You are on page 1of 69

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 1.1.1

Masalah Penelitian Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini, menuntut agar setiap

perusahaan dapat maju dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu dalam dunia usaha mendorong para pelaku untuk berperan aktif dalam meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan laba yang maksimal, untuk itu perusahaan harus melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan laba/keuntungan. Dalam mengelola suatu perusahaan, terdapat masalah masalah, salah satunya bagaimana menyediakan dan menggunakan modal kerja secara efektif, efisien dan akuntabel. Dalam kaitannya dengan perusahaan industri telekomunikasi, sejak 1961 layanan telekomunikasi di Indonesia telah diselenggarakan oleh perusahaan milik negara. Indonesia sebagai negara berkembang perluasan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi memiliki peran penting di dalam perkembangan ekonomi nasional. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat mendorong peningkatan hidup masyarakat, termasuk kebutuhan telekomunikasi, membuat banyak berdirinya perusahaan perusahaan telekomunikasi baru. Pesatnya industri telekomunikasi memiliki dampak yang luar biasa bagi pertumbuhan perekonomian indonesia, karena industri telkomunikasi menjadi infrastruktur penggerak seluruh sektor ekonomi. Namun pada tahun 2007 terjadi krisis keuangan global mengubah tatanan perekonomian dunia yang berawal dari Amerika Serikat, disebabkan oleh krisis Subprime Mortage yang berdampak ke seluruh dunia. Hal tersebut ternyata berdampak pada kondisi modal kerja pada

perusahaan telekomunikasi yang ada di indonesia, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Modal Kerja perusahaan Telekomunikasi Tahun 2007 2011
Nomor 1 2 3 4 5 PT. XL axiata tbk. 6 7 8 9 10 PT. Smartfren tbk. 11 12 13 14 15 PT. Telkomsel tbk. 16 17 18 19 20 PT. Indosat tbk. 21 22 23 24 25 2007 2008 2009 2010 2011 (864,454) (1,015,472) (5,928,495) (5,787,999) (5,372,732) 2007 2008 2009 2010 2011 (4,696,534) (12,375,841) (10,707,101) (1,742,271) (931) 2007 2008 2009 2010 2011 1,129,215,008 (378,194,859) (730,036,525) (1,628,654,569) (2,305,104,286) 2007 2008 2009 2010 2011 (5,700,227) (2,477) (4,001) (2,335) (5,340) Nama perusahaan PT Bakrie Telecom 2007 2008 2009 2010 2011 412,616,099 1,240,840,209 (330,162,604) (323,465,613) (2,007,401,708) Tahun Modal Kerja

Dapat

dilihat

bahwa

hampir

seluruh

modal

kerja

perusahaan

telekomunikasi memiliki saldo negatif. Hanya pada PT. Bakrie Telecom tahun 2007 ke 2008 yang mengalami peningkatan yang signifikan, ada beberapa yang mengalami peningkatan namun masih bersaldo negatif. Hal ini membuktikan bahwa krisis tersebut berdampak pada modal kerja perusahaan telekomunikasi di indonesia pada tahun 2007 - 2011.

Perusahaan harus dapat menggunakan modal kerja dengan baik, modal kerja suatu perusahaan harus dalam jumlah yang cukup, dengan modal kerja yang cukup maka akan mempermudahkan perusahaan untuk beroprasi dengan seefisien mungkin sehingga perusahaan tidak akan menemukan kesulitan dalam menghadapi resiko resiko yang mungkin terjadi karena krisis keuangan. Perusahaan akan menghadapi masalah jika modal kerja yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk menjalankan kegiatan ekonomi perusahaan. Untuk menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan mengelola likuiditasnya maka komposisi yang ada dalam modal kerja suatu perusahaan dimana aset lancar harus lebih besar dari hutang lancarnya. Selanjutnya mengetahui masalah cukup atau tidaknya modal kerja yang dimiliki perusahaan akan berkaitan dengan sumber dan penggunaan modal kerja tersebut, yang dapat diketahui dari analisa sumber dan penggunaan modal kerja, kemudian dapat diketahui bagaimana perubahan posisi keuangan perusahaan serta penyebab dari perubahan tersebut dan bagaimana hubungannya dengan likuiditas perusahaan. Peranan modal kerja adalah untuk membiayai kegiatan oprasional perusahaan. Modal kerja yang dimiliki perusahaan dapat berasal dari pendapatan bersih, penjualan aset tetap, keuntungan dari penjualan surat berharga, maupun dari pinjaman bank. Peranan modal kerja sangat penting bagi sebuah perusahaan, baik perusahaan yang bergerak di bidang jasa, dagang maupun manufaktur. Sedangkan likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancar (Current Ratio) ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos pos aset lancar dan utang lancar. Proyeksi likuiditas dalam penelitian ini sebagai rasio lancar atau Current Ratio karena rasio tersebut karena paling banyak digunakan dan paling dominan.

Rasio ini menunjuk peran sejauh mana aset lancar menutupi kewajiban kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aset lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dalam hal ini likuiditas lazim digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas suatu perusahaan yang mencari laba. Untuk mengetahui dampak modal kerja terhadap Rasio Lancar dapat dilihat pada table 1.2 berikut ini: Tabel 1.2 Data likuiditas perusahaan telekomunikasi Tahun 2007 2011
Nomor 1 2 3 4 5 PT. XL axiata tbk. 6 7 8 9 10 PT. Smartfren tbk. 11 12 13 14 15 PT. Telkomsel tbk. 16 17 18 19 20 PT. Indosat tbk. 21 22 23 24 25 2007 2008 2009 2010 2011 0,926 0,905 0,546 0,516 0,550 2007 2008 2009 2010 2011 0,773 0,541 0,602 0,915 0,958 2007 2008 2009 2010 2011 4,268 0,663 0,425 0,215 0,256 2007 2008 2009 2010 2011 0,228 0,600 0,334 0,488 0,388 Nama perusahaan PT. Bakrie Telecom tbk. 2007 2008 2009 2010 2011 1,802 2,162 0,840 0,816 0,321 Tahun Rasio Lancar

Dapat dilihat bahwa likuiditas perusahaan telekomunikasi pada tahun 2007 2011 hanya beberapa saja yang memenuhi standar, selebihnya hampir seluruh

perusahaan telekomunikasi tahun 2007 2011 memiliki rasio lancar yang tidak memenuhi standar. Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih judul penelitian Hubungan Modal Kerja dengan Likuiditas pada Perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia untuk mengetahui hubungan modal kerja dengan likuiditas. 1.1.2 Rumusan Masalah Pokok Penelitian Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah pokok penelitian Berapa besar Hubungan Modal Kerja dengan Likuiditas pada Perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 2011? 1.1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah pokok di atas maka penulis

menspesifikasikan masalah pokok tersebut dengan mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 - 2011? 2. Bagaimana hubungan antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 - 2011?

1.2

Kerangka Teori

1.2.1

Identifikasi Masalah Penelitian Variabel variabel penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas adalah variabel yang berdiri sendiri atau tidak bergantung pada variabel lain. Dalam usulan ini yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah modal kerja ditandai dengan simbol (X). Modal kerja menurut PSAK adalah selisih lebih antara aset lancar dari kewajiban jangka pendeknya atau bias juga disebut dengan aset lancar bersih (net current assets) atau modal kerja bersih (net working capital). 2. Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh faktor faktor lain atau tergantung pada variabel independent. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah likuiditas dapat ditandai dengan simbol (Y). untuk menilai tingkat likuiditas ada 2 hal yang harus diperhatikan perusahaan yaitu aset lancar dengan kewajiban jangka pendek. Dalam penelitian ini dilakukan analisa untuk mengetahui hubungan antara modal kerja dengan tingkat likuiditas secara kualitatif dimana penentuan besar kecilnya modal kerja dapat mengakibatkan meningkat atau menurunnya tingkat likuiditas. Keterlibatan hubungan antara kedua variabel tersebut ditentukan oleh salah satu variabel bebas dan variabel terikat. 1.2.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian teori dan masalah pokok diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho : = 0, Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara modal kerja dengan likuiditas perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 - 2011. Ha : 0, Terdapat hubungan yang signifikan antara modal kerja dengan likuiditas perusahaan Industri Telekomunikasi yang ada di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 - 2011. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1

Tujuan Penelitian Tujuan pokok penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara modal kerja dengan likuiditas pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 - 2011. 2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara modal kerja dengan llikuiditas pada perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 2011. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1. Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam berfikir dan ilmu pengetahuan, terutama mengenai hubungan antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi dan dapat berguna bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan, selain itu bagi peneliti untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta. 2. Perusahaan Dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan khususnya dalam pengambilan keputusan serta kebijakan perusahaan. 3. Pengembangan Disiplin Ilmu Diharapkan dapat mengembangkan dan menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pokok bahasan yang diteliti oleh penulis yang nanti nya dapat dijadikan pembanding bagi penelitian selanjutnya. 4. Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak yang ingin melakukan penelitian mengenai hubungan modal kerja dengan tingkat likuiditas suatu perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

BAB II

KAJIAN TEORI

Untuk dapat membandingkan keakuratan, kebenaran dan kejelasan suatu penelitian, maka diperlukan suatu alat perbandingan, karena itu penulis mengambil penelitian sebelumnya yang membahas mengenai variable yang sedang diteliti dalam penelitiaan ini. 2.1 Review Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Setiawati (2008) dengan judul Hubungan antara Modal Kerja dengan Likuiditas pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Public yang mengungkapkan masalah penelitian yaitu bagaimana hubungan antara modal kerja dengan likuiditas dan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara modal kerja dengan likuiditas perusahaan. Dimana pada hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hipotesis penelitian dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara modal kerja dengan tingkat likuiditas pada perusahaan property dan real estate yang go public. Hal ini dapat dibuktikan melalui uji koefisien kolerasi yang telah dilakukan, dimana nilai rxy yang diperoleh adalah sebesar 0,76. Hipotesis tersebut dapat diterima kebenarannya berdasarkan pengujian signifikansi koefisien kolerasi yang dilakukan dengan menggunakan uji t. Pada pengujian tersebut diketahui bahwa thitung sebesar 6,1877, sedangkan ttabel sebesar 2,0484 dengan taraf signifikan 0,05 atau dengan kata lain t hitung > ttabel. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan properti dan real estate yang go pubic.

2. Tinggi atau rendahnya tingkat likuiditas yang dimiliki oleh perusahaan property dan real estate yang go public dipengaruhi oleh adanya 8

peningkatan atau penurunan aktiva lancar, penjualan atau pembelian aktiva tetap, peningkatan atau penurunan aktiva ekuitas, besar kecilnya kewajiban perusahaan, maupun keberadaan investor. 3. Tingkat likuiditas yang dimiliki oleh perusahaan perusahaan property dan real estate yang go public di Indonesia dapat disimpulkan dalam kondisi baik, karena 30 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini termasuk dalam golongan perusahaan yang likuid, sehingga semua perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, sebab jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan perusahaan tersebut lebih besar dari pada jumlah kewajiban jangka pendeknya. Penelitian kedua diambil dari jurnal ilmiah Supriyadi dan Fani (2011) Menyatakan bahwa hasil analisis regresi menunjukan koefisien kolerasi (R) sebesar 0,993 atau sebesar 99,3%. Nilai 0,993 atau 99,3% ini bahwa hubungan antara rasio perputaran modal kerja (working capital turn over) dengan rasio lancar (Current Ratio) memiliki hubungan kolerasi positif yang kuat, hal ini menunjukan bahwa erat nya hubungan variable rasio perputaran modal kerja (Work Capital Turn Over) dengan rasio lancar (Current Ratio). Nilai koefisien determinasi (r2), yaitu sebesar 0,986 atau sebesar 98,6%. Nilai 0,986 atau 98,6% artinya adalah 0,986 keragaman rasio lancar ( Current Ratio) dapat dipengaruhi oleh perputaran modal kerja (Working Capital Turn Over), oleh karena itu 0,986 atau 98,6% perputaran modal kerja 0,986 atau 98,6% perputaran modal kerja mempengaruhi rasio lancar ( Current Ratio) sedangkan sisa nya yaitu sebesar 0,014 atau sebesar 1,4% dipengaruhi oleh beban usaha seperti beban penjualan, biaya umum dan administrasi, biaya eksplorasi, pendapatan bunga, dan juga beban pajak. Kemudian nilai F yaitu sebesar 209,661 dengan memiliki tingkat signifikan sebesar 0,001 atau sebesar 1%. Tingkat signifikan sebesar 0,001 atau

10

sebesar 1% lebih kecil dari tingkat signifikan yang ditentukan yaitu 10%, hal ini menunjukan bahwa perputaran modal kerja (Working Capital Turn Over) sebagai variabel bebas (independen value) dengan ratio lancar (current ratio) sebagai variabel terikat (Dependen Value) memiliki pengaruh yang signifikan diantara keduanya, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel yang dibangun diantara keduanya ini adalah baik. Koefisien regresi pada kasus hubungan antara perputaran modal kerja pada ratio lancar pada perusahaan PT TIMAH Tbk. Persamaan regresi adalah sebagai berikut : Y1 = 0,466 + 0,382X Keterangan : Y1 = Rasio Lancar (Current Ratio) X = Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) Pada kasus perusahaan PT. TIMAH Tbk. Memiliki nilai yang positiif yaitu alpha () 0,466 dan nilai beta positif () 0,382 sehingga persamaan regresi diatas menggambarkan bahwa perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap rasio lancar perusahaan. Hal ini berarti, jika perputaran modal kerja naik sebesar Rp 1, maka rasio lancar (Current Ratio) bergerak berbanding lurus mengalami kenaikan sebesar 0,382. Hasil uji t adalah sebesar 14,480 sedangkan ttabel pada tingkat signifikan 10% dengan derajat bebas (df) adalah 3, maka uji dari ttabel adalah 2,353 dari pengujian antara uji thitung dengan ttabel hal ini dapat disimpulkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel atau 14,480 > 2,353 , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio lancar (Current Ratio). Hasil uji F yaitu sebesar 209,661 dengan tingkat signifikan 10%, sedangkan pada tingkat signifikan 10% dengan derajat bebas (df) adalah 3 maka nilai dari Ftabel adalah 10,13. Dari pengujian antara Fhitung dengan Ftabel hal ini dapat

11

disimpulkan bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel atau Fhitung >Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa perputaran modal kerja memiliki hubungan dengan Rasio Lancar (Current Ratio). Kemudian penelitian ketiga hernawati (2007) didapat dari jurnal ekonomi yang berjudul Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Negeri Semarang tahun 2007 pada halaman 58 61. Penelitian ini menganalisis masalah - masalah berupa adakah pengaruh efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEJ dan seberapa besar pengaruhnya, adakah pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEJ dan seberapa besar pengaruhnya? Adakah pengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEJ dan seberapa besar pengaruhnya, adakah pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas, solvabilitas terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEJ dan seberapa besar pengaruhnya. Yang menghasilkan penelitian berupa Pengaruh Efisiensi Modal Kerja terhadap Profitabilitas. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas dengan menggunakan program SPSS diperoleh thitung sebesar 2,055 dengan nilai p value 0,044. Karena nilai p value 0,044 < 0,05 dapat disimpulkan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas. Dengan meningkatnya efisiensi modal kerja diikutidengan meningkatnya profitabilitas pada industri barang konsumsi. Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diperolehthitung sebesar 1,468 dengan nilai signifikansi 0,147. Karena nilai p value > 0,05 dapatdisimpulkan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas. Dengan meningkatnya likuiditas tidak menjamin akan diikuti dengan meningkatnya profitabilitas. Pengaruh Solvabilitas terhadap Profitabilitas

12

berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diperoleh thitung sebesar -1002 dengan nilai signifikansi 0,320. Karena nilai p value > 0,05 dapatdisimpulkan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas. Dengan meningkatnya solvabilitas tidak menjamin akan diikuti dengan meningkat atau menurunnya profitabilitas. 2.2 2.2.1 Deskripsi Teoritis Pengertian Modal Kerja Modal kerja merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Modal kerja merupakan sumber dana yang mendukung dan menjamin keberlangsungan kegiatan perusahaan, karena setiap kegiatan perusahaan membutuhkan dana yang digunakan untuk membiayai dan menjalankan usahanya. Dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan ini digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan operasi perusahaan seperti membayar tagihan listrik, membayar upah, membayar gaji, membayar hutang, dan lain sebagainya. Kebutuhan modal kerja untuk setiap jenis perusahaan berbeda-beda karena tingkat operasi yang dilakukan setiap perusahaan berbeda-beda. Semakin panjang operasi perusahaan maka semakin besar kebutuhan modal kerja. Dikarenakan penelitian ini meneliti tentang perusahaan jasa maka modal kerja atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat diperoleh kembali oleh perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui pendapatan jasa. Dari penjelasan tersebut di atas bahwa dapat disimpulkan modal kerja merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan karena modal kerja sangat erat hubungannya dengan terlaksana atau tidaknya operasi perusahaan, sehingga modal kerja merupakan jaminan bagi berlangsungnya kegiatan perusahaan sehari hari. Selain itu, keberadaan modal kerja juga menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur terutama kreditur jangka pendek. Suatu perusahaan tidak boleh

13

mengalami kekurangan modal kerja karena dapat mengganggu kelancaran kegiatan oprasional perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Modal kerja suatu perusahaan dikatakan baik apabila berputar secara terus menerus membiayai operasi perusahaan sehari hari. Tersedianya modal kerja yang cukup akan memberikan peran yang sangat penting bagi perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup maka memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis mungkin dan perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah masalah yang mungkin timbul karena adanya krisis keuangan. Jadi, modal kerja harus tersedia dalam jumlah yang cukup memadai atau lebih dari cukup sehingga kegiatan usaha akan terjamin kelancarannya. Modal kerja dapat diartikan sebagai keseluruhan aset lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari hari. Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aset lancar yang dimiliki seperti kas, efek, piutang, persediaan dan aset lancar lainnya. Banyak pendapat mengenai definisi modal kerja, antara lain Menurut Ardiyos (2006:632) : Modal kerja adalah dana yang di tanamkan dalam kas, piutang dagang, persediaan, dan aktiva lancar dikurangi utang lancar lain suatu perusahaan (modal kerja netto atau net working capital) yaitu aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja membiayai siklus konversi kas suatu bisnis, waktu yang diperlukan untuk mengkonversi bahan mentah menjadi barang jadi, barang jadi menjadi penjualan dan perkiraan piutang menjadi uang tunai.

Menurut Subramanyam dan Wild (2008:241) :Modal kerja adalah selisih aktiva lancar setelah dikurangi kewajiban lancar jadi modal kerja merupakan investasi perusahaan pada aset jangka pendek dalam bentuk uang tunai, surat

14

berharga, piutang dan persediaan dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aset lancar. Sutrisno (2009:39): Menyatakan bahwa modal kerja adalah dana yang dikeluarkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari hari. Houston (2006:131) : Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas, persediaan dan piutang.. Ambarwati (2010:111) : Modal kerja (working capital) adalah suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang memerlukan pengelolaan dengan baik oleh manajer perusahaan. Kasmir (2008:251) : Modal kerja adalah seluruh komponen aktiva lancar dengan seluruh total kewajiban lancar (utang jangka pendek). Weston dan Bringham (2005:410) : Modal kerja adalah dipasarkan, persediaan dan piutang usaha. Kemudian pendapat lain dikemukakan oleh Halim (2007:105) bahwa modal kerja mengacu pada net working capital, yaitu selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Konsep ini menunjukan sampai sejauh mana perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas. Selain itu, modal kerja juga dapat diartikan sebagai dana yang diperlukan oleh perusahaan dan akan selalu berputar. Menurut Sukirno, Husin dan Sianturi (2006:421) menyatakan modal kerja dalam buku nya sebagai berikut: Modal kerja adalah dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha sehari hari, seperti untuk membeli bahan baku, membayar gaji, membayar hutang jangka pendek, dan lain sebagainya. Modal kerja tersebut diharapkan akan kembali masuk ke perusahaan dalam jangka pendek malalui penjualan. investasi

perusahaan pada aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas yang mudah

15

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan sejumlah dana yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan untuk dapat membiayai kegiatan operasionalnya dimana dana tersebut akan berputar dan diharapkan akan kembali ke dalam perusahaan dalam jangka pendek. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bahwa setiap perusahaan berusaha seoptimal mungkin untuk dapat menyediakan modal kerja yang cukup. Modal kerja merupakan dana yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan karena dengan adanya modal kerja maka perusahaan akan dapat beraktivitas dengan normal. Tanpa adanya modal kerja yang cukup perusahaan tidak mungkin dapat berjalan karena setiap harinya perusahaan akan membutuhkan dana dalam membiayai kegiatan operasinya. Menurut Kasmir (2008:250) konsep modal kerja dapat dibagi menjadi 3 yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional a. Konsep kuantitatif Menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital) b. Konsep kualitatif Merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih atau ( net working capital). Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukan kepercayaan para kreditor kepada perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor.

c. Konsep fungsional Yaitu menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusmya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana

16

yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadian nya tidak selalu demikian. Konsep modal kerja juga dijelaskan oleh Sugiyarso dan Winarni (2005:17) yang dibagi menjadi 3 konsep modal kerja yaitu: 1. Modal Kerja Kuantitatif Adalah sejumlah dana yang tertanam dalam seluruh aktiva lancar. Konsep ini mendasarkan pada jumlah seluruh dana yang ditanamkan pada seluruh unsur unsur aktiva lancar. 2. Modal Kerja Kualitatif Adalah sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam aktiva lancar dikurangi jumlah utang lancar. Dengan kata lain modal kerja neto merupakan nilai lebih aktiva lancar diatas utang lancar, sehingga nilai lebih tersebut betul betul dapat dipergunkan untuk operasi dan perusahaan tidak akan terganggu dengan masalah likuiditasnya. 3. Modal Kerja Fungsional Konsep ini melihat fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Sebagian dana akan menghasilkan pendapatan untuk periode ini (current income) dan sebagian lagi akan menghasilkan pendapatan untuk periode yang kana datang (future income). Dalam pratiknya secara umum, modal kerja perusahaan dibagi ke dalam dua jenis, yaitu: 1. Modal kerja kotor (gross working capital). 2. Modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja kotor (gross working capital) adalah semua komponen yang ada di aset lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja kotor. Artinya mulai dari kas, bank, piutang, persediaan dan aset lancar lainnya. Nilai total komponen aset lancar tersebut menjadi jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan.

Kemudian, Modal Kerja bersih (net working capital) merupakan seluruh komponen aset lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang jangka pendek). Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji, utang pajak dan utang lancar lainnya. Pengertian ini sejalan dengan konsep modal kerja yang sering digunakan.

17

Modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi operasional perusahaan, disamping itu modal kerja juga memiliki beberapa tujuan tertentu. Untuk itu setiap perusahaan pasti berusaha memenuhi kebutuhan modal kerjanya, agar dapat meningkatkan likuiditasnya. Dengan begitu perusahaan akan dapat memaksimalkan perolehan labanya. Menurut Kasmir (2010:215) tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan adalah: 1. Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, artinya likuiditas suatu perusahaan sangat tergantung kepada manajemen modal kerja. 2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya. Pemenuhan kewajiban yang sudah jatuh tempo dan segera harus dibayar secara tepat waktu merupakan ukuran keberhasilan manajemen modal kerja. 3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya. 4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor, apabila rasio keuangannya, memenuhi syarat seperti likuiditas yang terjamin. 5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minta pelanggan dengan kemampuan yang dimilikinya. 6. Guna memaksimalkan penggunaan assets lancar guna meningkatkan penjualan dan laba. 7. Perusahaan mampu melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya nilai aktiva lancar. Modal kerja yang dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan ada dua macam, yaitu Modal kerja jangka pendek dan Modal kerja jangka panjang. Modal kerja jangka pendek dipergunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan untuk jangka waktu yang pendek, sedangkan modal kerja jangka panjang digunakan untuk penambahan kapasitas produksi, pembelian aset tetap, dsb. Perusahaan harus menyediakan modal kerja yang cukup, karena akan mempermudahkan perusahaan untuk beroprasi dengan seekonomis mungkin sehingga perusahaan tidak akan menemukan kesulitan dalam menghadapi resiko resiko yang mungkin terjadi karena krisis keuangan. Perusahaan akan menghadapi masalah jika modal kerja yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk menjalankan kegiatan ekonomi perusahaan.

18

Disamping itu, aspek lain yang tidak kalah penting adalah pengelolaan modal kerja itu sendiri, perusahaan haruslah mempertahankan jumlah modal kerja yang lebih besar dari pada jumlah hutang lancar. Hal ini dimaksudkan sebagai jaminan untuk menjalankan operasi perusahaan sehari hari. Modal kerja yang baik selalu berputar secara terus menerus untuk membiayai operasi perusahaan, sehingga diperlukan manajemen modal kerja yang efektif agar terjamin kelangsungan hidup perusahaan secara terus menerus. Menurut Kasmir (2008:251) Modal Kerja bersih ( Net Working Capital ) Merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dari rumus: Modal Kerja Bersih = Aset Kewajiban Lancar Net Working Capital = Current Assets Current Liabilities 2.2.2 Jenis jenis Modal Kerja Ada beberapa jenis modal kerja menurut Taylor yang ada di dalam buku Sjahrial (2009:122) : 1. Modal Kerja Permanen Merupakan modal kerja yang harus tetap ada atau terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha yang terdiri dari: a. Modal kerja primer: jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha. b. Modal kerja Normal: jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal. 2. Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Terdiri dari : a. Modal kerja musiman merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah ubah karena pengaruh musim. Contoh: modal kerja yang dipergunakan untuk dapat menjalankan pabrik gula. Pada saat panen tebu maka dibutuhkan modal kerja yang cukup besar, sedangkan pada saat tidak ada tebu modal kerja yang dibutuhkan hanya untuk biaya biaya tetap saja seperti gaji karyawan, biaya listrik karena tidak ada produksi. b. Modal kerja siklis merupakan modal kerja yang besarnya berubah ubah karena fluktuasi konyungtur. Jumlah modal kerja berubah ubah sesuai dengan keadaan perekonomian. Pada keadaan perekonomian baik maka kebutuhan modal kerja akan meningkat, sebaliknya pada keadaan perekonomian buruk kebutuhan modal kerja akan menurun.

19

c. Modal kerja darurat merupakan modal kerja yang besarnya berubah ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak dapat diduga sebelumnya. Misalnya: adanya pemogokan buruh, adanya banjir, adanya perubahan peraturan ekonomi yang mendadak antara lain devaluasi. 2.2.3 Sumber Sumber Modal Kerja dan penggunaan modal kerja Sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan pasiva. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan. Yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Hasil operasi perusahaan. Keuntungan penjualan surat berharga. Penjualan saham. Penjualan aktiva tetap. Penjualan obligasi. Memperoleh pinjaman. Dana hibah. Dana sumber lainnya.

2.2.3.1. Sumber sumber Modal kerja menurut Kasmir (2010:219)

2.3.3. 2.Penggunaan Modal Kerja menurut Kasmir (2008:259) Penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut: 1. Pengeluaran untuk gaji,upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya. 2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan. 3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga. 4. Pembentukan dana. 5. Pembelian aktiva tetap (tanah,bangunan,kendaraan,mesin,dan lain lain). 6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang). 7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar. 8. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi 9. Penggunaan lainnya. Perubahan posisi modal kerja perlu mendapat perhatian dalam membuat analisa tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Sumber sumber modal kerja, penggunaan dan komposisi modal kerja pada akhir periode merupakan faktor faktor penting dalam membuat aktivitas perusahaan yang telah lampau dan dalam mempertimbangkan kemungkinan tujuan yang dapat dicapai perusahaan pada waktu yang akan datang.

20

2.2.4

Penyusuan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Laporan perubahan modal kerja menggambarkan baik mengenai sumber

sumber dari mana modal kerja diperoleh maupun bentuk bentuk penggunaan modal kerja tersebut selama satu periode. Informasi ini akan menjelaskan adanya perubahan modal kerja yang terjadi antara saat awal periode sampai akhir periode. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja di buat oleh manajemen secara periodik (bulanan, triwulan, semester, atau satu tahun). Laporan ini sangat penting bagi pihak kreditur jangka pendek sesuai dengan tujuan laporan ini dibuat yaitu: a. Mengetahui sumber sumber modal kerja. b. Mengetahui penggunaan modal kerja. c. Mengetahui berapa kenaikan atau penurunan modal kerja pada tiap periode. Adapun langkah langkah dalam penyusunan penggunaan modal kerja adalah sebagai beikut : a. Menyusun laporan perubahan modal kerja, yaitu laporan yang menggambarkan perubahan dari masing masing unsur modal kerja atau unsur current accounts antara dua periode. Dengan laporan tersebut dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan modal kerja beserta besarnya perubahan modal kerja. laporan sumber dan

b. Mengelompokkan perubahan perubahan dari unsur unsur non current accounts antara dua periode tersebut kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal. c. Mengelompokkan unsur unsur dalam laporan laba ditahan ke dalam golongan yang perubahan mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.

21

2.2.5

Pengertian Likuiditas Perkembangan usaha suatu perusahaan banyak dipengaruhi oleh besar

kecilnya dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan. Hal ini menuntut pihak manajemen perusahaan untuk berusaha menyediakan dan mengelola dana tersebut untuk kemajuan perusahaan. Agar perkembangan usaha dapat dicapai, maka diperlukan adanya keseimbangan antara pencairan dana hingga penggunaan dana tersebut untuk operasi perusahaan. Salah satu yang harus di perhatikan oleh manajemen perusahaan adalah keseimbangan antara sumber dana jangka pendek dengan penggunaan dana tersebut. Keseimbangan ini dinyatakan dalam konsep likuiditas. Dalam menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dilihat dari posisi laporan keuangan perusahaan tersebut, sehingga pihak pihak yang berkepentingan dapat membuat keputusan yang tepat. Likuiditas merupakan faktor terpenting dalam kelancaran usaha suatu perusahaan. Apapun jenis usaha perusahaan tersebut harus benar benar diperhatikan kerena tingkat likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Banyak pendapat mengenai definisi likuiditas, antara lain Wild, Subramanyam dan Hasley (2005:185) menyatakan definisi likuditas adalah mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah asset menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Menurut Bringham dan Houston (2006:95) : likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Menurut mardianto (2009:54) : Likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban (utang) jangka pendek tepat pada

22

waktunya, termasuk melunasi bagian utang jangka panjang yang jatuhn tempo pada tahun bersangkutan. Kemudian menurut Munawir (2007:31) : likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dapat segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban saat di tagih Menurut IAI dalam standar akuntansi keuangan likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan untuk melanjutkan aktivitas usahanya sehari hari tanpa mengalami kesulitan pendanaan/keuangan. Pernyataan diatas menjelaskan bahwa likuiditas digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban keuangan yang segera jatuh tempo. Di dalam dunia usaha Likuiditas merupakan kelancaran gerak usaha. Gerak usaha perusahaan tersebut pada banyak faktor di antaranya kecukupan dana, perputaran modal kerja yang lancar, kewajiban membayar hutang, dan lain lain. Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kewajiban lancarnya. 2.2.6 Rasio Rasio Likuiditas Analisis keuangan yang salah satunya mencakup analisis rasio keuangan akan sangat membantu dalam menilai prestasi perusahaan dimasa lalu dan prospeknya dimasa depan. Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisa rasio dimana input dasar dari analisa rasio keuangan adalah laporan neraca dan laba rugi periode tertentu yang akan dievaluasi. Seseorang yang melakukan analisis keuangan biasanya menjadikan tingkat likuiditas sebagai langkah pertama dalam menganalisis keuangan suatu perusahaan. Analisa likuiditas digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

23

Untuk melakukan analisa ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan prestasi perusahaan secara berkala dari waktu ke waktu sehingga dapat diketahui kinerja perusahaan pada masa lampau dan prospeknya dimasa yang akan datang. Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara membandingkan beberapa perusahaan sejenis dalam waktu yang sama. Menurut jangka pendek. Untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau untuk menentukan tingkat likuiditas perusahaan tersebut dapat digunakan beberapa cara seperti yang dikemukakan oleh Kasmir (2010:134) bahwa tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai suatu kemampuan suatu perusahaan dalam memnuhi kewajibannya. Dalam praktiknya, untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis jenis likuiditas yang ada. Menurut Kasmir (2010:135) Jenis jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan adalah: 1. Rasio lancar (Current Ratio) Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aset lancar dengan total utang lancar. Versi terbaru pengukuran rasio lancar adalah dengan mengurangi persediaan dan piutang. Rumus untuk mencari rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut: Kasmir (2008:129) rasio likuiditas adalah rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang)

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

24

Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid ratio merupakan ratio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar, dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Artinya nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total asset lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar,kemudian dikurangi dengan nilai persediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan biaya yang dibayar dimuka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh utang lancar. Rumus untuk mncari rasio cepat (quick ratio) dapat digunakan sebagai berikut: Current Assets-Inventory Quick Ratio = Current Liablities Atau Kas + Bank + Efek + Piutang Quick Ratio = Current Liablities 3. Rasio Kas (Cash Ratio) Disamping kedua rasio yang sudah dibahas diatas, terkadang perusahaan juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar benar siap untuk digunakan untuk membayar utangnya. Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang yang tersedia untuk membayar utang. Rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang utang jangka pendeknya. Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio dapat digunakan sebagai berikut : Cash + bank Cash Ratio = Current Liablities 4. Rasio perputaran Kas Fungsi dari rasio perputaran kas adalah untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya biaya yang berkaitan dengan penjualan.

25

Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut: Penjualan bersih Rasio perputaran kas = Modal kerja bersih 5. Inventory to Net Working Capital Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengukuran antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rumus untuk mencari Inventory to Net Working Capital dapat digunakan sebagai berikut : Inventory Inventory to NWC = Current Assets - Current Liablities Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio lancar untuk menghitung tingkat likuiditas perusahaan industri telekomunikasi yang ada di BEI. Menurut kasmir (2008:131) dalam praktiknya standar rasio likuiditas yang baik adalah 200% atau 2:1. Sebagai contoh, total aset lancar Rp 2.000.000 sedangkan total kewajiban lancar 1.000.000. artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam membayar kewajiban jangka pendek. Namun standar tersebut hanya meruapakan kebiasaan (rule of tumb) dan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa lebih lanjut.

2.2.7

Faktor faktor yang Mempengaruhi Tingkat Likuiditas Ada bebrapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas suatu

perusahaan antara lain menurut Sawir (2005:148):

26

1. Faktor intern Faktor intern berasal dari perusahaan itu sendiri, hal ini dapat mempengaruhi besar kecilnya fluktuasi likuiditas perusahaan tersebut. Faktor intern ini dapat terjadi karena situasi tertentu, antara lain: a. Pergantian pemimpin perusahaan Kelangsungan hidup suatu perusahaan banyak tergantung dari pemimpin perusahaan tersebut. Seorang pemimpin selain harus memiliki kemampuan manajeril, juga harus memiliki hubungan yang luas sehingga perusahaan dapat memiliki customer di berbagai tempat. b. Jangka waktu kredit Jangka waktu kredit yang diberikan juga mempengaruhi tingkat likuiditas suatu perusahaan, semakin lama jangka waktu kredit yang diberikan akan semakin kecil peredaran dari jumlah dana yang dapat digunakan oleh perusahaan. c. Administrasi organisasi Setiap perusahaan harus memiliki administrasi organisasi yang rapih dan teratur. Sehingga akan lebih mempermudah segala pencatatan dalam perubahan piutang yang dimiliki perusahaan. d. Pembelian aktiva tetap atau pembelian dalam jangka waktu panjang Pembelian aktiva tetap yang melebihi kemampuan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan akan mengakibatkan kesulitan likuiditas. Terkadang suatu perusahaan tidak memperhitungkan kondisi keuangan yang dimiliki, akan tetapi akan berusaha mencapai standar yang lebih tinggi dari kemampuan yang ada, sehingga hal ini menyebabkan tingkat likuiditas yang menurun. Contohnya, perusahaan berusaha untuk mengeluarkan dana yang begitu besar untuk pembelian aktiva tetap, yaitu kendaraan, tanah sebagai aset perusahaan dengan menggunakan dana pinjaman jangka pendek digunkan untuk membiayai pinjaman jangka panjang. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksuksesan pada perusahaan tersebut. 2. Faktor ekstern Faktor ini berasal dari pengaruh yang ditimbulkan dari luar perusahaan. Hal ini juga banyak menentukan berhasil atau tidak nya suatu perusahaan dalam mengendalikan likuiditas yang dimilikinya. Faktor faktor ini antara lain berupa peraturan peraturan dibidang ekonnomi dan moneter, kebiasaan masyarakat dan hubungan antar perusahaan.

2.2.8

Hubungan Antara Modal Kerja dengan Likuiditas Suatu perusahaan baik yang besar maupun yang kecil memerlukan modal

untuk menjalakan usahanya. Bagi setiap perusahaan modal kerja memiliki

27

peranan yang sangat penting, meskipun kepentingannya selalu berlainan untuk setiap jenis perusahaan. Sebenarnya pemenuhan modal kerja lebih bersifat fleksibel, artinya modal kerja dapat dengan mudah diperbesar dan diperkecil sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang mempunyai tipe modal kerja yang berbeda sesuai dengan bidang usaha. Sedangkan menurut Kasmir (2010:216) seperti sudah diketahui bahwa salah satu nilai penting dari likuiditas perusahaan adalah untuk memenuhi sejumlah dana yang diperlukan pada saat dibutuhkan. Ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi likuiditasnya akan mempengaruhi aktivitas usahanya. Sementara itu dalam manajemen modal kerja kebutuhan dana juga merupakan bagian penting baik dalam hal penyediaan dana maupun penggunaan dana yang berkaitan dengan aktivitas usaha. Perusahaan harus menguasai tentang bagaimana cara mengelola semua unsur aset lancar sebagai modal kerja dengan tepat. Sebab dengan pengelolaan modal kerja yang baik dan tepat akan memungkinkan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Sekaligus untuk mengetahui seberapa besar perusahaan mampu membayar semua kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban jangka pendeknya disebut dengan istilah likuiditas. Setiap aset mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda beda. Tingkat likuiditas suatu aset menggambarkan tingkat kecepatan aset tersebut dapat direalisasi menjadi kas. Berdasarkan tingkat likuiditasnya, maka aset perusahaan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu Aset lancar dan aset tetap.

Aset lancar mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan aset tetap. Komponen komponen dalam aset lancar itu sendiri juga mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda beda. Kas adalah komponen aset lancar yang paling likuid karena dapat langsung digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan.

28

Dalam keadaan yang normal, piutang dagang dapat mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi dari persediaan. Sedangkan persediaan adalah komponen aset lancar yang tingkat likuidasinya paling rendah. Perlu diingat bahwa dalam suatu kegiatan usaha, modal kerja yang merupakan jumlah aset lancar selalu berputar selama perusahaan masih berdiri. Periode modal kerja dimulai dari kas yang diinvestasikan dalam bahan baku kemudian barang dagang yang dijual secara tunai maupun kredit, dan kembali menjadi kas, perputaran ini akan berlangsung terus menerus selama perusahaan berdiri. Perputaran modal kerja tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penurunan maupun peningkatan modal kerja perusahaan. Hal tersebut dapat mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Apabila terjadi peningkatan pada modal kerjanya, maka dengan sendirinya perusahaan akan lebih cepat memenuhi kewajiban lancarnya. Dengan demikian, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jika terdapat kenaikan pada modal kerja, maka akan meningkatkan pula kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancarnya dengan tepat waktu. Sebaliknya, jika terdapat penurunan modal kerja, maka kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancarnya akan ikut menurun.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian

29

Lokasi penelitian dilakukan di PT Indonesian Capital Market Electronic Library yang berada di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Tower 2 Lt. 1, Jalan Jendral Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Telfon 5153787, dengan cara mengumpulkan data sekunder dimulai dari tahun 2007-2011. Penelitian ini dilakukan selama maksimal 6 bulan. Sejak Agustus 2012 februari 2012 3.2 Strategi Penelitian Strategi penelitian ini menggunakan strategi penelitian asosiatif

(hubungan) dengan pendekatan

korelasional/hubungan. Pendekatan assosiatif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, Tujuan dari strategi ini adalah agar dapat memberikan penjelasan tentang hubungan antara modal kerja dengan likuiditas. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian ex post facto, yaitu pengumpulan data dari semua kejadian yang telah terjadi. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu untuk mengetahui hubungan modal kerja dengan likuiditas perusahaan selama waktu periode yang telah ditentukan, sehingga peneliti dapat melihat akibat dari suatu keadaan dan menguji hubungan sebab akibat dari data data yang tersedia dari perusahaan tersebut.

3.4. 3.4.1

Populasi dan Sample Penelitian 29 Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2008:115) Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek,subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

30

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun populasi tersebut dapat berupa orang atau subjek, objek, dan transaksi atau kejadian. Sedangkan populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan berupa neraca Perusahaan Industri Telekomunikasi di BEI yaitu terdiri dari 8 perusahaan. 3.4.2 Sample Penelitian Menurut Sugiyono (2008:116) Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam sebuah penelitian, penentuan sampel merupakan hal yang penting terutama yang mempunyai populasi yang cukup luas, yang sulit untuk diteliti secara keseluruhan. Untuk itu melihat jumlah populasi dalam penelitian ini cukup banyak. Diantara jenis jenis perusahaan yang ada, peneliti memilih untuk mengambil sample dalam industri telekomunikasi karena peneliti melihat dalam beberapa tahun terakhir industri ini sangat penting dan sangat berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari hampir setiap orang memiliki alat telekomunikasi berupa alat telfon genggam dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Karena komunikasi pada saat ini memiliki peran yang sangat penting. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling, yaitu merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, teknik ini menggunakan Purposive Sampling. Teknik Purposive Sampling ini bertujuan untuk mengambil subjek yang memenuhi kriteria dan bukan didasarkan atas random tetapi didasarkan atas adanya pertimbangan tertentu. Adapun kriteria dan pertimbangan yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah:

31

1. Perusahaan perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI) pada tahun 2007-2011. 2. Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan pada periode tahun 2007 sampai dengan 2011. 3. Laporan keuangan perusahaan telah diaudit oleh akuntan publik. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka dapat ditentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 5 perusahaan telekomunikaasi yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 sampai dengan 2011. Berikut ini adalah 5 perusahaan yang akan menjadi sampel dalam penelitia ini : 1. PT Bakrie Telecom Tbk. 2. PT XL Axiata Tbk. 3. PT Smartfren Tbk. 4. PT Telekomuikasi Tbk. 5. PT Indosat Tbk Berdasarkan Setiap teknik pengambilan sampel memiliki kekuatan dan kelemahan masing masing. Kekuatan dari teknik pengambilan sampel ini adalah lebih efisien dari segi dana, waktu, tenaga serta relevan jika dikaitkan dengan tujuan penelitian ini. sedangkan kelemahannya yaitu rendahnya tingkat keterwakilan (representative) karena pengambilan sampel dengan cara ini tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang lain untuk dipilih menjadi sampel.

3.5 3.5.1

Unit Analisis Penelitian Unit Analisi Data

32

Unit analisis dalam penelitian ini adalah industri. Yaitu perusahaan Telekomunikasi yang ada di BEI. Dalam hal ini data penelitian berupa laporan neraca tahun 2007-2011. 3.5.2 Desain Penelitian Berdasarkan hipotesis asosiatif, hubungan antara modal kerja (X) dan likuiditas (Y) dapat digambarkan dalam bentuk desain penelitian sebagai berikut : X Keterangan : X = Modal Kerja Kuantitatif = Arah Hubungan Y = Likuiditas 3.6 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi, dalam hal ini adalah berupa neraca perusahaan industri telekomunikasi dalam laporan tahunan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Pengumpulan data sekunder tersebut dilakukan dengan cara mengunjungi PT Indonesian Capital Market Electronic Library. Selain melakukan penelitian lapangan (field research), untuk melengkapi data sekunder tersebut dalam penelitian ini penulis juga melakukan penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan mengambil literatur berbagai buku yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini untuk mendapatkan definisi, teori serta analisis yang dapat digunakan dalam penelitian. Selain definisi, teori serta analisis juga dilakukan pencarian melalui website serta berbagai literatur yang berkaitan masalah yang diteliti. 3.7 3.7.1 Metode Analisis Data Rencana Pengolahan Data Y

33

Data yang dikumpulkan kemudian akan diolah dan diproses lebih lanjut. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan secara manual dan menggunakan software SPSS 17. 3.7.2. Rencana Penyajian Data Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan akan disajikan dalam bentuk tabel, yang diharapkan akan mempermudah peneliti dan pembaca dalam menganalisis dan memahami data, sehingga dapat disajikan secara sistematis. 3.7.3. Rencana Analisis Statistik Analisis statistik data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan : 1. Analisis regresi linier sederhana Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data statistik regresi linier sederhana sebagai berikut: Bentuk persamaan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut : = a + bX Keterangan : X a b = Taksiran variabel Y (likuiditas) = Variabel X (modal kerja) = Konstanta (taksiran variabel Y (likuiditas) yang diperoleh jika X = 0) = Koefisien regresi yang menunjukkan besarnya perubahan taksiran variabel Y (likuiditas) yang diakibatkan berubahnya satu-satuan variabel X (modal kerja). n 2. = Jumlah Sampel Analisis koefisien korelasi

34

Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kekuatan maupun kontribusi variabel X (modal kerja) terhadap variabel Y (likuiditas). Secara umum nilai koefisien korelasi terletak antara -1 dan 1 atau -1 < r < 1 koefisien korelasi mempunyai nilai paling kecil (-1 atau paling besar 1) dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika r = 1 atau mendekati 1 hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah kuat dan searah (positif) dalam arti bahwa kenaikan atau penurunan varibel X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan variabel Y b. Jika r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah tidak ada atau dapat dikatakan lemah. Dengan demikian dapat dikatakan pula antara variabel X dan variabel Y tidak ada hubungan c. Jika r = -1 mendekati -1 maka hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah hubungan yang kuat tetapi negatif, artinya jika variabel X naik mak variabel Y akan turun dan sebaliknya jika variabel X turun maka variabel Y akan naik. Sedangkan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.1. Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00-0,19 0,20-0,39 0,40-0,59 0,60-0,79 0,80-100 Sumber : Sugiyono (2007:250) 3. Koefisien determinasi Tingkat Hubungan Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat

35

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur berapa persen kontribusi atau pengaruh dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Rumus koefisien determinasi adalah : KD = r2 x 100% 4. Pengujian hipotesis Uji hipotesis mengenai koefisien regresi () berguna sebagai dasar dalam memberikan jawaban dari rumusan masalah penelitian. Penguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan formulasi Ho dan Ha (bentuk uji) Ho : = 0, Ho : 0, Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara modal kerja terhadap likuiditas. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara modal kerja terhadap likuiditas. b. Menetapkan taraf nyata () / tingkat keyakinan (1-) Pengujian hipotesis ini menggunakan taraf nyata () = 0,05 atau tingkat keyakinan (1-) = 1-5% = 95% c. Memilih uji statistik Uji statistik dilakukan dengan menguji t karena data/ sampel yang digunakan sebanyak 5 tahun, dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 d. Menentukan daerah kritis (daerah penolakan Ho) Ho diterima apabila ttabel thitung ttabel Ho ditolak apabila thitung < -ttabel atau thitung > ttabel

-ttabel

ttabel

e. Menghitung nilai statistik uji

36

b Rumus dari tuji adalah sebagai berikut : tuji = Sb f. Membandingkan nilai statistik uji ( thitung) dengan daerah kritis g. Menarik kesimpulan Apabila thitung
< - tabel

atau thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti terdapat hubungan yang signifikan diantara variabel bebas (modal kerja) dengan variabel terikat (likuiditas) Apabila ttabel thitung ttabel Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas (modal kerja) dengan variabel terikat (likuiditas).

BAB IV

37

HASIL HASIL PENELITIAN

4.1.

Deskripsi Perusahaan

4.1.1. Sejarah singkat Perusahaan Berdasarkan data perusahaan industri telekomunikasi periode 2007-2011 di Bursa Efek Indonesia yang tersedia di Indonesian capital market electronic library terdapat sampel sebanyak 5 perusahaan. 1. PT. Bakrie Telecom Tbk. adalah perusahaan operator telekomunikasi berbasis CDMA di Indonesia. Bakrie Telecom memiliki produk layanan dengan nama produk Esia, Wifone, dan BConnect. Perusahaan ini sebelumnya dikenal dengan nama PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo), yang didirikan pada bulan Agustus 1993, sebagai anak perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak dalam bidang telekomunikasi di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat berbasis Extended Time Division Multiple Access (ETDMA). Pada bulan September 2003. PT Ratelindo berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom, yang kemudian bermigrasi ke CDMA 1x, dan memulai meluncurkan produk Esia. Pada awalnya jaringan Esia hanya dapat dinikmati di Jakarta, Banten dan Jawa Barat, namun sampai akhir 2007 telah menjangkau 26 kota di seluruh Indonesia dan terus berkembang ke kota-kota lainnya. Kemudian pada tahun 2006, Bakrie Telecom telah go public dengan mendaftarkan sahamnya dalam Bursa Efek Jakarta.

Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Bakrie Telecom per Periode 2011 :

38

Dewan Komisaris
Komisaris Utama dan Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Komisaris Komisaris Soedjai Kartasasmita Bungaran Saragih Anton Apriantono Bobby Gafur S Umar Eddy Soeparno Anindya Novyan Bakrie

Dewan Direksi
Direktur Utama Direktur Direktur Direktur Direktur 2. PT. XL Axiata Tbk. Yang dulu bernama PT. Excelcomindo Pratama Tbk atau disingkat XL adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 oktober 1996 dan merupakan perusahaan swasta pertama yang menyedikan layanan telepon selular di Indonesia. PT XL Axiata Tbk. ("XL") didirikan pada tanggal 8 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari, bergerak di bidang perdagangan dan jasa umum. Enam tahun kemudian, XL mengambil suatu langkah penting seiring dengan kerja sama antara Rajawali Group pemegang saham PT Grahametropolitan Lestari dan tiga investor asing (NYNEX, AIF, dan Mitsui). Nama XL kemudian berubah menjadi PT Excelcomindo Pratama dengan bisnis utama di bidang penyediaan layanan teleponi dasar. Pada tanggal 6 Oktober 1996, XL mulai beroperasi secara komersial dengan fokus cakupan area di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hal ini menjadikan Bambang Ari Wisena Cholil Hasan Howard J Sargeant M Iqbal Zainuddin Rudi Sarwono

39

XL sebagai perusahaan tertutup pertama di Indonesia yang menyediakan jasa teleponi dasar bergerak seluler. Bulan September 2005 merupakan suatu tonggak penting untuk XL. Dengan mengembangkan seluruh aspek bisnisnya, XL menjadi perusahaan publik dan tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Kepemilikan saham XL saat ini mayoritas dipegang oleh Axiata Group Berhad (Axiata) melalui Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd (66,6%) dan Emirates Telecommunications Corporation (Etisalat) melalui Etisalat International Indonesia Ltd. (13,3%). XL pada saat ini merupakan penyedia layanan telekomunikasi seluler dengan cakupan jaringan yang luas di seluruh wilayah Indonesia bagi pelanggan ritel dan menyediakan solusi bisnis bagi pelanggan korporat. Layanan XL mencakup antara lain layanan suara, data dan layanan nilai tambah lainnya (value added services). Untuk mendukung layanan tersebut, XL beroperasi dengan teknologi GSM 900/DCS 1800 serta teknologi jaringan bergerak seluler sistem IMT2000/3G. XL juga telah memperoleh Ijin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup, Ijin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet ( Internet Services Provider/ISP), Ijin Penyelenggaraan Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan Publik (Voice over Internet Protocol/VoIP), dan Ijin Penyelenggaraan Jasa Interkoneksi Internet (NAP).

Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. XL Axiata Tbk. Per periode 2011:

40

DEWAN KOMISARIS
Presiden Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Tan Sri Dato Ir.Muh. Radzi Bin H. Mansor Dato Sri Jamaludin Bin Ibrahim Ahmad Abdulkarim Mohd Julfar Dr. Muhammad Chatib Basri Peter J. Chambers Dr. Ir. Giri Suseno Hadihardjono Elisa Lumbantoruan Yasmin Stamboel Wijawan

DEWAN DIREKSI
Presiden Direktur Direktur Direktur Direktur Direktur 3. PT. Smartfren Telecom Tbk. Yang sebelumnya bernama PT. Mobile-8 Telecom Tbk. Adalah operator penyedia jasa telekomunikasi berbasis teknologi CDMA yang memiliki lisensi selular dan mobilitas terbatas (Fixed Wireless Access/FWA), serta memiliki cakupan jaringan CDMA. Smartfren menggunakan teknologi EV-DO (Jaringan mobile broadband yang setara dengan 3G) pertama di Indonesia. Perusahaan ini awalnya dimiliki oleh PT. Global Mediacom Tbk. Namun akibat krisis financial dan penurunan penjualan produk maka perusahaan ini diakuisisi oleh Sinar Mas Group pada bulan November 2011. Hasnul Suhaimi Wiliem Lucas Timmermans Joy Wahjudi Paul Nicanor V. Santiago III Dian Siswarini

41

Smartel didirikan berdasarkan Akta PT Indoprima Mikroselindo No. 60 tanggal 16 Agustus 1996, yang dibuat di hadapan Achmad Abid SH, Notaris pengganti dari Sutjipto SH, Notaris di Jakarta juncto Akta Perubahan Anggaran Dasar PT Indoprima Mikroselindo No. 195 tanggal 25 April 1997, yang dibuat di hadapan Sutjipto SH, Notaris di Jakarta, yang telah : 1. Memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-7023 HT.01.01.TH97 tanggal 25 Juli 1997 2. Didaftarkan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Pusat di bawah No. 1209/BH.09.05/VIII/1997 tanggal 26 Agustus 1997 3. Diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) No. 90 tanggal 11 November 1997, Tambahan No. 5282. Anggaran Dasar Perseroan sebagaimana dimuat dalam Akta Pendirian telah mengalami beberapa kali perubahan dengan perubahan terakhir dilakukan berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Smartel No. 23 tanggal 22 Juli 2011 dibuat di hadapan Sri Hidianingsih Adi Sugijanto SH, Notaris di Jakarta dan telah diterima dan di catat dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan No. AHUAH.01.10.27540 tahun 2011 tanggal 24 Agustus 2011. Smartfren merupakan operator telekomunikasi yang menyediakan layanan CDMA EV-DO Rev. B Phase 2 (setara dengan 3,5G dengan kecepatan unduh s.d. 14,7 Mbps) dan operator CDMA pertama yang menyediakan layanan Blackberry.

Jasa dan layanan smartfren memiliki nilai-nilai (values) yaitu sebagai mitra yang terbaik bagi pelanggan dengan menawarkan solusi yang cerdas dalam layanan-layanan telekomunikasi untuk meningkatkan pengalaman hidup pelanggan dalam berkomunikasi. Sebagai operator CDMA yang menyediakan jaringan internet kecepatan tinggi bergerak (mobile broadband) yang terluas di

42

Indonesia,

Smartfren

berkomitmen

untuk

menjadi

penyedia

layanan

telekomunikasi yang terjangkau bagi masyarakat dengan kualitas terbaik. Anak Perusahaan PT Smartfren Telecom Tbk yang dimerger yaitu :

PT Telekomindo Selular Raya (Telesera) PT Metro Selular Nusantara (Metrosel) Keempat anak perusahaan tersebut pernah menjadi bagian dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Global Mediacom Tbk. (dulu Bimantara Citra) yang dileburkan bersama PT Mobile-8 Telecom Tbk dan selanjutnya diakuisisi oleh PT Smart Telecom Tbk. menjadi PT Smartfren Telecom Tbk.

PT Komunikasi Selular Indonesia (Komselindo) PT Menara Jakarta

Keempat anak perusahaan tersebut pernah menjadi bagian dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Global Mediacom Tbk (dulu Bimantara Citra) yang dileburkan bersama PT Mobile-8 Telecom Tbk. dan selanjutnya diakuisisi oleh PT Smart Telecom Tbk menjadi PT Smartfren Telecom Tbk. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Smarfren Telecom Tbk. Per periode 2001: DEWAN KOMISARIS Presiden Komisaris Wakil Presiden Komisaris Wakil Presiden Komisaris Wakil Presiden Komisaris/ Independen Komisaris/Independen Komisaris Sofjan Wanandi Gandi Sulistyanto Soeherman Henry Cratein Suryanaga Sarwono Kusumaatmadja Reynold M. Batubara Hendra Karnadi

DEWAN DIREKSI
Presiden Direktur Direktur Direktur Rodolfo Pantoja Merza Fachys Antony Susilo

43

Direktur Direktur Direktur 4. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

Marco Paul Iwan Sumampouw Yopie Widjaya Lim Juliana Dotulong

PT Telekomunikasi Indonesia yang biasa disebut Telkom Indonesia atau Telkom saja. Telkom mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta. Telkom merupakan salah satu perusahaan BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (51,19%), Publik (40,21%) dan sisanya 8,60% dimiliki oleh The Bank of New York dan Investor dalam Negeri. Telkom juga menjadi pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan, termasuk PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856 dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg). Pada Tahun 2009 momen tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom.

Pada tahun 1961. status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965. PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

44

Pada tahun 1974 PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Pada tahun 1989, ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991. Pada tanggal 14 November 1995 dilakukan Penawaran Umum Perdana saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) (keduanya sekarang bernama Bursa Efek Indonesia (BEI)), Bursa Saham New York (NYSE) dan Bursa Saham London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa Saham Tokyo. Tahun 1999 ditetapkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Penghapusan Monopoli Penyelenggaraan Telekomunikasi. Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia.

Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dan Indosat. Sejak bulan Agustus 2002, terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Pada 23 Oktober 2009 Telkom

45

meluncurkan "New Telkom" ("Telkom baru") yang ditandai dengan penggantian identitas perusahaan. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Telekomunikasi Indonesia per Periode 2011:

Dewan Komisaris
Komisaris Utama Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen Jusman Syafii Djamal Hadiyanto Virano Nasution Jhonny Swandi Sjam

Dewan Direksi
Direktur Utama Direktur Keuangan Direktur Network and Solution Direktur Konsumer Direktur Human Capital & General Affair Direktur Enterprise and Wholesale Direktur IT Solution & Strategic Portfolio Direktur Compliance & Risk Management Ririek Ardiansyah Muh Awaludin Indra Utoyo Arief Yahya Honesti Basyir Rizkan Chandra Sukardi Silalahi Priyantono Rudito

5. PT. Indosat Tbk. PT. Indosat Tbk yang sebelumnya bernama PT. Indonesia Satelite Corporation Tbk (Persero). Didirikan pada tahun 1967 sebagai perusahaan modal asing dan memulai operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980 indosat menjadi

46

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Hingga sekarang, Indosat menyediakan layanan seluler, telekomunikasi international dan layanan satelit bagi penyelenggara layanan broadcasting. Tahun 1993 PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan dibawah pengawasan PT. Indosat. Satelindo beroprasi pada tahun 1994 sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan indosat menjadikan sebagai operator GSM pertama di Indonesia. Yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pasca bayar Matrix. Pada tanggal 19 oktober 1994 Indosat mulai memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan Amerika Serikat ( New York Stock Exchange). Pada tahun 2002, Indosat perusahaan pertama yang menerapkan obligasi dengan konsep syariah. Setelah itu pengemplementasian obligasi syariah indosat mendapat peringkat AA+ Nilai emisi pada tahun 2002 sebesar RP 175.000.000.000,00. Dalam tenor lima tahun. Pada akhir 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte.Ltd,. Dengan demikian, Indosat kembali menjadi PMA. Pada November 2003 Indosat melakukan penggabungan usaha tiga anak perusahaannya (akuisisi) yaitu PT. Satelindo, PT. IM3, dan Bimagraha menjadi salah satu operator selular utama Indonesia. Pada tanggal 1 maret 2007 STT menjual kepemilikan saham indosat sebesar 25% di Asia Holdings Pte. Ltd ke Qatar Telecom. Pada tanggal 31 desember 2008 saham indosat dimiliki oleh Qatar telecom Q.S.C. (Qtel) secara tidak langsung melalui Indonesia Communication Limited (ICLM) dan Indonesia Communications Pte Ltd (ICLS) sebesar 40,81%, sementara Pemerintah Republik Indonesia dan Publik memiliki masing-masing 14,29% dan 44,90%. Pada tahun 2009 Qtel memiliki 65% saham Indosat melalui tender offer (memiliki tambahan 24,19% saham seri B dari publik). Pada tanggal 25 mei 2011 di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, launching Indosat Mobile.

47

Susunan kepengurusan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Indosat Tbk Per Periode 2011:

Dewan Komisaris
Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen H.E Sheikh Abdullah Mohammed S.A. Al-Thani Nasser Mohd A. Marafih Richard Fransworth Seney Rachmad Gobel Rionald Silaban Parikesit Suprapto Soeprapto Alexander Rusli Thia Peng Heok George Chris Kanter

Dewan Direksi
Direktur Utama Direktur Direktur Direktur Direktur Harry Sasongko Tirtotjondro Peter Wladyslaw Kuncewicz Hans C. Moritz Fadzri Santosa Laszlo Imre Barta

4.2.

Deskripsi Data

4.2.1. Analisis Modal kerja Modal kerja merupakan kelebihan aset lancar dikurangi kewajiban lancar. Modal kerja merupakan dana dikeluarkan oleh perusahaan sehari hari. Dalam

48

penelitian ini modal kerja adalah sebagai variable bebas yang diberi simbol X. Data modal kerja yang diperoleh untuk digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari laporan keuangan berupa neraca tahun 2007-2011 perusahaan Industri telekomunikasi sebanyak 5 perusahaan. Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai dan menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan tanpa modal kerja tidak dapat melakukan itu semua, perusahaan juga tidak dapat memaksimalkan laba atau keuntungan sesuai dengan tujuan utama dari perusahaan. Data mengenai modal kerja ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan industri telekomunikasi yang ada di BEI, laporan keuangan yang digunakan adalah berupa neraca perusahaan selama tahun 2007-2011. Adapun data modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tabel 4.1. Data Modal Kerja PT. Bakrie Telecom, Tbk Tahun 2007-2011 (dalam jutaan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN PT. BAKRIE TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 Aset Lancar 926.983 2.308.318 1.731.809 1.436.140 948.354 Kewajiban Jangka Pendek 514.367 1.067.478 2.061.972 1.759.606 2.955.756 Modal Kerja (aset lancar kewajiban jangka pendek ) 412.616 1.240.840 (330.163) (323.466) (2.007.402)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Bakrie Telecom, Tbk yang memiliki modal kerja terbesar yaitu pada tahun 2009 sebesar 1.240.840 sedangkan modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2011 sebesar (2.007.402). Tabel 4.2 Data Modal Kerja PT. XL axiata Tahun 2007-2011 (dalam jutan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN PT. XL AXIATA TAHUN 2007 Aset Lancar 1.679.309 Kewajiban jangka pendek 7.379.537 Modal Kerja (aset lancar Kewajiban jangka pendek ) (5.700.228)

49

2008 2009 2010 2011

3.719.563 2.007.289 2.228.017 3.387.237

6.196.57 9 6.008.89 4 4.563.03 3 8.728.21 2

(2.477.016) (4.001.605) (2.335.016) (5.340.975)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Excelcomindo Pratama yang memiliki modal kerja terbesar yaitu pada tahun 2010 sebesar (2.335.016,) sedangkan modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2007 sebesar (5.700.228). Tabel 4.3 Data Modal Kerja PT. Smart Fren Telecom Tbk. Tahun 2007-2011 (dalam jutaan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN PT. SMARTFREN TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 Aset Lancar 1.474.706 743.951 539.174 446.531 794.529 Kewajiban jangka pendek 345.491 1.122.146 1.269.211 2.075.185 3.099.634 Modal Kerja (aset lancar Kewajiban jangka pendek ) 1.129.215 (378.195) (730.037) (1.628.655) (2.305.104)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Smart Fren & Telecom yang memiliki modal kerja terbesar yaitu pada tahun 2007 sebesar 1.129.215 sedangkan modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2011 sebesar (2.305.104).

Tabel 4.4 Data Modal Kerja PT. Telekomunikasi Tahun 2007-2011 (dalam jutaan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN PT. TELEKOMUNIKASI TAHUN 2007 Aset Lancar 15.978.09 Kewajiban jangka pendek 20.674. Modal Kerja (aset lancar Kewajiban jangka pendek ) (4.696.534

50

2008 2009 2010 2011

5 14.622.31 0 16.186.02 4 18.730.62 7 21.25 8.000

629 26.998. 151 26.893. 125 20.472. 898 22. 189.000

) (12.375.841 ) (10.707.101 ) (1.742.271 ) (931 .000)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Telekomunikasi yang memiliki modal kerja terbesar yaitu pada tahun 2011 sebesar (931.000) sedangkan modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2008 sebesar (12.375.841). Tabel 4.5 Data Modal Kerja PT. Indosat Tbk. Tahun 2007-2011 (dalam jutaan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN PT. INDOSAT TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 Aset Lancar 10.794. 127 9.659. 773 7.139. 627 6.158. 854 6.579. 439 Kewajiban Jangka Pendek 11.658.581 10.675.245 13.068.122 11.946.853 11.952.171 Modal Kerja (aset lancar Kewajiban jangka pendek ) (864.454) (1.015.472) (5.928.495) (5.787.999) (5.372.732)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Indosat yang memiliki modal kerja terbesar yaitu pada tahun 2007 sebesar (864.454) sedangkan modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2009 sebesar (5.928.495). Dari keseluruhan data tersebut terlihat bahwa perusahaan yang memiliki modal kerja terbesar adalah PT. Bakrie Telecom Tbk pada tahun 2009 yaitu sebesar 1.240.840 dan yang terkecil adalah PT. Telekomunkasi Indonesia pada tahun 2008 sebesar (12.375.841). Kenaikan atau penurunan modal kerja yang dialami perusahaan biasanya dikarenakan keadaan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif yang dapat berakibat menurunnya tingkat likuiditas.

51

Dalam penelitian ini meskipun terjadi masalah masalah diatas dan berpengaruh kepada modal kerja yang mengalami penurunan namun cenderung tidak berpengaruh terhadap penurunan/kenaikan harga produk dan penurunan penjualan produk atau setidaknya sama dengan tahun sebelumnya. Modal kerja harus tersedia dengan cukup dengan demikian perusahaan tidak akan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan beroprasi secara ekonomis dan efisien serta perusahaan dapat memaksimalkan laba usahanya sesuai dengan tujuan utama perusahaan. Kecukupan modal kerja bagi perusahaan akan berdampak pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi likuiditasnya, yaitu membayar kewajiban kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo.

4.2.2. Analisis Likuiditas

Likuiditas dalam penelitian ini diartikan sebagai alat ukur perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut. Rasio yang digunakan dalam menganalisis tingkat likuiditas perusahaan industri telekomunikasi dalam penelitian ini adalah menggunakan rasio lancar (current ratio). Tingkat likuiditas pada penelitian ini merupakan variable terikat yang diberi simbol Y. Data yang digunakan untuk menghitung tingkat likuiditas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah laporan Neraca per 31 desember 2007-2011 perusahaan Industri telekomunikasi sebanyak 5 perusahaan. Perhitungan menggunakan current ratio yaitu dengan membandinkan aset lancar dengan kewajiban lancar.

Adapun data Rasio Lancar pada Perusahaan Industri Telekomunikasi yang ada di BEI dapat dilihat pada table dibawah ini.

52

Tabel 4.6. Data Rasio Lancar PT. Bakrie Telecom, Tbk Tahun 2007-2011
NAMA PERUSAHAAN PT. BAKRIE TAHUN Aset Lancar (dalam jutaan rupiah) 926.983 2.308.318 1.731.809 1.436.140 948.354 Kewajiban Jangka Pendek (dalam jutaan rupiah) 514.367 1.067.478 2.061.972 1.759.606 2.955.756 Rasio Lancar (Aset Lancar/ Kewajiban Jangka Pendek) 1,802 2,162 0,840 0,816 0,321

2007 2008 2009 2010 2011

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Bakrie Telecom, Tbk yang memiliki likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2008 sebesar 2,162 sedangkan likuiditas terkecil yaitu pada tahun 2011 sebesar 0,321. Tabel 4.7 Data Rasio Lancar PT. XL axiata Tbk. Tahun 2007-2011
NAMA PERUSAHAAN TAHUN Aset Lancar (dalam jutaan rupiah) Kewajiban Jangka Pendek (dalam jutaan rupiah) Rasio Lancar (Aset Lancar/ Kewajiban Jangka Pendek) 0,228 0,600 0,334 0,488 0,388

PT. XL AXIATA

2007 2008 2009 2010 2011

1.679.309 3.719.563 2.007.289 2.228.017 3.387.237

7.379.537 6.196.579 6.008.894 4.563.033 8.728.212

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Excelcomindo Pratama yang memiliki likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2008 sebesar 0,600260725 sedangkan modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2007 sebesar 0,227562925

Tabel 4.8 Data Rasio Lancar PT. Smart Fren Telecom Tbk. Tahun 2007-2011

53

NAMA PERUSAHAAN PT. SMARTFREN

TAHUN

Aset Lancar (dalam jutaan rupiah)

Kewajiban Jangka Pendek (dalam jutaan rupiah)

Rasio Lancar (Aset Lancar/ Kewajiban Jangka Pendek) 4,268 0,663 0,425 0,215 0,256

2007 2008 2009 2010 2011

1.474.706 743.951 539.174 446.531 794.529

345.491 1.122.146 1.269.211 2.075.185 3.099.634

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Smart Fren & Telecom yang memiliki likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2007 sebesar 4,268438366 sedangkan likuiditas terkecil yaitu pada tahun 2010 sebesar 0,21517634. Tabel 4.9 Data Rasio Lancar PT. Telekomunikasi Tbk. Tahun 2007-2011
NAMA PERUSAHAAN TAHUN Aset Lancar (dalam jutaan rupiah) Kewajiban Jangka Pendek (dalam jutaan rupiah) 20.674.629 26.998.151 26.893.125 20.472.898 22.189.00 0 Rasio Lancar ( Aset Lancar/ Kewajiban Jangka Pendek)

PT. TELEKOMUNIKASI

2007 2008 2009 2010 2011

15.978.095 14.622.310 16.186.024 18.730.627 21.258. 000

0,773 0,542 0,602 0,915 0,958

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Telekomunikasi yang memiliki likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2011 sebesar 0,958 sedangkan likuiditas terkecil yaitu pada tahun 2008 sebesar 0,542.

Tabel 4.10 Data Rasio Lancar PT. Indosat Tbk. Tahun 2007-2011

54

NAMA PERUSAHAAN PT. INDOSAT

TAHUN

Aset Lancar (dalam jutaan rupiah) 10.794.127 9.659.773 7.139.627 6.158.854 6.579.439

Kewajiban Jangka Pendek (dalam jutaan rupiah) 11.658.581 10.675.245 13.068.122 11.946.853 11.952.171

Rasio Lancar ( Aset Lancar/ Kewajiban Jangka Pendek) 0,926 0,905 0,546 0,516 0,550

2007 2008 2009 2010 2011

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Indosat yang memiliki likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2007 sebesar 0,926 sedangkan likuiditas terkecil yaitu pada tahun 2010 sebesar 0,516. Berdasarkan data diatas, dari keseluruhan sampel yang telah di uji maka dapat disimpulkan hampir keseluruhan sampel perusahaan industri telekomunikasi memiliki likuiditas dibawah standar yaitu kurang dari 200%. Standar rasio ini sangat penting bagi perusahaan, karena standar rasio ini sebagai alat ukur atau acuan bagi tingkat keamanan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya. Jadi perusahaan yang baik tidak hanya di ukur dari likuid atau tidaknya saja, tetapi juga harus memenuhi standar likuiditas, sehingga tidak membahayakan kewajiban lainnya. Untuk itu seluruh perusahaan industri telekomunikasi yang memiliki likuiditas dibawah standar harus lebih meningkatkan usahanya dalam meningkatkan tingkat likuiditas agar pada tahun tahun berikutnya perusahaan perusahaan tersebut dalam mencapai standar likuiditas bahkan diharapkan dapat melebihi standar.

Tabel 4.11 Data berpasangan Modal Kerja dan Rasio Lancar pada perusahaan Industri Telekomunikasi

55

Nomor

Nama perusahaan
PT. Bakrie Telecom Tbk.

Tahun

Modal kerja (dalam jutaan rupiah)


412.616 1.240.840 (330.163) (323.466) (2.007.402) (5.700.22 8) (2.47 7.016) (4.00 1.605) (2.33 5.016) (5.34 0.975)

Rasio Lancar

1 2 3 4 5

2007 2008 2009 2010 2011 PT. XL Axiata Tbk.

1,802 2,162 0,840 0,816 0,321

6 7 8 9 10

2007 2008 2009 2010 2011 PT. Smarfren Telecom Tbk 2007 2008 2009 2010 2011 PT. Telekomunikasi Tbk.

0,228 0,600 0,334 0,488 0,388

11 12 13 14 15

1.129.215 (378.195) (730.037) (1.628.655) (2.305.104) (4.69 6.534) (12.37 5.841) (10.70 7.101) (1.74 2.271) (931.000) (86 4.454) (1.01 5.472) (5.92 8.495) (5.78 7.999) (5.37 2.732)

4,268 0,663 0,425 0,215 0,256

16 17 18 19 20

2007 2008 2009 2010 2011 PT. Indosat Tbk.

0,773 0,542 0,602 0,915 0,958

21 22 23 24 25

2007 2008 2009 2010 2011

0,926 0,905 0,546 0,516 0,550

4.3. 4.3.1.

Teknik Analisis Data Analisis Koefisien Korelasi

56

Adapun untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel modal kerja (X) dengan variabel likuiditas (Y) maka perlu dilakukan analisis korelasi. Analisis korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus product moment. Tabel pengolahan data dapat dilihat pada (Lampiran 1) dan hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.13 Korelasi Sederhana modal kerja (X) dengan likuiditas (Y)
Model Summary Adjusted R Model 1 R .443a R Square .196 Square Std. Error of the Estimate .161 ,773154

Dsew43a. Predictors: (Constant), modal kerja

Sumber : Data diolah (2012) Nilai R sebesar 0, 443 menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi adalah sedang dengan hubungan yang bersifat positif atau searah, dalam arti jika modal kerja itu naik, maka likuiditas meningkat, dan sebaliknya. 4.3.2. Pengujian hipotesis Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut : 1) H0 : = 0 Tidak terdapat hubungan yang signifikan modal kerja terhadap 2) Ha : 0, likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi Terdapat hubungan yang signifikan modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi 3) Untuk mencari ttabel digunakan taraf nyata () = 5% atau tingkat keyakinan (1-) = 1-5% = 95% karena dengan semakin besar tingkat kepercayaan maka akan semakin akurat hasil yang diperoleh. 4) ttabel = t (/2) (n-2) = t (0,05/2) (25-2)

57

= t (0,025) (23) = 2,069 5) Statistik uji Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.15 Hasil Statistik Uji
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) modal kerja B 1.17 0,0000001 Std. Error .207 .000 Standardized Coefficients Beta T 5.639 .443 2.369 Sig. .000 .027

a. Dependent Variable: likuiditas

Sumber : Data diolah (2012) Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai thitung sebesar 2,369. 6) Menentukan daerah kritis (daerah penolakan H0) Untuk memperjelas hasil perhitungan diatas, maka digunakan gambar sebagai berikut :
H0 ditolak

-2,069

2,069

2,369

7) Kriteria pengujian - H0 diterima, Ha ditolak jika -t(/2;n - 2) < thitung < t(/2;n 2) - H0 ditolak, Ha diterima jika thitung < -t(/2;n 2) atau thitung > t(/2;n 2) 8) Kesimpulan

58

Dengan = 5% dan n = 25 atau t (0,025;23) diperoleh ttabel sebesar 2,069 dan thitung sebesar 2,369 (thitung > ttabel), sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi. 4.3.2. Interpretasi Hasil Penelitian Setelah diteliti di dapatkan hasil bahwa hampir seluruh perusahaan telekomunkasi pada periode 2007-2011 memiliki modal kerja negatif. Hal ini dikarenakan hampir keseluruhan aset lancar lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban lancarnya yang berakibat pada likuiditas perusahaan perusahaan tersebut tidak termasuk dalam standar likuiditas, kemudian pada persamaan Y= a + b X diperoleh b = 0,0000001 yang artinya setiap kenaikan modal kerja 1 juta rupiah berpengaruh terhadap likuiditas sebesar 0,0000001. Jumlah ini tergolong kecil karena tidak sebanding dengan setiap jumlah kenaikan / penambahan modal kerja. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara modal kerja variable (X) dengan likuiditas variable (Y) di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan Ho ditolak Ha diterima karena t hitung 2,369 > ttabel 2,069 dengan = 5% dan n = 25. Kemudian, hasil perhitungan kolerasi product moment diperoleh R sebesar 0,443 atau 44,3 % yang berarti adanya hubungan sedang dan searah antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Dari keterangan diatas dapat diinterpretasikan bahwa semakin besar modal kerja maka semakin besar pula likuiditas yang diperoleh. Dengan demikian pula sebaliknya semakin kecil modal kerja maka semakin kecil likuiditas yang diperoleh. Hal ini menunjukan bahwa modal kerja memiliki hubungan terhadap

59

likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Meskipun besarnya hubungan modal kerja terhadap likuiditas hanya sebesar 19,6%.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

60

5.1

Kesimpulan Berdasarkan hasil hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai

Hubungan Modal Kerja dengan Likuiditas Perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan Hipotesis penelitian bahwa terdapat hubungan yang positif antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia terlihat dari hasil uji koefisien kolerasi yang telah dilakukan diperoleh nilai R sebesar 0,443. Kemudian dari hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung sebesar 2,369 dan ttabel sebesar 2,069 dengan taraf nyata sebesar 0,05. Untuk itu, karena thitung 2,369 > ttabel 2,069, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.

2. Berdasarakan koefisien kolerasi dihasilkan R = 0,443. Hal ini berarti hubungan antara modal kerja dengan tingkat likuiditas pada peerusahaan industri telekomunikasi yang ada di BEI adalah Sedang, Artinya bahwa modal kerja pada perusahaan industri telekomunikasi tahun 2007 - 2011 yang ada di BEI tidak terlalu berpengaruh terhadap likuiditas dikarenakan modal kerja perusahan perusahaan tersebut hampir seluruhnya negatif akibat dari aset lancar lebih kecil dari kewajiban lancar.

5.2

Saran-saran

61

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disampaikan diatas, maka peneliti mencoba memberikan saran yang mungkin berguna untuk perusahaan perusahaan industri telekomunikasi. Adapun saran saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dari keseluruhan sampel yang telah diuji hasilnya bahwa hampir seluruh perusahaan perusahaan tersebut memiliki likuiditas di bawah standar. Untuk itu perusahaan hendaknya memperhatikan modal kerja, gunanya untuk menjaga likuiditas perusahaan yaitu dengan memperkecil kewajiban lancar dan meningkatkan modal kerja, karena kenaikan dan penurunan likuiditas perusahaan dapat mempengaruhi tingkat keamanan bagi kreditur yang menginvestasikan modalnya. 2. Untuk meningkatkan likuiditas perusahaan, perusahaan dapat melakukan peningkatan efisiensi dan efektivitas di semua bidang dengan mengendalikan biaya biaya operasional. 3. Perusahaan sudah seharusnya meningkatkan modal kerjanya, selain untuk meningkatkan tingkat likuiditasnya juga dapat lebih mengembangkan usahanya. 4. Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya, bahwa disarankan untuk menambah variabel X lain yang mempengaruhi likuiditas agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

62

5.3

Keterbatasan Penelitian Meskipun penelitian ini telah dilakukan uji hipotesis, tetapi Peneliti

menyadari

masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan mengenai

penelitian ini, yang mengakibatkan hasil penelitian yang diperoleh mungkin menjadi kurang akurat. Kekurangan dan keterbatasan tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Terbatasnya sampel, karena peneliti hanya mengambil 5 perusahaan industi telekomunikasi selama 5 tahun terakhir yaitu mulai tahun 200720011. 2. Peneliti hanya menghitung rasio perusahaan industri telekomunikasi saja sehingga tidak ada pembanding dari perusahaan industri lain. Oleh karena itu penelitian ini tidak dapat memberikan kesimpulan secara umum.

Walaupun demikian peneliti berharap penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian di bidang akuntansi khususnya mengenai Hubungan modal kerja dengan Likuiditas.

63

Lampiran 1. Output SPSS

Model Summary Adjusted R Model 1 R .443a R Square .196 Square Std. Error of the Estimate .161 ,773154

a. Predictors: (Constant), modal kerja

ANOVAb Sum of Model 1 Regression Residual Total Squares 3.354 13.749 17.102 Df 1 23 24 Mean Square 3.354 .598 F 5.610 Sig. .027a

a. Predictors: (Constant), modal kerja b. Dependent Variable: likuiditas

64

Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) modal kerja B 1.17 0,0000001 Std. Error .207 .000 .443 Coefficients Beta t 5.639 2.369 Sig. .000 .027

a. Dependent Variable: likuiditas

Lampiran 2. Tabel Distribusi t-student (t) untuk uji dua fihak (two tail test) 0,20 0,10 0,05 untuk uji satu fihak (one tail test) 0,10 0,05 0,025 3,078 6,314 12,703 1,886 2,920 4,303 1,638 2,353 3,182 1,533 2,132 2,776 1,486 2,015 2,571 1,440 1,943 2,447 1,415 1,895 2,365 1,397 1,860 2,306 1,383 1,833 2,262 1,372 1,812 2,228 1,368 1,796 2,201 1,356 1,782 2,178 1,350 1,771 2,160

0,50 Dk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0,25 1,000 0,816 0,765 0,741 0,727 0,718 0,711 0,706 0,703 0,700 0,697 0,695 0,692

0,02 0,01 31,821 6,965 4,541 3,747 3,365 3,143 2,998 2,896 2,821 2,764 2,718 2,681 2,650

0,01 0,005 63,657 9,925 5,841 4,604 4,032 3,707 3,499 3,355 3,250 3,165 3,106 3,055 3,012

65

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 40 60 120

0,691 0,690 0,689 0,688 0,688 0,687 0,687 0,686 0,686 0,685 0,685 0,684 0,684 0,684 0,683 0,683 0,683 0,681 0,679 0,677 0,674

1,345 1,341 1,337 1,333 1,330 1,328 1,325 1,323 1,321 1,319 1,318 1,316 1,315 1,314 1,313 1,311 1,310 1,303 1,296 1,289 1,282

1,761 1,753 1,746 1,740 1,743 1,729 1,725 1,721 1,717 1,714 1,711 1,708 1,705 1,703 1,701 1,699 1,697 1,684 1,671 1,658 1,645

2,145 2,132 2,120 2,110 2,101 2,093 2,086 2,080 2,074 2,069 2,064 2,060 2,056 2,052 2,048 2,045 2,042 2,021 2,000 1,980 1,960

2,624 2,623 2,583 2,567 2,552 2,539 2,528 2,518 2,508 2,500 2,492 2,485 2,479 2,473 2,467 2,462 2,457 2,423 2,390 2,358 2,326

2,977 2,947 2,921 2,898 2,878 2,861 2,845 2,831 2,819 2,807 2,797 2,787 2,779 2,771 2,763 2,756 2,750 2,704 2,660 2,617 2,576

66

HUBUNGAN MODAL KERJA DENGAN LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2011

DISUSUN OLEH : IMAM HADI WIBOWO 111170480

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA JAKARTA 2012

67

DAFTAR ISI

Halaman BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1 1.1. Masalah Penelitian.................................................................................. 1 1.1.1. Latar belakang masalah.................................................................. 1 1.1.2. Perumusan masalah pokok............................................................. 3 1.1.3. Pertanyaan penelitian..................................................................... 3 1.2. Kerangka Teori........................................................................................ 3 1.2.1. Identifikasi variabel-variabel penelitian ........................................ 3 I.2.2. Hipotesis penelitian......................................................................... 4 I.3. Tujuan dan manfaat Penelitian .............................................................. 4 1.3.1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4 1.3.2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5 BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................ 6 2.1. Review Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................................................................................... 6 2.2. Deskripsi Teoritis .................................................................................................................................... 7 2.2.1. Pengertian modal kerja ............................................................... 7 2.2.2. Jenis-jenis modal kerja ............................................................... 11 2.2.3. Sumber-sumber modal kerja ......................................................................................................................... 12 2.3.3.1. Penggunaan modal kerja ......................................................................................................................... 12 2.2.4. Penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja

68

......................................................................................................................... 14 2.2.5. Pengertian likuiditas ......................................................................................................................... 15 2.2.6. Rasio-rasio likuiditas ......................................................................................................................... 16 2.2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas ......................................................................................................................... 18 2.2.8. Hubungan antara modal kerja dengan tingkat likuiditas ......................................................................................................................... 20

BAB III PROSEDUR PENELITIAN..................................................................... 22 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................................................................... 22 3.2. Strategi dan Metode Penelitian .................................................................................................................................... 22 3.2.1. Strategi penelitian .................................................................................................................................... 22 3.2.2. Metode penelitian .................................................................................................................................... 22 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................................................................... 23 3.3.1. Populasi penelitian .................................................................................................................................... 23

69

3.3.2. Sampel penelitian .................................................................................................................................... 23 3.4. Unit-unit Analisis Penelitian................................................................... 24 3.4.1. Unit analisis data .................................................................................................................................... 24 3.4.2. Desain penelitian .................................................................................................................................... 24 3.5. Metoda Pengumpulan Data .................................................................................................................................... 25 3.6. Metode Analisis Data .................................................................................................................................... 25 3.6.1. Rencana pengolahan data .................................................................................................................................... 25 3.6.2. Rencana penyajian data .................................................................................................................................... 25 3.6.3. Rencana analisis data .................................................................................................................................... 25

You might also like