You are on page 1of 3

Proses Terjadinya Pengenceran dan Pemekatan Urine A.

Proses Terjadinya Pengenceran Urin Di pengaruhi oleh ADH (anti duretik hormon) dan aldosteron. ADH dan aldosteron menyebabkan meningkatnya permeabilitas tubulus sehingga akan meningkatkan reabsorsi air. Hal ini akan menyebabkan volume urin menurun.Apabila ADH jumlahnya menurun, maka reabsorsi air menurun akibatnya jumlah urin meningkat. Hal-hal yang menyebabkan ADH naik.: 1) Maningkatkan asmolalitas plasma 2) Penurunan volume dan tekanan darah Hal-hal yang menyebabkan ADH turun: 1) Penurunan asmolalitas plasma 2) Peningkatan volume dan tekanan darah Ini diatur oleh sistem autoregulasi ginjal, yaitu melalui tubuloglomerular feedback pada jukstaglomerolus terutama pada makula densa di tubulus distal yang menimbulkan vasokonstriksi dan vasodilatasi kapiler afferen dan efferen, yang akan mempertahankan laju filtrasi tetap normal pada MAP antara 70 - 160 mmHg. Namun perubahan tekanan darah akan menyebabkan produksi urin yang meningkat walaupun laju filtrasi tetap normal, karena adanya mekanisme reabsorpsi dan sekresi dari tubulus ginjal.

Mekanisme pemekatan ginjal : Sistem countercurrent Ginjal telah beradaptasi untuk menangani variasi harian konsumsi air dengan membentuk suatu countercurrent. Sistem ini membutuhkan hormon ADH. Sistem ini bekerja di lengkung henle. Sistem ini begantung pada impermeabelitas relatif bagian lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar. Dan sistem ini juga mengandalkan permeabel duktus pengumpul terhadap air. Langkah-langkah counter current : Cairan filtrat di pars asenden.

Sewaktu natrium ditransportasikan ke luar pars asenden, cairan interstisium yang melingkupi lengkung henle menjadi pekat. Air tidak dapat mengikuti natrium keluar pars ascenden. Filtrat yang tersisa secara progresif menjadi encer. Pars desenden lengkung bersifat permeabel terhada air. Air meninggalkan bagian ini dan mengikuti gradien konsentrasi ke dalam ruang interstisium di sekitarnya. Hal ini menyebabkan pemekatan cairan pars desenden. Sewaktu mengalir ke pars asenden, cairan mengalami pengenceran progresif karena natrium dipompa keluar. Hasil akhir adalh pemekatan cairan interstisium di sekitar lengkung henle. Konsentrasi tertinggi terdapat di daerah yang mengelilingi bagian bawah lengkung dan menjadi semakin encer mengikuti pars asenden. Di bagian puncak pars asenden lengkung, cairan tubulus bersifat isotonik (konsentrasinya setara dengan plasma) atau bahkan hipotonik (lebih encer dibandingkan dengan plasma).

B. Proses Terjadinya Pemekatan Urine Apabila permeabilitas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya adalah penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin, urin akan encer. Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormone hipofisis Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel (penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat. (Corwin, 2000).

Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat. (Corwin, 2000). Poliuri adalah volume urin yang berlebihan,biasanya di atas 3 L/hari. Meningkatnya volume urin bisa disertai gejala sering buang air kecil. , nokturia, haus, dan polidipsia. Keluhan utama poliuria harus ditindaklanjuti dengan hati-hati karena bisa disebabkan oleh penyakit serius. Beberapa kelainan bisa menybabkan poliuri,yang paling sering adalah diabetes mellitus dimana kenaikan konsentrasi glukosa memiliki efek diuretik osmotik. Penyebabnya bisa dikelompokkan sebagai berikut : 1. Intake cairan berlebihan,misalnya pada polidipsia primer. Keadaan ini sering berhubungan dengan gangguan psikologis yang menyebabkan pasien minum air secara kompulsif. Walaupun sangat jarang, adanya lesi hipotalamus struktural bisa menyebabkan polidipsia primer. 2. Peningkatan muatan cairan tubular, misalnya ureum pada gagal ginjal kronis atau glukosa akibat hiperglikemia pada diabetes mellitus. 3. Gradien konsentrasi medula yang terganggu akibat penyakit medula ginjal seperti nerokalsinosis, nefropati analgetik, nekrosis papiler ginjal atau penyakit kistik medula. 4. Menurunnya produksi hormon antidiuretik (ADH) (diabetes insipidus) yang bisa terjadi setelah trauma kepalaatau tumor atau infeksi hipotalamus atau hipofisis. Keadaankeadaan tersebut akan menginduksi diabetes insipidus kranial. 5. Keadaan di mana respon tubular terhadap ADH terganggu. Keadaan ini disebut diabetes insipidus nefrogenik dan diantaranya adalah hiperkalsemia,menurunnya

kalium,toksisitas litium dan bentuk insensitivitas ADH turunan yang jarang ditemukan yang diturunkan secra resesif terpaut kromosom X 6. Setelah sembuh dari obstruksi saluran kemih

You might also like