You are on page 1of 37

Asuhan Keperawatan lengkap ilham kendari

Anak Kendari juga bisa, ayo dukung kami

Home

Google Yahoo 1 bukak rumusan nomo... Leaving Facebook... ... Prediksi Togel Singa... Togelista Singapore ... search-results.com Allgameshome - web s... Ask Search Facemoods - web sear...
6,496
www.e-referrer.com

[3238] [1099] [673] [415] [349] [337] [137] [99] [85] [64]

Guest 0f The 03.08.2011

Vote??? Link Terkait

Nursing Child Family Helath MESOTHELIOMA Exercise When Pregnant Good for Heart Baby MESOTHELIOMA STUDY: GENES MESOTHELIN ROLE IN CANCER FORMATION MESOTHELIOMA | THE VACCINE PROVED SAFE MESOTHELIOMA Tips Diets

ILo ILaszh Slayer's

Buat Lencana Anda

PENYAKIT-PENYAKIT YANG DIALAMI IBU HAMIL PADA MASA ANTERNATAL


Jumat, April 09, 2010 | Diposkan oleh Ilham Amk, Ns, CH

PENYAKIT-PENYAKIT YANG DIALAMI IBU HAMIL PADA MASA ANTERNATAL A. PADA KEHAMILAN MUDA (TRIMESTER PERTAMA) Beberapa penyebab yang terjadi pada usia kehamilan tiga bulan pertama : 1. Abortus (keguguran), beberapa tahapan keguguran : Keguguran adalah salah satu hal yang paling banyak dikahawatirkan dan ditakutkan oleh para ibu hamil. Bayangan akan hadirnya buah hati, lucunya bayi mungil sirna sudah ketika keguguran menghampiri. Ditambah lagi oleh rasa sakit, stress, dan bahkan trauma menghantui para ibu hamil yang mengalami keguguran. Oleh karena itu, mari kita ketahui mengenai apa itu keguguran, apa penyebabnya dan bagaimana tanda-tanda dari keguguran ini. Agar dengan diketahui mengenai seluk beluk keguguran, diharapkan keguguran dapat terhindarkan. Keguguran diartikan sebagai keluarnya janin atau persalinan prematur sebelum mampu untuk hidup. Resiko keguguran memiliki persentase sebesar 15% 40% dari ibu hamil, dan 60-75% keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 3 bulan. Namun jumlah kejadian atau resiko keguguran akan menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan. Penyebab Terjadinya Keguguran Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keguguran adalah: Adanya kelainan pada janin yang disebabkan kelainan kromosom, yang terjadi saat berlangsungnya proses pembuahan. Akibatnya, embrio yang terbentuk cacat dan dikeluarkan tubuh. Adanya kelainan pada ibu, seperti kelainan pada sisterm hormonal (bisa hormon prolaktin yang terlalu tinggi atau progesteron yang terlalu rendah), sistem kekebalan tubuh, infeksi menahun, dan penyakit berat yang diderita si ibu hamil. Adanya kelainan pada rahim. Kelainan yang paling umum terjadi adalah adanya miom (tumor jaringan otot) yang dapat mengganggu pertumbuhan embrio. kelainan lain yaitu rahim terlalu lemah sehingga tidak mampu menahan berat janin yang sedang berkembang. Kehamilan dalam rahim yang terlalu lemah biasanya hanya mampu bertahan hingga akhir trimester pertama. Penyebab lain adalah infeksi, seperti terkena virus TORCH, HIV, Hepatitis dll.

Keguguran juga dapat diakibatkan oleh gaya hidup. Wanita yang cenderung merokok, mengkonsumsi minuman keras, obesitas atau berat badan kurang dapat memiliki gangguan hormon yang berakibat gangguan kehamilan. Tanda-Tanda Keguguran Sebelum keguguran benar-benar terjadi, biasanya ada beberapa tanda yang menunjukkan adanya sesuatu yang tidak betul pada proses kehamilan. Tanda-tanda terjadinya keguguran yaitu: Perdarahan Perdarahan adalah tanda yang paling umum. Perdarahan yang terjadi bisa hanya berupa bercakbercak yang berlangsung lama sampai perdarahan hebat. Kadang-kadang terdapat bagian jaringan yang robek yang ikut keluar bersamaan dengan darah. Misalnya, bagian dari jaringan dinding rahim yang terkoyak atau kantung ketuban yang robek. Kram atau Kejang Perut Tanda ini rasanya mirip seperti kram perut pada awal datang bulan. Biasana kram ini berlangsung berulang-ulang dalam periode waktu yang lama. Kram atau kejang juga dapat terjadi di daerah panggul Nyeri Pada Bagian Bawah Perut Rasa nyeri pada bagian bawah perut terjadi dalam waktu cukup lama. Selain di sekitar perut, rasa sakit juga dapat terjadi di bagian bawah panggul, selangkangan, dan daerah alat kelamin. Nyeri ini terjadi dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah muncul gejala perdarahan. a. Abortus iminens Terjadinya perdarahan dari rahim pada tahap awal dimana mudigah (embrio) masih utuh dalam rahim. Pada tahap ini umumnya perdarahan hanya sedikit atau agak banyak namun tidak disertai mules. Pada abortus iminens ini harus dipastikan apakah janin masih dapat berkembang atau tidak. Caranya dengan melakukan pemeriksaan USG berulang kali. Sebagian kasus abortus iminens ini masih dapat dipertahankan kehamilannya. b. Abortus insipiens Pada tahap ini embrio masih utuh dalam rahim, namun sudah terjadi pembukaan dalam rahim. Biasanya muncul perdarahan lebih banyak dan timbul rasa mules. c. Abortus inkomplit Pada tahap ini sudah terjadi pengeluaran hasil konsepsi, namun masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Umumnya perdarahan yang terjadi sangat banyak sampai bisa menimbulkan shock. d. Abortus komplitus Pada tahap ini semua hasil konsepsi sudah keluar dari rahim. Perdarahan berkurang menjadi lebih sedikit dan mulut rahim sudah menutup kembali. wanita yang mengalami abortus harus menjalani kuretase untuk membersihkan sisa-sisa perdarahan di dalam rahim. Penatalaksanaan : Kuretase Infus NaCI / RL Paska kuretase : Metil ergometrin 31 tab dan antibiotika Observasi perdarahan. Abortus . Secara sederhana bisa disebut Aborsi tak lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran buah kehamilan tetapi tidak komplit, masih da sebagian janin yang tertinggal di rahim ibu dan harus di lakukan kuretase. Abortus inkomplitus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan abortus ini dapat banyak sekali, sehingga dapat menyebabkan perdarahan banyak dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan. Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi,serviks terbuka, sebagian jaringan keluar. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau RL dan selekas mungkin ditransfusi darah Setelah syok teratasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg IM

Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal,lakukan pengeluaran plasenta secara manual Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi Abortus Komplitus. Yang satu ini Abosi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah lengkap, sudah seluruhnya keluar. Abortus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit,ostium uteri sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3-5 hari Bila pasien anemia berikan hematinik Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi Anjurkan pasien untuk diet tinggi protein,vitamin dan mineral 2. Hamil anggur (mola hidatidosa) Adalah kehamilan yang tidak normal dimana pada perkembangannya bagian janin atau plasenta berubah sifat menjadi tumor yang berbentuk keguguran. Dan wanita yang mengalaminya harus dikuret Penanganan Pd wanita usia lanjut atau yg sdh tidak ingin punya anak : histerektomi Pd wanita yg masih ingin punya anak: - pengeluaran dg kerokan isapan (sunction curettage) disertai infuse oksitosin - Setelah itu kerokan dg kuret tumpul - 7-10 hr kemudian kerokan ulangan dengan kuret tajam (memastikan uterus benar- benar kosong dan memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas untuk antisipasi keganasan) Sebelum mola dikeluarkan sebaiknya dilakukan rontgen paru paru untuk mengetahui adanya metastase 3. Kehamilan diluar kandungan Adalah kehamilan yang hasil konsepsi atau pembuahannya terletak diluar rongga rahim, misalnya terjadi di saluran telur (tuba), ovarium atau rongga perut. Hal ini menimbulkan perdarahan dalam perut dan dapat menimbulkan shock. 1.GEJALA 1. Nyeri Nyeri panggul atau abdomen hampir selalu terdapat. o Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ; terlokalisir atau menyebar. o Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada atau tidaknya perdarahan intra-abdominal. 2. Perdarahan Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan ) terjadi pada 75% kasus yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua. 3. Amenorea Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE mengeluhkan adanya spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir tidak ada. 4. Sinkope Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3 sampai kasus KET. 5. Desidual cast 5 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan desidual cast yang sangat menyerupai hasil konsepsi. 2.TANDA 1. Ketegangan abdomen o Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80% kasus kehamilan ektopik terganggu o Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus kehamilan ektopik. 2. Masa adneksa Masa unilateral pada adneksa dapat diraba pada sampai kasus KE. Kadang-kadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi (hematocele)

3. Perubahan pada uterus Terdapat perubahan-perubahan yang umumnya terjadi pada kehamilan normal. Penatalaksanaan Ekspektasi lain menyebutkan bahwa kadar dan diameter massa ektopik tidak melebihi 3.0 cm. Dikatakan bahwa penatalaksanaan ekspektasi ini efektif pada 47-82% kehamilan tuba.keadaan-keadaan berikut: 1) kehamilan ektopik dengan kadar menurun, 2) kehamilan tuba, 3) tidak ada perdarahan intraabdominal atau ruptur, dan 4) diameter massa ektopik tidak melebihi 3.5 cm. Sumber -hCG awal harus kurang dari 1000 mIU/mL, itu, tidak semua pasien dengan kehamilan ektopik dapat menjalani penatalaksanaan seperti ini. Penatalaksanaan ekspektasi dibatasi pada hCG yangpasien dengan kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar Pada penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan kadar -hCG yang stabil atau cenderung turun diobservasi ketat. Oleh sebabPenatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% -hCG. Penatalaksanaan Medis Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis harus memiliki syarat-syarat berikut ini: keadaan hemodinamik yang stabil, bebas nyeri perut bawah, tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan bebas dalam rongga abdomen dan kavum Douglas, harus teratur menjalani terapi, harus menggunakan kontrasepsi yang efektif selama 3-4 bulan pascaterapi, tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta, sedang tidak menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin yang koeksis, memiliki fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal, serta tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate. Berikut ini akan dibahas beberapa metode terminasi kehamilan ektopik secara medis. Methotrexate memantau keberhasilan terapi, pemeriksaan hari-hari pertama setelah dimulainya pemberian methotrexate, 65-75% pasien akan mengalami nyeri abdomen yang diakibatkan pemisahan hasil konsepsi dari tempat implantasinya (separation pain), dan hematoma yang meregangkan dinding tuba. Nyeri ini dapat diatasi denganlain bahwa hanya kadar -hCG serial dibutuhkan. Padadisebutkan dalam literatur antara lain kadar aktivitas jantung janin, ukuran massa hasil konsepsi dan ada/tidaknya cairan bebas dalam rongga peritoneum. Namun disebutkan dalam sumber -hCG-lah yang bermakna secara statistik. UntukMethotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik, methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut. Seperti halnya dengan penatalaksanaan medis untuk kehamilan ektopik pada umumnya, kandidat-kandidat untuk terapi methotrexate harus stabil secara hemodinamis dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal. Harus diketahui pula bahwa terapi methotrexate maupun medis secara umum mempunyai angka kegagalan sebesar 5-10%, dan angka kegagalan meningkat pada usia gestasi di atas 6 minggu atau bila massa hasil konsepsi berdiameter lebih dari 4 cm. Pasien harus diinformasikan bahwa bila terjadi kegagalan terapi medis, pengulangan terapi diperlukan, dan pasien harus dipersiapkan untuk kemungkinan menjalani pembedahan. Selain itu, tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu harus selalu diwaspadai. Bila hal tersebut terjadi, pasien harus sesegera mungkin menjalani pembedahan. Senggama dan konsumsi asam folat juga dilarang. Tentunya methotrexate menyebabkan beberapa efek samping yang harus diantisipasi, antara lain gangguan fungsi hepar, stomatitis, gastroenteritis dan depresi sumsum tulang. Beberapa prediktor keberhasilan terapi dengan methotrexate yang -hCG, progesteron, Setelah terapi berhasil, kadar minggunya hingga kadarnya di bawah 5 mIU/mL.nonsteroidal. setelah pemberian methotrexate. Pada hari-hari pertama pula massa hasil konsepsi akan tampak membesar pada pencitraan ultrasonografi akibat edema dan hematoma, sehingga jangan dianggap sebagai kegagalan terapi. -hCG masih perlu diawasi setiapanalgetik -hCG umumnya tidak terdeteksi lagi dalam 14-21 hari

Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis multipel. Dosis tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis multipel yang diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular), dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate dosis multipel tampaknya memberikan efek negatif pada patensi tuba dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate dapat pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil konsepsi. Terapi methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu. Actinomycin Neary dan Rose melaporkan bahwa pemberian actinomycin intravena selama 5 hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada pasien-pasien dengan kegagalan terapi methotrexate sebelumnya. Larutan Glukosa Hiperosmolar Injeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi juga merupakan alternatif terapi medis kehamilan tuba yang belum terganggu. Yeko dan kawan-kawan melaporkan keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar dalam menterminasi kehamilan tuba. Namun pada umumnya injeksi methotrexate tetap lebih unggul. Selain itu, angka kegagalan dengan terapi injeksi larutan glukosa tersebut cukup tinggi, sehingga alternatif ini jarang digunakan. Penatalaksanaan Bedah Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin. Pada dasarnya ada 2 macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu pembedahan konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan pembedahan radikal, di mana salpingektomi dilakukan. Pembedahan konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan salpingotomi. Selain itu, macam-macam pembedahan tersebut di atas dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila pasien jatuh ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan per laparoskopi. Salpingostomi Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk kehamilan tuba yang belum terganggu. Sebuah penelitian di Israel membandingkan salpingostomi per laparoskopi dengan injeksi methotrexate per laparoskopi. Durasi pembedahan pada grup salpingostomi lebih lama daripada durasi pembedahan pada grup methotrexate, namun grup salpingostomi menjalani masa rawat inap yang lebih singkat dan insidens aktivitas trofoblastik persisten pada grup ini lebih rendah. Meskipun demikian angka keberhasilan terminasi kehamilan tuba dan angka kehamilan intrauterine setelah kehamilan tuba pada kedua grup tidak berbeda secara bermakna. Salpingotomi Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi. Salpingektomi

Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun yang sudah terganggu, dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini: 1) kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu), 2) pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif, 3) terjadi kegagalan sterilisasi, 4) telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya, 5) pasien meminta dilakukan sterilisasi, 6) perdarahan berlanjut pascasalpingotomi, 7) kehamilan tuba berulang, 8) kehamilan heterotopik, dan 9) massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah sempit. Pada kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula histerektomi untuk menghentikan perdarahan masif yang terjadi. Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem, digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi. Arteria tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan. Tuba yang direseksi dipisahkan dari mesosalping. Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan di bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan. B.PADA TENGAH KEHAMILAN KEDUA (TRIMESTER KEDUA) 1. Plasenta previa Kehamilan dimana letak palsenta berada di bawah menutupi jalan lahir, sehingga bila terjadi kontraksi akan menimbulkan perdarahan. Bila pada kasus plasenta previa perdarahan yang terjadi tidak terlalu banyak, ibu hamil dapat dirawat. Peluang kehamilan berlanjut sampai usia kehamilan cukup bulan masih terbuka. Tetapi bila perdarahan banyak sekali, terpaksa harus dilakukan operasi caesar dengan konsekuensi bayi lahir prematur. 2. Penyakit atau kelainan mulut rahim Misalnya pada polip serviks, atau mungkin menderita kanker serviks, padahal kehamilannya sendiri dalam kondisi normal. C. PADA KEHAMILAN TUA (TRIMESTER KETIGA) Solusi plasenta : Adalah terlepasnya sebagian plasenta sebelum bayi lahir, penyebabnya terutama bila pasien menderita hipertensi, preeklamsia, kekurangan asam folat atau terjadi trauma (benturan). Bila kasus perdarahan solusi plasenta bayi masih hidup, harus segera dilakukan operasi caesar. Tapi bila bayi telah meninggal maka akan dicoba lahir dengan persalinan normal dengan pengawasan medis yang ketat. Alergi Dan Penyakit Kulit Alergi bisa muncul dalam bentuk gatal-gatal, bersin-bersin, sampai asma. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem imunitas atau kekebalan tubuh. Kehamilan membuat kekebalan tubuh ibu menurun. Belum lagi adanya perubahan kadar hormon progesteron yang akan mempermudah munculnya alergi. Ada juga beberapa penyakit kulit yang muncul saat ibu hamil. Salah satunya peurigo gestationalis. Gejalanya berupa beruntusan dan gatal-gatal pada seluruh tubuh. Keluhan ini biasanya muncul di trimester kedua atau ketiga. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah menghindari alergen atau zat-zat pemicu alergi. "Kalau ibu alergi debu atau udara dingin, contohnya, ya sebaiknya menjauhlah dari sumber tersebut. Selain itu, makanlah makanan yang rendah lemak, tapi tinggi karbohidrat dan protein."

Seandainya dengan upaya di atas, alergi tetap saja muncul, sebaiknya ibu hamil segera berkonsultasi pada dokter kandungan. "Saat kehamilan muda, konsumsi obat yang diminum harus betul-betul selektif. Kalaupun ibu hamil harus minum obat, dokter akan memastikan obat tersebut aman untuk janinnya, selain itu, kebersihan tubuh harus dijaga. Jangan sampai, karena gatal, ibu terus menggaruk kulitnya sampai luka yang memungkinkan kuman ataupun bakteri lain masuk. Saluran Pernafasan Penyakit yang juga sering muncul pada kehamilan adalah penyakit-penyakit yang ada hubungannya dengan saluran pernapasan, di antaranya pneumonia, tuberkulosis dan influensa. Penyebabnya, dengan makin besarnya kandungan, diafragma atau sekat rongga dada pun kian tertekan ke atas. Akibatnya, ruang paru-paru jadi lebih sempit, sehingga oksigen yang masuk ke paru-paru makin sedikit pula. Sebagai kompensasinya, napas pun jadi semakin cepat yang membuat ibu hamil gampang tersengal-sengal." Aspek lain yang juga menjadi penyebab munculnya penyakit saluran pernapasan adalah meningkatnya hormon progesteron. Peningkatan hormon ini menyebabkan otot-otot pernapasan menjadi kendur. Padahal, untuk bisa menyediakan oksigen dalam jumlah yang sama atau malah lebih selama hamil mau tidak mau otot-otot itu dipacu bekerja lebih cepat. Melemahnya daya tahan tubuh ibu maupun perubahan volume darah juga membuat ibu hamil lebih mudah terkena infeksi dibanding kondisi tidak hamil. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan antara lain dengan menerapkan pola hidup sehat, terutama asupan makanan bergizi, cukup istirahat, dan teratur melakukan olahraga ringan. Saluran Pencernaan Saluran pencernaan juga bisa terganggu selama kehamilan. Di antaranya adalah hipersalivasi atau produksi air liur berlebihan akibat pengaruh hormon estrogen. Gangguan yang menyangkut organ lambung juga sering muncul pada ibu hamil, biasa disebut dengan sakit maag atau gastritis. Akibat rasa mual yang ditimbulkan, ibu hamil biasanya jadi malas makan yang justru akan meningkatkan produksi asam lambung. Cara pencegahannya tak lain adalah dengan makan teratur. Kalau tidak berselera makan makanan berat, cobalah untuk memakan makanan ringan. Yang penting perut tidak kosong dan selalu diisi. Gangguan lain yang juga muncul, terutama di kehamilan tua, adalah bertambah besarnya janin yang kemudian mendesak usus halus. Dalam istilah kedokteran disebut ileus yang akan menyebabkan ibu hamil mengalami mualmuntah secara berlebihan, gangguan buang air besar, dan perut kembung seperti kolik. Bila muncul gejala ini, ibu hamil harus segera berkonsultasi pada dokter kandungannya secara intensif, mengingat hal tersebut tak bisa dicegah. Diabetes Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.

Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Patofiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya. Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan Pengelolaan medis Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu. 1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips. 2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik. 3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa. 4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah. 5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB. 6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari: Kalori basal 25 kal/kgBB ideal Kalori kegiatan jasmani 10-30% Kalori untuk kehamilan 300 kalor Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai. Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai. Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk : Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6% Mencegah episode hipoglikemia Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal. Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali. Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg). Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan

terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin. Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI. Preeklamsia Preeklamsia adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah meningkat, tubuh Anda menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin. Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH). Penyebab pasti terjadinya kasus preeklamsia tidak diketahui. Berikut daftar ibu hamil yang memiliki resiko tinggi mengalami preeklamsia: Baru pertama kali hamil. Ibu hamil yang ibunya atau saudara perempuannya pernah mengalami preeklamsia. Ibu hamil dengan kehamilan kembar; ibu hamil usia remaja; dan ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun. Ibu hamil yang sebelum kehamilannya memiliki penyakit darah tingg i atau penyakit ginjal. Gejala-gejalanya: Preeklamsia ringan: Tekanan darah yang tinggi, retensi air, protein dalam urin Preeklamsia berat: sakit kepala, pandangan kabur, tidak dapat melihat cahaya yang terang, kelelahan, mual/muntah, sedikit buang air kecil (BAK), sakit di perut bagian kanan atas, napas pendek dan cenderung mudah cedera. Segera hubungi dokter bila Anda mengalami pandangan kabur, sakit kepala yang parah, sakit di bagian perut, dan/atau jarang sekali BAK. Cara mengetahui bila mengidap preeklamsia: Pada pemeriksaan sebelum kelahiran dokter akan memeriksa tekanan darah, jumlah urin dan mungkin meminta Anda untuk menjalani tes darah yang bisa menunjukkan bila Anda mengidap preeklamsia. Dokter juga dapat melakukan beberapa tes, termasuk diantaranya: pemeriksaan ginjal, fungsi pembekuan darah, pemeriksaan dengan USG untuk melihat pertumbuhan janin, dan pemindaian dengan alat Doppler untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta. Pengobatannya: Pengobatan yang dilakukan tergantung pada seberapa dekat tanggal perkiraan kelahiran. Bila Anda sudah dekat dengan tanggal perkiraan kelahiran, dan bayi Anda sudah dianggap sudah cukup berkembang, maka dokter akan menyarankan untuk mengeluarkan bayi Anda sesegera mungkin. Bila Anda mengidap preeklamsia sedang dan bayi Anda belum berkembang secara penuh, dokter mungkin akan merekomendasikan agar Anda melakukan hal-hal berikut ini: Istirahat, berbaring pada sisi kiri tubuh agar janin tidak menindih urat darah. Sering melakukan pemeriksaan sebelum kelahiran Mengurangi makan garam. Minum 8 gelas air per hari Bila Anda mengidap preeklamsia berat, dokter akan mengobatinya dengan memberikan obatobat untuk menekan tekanan darah sampai perkembangan bayi Anda cukup untuk dapat dilahirkan dengan selamat.

Komplikasi pada Vagina yang Mungkin Terjadi Setelah Persalinan

Saat Bayi Lahir Tidak Sempurna, Mungkinkah Ini Penyebabnya?

Jakarta, Angka kematian ibu hamil di Indonesia masih dikatakan cukup tinggi dan belum mengalami perbaikan selama beberapa tahun terakhir. Tak ayal, kondisi ini memicu pertanyaan mengenai apa saja yang menjadi penyebab sulitnya menekan angka kematian ibu melahirkan. Salah satu penyakit yang banyak memicu kematian ibu hamil di Indonesia adalah komplikasi persalinan. Karena bidan hanya diperbolehkan menangani persalinan normal, maka persalinan tak normal harus dirujuk ke dokter spesialis. Bahkan jika kasusnya parah, harus mendapat penanganan serius. "Kompetensi bidan itu menangani persalinan normal. Sedangkan pada ibu hamil, ada bekas operasi saja itu sudah dianggap bukan persalinan normal dan tidak boleh ditangani bidan. Sebab jika nanti ada kesalahan dan terlambat ditangani bisa berbahaya. Pengenalan faktor risiko itu yang diharapkan ada pada bidan," kata dr Ali Sungkar, SpOG, dari divisi fetomaternal RSCM saat diwawancarai dalam acara Workshop Nasional Pelayanan Kebidanan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan RI, Selasa (15/5/2012). Bayi yang dilahirkan tidak secara normal harus ditangani dokter sebab risikonya bisa memburuk menjadi perdarahan, kejang, dan lain-lain. Menurut dr Ali, penyebab kematian ibu di Indonesia sampai saat ini tidak beranjak dari 3 hal, yaitu kematian karena perdarahan, infeksi dan preeklampsia. 1. Perdarahan Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang berbahaya dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Penyebabnya bisa karena ari-arinya tertinggal atau menutup jalan lahir. 2. Infeksi kehamilan Infeksi bisa disebabkan oleh ketuban pecah lalu terjadi infeksi yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya 3.Preeklampsia Preeklampsia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dan diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Ibu hamil juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan.

Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, ibu hamil juga mengalami kejang-kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan. Menurut dr Ali, penyebab lain kematian ibu melahirkan memang ada banyak, tapi persentasenya tidak sebesar 3 faktor di atas. "Bidan itu menangani 80% kasus persalinan yang normal. 20% sisanya bisa disebabkan oleh kelahiran yang tidak normal, misalnya ari-ari menutupi jalan lahir, bayinya melintang atau sungsang dan ada penyakit. Itu juga bisa menyebabkan risiko pada keselamatan ibu dan bayi," pungkas dr Ali.

penyakit yang diderita ibu selama kehamilan


PENYAKIT YANG DI DERITA IBU SELAMA KEHAMILAN PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU YANG BERMASALAH A. BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN HEPATITIS B
Indonesia masih merupakan negara endemis tinggi untuk Hepatitis B, di dalam populasi, angka prevalensi berkisar 7-10%. Pada ibu hamil yang menderita Hepatitis B, transmisi vertikal dari ibu ke bayinya sangat mungkin terjadi, apalagi dengan hasil pemeriksaan darah HbsAg positif untuk jangka waktu 6 bulan, atau tetap positif selama kehamilan dan pada saat proses persalinan, maka resiko mendapat infeksi hepatitis kronis pada bayinya sebesar 80 sampai 95%. Perlu adanya komunikasi aktip antara ibu, dengan dokter kandungan, dokter anak, atau dengan bidan penolong agar memanajemen terhadap BBL dapat segera dimulai. Definisi / Batasan Operasional (1,2,3,4,5,6) Kriteria ibu mengidap atau menderita hepatitis B kronik : 1. Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan dan tetap positif selama masa kehamilan dan melahirkan. (1,3,4) 2. Bila status HbsAg positif tidak disertai dengan peningkatan SGOT/PT maka, status ibu adalah pengidap hepatitis B.(1,5) 3. Bila disertai dengan peningkatan SGOT/PT pada lebih dari kali pemeriksaan dengan interval pemeriksaan @ 2-3 bulan, maka status ibu adalah penderita hepatitis B kronik.(5) 4. Status HbsAg positif tersebut dapat disertai dengan atau tanpa HBeAg positif.(1,5)

PENGELOLAAN BAYI BARU LAHIR DENGAN IBU HEPATITIS B Penanganan secara multidisipliner antara dokter spesialis penyakit dalam, spesialis kebidanan & kandungan dan spesialis anak. Satu minggu sebelum taksiran partus, dokter spesialis anak mengusahakan vaksin hepatitis B rekombinan dan imunoglobulin hepatitis B. Pada saat partus, dokter spesialis anak ikut mendampingi, apabila ibu hamil ingin persalinan diltolong bidan, hendaknya bidan diberitahukan masalah ibu tersebut, agar bidan dapat juga memberikan imunisasi yang diperlukan. Ibu yang menderita hepatitis akut atau test serologis HBsAg positif, dapat menularkan hepatitis B pada bayinya : Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera setelah lahir, seyogyanya dalam 12 jam sesudah lahir disusul dosis ke-2, dan ke-3 sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis. Bila tersedia pada saat yang sama beri Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU IM (0,5 ml) disuntikkan pada paha yang lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah lahir (sebaiknya dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir). Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B, maka bila orang tua tidak mempunyai biaya, dilandaskan pada beberapa penelitian, pembelian HBIg tersebut tidak dipaksakan. Dengan catatan, imunisai aktif hepatitis B tetap diberikan secepatnya. Yakinkan ibu untuk tetap menyusui dengan ASI, apabila vaksin diatas sudah diberikan (Rekomendasi CDC), tapi apabila ada luka pada puting susu dan ibu mengalami Hepatitis Akut, sebaiknya tidak diberikan ASI.

Tatalaksana khusus sesudah periode perinatal : a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HbaAg berkala pada usia 7 bulan (satu bulan setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga) 1, 3, 5 tahun dan selanjutnya setiap 1 tahun. (7,9) 1) Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan ulang anti HBs dan HBsAg pada usia 1, 3, 5 dan 10 tahun. (7,9) 2) Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis vaksinasi dan satu bulan kemudian diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5 tahun seperti pada butir a. (8,9) 3) Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif, bayi dinyatakan sebagai non responders dan memerlukan pemeriksaan lanjutan yang tidak akan dibahas pada makalah ini karena terlalu teknis. (10) 4) Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan pemeriksaan HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif, dianggap sebagai hepatitis kronis dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG hati, alfa feto protein, dan HBsAg, idealnya disertai dengan pemeriksaan HBV-DNA setiap 1-2 tahun. (1,4,5) b. Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan SGOT/PT setiap 2-3 bulan. Bila SGOT/P meningkat pada lebih dari 2 kali pemeriksaan dengan interval waktu 2-3 bulan, pertimbangkan terapi anti virus

Tatalaksana umum

Pemantauan tumbuh-kembang, gizi, serta pemberian imunisasi, dilakukan sebagaimana halnya dengan pemantauan terhadap bayi normal lainnya. Pada HCV sebaiknya tidak memberikan ASI karena 20 % ibu dengan Hepatitis C ditemukan Virus dalam kolostrumnya. Pada penelitian Kumal dan Shahul, ditemukan infeksi HCV pada bayi yang tidak mengandung HCV RNA padahal bayi-bayi tersebut mendapat ASI eksklusif dari Ibu dengan HCV.

B. BAYI LAHIR DARIIBU DENGAN TUBERKULOSIS


Pada ibu yang menderita Tuberkulosis aktif, penularan dapat terjadi sebelum bayi lahir melalui plasenta, atau menghirup amnion yang tercemar, atau melalui pernapasan setelah bayi lahir. Ibu perlu berterus terang pada dokter atau bidan dalam hal ini, karena sehubungan dengan pemberian vaksin BCG dan peningkatan morbiditas dan mortalitas, dapat menimbulkan abortus dan kematian bayi. Tuberkulosis kongenital amat sangat jarang, dapat terjadi apabila terjadi infeksi aktif pada placenta. Yang sangat tinggi resiko terjadi TB bayi adalah pada saat proses persalinan dan segera sesudah lahir. Kematian TBC kongenital yang tidak diobati adalah 38% dan yang diobati 22%, dengan gejala distres nafas, lethargi, panas, pembesaran kelenjar getah bening, hepatosplenomegali. Bila selama hamil ibu mendapat terapi Streptomycin atau Kanamycin, waspada terjadinya gangguan pendengaran pada bayi. Bila menderita Tuberkulosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 2 bulan sebelum melahirkan, atau didiagnosis TBC setelah melahirkan : (7) Jangan diberi vaksin BCG saat setelah lahir; Beri profilaksis Isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali sehari secara oral; Pada umur 8 minggu lakukan evaluasi kembali, catat berat badan dan lakukan pemeriksaan tes Mantoux dan radiologi bila memungkinkan : bila ditemukan kecurigaan TBC aktif, mulai berikan pengobatan anti TBC lengkap (sesuaikan dengan program pengobatan TBC pada bayi dan anak dan kirim ke pusat pelayanan kesehatan setempat); bila bayi baik dan dan hasil tes negatif, lanjutkan pencegahan dengan isoniazid selama waktu 6 bulan. Tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu setelah pengobatan selesai. Bila vaksin BCG sudah terlanjur diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu setelah pengobatan INH selesai. Yakinkan ibu bahwa ASI tetap boleh diberikan. Lakukan tindak lanjut terhadap bayinya tiap 2 minggu untuk menilai kenaikan berat bayi. Obat yang diminum ibunya seperti INH, Rifampisin, Ethambutol, aman untuk Breast Feeding. Tapi pemberian PAS pada ibu, hati hati karena efek pada bayinya.

C.

BAYI

LAHIR

DARI

IBU DENGAN DIABETES


(7,8)

MELLITUS

Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus, berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada 3 hari pertama setelah lahir, walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik. Ibu dengan DM mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM., dan sering mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan. Bayi dengan ibu DM mengalami Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia,Macrosomia pada bayi yang dilahirkan, dan dapat berakibat kesulitan lahir. Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres nafas, malas minum, jitteriness, mudah terangsang, sampai kejang. KADAR GLUKOSE DARAH RENDAH (HIPOGLIKEMIA) Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dL (2,6 mmol/L)

MASALAH a. Glukose darah kurang 25 mg/dL (1,1 mmol/L) atau terdapat tanda Hipoglikemi. b. Glukose darah 25 mg/dL (1,1 mmol/L) _ 45 mg/dL (2,6 mmol/L) tanpa tanda Hipoglikemia.

PENGELOLAAN HIPOGLIKEMIA a. Glukose darah kurang 25 mg/dL (1,1 mmol/L) atau terdapat tanda hipoglikemi Pasang jalur IV jika belum terpasang. Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV bolus pelan dalam lima menit. Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan larutan glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama Infus glukose 10% sesuai kebutuhan rumatan. Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga jam : - Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mg/dL (1,1 mmol/L), ulangi

Jika Anda sakit dalam masa kehamilan, tentunya akan timbul 2 pertanyaan di benak Anda: Apakah penyakit yang menyerang saya akan berpengaruh terhadap janin? Dan apakah obat yang saya minum juga berdampak pada janin? Sebagian penyakit yang diderita ibu hamil, bila ditangani dengan baik, tidak akan berdampak buruk pada janin. Dan sebagian obat-obatan yang dikonsumsi saat sakit juga tidak menimbulkan efek negatif pada janin. Meski demikian, tentunya Anda tidak boleh sembarangan mengonsumsi obat dan harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Berikut adalah sejumlah keluhan umum saat hamil dan cara penanganannya, seperti yang dijelaskan konsultan ObGyn dr. Kartiwa Hadi Nuryanto, Sp.OG.

Demam
Perlu diketahui, temperatur tubuh wanita yang sedang hamil mengalami peningkatan 1 derajat yang disebabkan oleh hormon-hormon kehamilan dan juga peningkatan metabolisme. Bila Anda merasakan demam yang tinggi, berikut langkah-langkah aman membantu menurunkan suhu tubuh:

Mengenakan pakaian tebal atau berlapis-lapis akan menahan suhu tubuh, sedangkan mengenakan sedikit pakaian akan membuat Anda menggigil dan suhu tubuh semakin meningkat. Kenakan pakaian yang ringan dan longgar yang memungkinkan udara bersirkulasi dengan lancar melalui kulit Anda. Ganti pakaian sesering mungkin jika Anda banyak mengeluarkan keringat. Buka jendela, nyalakan AC, dan bila perlu, keluar dari kamar. Udara yang sejuk dan segar (bukan dingin) akan membantu menurunkan suhu pada tubuh Anda. Perlu diketahui bahwa dengan berkeringat, maka suhu tubuh akan menurun, jadi jangan pernah khawatir karena berkeringat saat demam. Yang jelas, berkeringat akan membuat tubuh Anda kekurangan banyak cairan. Pastikan bahwa asupan air putih terjaga untuk menghindari dehidrasi (saat demam, diperlukan 2 2,5 liter air per hari). Minum air putih akan mengganti cairan yang hilang. Berendam atau mandi dengan air hangat, kemudian biarkan air pada tubuh Anda mengering dengan sendirinya. Menggosok tubuh dengan handuk akan meningkatkan sirkulasi darah pada kulit. Akibatnya, suhu tubuh akan kembali naik. Bila Anda memang perlu mengonsumsi obat, asetaminofen dianggap lebih aman untuk ibu dan bayi, dibandingkan aspirin. Tentu saja bila dikonsumsi dengan dosis tepat dalam jangka waktu selama 2-3 hari.

Flu
Jika Anda terkena flu, maka metode pengobatan yang paling tepat adalah beristirahat dengan cukup, meningkatkan asupan nutrisi, dan minum air dalam jumlah banyak. Kalau sampai Anda memerlukan obatobatan, parasetamol dan suplemen vitamin C adalah pilihan yang aman tanpa perlu resep dokter. Perlu diketahui bahwa flu disebabkan oleh virus, dimana infeksi virus bersifat self -limiting, jadi Anda akan sembuh sendiri selama daya tahan tubuh terjaga optimal.

Pusing
Bila gejala pusing disebabkan oleh pengaruh hormonal, maka Anda tidak perlu mengonsumi obat. Tidur yang cukup dan menghindari stres adalah solusinya. Tetapi jika sakit kepala disebabkan oleh tekanan darah yang rendah, hindari melakukan aktivitas yang banyak mengeluarkan energi. Sementara kalau Anda merasa pusing karena anemia, cara mencegahnya adalah dengan mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti daging, telur, susu, sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Kalau Anda merasa perlu minum obat, parasetamol aman untuk dikonsumsi. Prinsip utama dalam mengatasi pusing adalah selalu mencoba mengatasinya dengan cukup istirahat terlebih dahulu. Apabila keluhan tetap berlanjut, barulah mengonsumsi obat yang telah disebutkan.

Batuk
Jika Anda terkena flu, maka metode pengobatan yang paling tepat adalah beristirahat dengan cukup, meningkatkan asupan nutrisi, dan minum air dalam jumlah banyak. Kalau sampai Anda memerlukan obatobatan, parasetamol dan suplemen vitamin C adalah pilihan yang aman tanpa perlu resep dokter. Perlu diketahui bahwa flu disebabkan oleh virus, dimana infeksi virus bersifat self -limiting, jadi Anda akan sembuh sendiri selama daya tahan tubuh terjaga optimal.

Diare
Untuk menyembuhkan diare secara aman, minumlah obat yang bersifat menyerap racun. Meminum cairan

yang bersifat isotonik juga akan membantu untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Diare non spesifik (biasanya karena iritasi makanan atau minuman) akan sembuh dengan sendirinya, sedangkan diare spesifik (misalnya disentri) memerlukan penanganan khusus. Pastikan menjaga kebersihan tangan setelah BAB untuk menghindari penularan.

Perut Kembung
Perut yang terasa kembung disebabkan oleh adanya gangguan pada gerakan peristaltik usus atau meningkatnya asam lambung. Hal ini bisa diatasi dengan makan sedikit tapi sering. Mengonsumsi cukup serat dan air putih akan menghindari terjadinya konstipasi.

Berikut adalah hal-hal yang harus dan tidak boleh Anda lakukan bila mengonsumsi obat-obatan saat hamil: Konsumsi obat dengan dosis dan jangka waktu sesuai yang disarankan dokter. Bila keluhan atau penyakit belum juga sembuh setelah mengonsumsi obat selama beberapa hari, segera periksa lebih lanjut di dokter. Jangan panik apabila Anda terlanjur mengonsumsi obat yang ternyata tidak aman. Sebenarnya bila hanya dikonsumsi sekali, maka sangat kecil kemungkinannya obat tersebut akan berpengaruh pada janin. Meski sebagian obat-obatan memiliki efek buruk terhadap bayi, namun ibu yang dalam keadaan sakit tidaklah lebih baik. Jadi, lebih baik Anda mengonsumsi obat daripada membiarkan penyakit karena khawatir akan pengaruhnya terhadap bayi. Pertimbangkan baik-baik efek pengonsumsian obat pada bayi, karena liver dan ginjal bayi belum berkembang, sehingga obat tidak tercerna dengan baik. Jika Anda telah mengonsumsi obat-obatan yang telah disetujui dokter, konsultasikan lagi sebelum meminum obat tambahan. Begitu juga ketika dokter Anda memberikan resep untuk obat baru, jangan lupa untuk memberi tahu mengenai obat-obatan yang sedang Anda konsumsi. Apabila Anda sedang hamil muda, terutama di bulan pertama, tidak disarankan untuk mengonsumsi obatobatan saat sakit. Bulan pertama dalam perkembangan organ janin adalah periode yang berisiko tinggi untuk efek dari obat-obatan. Gejala flu yang Anda rasakan bisa jadi sebenarnya berhubungan dengan rasa mual di awal kehamilan. Apa yang sebaiknya Anda lakukan adalah menjaga agar daya tahan tubuh tetap optimal. Bagaimanapun juga, mencegah lebih baik daripada mengobati. Jadi, jaga terus kesehatan Anda dengan menerapkan pola makan sehat dan seimbang serta tidur dengan cukup. Berolahraga secara teratur akan menjaga agar daya tahan tubuh tetap optimal.

4 Penyebab Komplikasi Kehamilan


Penulis : Christina Andhika Setyanti | Kamis, 28 Juni 2012 | 14:59 WIB Dibaca: 6841 Komentar: -

Share:

shutterstock

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan.

TERKAIT: Pernah "Caesar", Bisakah Bersalin Normal? Jangan Abaikan Keputihan pada Kehamilan Mengapa Harus Menjaga Jarak Kehamilan? Hamil, Tak Bisa Makan Nasi dan Minum Susu Ibu Hamil Tak Perlu Minum Susu Khusus Hamil? KOMPAS.com - Hamil dan melahirkan sering dianggap sebagai peristiwa yang menyempurnakan kehidupan perempuan. Namun jika kehamilan Anda mengalami masalah, hal ini tentu belum dapat dianggap sebagai suatu kesempurnaan. Dan, masalah pada kehamilan bisa terjadi pada siapa saja, lho. Menurut Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, SpAK, dokter spesialis anak dan ahli neonatologi dari Brawijaya Women and Children Hospital, setiap proses kehamilan dan persalinan memiliki faktor risiko. "Sekitar 90 persen kehamilan dan persalinan adalah normal, dan 10 persennya berisiko mengalami gangguan," tukas dr Rina, saat talkshow kehamilan beberapa waktu lalu di Jakarta. Senada dengan dr Rina, spesialis kebidanan dan kandungan Dr dr Ali Sungkar, SpOG, juga memaparkan beberapa faktor penyebab yang bisa mempengaruhi tingginya risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan. 1. Riwayat medis dan pembedahan Riwayat medis atau kesehatan yang dimiliki ibu sangat berpengaruh pada janin selama hamil. Beberapa penyakit yang dialami ibu selama hamil seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, asma, kejang, sampai diabetes, akan sangat memengaruhi perkembangan janin selama kehamilan dan proses persalinan. Penyakit-penyakit tersebut akan berpotensi menyebabkan pertumbuhan janin abnormal, prematur, BBLR (berat bayi lahir rendah), sampai kematian. "Penyakit yang paling banyak menyebabkan komplikasi medis kehamilan adalah tekanan darah tinggi. Beberapa obat penurun tekanan darah ternyata bisa menyebabkan kontraindikasi pada kehamilan," jelas Ali. Sedangkan riwayat pembedahan yang berisiko meningkatkan komplikasi kehamilan adalah jika ibu pernah mengalami bedah caesar. Proses pembedahan yang pernah dialami akan berpengaruh pada proses persalinan selanjutnya. Secara umum caesar dibagi menjadi dua jenis, yaitu seksio sesarea klasik, dan seksio sesarea transperitonealis profunda (SCTP). Pada caesar jenis klasik, peluang untuk VABC (vaginal birth

after caesarian, atau melahirkan normal setelah pernah caesar) akan sulit dilakukan. Karena, pada operasi jenis ini dokter membuat sayatan memanjang di badan rahim (korpus uretri) sepanjang 10 cm. Jika VABC dilakukan pada perempuan yang pernah mengalami caesar klasik, ia akan berisiko mengalamiruptura uretri (robek pada dinding rahim). 2. Riwayat obstetri Riwayat obstetri bisa disebut riwayat komplikasi kelahiran. Beberapa masalah yang pernah dialami saat melahirkan, dan berpotensi menimbulkan komplikasi antara lain adanya perbedaan Rh (rhesus) ibu dan janin, Rh sensitif, pernah mengalami perdarahan hebat, dan melahirkan prematur. Selain itu, masalah yang berhubungan dengan plasenta seperti plasenta previa (jalan lahir tertutup plasenta), atau solustio plasentae (seluruh atau sebagian plasenta lepas) yang pernah dialami juga akan memengaruhi proses persalinan dan kehamilan selanjutnya. 3. Riwayat ginekologi Riwayat ginekologi bisa menyebabkan komplikasi dalam kehamilan dan persalinan ibu hamil. Bumil yang pernah memiliki riwayat kasus kehamilan ektopik (kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim), kemungkinan besar akan kembali mengalaminya pada kehamilan selanjutnya. Cedera tuba (cedera pada tuba falopi, atau saluran telur) akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Selain itu, riwayat ginekologi yang memengaruhi terjadinya komplikasi adalah adanya kejadian inkompetensia serviks (ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan kehamilan), dan uterine anomalies (dinding rahim rusak), sehingga meningkatkan risiko keguguran. 4. Umur Usia 35 tahun ke atas merupakan usia rawan untuk hamil. Hamil pada usia ini akan memengaruhi tingginya morbiditas (terjadi penyakit atau komplikasi) dan juga mortalitas (kematian janin). Risiko komplikasi pada ibu hamil akan meningkat drastis karena dipengaruhi faktor kesehatan, obesitas, dan perdarahan sang ibu. Baca juga: Kalau Obesitas, Bisakah Hamil Normal? Waspadai Masuknya Sperma ke Rahim Ibu Hamil Ibu Hamil Tak Perlu Minum Susu Khusus Hamil?

Sabtu 06 Oktober 2012

Penyakit yang Mengintai pada Wanita Hamil


Kehamilan adalah hal yang paling ditunggu para wanita menikah. Namun, kehamilan juga bisa membuat wanita lebih rentan terhadap penyakit. Penting untuk mengetahui apa saja penyakit yang sering terjadi pada wanita hamil, agar Anda bisa waspada. Berikut lima penyakit yang rentan dialami wanita hamil, seperti dilansir dari laman Shine: 1. Diabetes Sebanyak lima persen dari setiap kehamilan yang terjadi, berisiko mengalami diabetes gestasional. Ini adalah kondisi sementara pada ibu hamil, ketika tubuh tidak cukup memproduksi insulin selama kehamilan. 2. Infeksi saluran kencing Wanita hamil memiliki risiko besar menderita infeksi saluran kencing dari minggu ke-6 hingga minggu ke-24. 3. Infeksi jamur Hal ini lebih sering terjadi pada wanita hamil terutama pada trimester kedua. 4. Batu empedu Peningkatan hormon estrogen selama sembilan bulan akan meningkatkan tingkat kolesterol dalam cairan pencernaan atau empedu. Hal ini dapat memicu munculnya batu empedu. 5. Pembekuan darah pada pembuluh darah Risiko pembekuan darah pada pembuluh meningkat selama kehamilan dan enam minggu setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena perubahan pembuluh darah dan darah selama masa kehamilan. Terlepas dari itu, kehamilan tak melulu membuat keluhan kesehatan. Kehamilan juga bisa membuat dua gangguan kesehatan berkurang, yaitu: 1. Maag Bagi wanita yang memiliki maag akut, tidak akan merasakan penyakit tersebut selama masa kehamilan. Hal ini karena perut menghasilkan lebih sedikit asam lambung pada saat hamil. 2. Infeksi organ reproduksi Risiko infeksi pada organ reproduksi akan berkurang setelah selaput lendir yang ada telah disegel pada serviks. Hal ini terjadi pada pertengahan trimester pertama.(vivanews.com)

Keguguran tergolong momok yang menakutkan bagi kaum ibu. Setelah peristiwa
menyedihkan itu, apa sih yang boleh dilakukan dan yang harus dihindari? Karena, terkadang akibat ketidaktahuan kita malah memberikan dampak yang lebih buruk. Keguguran adalah sebuah pengalaman yang tidak mengenakkan. Apalagi bagi kaum ibu yang sudah lumayan lama menunggu kehadiran sang buah hati. Namun, janganlah berlarut-larut tenggelam dalam kesedihan. Cobalah untuk mencari tahu, apa penyebabnya dan apa yang sebaiknya harus dilakukan Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum usianya mencapai 20 minggu atau dimana janin memiliki berat di bawah 500 gram. Menurut dr. Kanadi Sumapraja Sp.OG., ada dua jenis keguguran yakni yang dikenali dan tidak dikenali. Keguguran yang dikenali terjadi pada wanita yang telah mengetahui dan membuktikan dirinya hamil. Sedangkan keguguran yang tidak dikenali, terjadi pada wanita yang belum mengetahui dirinya hamil. Ini dapat terjadi pada wanita yang menstruasinya datang sedikit terlambat. Bisa jadi, si wanita mengira sekadar menstruasi biasa padahal telah terjadi keguguran. Kejadian keguguran yang dikenali, menurut Kanadi, memiliki angka yang lumayan tinggi yakni, satu dari enam wanita yang telah dinyatakan hamil. Bahkan bila digabungkan dengan yang tidak dikenali dapat mencapai 50 persen lebih.

PENYEBAB KEGUGURAN

Penyebab keguguran ada dua yakni kelainan yang berasal dari janin atau ibu sendiri. Bila
berasal dari janin, biasanya karena faktor kelainan kromosom (pembawa sifat di dalam inti sel yang diturunkan dari ayah dan ibu kepada anaknya). Ini dapat berupa kelainan bentuk atau jumlahnya yang tak sesuai.Sedangkan kelainan yang berasal dari ibu umumnya diakibatkan karena kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, minum obatobatan yang dapat membahayakan kandungan, atau terkena pengaruh radiasi serta polusi. Bisa juga akibat kondisi rahim yang kurang baik atau akibat pengaruh kadar hormonal yang kurang baik pada si ibu. Perhatian lebih patut diberikan pada kejadian keguguran berulang. Keguguran berulang, tandas Kanadi, Adalah keguguran sebanyak tiga kali atau lebih secara beruntun. Penyebab terbesar pada keguguran berulang, tambah dokter dari Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI, adalah terjadinya kelainan pada sistem pembekuan darah atau sistem kekebalan tubuh ibu, dan selanjutnya secara berurutan adalah akibat gangguan hormonal, kelainan bentuk rahim, dan kelainan kromosom.

USIA RAWAN KEGUGURAN Menurut Kanadi, ibu harus waspada terhadap usia

rawan keguguran, yaitu di atas 35 tahun. Wanita yang telah mencapai usia itu harus berpikir masak sebelum memutuskan untuk hamil. Kebanyakan penyebabnya adalah masalah kelainan kromosom. Risiko keguguran memang semakin bertambah seiring dengan pertambahan umur. Jadi, wanita yang berusia 35 tahun memiliki risiko keguguran lebih tinggi dibanding wanita yang berusia 30 tahun. Apalagi jika usianya di atas 40 tahun. Selain itu, wanita yang telah mengalami keguguran beruntun sebanyak dua kali akan memiliki peluang keguguran hingga 35 persen pada kehamilan berikutnya. Angka itu semakin bertambah hingga 50 persen pada kehamilan keempat atau pada wanita yang telah mengalami keguguran hingga tiga kali berturut-turut. Jadi, waspadalah sebelum memutuskan kehamilan berikutnya.

Menurut Kanadi, ibu harus waspada terhadap usia rawan keguguran, yaitu di atas 35 tahun. Wanita yang telah mencapai usia itu harus berpikir masak sebelum memutuskan untuk hamil. Kebanyakan penyebabnya adalah masalah kelainan kromosom. Risiko keguguran memang semakin bertambah seiring dengan pertambahan umur. Jadi, wanita yang berusia 35 tahun memiliki risiko keguguran lebih tinggi dibanding wanita yang berusia 30 tahun. Apalagi jika usianya di atas 40 tahun. Selain itu, wanita yang telah mengalami keguguran beruntun sebanyak dua kali akan memiliki peluang keguguran hingga 35 persen pada kehamilan berikutnya. Angka itu semakin bertambah hingga 50 persen pada kehamilan keempat atau pada wanita yang telah mengalami keguguran hingga tiga kali berturut-turut. Jadi, waspadalah sebelum memutuskan kehamilan berikutnya.

PENANGANAN PASCAKEGUGURAN

Berikut beberapa hal yang patut diperhatikan, bila Anda telah mengalami keguguran.
1. Beristirahatlah Istrirahat berguna untuk mengurangi kelelahan fisik dan psikologis setelah dilakukan kuret. Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam rahim. Menurut Kanadi, pemulihan fisik sangat bergantung pada usia kehamilan, atau ada tidaknya komplikasi saat tindakan. Umumnya,jika tidak terjadi komplikasi waktu pemulihannya antara satu hingga dua minggu. Tidak perlu istirahat total di tempat tidur. Istirahat dapat diperpanjang sesuai saran dokter, bila ada gejala infeksi atau pendarahan setelah tindakan kuret. Sebaiknya lakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Diharapkan, peredaran darah akan lancar dan bentuk rahim kembali normal seperti sediakala. Hanya saja, hindari aktivitas yang terlalu banyak membutuhkan tenaga. Namun, bila ibu malas beraktivitas malah dapat memperlama masa pemulihan. 2. Lakukan komunikasi dengan pasangan Komunikasikan dengan pasangan, apa rencana selanjutnya. Jangan tenggelam dalam kesedihan dan menyalahkan diri sendiri, karena belum tentu penyebabnya berasal dari ibu. 3. Merencanakan untuk hamil kembali Para ahli memang merekomendasikan untuk menunggu paling tidak satu kali siklus haid sebelum mencoba untuk hamil kembali. Namun, setelah keguguran kesuburan akan segera datang dalam waktu antara dua hingga empat minggu. Hal ini berbeda dengan wanita yang baru melahirkan dan menyusui, di mana terjadi pengeluaran hormon prolaktin (hormon untuk menyusui) yang dapat menghambat kesuburan. 4. Lakukan pemeriksaan ke dokter Bagi yang merencanakan kehamilan berikut, segera lakukan pemeriksaan ke spesialis kandungan. Terutama, untuk yang telah mengalami keguguran sedikitnya dua kali secara beruntun. Semakin sering terjadi keguguran berulang, maka risiko untuk keguguran pada kehamilan berikutnya cukup tinggi. Umumnya dokter akan melakukan pemeriksaan bentuk rahim, serta mengevaluasi kondisi hormonal dan sistem kekebalan tubuh Anda. Yang tak kalah penting adalah melakukan wawancara demi mengetahui bila ada kelainan kromosom dari keluarga kedua belah pihak. Bila Anda baru sekali mengalami keguguran dan terjadi pada trimester pertama, umumnya penyebabnya adalah kelainan kromosom. Apabila diakibatkan karena kelainan jumlah kromosom, maka Anda tak perlu khawatir, karena kemungkinan untuk berulang tidaklah terlalu besar. Hal ini akibat kesalahan pembagian kromosom selama proses pembelahan sel saat pembuahan terjadi. Namun, apabila ditemukan kelainan bentuk kromosom, maka akan sulit untuk dilakukan perbaikan, sehingga keguguran dapat kembali berulang.

5. Memasang alat kontrasepsi Jika Anda tak ingin cepat-cepat hamil lagi, segera pasang alat kontrasepsi. Bahkan, bila perlu langsung setelah kuret. Alat kontrasepsi dapat langsung dipasang atau diberikan seusai tindakan kuret, tak perlu menunggu hingga masa menstruasi tiba. Alat atau jenis kontrasepsi yang dapat diberikan setelah keguguran adalah Pil KB, KB suntik, susuk atau alat kontrasepsi dalam rahim (spiral). 6. Waspadai demam Bila setelah kuret, ibu demam menggigil, sakit sekitar perut, kram atau sakit punggung, mengalami pendarahan berlebihan atau terdapat pengeluaran cairan dari vagina yang berbau busuk, segeralah kembali ke dokter. Jangan ditunda. Siapa tahu telah terjadi komplikasi. Sumber: http://www.balita-anda.indoglobal.com
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) TOXOPLASMA Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis. Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma. RUBELLA Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah

50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981). Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan. CYTOMEGALOVIRUS (CMV) Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG. HERPES SIMPLEKS TIPE II Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus) Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan. Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat. Panel TORCH Anti Toxoplasma IgG dan IgM Anti Rubella IgG dan IgM Anti CMV IgG dan IgM Anti HSV II IgG dan IgM

PRE EKLAMPSIA & EKLAMPSIA Oleh : dr. Ong Tjandra & dr. John Rambulangi, Sp.OG.

A. Pre Eklampsia Ringan _______________________ Pengertian (1,2,3) __________ Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Patofisiologi (4) _____________ Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai maladaptation syndrome akibat vasospasme general dengan segala akibatnya. Gejala Klinis (4) _____________ Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi : 1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg. 2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2). 3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan. Pemeriksaan dan Diagnosis (4) _________________________ 1. Kehamilan lebih 20 minggu. 2. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit). 3. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai. 4. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++). Penatalaksanaan (2) _______________ Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan : - Banyak istirahat (berbaring tidur / mirring). - Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam. - Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari. - Roborantia - Kunjungan ulang setiap 1 minggu. - Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.(1) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan kriteria 1) 1. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia. 2. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu).

3. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat - Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat. - Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan. Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan : 1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm. b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih. 2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) - Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan. 3. Cara persalinan - Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II. B. Pre Eklampsia Berat ______________________ Pengertian (4) __________ Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Penatalaksanaan (1) _______________ Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi : 1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal. 2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal. Perawatan Aktif Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).(3,4,5) 1. Indikasi (salah satu atau lebih) a. Ibu - Usia kehamilan 37 minggu atau lebih - Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan). b. Janin

- Hasil fetal assesment jelek (NST & USG) - Adanya tanda IUGR c. Laboratorium - Adanya HELLP syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia). Pengobatan Medisinal ____________________ Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu : 1. Segera masuk rumah sakit 2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam.(3) 3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc. 4. Antasida 5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat 7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im. (4) 8. Antihipertensi diberikan bila : a. Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta. (8,9) b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya. c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obatobat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah. d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral. (Syakib Bakri, 1997) 9. Kardiotonika Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D. 10. Lain-lain : - Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata. - Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM. - Antibiotik diberikan atas indikasi.(4) Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari. - Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.

Pemberian Magnesium Sulfat Cara pemberian magnesium sulfat : 1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.(6) 2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.(3) 3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 4,7) - Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit. - Refleks patella positif kuat - Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit. - Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam). 4. MgSO4 dihentikan bila 7) a. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.(3,7) b. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat 7) - Hentikan pemberian magnesium sulfat - Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit. - Berikan oksigen. - Lakukan pernapasan buatan. c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif). Pengobatan Obstetrik _____________________ Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu 1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.(4) 2. Seksio sesaria bila : - Fetal assesment jelek - Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin. - 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria. (1,2)

Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu (1,2) Kala I 1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria. 2. Fase aktif : - Amniotomi saja - Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin). Kala II Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid. Perawatan Konservatif (1,2) _____________________ 1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik. 2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan. 3. Pengobatan obstetri : a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi. b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam. c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan harus diterminasi. d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous. 4. Penderita dipulangkan bila : a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari. b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu). C. Eklampsia ____________ Pengertian (1,2) __________ Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.

Patofisiologi (4) _____________ Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut. Gejala Klinis (4) _____________ - Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinnan atau masa nifas - Tanda-tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria) - Kejang-kejang dan/atau koma - Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ. Pemeriksaan dan diagnosis (4) 1. Berdasarkan gejala klinis di atas 2. Pemeriksaan laboratorium - Adanya protein dalam urin - Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung - Fungsi hematologi / hemostasis. Penatalaksanaan (1,2) _______________ Tujuan pengobatan : 1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang. 2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis 3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin 4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin. Pengobatan Medisinal ____________________ Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital / thiopental 3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan. Perawatan bersama : konsul bagian saraf, penyakit dalam / jantung, mata, anestesi dan anak. Perawatan pada serangan kejang : di kamar isolasi yang cukup terang / ICU Pengobatan Obstetrik (1,2) ____________________ 1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. 2. Bilamana diakhiri, sikap dasar : Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) hemodinamik dan metabolisme ibu. Stabilisasi ibu dicapai dalam 48 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah : - Setelah pemberian obat anti kejang terakhir. - Setelah kejang terakhir - Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir - Penderita mulai sadar (responsif dan orientasi) Terminasi Kehamilan (4) ___________________ 1. Apabila pada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan per vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal.

2. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotomi lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar. 3. Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan : - Penderita belum inpartu - Fase laten - Gawat janin Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan atau kondisi ibu. Daftar Pustaka ______________ 1. Salgas Gestosis POGI. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Ed. 1985. 2. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. 1. Cet. ke-2. Jakarta : Gaya baru. 1994. 1-8. 3. Fields DH. Gestationally Induced Hypertention. In : Barber HRK, Fields DH, Kaufman SA, eds. Quick Deference to Obgyn Procedure. Philadelphia : AB Lippincoti Company. 1990 : 166-173. 4. Abadi A, Sukaputra B. Waspodo D, Djuarsa E, Gumilar E, Uktolsea F, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo, 1994. Laboratorium / UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya. 5. Handaya. Penanganan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia. Dibacakan pada seminar dan lokakarya Penanganan Pre Eklampsia dan Eklampsia Berat. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Januari 1993. 6. Bhalla AK, Dhall 61, Dhall K. A Safer and More Effective Treatment Regimen for Eclampsia. Aust NZ J Obstet Gynecol 1994 : 34; z : 144-148. 7. Sombolinggi A. Pengobatan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia dengan Magnesium Sulfat dan Diazepam pada Beberapa Rumah Sakit Bersalin di Ujung Pandang. Skripsi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Ujung Pandang. 1992. 8. Bakri S. Hipertensi pada Wanita Hamil. Dibacakan pada Simposium Penanganan Pre Eklampsia dan Eklampsia, Ujung Pandang, Desember 1996. 9. Gant NF, Cunningham FG. Basic Gynecology and Obstetrics. Connecticut Appleton and Lange, 1993. 426-431. Update : 22 Januari 2006 Sumber : http://www.geocities.com/klinikobgin/kelainan-kehamilan/preeklampsia-eklampsia.htm Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.
Share this:

StumbleUpon

Plasenta Previa
Pendarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih yang berasal dari plasenta yang implantasinya abnormal. Berdasarkan implantasinya derajat plasenta praevia dibagi atas empat tingkat, yaitu plasenta praevia totalis, plasenta praevia parsialis, plasenta praevia marginalis, dan plasenta letak rendah KRITERIA DIAGNOSIS Anamesis : Terdapat perdarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu, timbul secara spontan tanpa melakukan aktivitas atau akibat trauma abdomen, darah berwarna merah segar, disertai atau tanpa disertai rasa nyeri akibat kontraksi uterus. Perlu juga dicari beberapa faktor predisposisi seperti riwayat solusio plasentae, perokok, hipertensi, multiparitas dan kehamilan ganda. Pemeriksaan Status Obstetrik a. Periksa luar : periksa bagian terbawah janin sudah masuk atau belum masuk pintu atas panggul (PAP), apakah ada kelainan letak atau tidak (lakukan pemeriksaan Leopold bila kehamilan 36 minggu). b. Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina. Darah berwarna merah segar, tampak bekuan darah di vagina. Bila ada pembukaan serviks, dapat dilihat permukaan maternal plasenta. c. Perabaan forniks : hanya dilakukan pada kehamilan di atas 28 minggu dan presentasi kepala. Teraba bantalan lunak antara kepala janin dengan jari pemeriksa, tentukan lokasi bantalan tersebut. Jangan melakukan pemeriksaan ke dalam kanalis servikalis. d. Periksa dalam di atas meja operasi (PDMO) : hanya dilakukan bila akan mengakhiri kehamilan / persalinan. Pasien dan kamar operasi sudah siap bila sewaktu pemeriksaan diputuskan untuk segera melakukan seksio sesarea. DIAGNOSIS BANDING 1. Solusio Plasentae 2. Vasa Praevia 3. Kelainan serviks uteri : servisitis, polip serviks, karsinoma serviks 4. Trauma : ruptura uteri, laserasi vagina, perdarahan pasca senggama 5. Varises vagina pecah PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik operasi yang akan dilakukan. 2. Kardiotokografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan > 28 minggu. 3. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi medis. KONSULTASI Spesialis Anak, Spesialis Anestesi, atau Spesialis lain yang diperlukan dalam penatalaksanaan ibu dan janin. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan plasenta praevia dibagi dua, yaitu ekspektatif (konservatif) dan aktif. Konservatif : dilakukan bila perdarahan sedikit, keadaan ibu dan janin baik, berat janin < 2500 gram atau usia gestasi < 36 minggu. Bila terjadi perdarahan banyak atau gawat janin, dilakukan tindakan aktif. Pemberian tokolitik hanya pada kasus terpilih. Aktif : dilakukan bila TBJ 2500 gram atau usia gestasi 36 minggu. Bila terjadi perdarahan banyak lakukan resusitasi cairan, atasi anemia (transfusi), dan PDMO. Plasenta yang terletak dua sentimeter dari OUI merupakan indikasi kontra persalinan per vaginam(RCOG Evidence Base Level III). Cara persalinan harus berdasarkan

keputusan klinik disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Pada kasus sulit dengan kemungkinan terjadi plasenta akreta, sebaiknya didampingi spesialis obstetri dan ginekologi senior. PERAWATAN RUMAH SAKIT Setiap pasien dengan perdarahan antepartum perlu segera dirawat. PENYULIT Disebabkan oleh Penyakit : Pada ibu : renjatan (syok), gagal ginjal akut (acute tubular necrosis), koagulasi intravaskular diseminata (disseminated intravascular coagulation = DIC), plasenta akreta / inkreta / perkreta, atonia uteri, atau perdarahan pada implantasi plasenta di segmen bawah uterus. Pada Janin : asfiksia, prematuritas, BBLR (berat badan lahir rendah), sindroma gawat nafas (respiratory distress syndrome = RDS). Disebabkan oleh Karena Tindakan / Terapi :Pada Ibu : reaksi transfusi, kelebihan cairan, renjatan, atau infeksi. Pada Janin : asfiksia, infeksi. PERSETUJUAN TINDAK MEDIK Diperlukan secara tertulis saat pasien dirawat di rumah sakit. Terdiri dari persetujuan tertulis terhadap tindak medik dan tindak pembedahan (bila diperlukan pembedahan). Khusus untuk tindakan tubektomi, harus ada ijin tertulis dari suami (tidak boleh diwakilkan). LAMA PERAWATAN Bila pasien akan dilakukan perawatan konservatif, lama perawatan sampai usia kehamilan 36 minggu atau berat janin 2500 gram ditambah perawatan pasca persalinan. Bila ada penyulit, lama perawatan dapat lebih lama lagi. MASA PEMULIHAN Seksio sesarea : 3 bulan Korespondensi Judi Januadi Endjun, Sanny Santana, Febriansyah Darus, Novi Resistantie, St. Finekri A. Abidin RSPAD Gatot Soebroto / Departemen Obstetri dan Ginekologi Divisi Fetometernal Jakarta PUSTAKA 1. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian 1. Cetakan Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1994. 2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Obstetrical Hemorrhage. In : Williams Obstetrics. 21 Ed, McGraw Hill, New York, 619-670, 2001. 3. RSPAD Gatot Soebroto Departemen Obstetri dan Ginekologi. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, 1996. 4. Endjun JJ. Plasenta Praevia. Kuliah FK UPN Veteran/RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, 2001
st

Vasa Praevia
Perdarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu. Vasa previa timbul bila pembuluh darah dari plasenta atau umbilikus berjalan melewati ostium uteri internum. Kasus ini jarang terjadi, angka kejadiannya 1 : 2500 hingga 1 : 3000 persalinan KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis Timbul perdarahan pada kehamilan 20 minggu, berwarna merah segar, timbul tiba-tiba atau pasca koitus, tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus), dan bila banyak dapat terbentuk bekuan darah. Jumlah

darah yang keluar sesuai dengan beratnya keadaan pasien. Tanyakan siklus haid dan hari pertama haid terakhir, apakah sudah pernah di USG, dan apakah ada penyakit sistemik. Pemeriksaan Status Generalis Tanda vital dan keadaan umum pasien. Pemeriksaan Status Obstetrik Periksa Luar : apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP, apakah ada kelainan letak, dan lakukan pemeriksaan Leopold bila kehamilan di atas 36 minggu. Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina. Perabaan Forniks : dilakukan bila kehamilan > 28 minggu, presentasi kepala dan ada kecurigaan plasenta praevia. Bila tidak teraba bantalan plasenta, lakukan periksa dalam. Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan dilakukan partus per vasginam dengan usia kehamilan 36 minggu atau TBJ 2500 gram. DIAGNOSIS BANDING Plasenta praevia, solusio plasenta, kelainan serviks, trauma, varises vagina pecah. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA. 2. Kardiotokografi : kehamilan > 28 minggu. 3. Laboratorium : darah perifer lengkap. KONSULTASI Spesialis Anak dan Spesialis Anestesi PERAWATAN RUMAH SAKIT Setiap pasien dengan perdarahan antepartum perlu segera dirawat. PENYULIT Karena Penyakit. a. Pada Ibu : renjatan, hipotonia atau atonia uteri, infeksi. b. Pada Janin : asfiksia, prematuritas, BBLR, RDS. Karena Tindakan / Terapi. a. Pada Ibu : kelebihan cairan, reaksi transfusi, infeksi. b. Pada Janin : asfiksia, infeksi LAMA PERAWATAN Bila pasien akan dilakukan tindakan konservatif, lama perawatan sampai usia gestasi 36 minggu atau TBJ 2500 gram ditambah perawatan pasca persalinan. Bila ada penyulit, lama perawatan dapat lebih lama lagi. MASA PEMULIHAN Partus per vaginam : 42 hari; seksio sesarea : 3 bulan. KELUARAN Komplikasi : diharapkan minimal atau tidak ada. Kesembuhan : diharapkan sempurna. Author Judi Januadi Endjun, Achmad Mediana Endjun, Jelondra Djoesman, Sanny Santana, Bawono Hasan, Bambang Winarno PUSTAKA 1. POGI Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian I. Cetakan Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1994. 2. RSPAD Gatot Soebroto, Departemen Obstetri dan Ginekologi. Standar Pelayanan Medik Obstetri Ginekologi. Jakarta, 1996.

3. Cunningham et al. Obstetrical Hemorrhage. In : Williams Obstetrics. 21 Ed. New York, 2001. Korespondensi Judi Januadi Endjun, Sanny Santana, Febriansyah Darus, Novi Resistantie, St. Finekri A. Abidin RSPAD Gatot Soebroto / Departemen Obstetri dan Ginekologi Divisi Fetometernal Jakarta

st

Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita hamil. (1) Etiologi asma bronkial : 1. Reaksi imunologi (alergi) dimana IgE meninggi. 2. Faktor genetik. 3. Gabungan antara reaksi imunologi dan genetik. Kriteria diagnostik asma bronkiale : Batuk, sesak, wheezing, hiperventilasi, dispnea, takipnea, ortopnea, ekspirasi memanjang, sianosis, takikardi persisten, penggunaan obat bantu pernapasan, kesukaran bicara, dan pulsus paradoksus. (1,2,5) Indikasi masuk rumah sakit : (1,3) - Asma akut dengan bronkodilator yang tidakk membaik - Takikardi persisten - Dispnea - Hipertensi - Pulsus paradoksus - Sianosis - Hipoksemia (PO2 kurang 70 mmHg) - Hiperkapnia (PCO2 kurang 38 mmHg) - Emfisema subkutan Pemeriksaan penunjang : - Uji faal paru Inform konsen (perlu) Penatalaksanaan : (1,2,3) Prinsipnya tidak berbeda dengan asma lain. Sedapat mungkin menggunakan obat oral sedikit mungkin. Obat yang terpilih yaitu golongan bronkodilator seperti agonis beta-2 inhalar dengan atau steroid. Penatalaksanaan Asma Akut ___________________________ - O2 4-6 liter per menit - Beta-2 agonis : salbutamol 5 ml; feneterool 2,5 mg; terbutalin 10 mg dengan inhalasi nebolisasi dapat diulang setiap 20 menit dalam 1 jam; parenteral, subkutan, intravena. Terbutalin 0,25 mg dalam dekstran 5% pelan-pelan. - Aminofilin bolus intravena 5-6 mg/kgbb. BBila sudah menggunakan aminofilin kurang 12 jam berikan setengah dosis saja. - Kortikosteroid sistemik. Penataksanaan Asma Kronik _________________________ - Desensitasi alergen : teofilin 800-1200 mmg/hr (oral) - Terbutalin 2,5-5 mg

- Prednison 30-60 mg per hari (oral) - Betametrion inhalar 100 mg. Persalinan biasanya dapat berlangsung akan tetapi bila penderita masih dalam serangan dapat diberikan pertolongan tindakan berupa ekstraksi vakum atau forceps. Tindakan seksio sesar atas indikasi asma jarang atau tidak pernah dilakukan. (4) Daftar Pustaka ______________ 1. Mangunnegoro H, DSP, FCCP, Junus F,DSP,Ph.D, Soemanto DKS,DSP. Asma Patogenesis Diagnosis dan Penataklaksanaan. Buku Pegangan Dokter. Jakarta. 1997. 1-52. 2. Brar HS. Bronchial Asthma in Pregnancy. Management of Common Problems in Obstetrics and Gynecology, third edition. Boston : Blackwell Scientific Publications. 1994. 12-19. 3. Gant NF, Cunningham FG. Medical & Surgical Illness Complicating Pregnancy, Basic Gynecology and Obstetrics. First edition. New Jersey : Appleton & Langey. 1993. 447. 4. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Ed. ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 1992. 490-491. 5. Cunningham FG. Mac. Donald DC, Gant NF. Obstetri Williams. ed. ke-18. Dallas. 1989. Alih bahasa : Suyono J, Andry H, Cetakan I. Jakarta : EGC. 1995. 965. Update : 21 Februari 2006 Sumber : Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.
About

Asma bronchial
Insiden asma dalam kehamilan adalah sekitar 0,5-1 % dari seluruh kehamilan. Serangan asma biasanya timbul pada usia kehamilan 24-36 minggu, jarang pada akhir kehamilan. Frekuensi dan beratnya serangan akan mempengaruhi hipoksia pada ibu dan janin. Penegakan diagnosis serupa dengan asma diluar kehamilan. Komplikasi asma dalam kehamilan : - Keguguran - Persalinan prematur - Pertumbuhan janin terhambat. Penatalaksanaan asma dalam kehamilan : 1. Menghindari faktor pencetus, seperti : - Infeksi saluran napas atas - Alergen - Udara dingin - Psikis. 2. Menggunakan obat

- Obat lokal (seperti aminofilin) atau kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. - Obat antiasma umumnya tidak berpengaruh negatif terhadap janin, kecuali adrenalin. - Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat mengganggu oksigenisasi pada janin tersebut. - Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus. 3. Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu : - Memberikan cairan intravena - Mengencerkan cairan sekresi di paru - Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO2, PCO2) sehingga tercapai PO2 lebih 60 mmHg dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal. - Cek fungsi paru - Cek janin - Memberikan obat kortikosteroid. 4. Menangani status asmatikus dengan gagal napas - Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelah pengobatan intensif selama 30-60 menit. - Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi. 5. Mengupayakan persalinan - Persalinan spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan. - Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam serangan. - Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan. - Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran. - Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah morfin atau analgesik epidural. - Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostaglandin E2 karena dapat menyebabkan bronkospasme. 6. Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu - Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan mengalami gangguan pencernaan, gelisah dan gangguan tidur. - Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam air susu sangat kecil. Update : 29 Januari 2006 Sumber : Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/asma-bronkial/ sumber

You might also like