You are on page 1of 5

Subyek dan Obyek Hukum

SUBYEK HUKUM
Pengertian Subyek Hukum
Subyek hukum (rechts subyek) menurut Algra adalah setiap orang mempunyai hak dan kewajiban, yang menimbulkan wewenang hukum (rechtsbevoegheid), sedengkan pengertian wewenag hukum itu sendiri adalah kewenangan untuk menjadi subyek dari hakhak. Subjek hukum ialah suatu pihak yang berdasarkan hukum telah mempunyai hak/kewajiban/kekuasaan tertentu atas sesuatu tertentu. Yang dapat dijadikan sebagai subjek hukum adalah manusia dan badan hukum.

o Manusia
Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah menjadi subyek hukum secara kodrati atau secara alami. Anak-anak serta balita pun sudah dianggap sebagai subyek hukum. Manusia dianggap sebagai hak mulai ia dilahirkan sampai dengan ia meninggal dunia. Bahkan bayi yang masih berada dalam kandungan pun bisa dianggap sebagai subyek hukum bila terdapat urusan atau kepentingan yang menghendakinya. Namun, ada beberapa golongan yang oleh hukum dipandang sebagai subyek hukum yang "tidak cakap" hukum. Maka dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum mereka harus diwakili atau dibantu oleh orang lain. Adapun manusia yang patut menjadi Subjek Hukum adalah Orang yang cakap hukum. Orang yang tidak cakap hukum tidak merupakan Subjek Hukum. Orang yang cakap hukum adalah orang yang mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya dimuka hukum. Perlu diketahui ada 3 kriteria orang yang tidak cakap hukum, yaitu: 1) Orang yang masih dibawah umur (belum berusia 21 tahun dan belum menikah), 2) Orang yang tidak sehat pikirannya/dibawah pengampuan (Curatele), 3) Perempuan dalam pernikahan (sekarang tidak berlaku, berdasarkan SEMA No.3 tahun 1963) Secara yuridisnya ada 2 alasan yang menyebutkan manusia sbg subjek hukum yaitu : 1) Manusia mempunyai hak-hak subyektif 2) Kewenangan hokum Syarat-syarat cakap hukum : 1) Seseorang yang sudah dewasa berumur 21 tahun (Undang Perkawinan No.1/1974 dan KUHPerdata) 2) Seseorang yang berusia dibawah 21 tahun tetapi pernah menikah 3) Sesorang yang sedang tidak menjalani hukum 4) Berjiwa sehat dan berakal sehat Syarat-syarat tidak cakap hukum : 1) Seseorang yang belum dewasa

2) Sakit ingatann urang cerdas 3) Orang yang ditaruh dibawah pengampuan 4) Seseorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata)

o Badan Hukum
Badan Hukum adalah badan/kumpulan manusia yang oleh hukum diberi status sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban. Badan hukum ialah suatu badan usaha yang berdasarkan hukum yang berlaku serta berdasarkan pada kenyataan persyaratan yang telah dipenuhinya telah diakui sebagai badan hukum, yakni badan usaha yang telah dianggap atau digolongkan berkedudukan sebagai subjek hukum sehingga mempunyai kedudukan yang sama dengan orang, meskipun dalam menggunakan hak dan melaksanakan kewajibannya harus dilakukan atau diwakilkan melalui para pengurusnya. Contoh-contoh badan hukum: PT (Perseroan Terbatas), Yayasan, PN (Perusahaan Negara), Perjan (Perusahaan Jawatan), dan sebagainya. Badan hukum mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum : 1) Memilki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya 2) Hak dan kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya Ada 4 teori yang digunakan sbg syarat badan hukum untuk menjadi subjek hukum: 1) Teori Fictie adalah badan hukum itu semata-mata buatan negara saja. 2) Teori Kekayaan Bertujuan adalah hanya manusia saja yang dapat menjadi subjek hukum. 3) Teori Pemilikan adalah hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakikatnya adalah hak kewajiban anggota bersama-sama. 4) Teori Organ adalah suatu jelmaan yang sungguh-sungguh ada dalam pergaulan hukum. Badan hukum terbagi atas 2 macam, yaitu : 1. Badan hukum privat Adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu. 2. Badan hukum public Adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik atau yang menyangkut kepentingan publik atau orang banyak atau Negara umumnya.

OBYEK HUKUM
Pengertian Obyek Hukum
Obyek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Obyek hukum berupa benda atau barang ataupun hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis.

Obyek hukum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Benda Bergerak Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan. Dibedakan menjadi sebagai berikut : Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH Perdata adalah benda yang dapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah sendiri contohnya ternak. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut pasal 511 KUH Perdata adalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil (Uruchtgebruik) atas benda-benda bergerak, hak pakai (Gebruik) atas benda bergerak, dan sahamsaham perseroan terbatas. 2. Benda Tidak Bergerak Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang melekat diatasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan patung. Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat yang dipakai dalam pabrik. Mesin senebar benda bergerak, tetapi yang oleh pemakainya dihubungkan atau dikaitkan pada bergerak yang merupakan benda pokok. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak atas benda-benda yang tidak bergerak misalnya hak memungut hasil atas benda yang tidak dapat bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan hipotik. Akibatnya, dalam hal ini tidak ada yang perlu diatur oleh hukum. Karena itulah akan bendabenda non ekonomi tidak termasuk objek hukum. Misalkan sinar matahari, air hujan, hembusan angin, aliran air di daerah pegunungan yang terus mengalir melalui sungai-sungai atau saluran-saluran air. Untuk memperoleh itu semua kita tidak perlu membayar atau mengeluarkan pengorbanan apapun juga, mengingat jumlahnya yang tak terbatas dan selalu ada. Lain halnya dengan benda-benda ekonomi yang jumlahnya terbatas dan tidak selalu ada, sehingga untuk memperolehnya diperlukan suatu pengorbanan tertentu, umpamanya melalui, pembayaran imbalan, dan sebagainya. Akibat hukum ialah segala akibat.konsekuensi yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek hukum ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan oleh kejadian-kejadian tertentu yang oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum. Akibat hukum inilah yang selanjutnya merupakan sumber lahirnya hak dan kewajiban lebih lanjut bagi subjek-subjek hukum yang bersangkutan. Pentingnya dibedakan karena : - Bezil (kedudukan berkuasa) - Lavering (penyerahan) - Bezwaring (pembebanan)

HAK KEBENDAAN YANG BERSIFAT SEBAGAI PELUNASAN UTANG (HAK JAMINAN)


Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan utang (hak jaminan) adalah hak jaminan yang melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan kepadanya untuk melakukan eksekusi kepada benda melakukan yang dijadikan jaminan, jika debitor melakukan jaminan. Dengan demikian hak jaminan tidak dapat berdiri karena hak jaminan merupakan perjanjian yang bersifat tambahan (accessoir) dari perjanjian pokoknya, yakni perjanjian hutang piutang (perjanjian kredit). Perjanjian hutang piutang dalam KUH Perdata tidak diatur secara terperinci, namun bersirat dalam pasal 1754 KUH Perdata tentang perjanjian pinjaman pengganti yakni dikatakan bahwa bagi mereka yang meminjam harus mengembalikan dengan bentuk dan kualitas yang sama.

Jaminan Umum
Pelunasan hutang dengan jaminan umum didasarkan pada pasal 1131KUH Perdata dan pasal 1132 KUH Perdata.

Dalam hal ini benda yang dapat dijadikan pelunasan jaminan umum apabila telah memenuhi persyaratan antara lain : 1. Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang). 2. Benda tersebut dapat dipindah tangankan haknya kepada pihak lain.

Jaminan Khusus
Bahwa setiap jaminan utang yang bersifat kontraktual, yaitu yang terbit dari perjanjian tertentu, baik yang khusus ditujukan terhadap barang-barang tertentu seperti gadai, hipotik hak tanggungan. Unsur-unsur jaminan : 1. Merupakan jaminan tambahan 2. Diserahkan oleh nasabah debitur kepada bank/kreditur 3. Untuk mendapatkan fasilitas kredit/pembiayaan berdasarkan prinsip syariah Kegunaan jaminan : a. Member hak dan kekuasaan kepada bank/kreditur untuk mendapatkan pelunasan agunan, apabila debitur melakukan cidera janji. b. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usahanya/proyeknya, dengan merugikan diri sendiri c. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya. Syarat-syarat benda jaminan : a. Mempermudah diperolehnya jredit bagi pihak yang memerlukan

b. Tidak melemahkan potensi/kekuatan si pencari kredit untuk melakukan dan meneruskan usahanya c. Memberikan informasi kepada debitur, bahwa barang jaminan setiap waktu dapat di eksekusi, bahkan diuangkan untuk melunasi utang si penerima Manfaat benda jaminan bagi kreditur : 1. Terwujudnya keamanan yang terdapat dalam transaksi dagang yang ditutup 2. Memberikan kepastian hukum bagi kreditur Manfaat benda jaminan bagi debitur adalah untuk memperoleh fasilitas kredit dan tidak khawatir dalam mengembangkan usahanya Penggolongna jaminan berdasarkan objek/bendanya, yaitu : 1. Jaminan dalam bentuk benda bergerak 2. Jaminan dalam bentuk benda tidak bergerak Penggolongan jaminan berdasarkan terjadinya, yaitu : 1. Jaminan yang lahir karena undang-undang 2. Jaminan yang lahir karena perjanjian

Sumber:
http://www.adipedia.com/2011/05/hak-kebendaan-yang-bersifat-sebagai.html http://anitawirastie.blogspot.com/2012/04/hak-kebendaan-yang-bersifat-sebagai.html http://yopipazzo.blogspot.com/2012/06/subyek-hukum-manusia-dan-badan-hukum.html

You might also like