pengumpulan data

Instrument yang akan digunakan dalam penelitian harus disusun dan dilakukan uji coba. Instrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat variable yang terlewatt karena dalam instrument tersebut berisi semua variable yang hendak diteliti

Instrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik atau laboratorium atau radiologi dan lain- lain disesuaikan dengan tujuan penelitian

h.

Rancangan analisis

Analisis data yang diperoleh harus sudah dirrencanakan sebelum penelitian dilaksanakan agar diketahui perhitungan yang akan digunakan. Rancangan analisis harus disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menjawab tujuan tersebut.

3.

Keuntungan dan Kekurangan Cross Sectional

Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian sebagai berikut. Keuntungan dari cross sectional yaitu :

1. Mudah untuk dilaksanakan 2. Hasil segera diperoleh 3. Dapat menjelaskan hubungan antara fenomena kesehatan yang diteliti dengan faktor-faktor terkait (terutama karakteristik yang menetap) 4. merupakan studi awal dari suatu rancangan studi kasus-kontrol maupun kohort 5. Dalam penelitian epidemiologi, pendekatan cross sectional merupakan cara yang cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa 6. Penelitian cross sectional dapat menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian

analitis (baseline information).

7. Pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit tertentu dan masalah kesehatan yang terdapat dimasyarakat dan dengan demikian dapat digunakan untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan 8. Memudahkan pengumpulan data dalam waktu relative singkat Disamping beberapa keuntungan yang telah disebutkan di atas, penelitian dengan

pendekatan cross sectional tidak luput dari beberapa kerugian berikut 1. Hanya kasus prevalens atau yang tidak terkena dampak tertentu yang diteliti 2. Membutuhkan skema sampling yang terencana baik sehingga dapat memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk terpilih 3. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu Untuk mengatasi kelemahan ini dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian cross sectional berulang- ulang agar dapat diketahui perubahan yang terjadi, misalnya perubahan prevalensi penyakit TBC di suatu daerah, tetapi cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu pada penelitian berikutnya telah terjadi perubahan dalam distribusi golongan umur dan orang- orang dengan golongan umur tertentu yang bukan berasal dari kohort yang sama karena kemungkinan terjadi migrasi ke dalam atau ke luar. Contoh lain adalah survey untuk memperoleh gambaran kesehatan masyarakat disekitar bendungan yang dilakukan sebelum dan setelah dibangunnya bendungan PLTA Cirata, Jawa Barat (Eko Budiarto, dkk., 1982). Penelitian ini menggunakan rancangan pre- intervensi dan post intervensi tanpa kelompok kontrol

d.

Informasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan yang

dicari tidak diperoleh.

5. Sulit untuk perhitungan besarnya resiko secara akuran dan sulit menentukan besarnya insidensi penyakit 6. Lebih membutuhkan subjek yang lebih besar terutama bila variable yang diteliti cukup banyak 7. Tidak dapat digunakan untuk penelitian terhadap penyakit yang jarang dalam masyarakat
About these ads

You might also like