You are on page 1of 42

Ir.Irsal, M.T.

Pertemuan ke-8

Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan
menghitung nilai probabilitas kejadian
melalui:
Permutasi
Kombinasi
Penghitungan probabilitas lainnya

Pokok Bahasan
Terminologi
Penghitungan Titik Sampel
Permutasi
Kombinasi
Penghitungan Probabilitas
Terminologi
Probabilitas
Probabilitas adalah kemungkinan dari suatu
kejadian yang mungkin terjadi.
Probabilitas bernilai 0 sampai 1. ( 0% s/d
100%)
Jika probabilitas bernilai 0, maka kejadian
tersebut tidak akan terjadi atau mustahil
terjadi. Sebaliknya, jika probabilitas bernilai
1, maka kejadian tersebut pasti terjadi.
Terminologi
Percobaan
Percobaan adalah melakukan aktivitas
secara berulang-ulang pada kondisi tertentu.
Misal: percobaan beberapa metode kimia.
Terminologi
Ruang Sampel
Ruang sampel (sample space) adalah himpunan
dari semua kemungkinan yang dapat terjadi
dalam suatu percobaan.
Ruang sampel disimbolkan dengan S.
Misalkan ada keping logam yang dicat hitam
disatu sisi dan dicat putih di sisi lainnya. Apabila
keping logam tersebut dilempar 2 kali, maka
ruang sampel yang terbentuk adalah:
S = {HH, HP, PH, PP}

Percobaan dan Kejadian
Percobaan : pelemparan dua buah dadu bersamaan dan
mencatat angka yang muncul.
Ruang Sampel, S = {(1,1),(1,2), ..,(6,6)}
A = Kejadian munculnya angka yang sama pada
kedua dadu.
A = {(1,1),(2,2),(3,3),(4,4),(5,5),(6,6)}
B = Kejadian munculnya jumlah angka 10 atau lebih
B= {(4,6),(5,5),(5,6),(6,4),(6,5),(6,6)}
C= Kejadian munculnya jumlah angka 2
C= {(1,1)}
D=Kejadian munculnya jumlah angka 13
D= { }
Terminologi
Kejadian
Himpunan bagian dari Ruang Sampel
Titik Sampel
Titik sampel adalah unsur-unsur yang ada
pada ruang sampel.
Misalkan untuk keping logam yang dilempar 2
kali, maka titik sampel yang terbentuk adalah
HH, HP, PH, dan PP.
Terminologi
Irisan
Irisan (interseksi) antara 2 kejadian A dan B
disimbolkan dengan A B, didefinisikan sebagai
himpunan yang anggotanya merupakan anggota
himpunan A DAN anggota himpunan B:
A B = {x | x e A dan x e B}.
A B AB
S
Terminologi
Gabungan
Gabungan (union) antara 2 kejadian A dan B
disimbolkan dengan A B, didefinisikan sebagai
himpunan yang anggotanya merupakan anggota
himpunan A ATAU anggota himpunan B:
A B = {x | x e A atau x e B}.
A
B
AB
S
Terminologi
Komplemen
Komplemen dari kejadian A terhadap S adalah
himpunan anggota S yang bukan merupakan
anggota dari A. Komplemen A disimbolkan
sebagai A, yaitu:
A = {x | x e S dan x e A}
A A
S
Terminologi
Kejadian Terpisah
Dua kejadian A dan B dikatakan sebagai
kejadian terpisah apabila A B =
A B
S
Penghitungan Titik Sampel
Probabilitas dari suatu kejadian dapat dihitung
sebagai berikut:



Apabila titik-titik sampel terletak pada ruang sampel
diskret, maka penghitungan titik-titik sampel
mengikuti teorema sebagai berikut:
1. Kaidah Perkalian
Teorema: Jika suatu operasi dapat diselesaikan dengan n
1

cara, dan masing-masing cara dapat dilakukan dengan n
2
cara,
dan seterusnya hingga deretan ke-k dengan n
k
cara, maka
deretan k dari operasi tersebut dapat diselesaikan dengan
rumus:
N = n
1
x n
2
x ... x n
k
cara
sampel titik banyaknya
kejadian unsur banyaknya
) kejadian ( P =
Penghitungan Titik Sampel
Contoh-1:
Sebuah dadu setiap sisinya masing-masing
ditulisi angka 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
Sebuah percobaan dilakukan dengan cara
melemparkan dadu tersebut sebanyak 3 kali.
Hitunglah banyaknya titik sampel!
Kemungkinan atau banyaknya titik sampel
pada percobaan tersebut adalah N = (6)(6)(6)
= 216.

Penghitungan Titik Sampel
Contoh-2:
Berapa banyak nomor plat kendaraan yang
bisa dibuat untuk daerah Sulawesi Selatan
apabila nomor yang dibuat terdiri dari 4 angka
dan diikuti dengan dua huruf. Ketentuan lain,
angka pertama tidak boleh angka 0 dan huruf
pertama tidak boleh huruf O?
Banyaknya titik sampel yang terjadi adalah N
= (9)(10)(10)(10)(25)(26) = 5.850.000.

Penghitungan Titik Sampel
Contoh-3:
Berapakah banyaknya kemungkinan nomor
mahasiswa teknik informatika UII apabila
nomor yang dibuat diawali dengan 2 angka
menunjukkan tahun, diikuti kode 523, dan
diikuti dengan 3 angka yang mnunjukkan
urutan?
Banyaknya titik sampel yang terjadi adalah N
= (9)(10)(10)(10)(25)(26) = 5.850.000.
2. Permutasi
Permutasi adalah banyaknya urutan
berbeda yang dapat dibentuk dari
sekumpulan unsur-unsur atau kelompok
objek.
Teorema: Banyaknya permutasi dari n
unsur berlainan adalah n! yang dihitung
sebagai berikut: n! = (n)(n-1)(n-2)
.....(3)(2)(1).
Khusus untuk n=0, maka 0! = 1.
Permutasi
Contoh:
Berapakah banyaknya permutasi untuk 3
elemen A, B, dan C!
n! = (3)(2)(1) = 6; yaitu ABC, ACB, BAC, BCA,
CAB dan CBA.
Permutasi
Teorema: Banyaknya permutasi dari n
unsur yang berbeda, jika masing-masing
permutasi terdiri-dari r unsur adalah:
)! r n (
! n
Pr n

=
Permutasi
Contoh-1:
Berapakah banyaknya permutasi untuk 2 dari
3 elemen elemen A, B dan C!



Yaitu: AB, AC, BA, CA, BC dan CB.
6 ) 1 )( 2 )( 3 ( ! 3
)! 2 3 (
! 3
P
2 3
= = =

=
Permutasi
Contoh-2:
Susunan pengurus yang terdiri-dari ketua,
wakil, bendahara, dan sekretaris akan dipilih
dari 20 orang personil.
Ada berapa kemungkinan yang akan terjadi?



280 . 116 ) 20 )( 19 )( 18 )( 17 (
! 16
! 20
)! 4 20 (
! 20
P
4 20
= = =

=
Permutasi
Teorema: Jika dari n unsur terdapat n
1

berjenis pertama, n
2
berjenis kedua, dan
seterusnya hingga n
k
berjenis ke-k, maka
banyaknya permutasi yang mungkin
adalah:



) ! n )...( ! n )( ! n (
! n
) n ,..., n , n Pr( n
k 2 1
k 2 1
=
Permutasi
Contoh:
Sebuah permainan anak-anak bertujuan untuk
menyusun kotak berwarna-warni.
Satu paket mainan berisi 10 kotak. Lima kotak
berwarna merah, 3 kotak berwarna hijau, dan
2 kotak berwarna kuning.
Ada berapa kemungkinan susunan yang akan
terjadi?
520 . 2
) ! 2 )( ! 3 )( ! 5 (
! 10
P
) 2 , 3 , 5 ( 10
= =
3. Kombinasi
Kombinasi adalah banyaknya susunan,
tanpa memperhatikan urutannya, yang
mungkin dapat dibentuk dari n unsur jika
masing-masing susunan terdiri-dari r
unsur.
Teorema: Banyaknya kombinasi dari r
unsur yang diambil dari n unsur adalah:
)! r n ( ! r
! n
r
n

=
|
|
.
|

\
|
Kombinasi
Contoh:
Berapakah banyaknya kombinasi untuk 2 dari
3 elemen elemen A, B dan C!




Yaitu AB, AC, dan BC.
3
! 2
! 3
)! 2 3 ( ! 2
! 3
2
3
= =

=
|
|
.
|

\
|
Penghitungan Probabilitas
Probabilitas dari suatu kejadian didefinisikan sebagai
pernyataan numeris tentang kemungkinan terjadinya
kejadian tersebut.
Teorema: Jika suatu ruang sampel terdiri-dari N unsur
dan dalam ruang sampel tersebut ada kejadian A yang
mempunyai x unsur, maka peluang kejadian A adalah:





Probabilitas dari suatu kejadian dapat juga
direpresentasikan dengan bentuk prosentase (0 100%).
1 ) A ( P 0 dengan
N
x
) A ( P s s =
Penghitungan Probabilitas
Penghitungan nilai probabilitas dapat
dilakukan melalui pendekatan objektif
maupun pendekatan subjektif.
Penghitungan probabilitas dengan
pendekatan objektif dilakukan dengan dua
cara.
Pendekatan yang didasarkan pada teori atau
pengetahuan.
Pendekatan yang didasarkan pada percobaan
atau frekuensi relatif. Pendekatan ini didasarkan
pada data hasil percobaan masa lalu.

Penghitungan Probabilitas
Pendekatan subjektif umumnya diperoleh
dari pendapat atau preferensi perorangan
yang didasarkan pada pengalaman,
pengetahuan atau intuisi dari orang
tersebut.
Pendekatan subjektif biasanya dilakukan
manakala pendekatan objektif tidak
mungkin dilakukan.
Penghitungan Probabilitas
Teorema: Jika kejadian A dan B merupakan
dua kejadian sembarang dalam S, maka:
). B A ( P ) B ( P ) A ( P ) B A ( P + =
Penghitungan Probabilitas
Contoh:
Probabilitas mahasiswa lulus matakuliah
Kalkulus adalah 30%.
Probabilitas mahasiswa lulus matakuliah Alpro
adalah 80%.
Jika Probabilitas mahasiswa untuk lulus kedua
matakuliah tersebut adalah 50%, maka
berapakah peluang mahasiswa lulus setidaknya
satu matakuliah Kalkulus atau Alpro?

6 , 0 5 , 0 8 , 0 3 , 0 ) B A ( P = + =
Penghitungan Probabilitas
Teorema: Jika kejadian-kejadian A
1
, A
2
, ...,
A
k
merupakan kejadian-kejadian yang
terpisah, maka:


Probabilitas bersyarat merupakan probabilitas
kejadian A dengan syarat B (B diketahui)
dirumuskan dengan:
) A ( P ) A ( P ) A ( P ) A A A ( P
k 2 1 k 2 1
+ + + =
0 ) B ( P dengan
) B ( P
) B A ( P
) B | A ( P >

=
Penghitungan Probabilitas
Contoh:
Sebuah kotak berisi 10 bola. Lima bola
berwarna merah, 3 bola berwarna kuning, dan 2
bola berwarna hijau.
Apabila diambil satu bola, berapakah
probabilitas bahwa yang terpilih adalah bola
merah atau kuning?

10
8
10
3
10
5
) A A ( P
2 1
= + =
Penghitungan Probabilitas
Contoh:
Pada matakuliah statistika diikuti oleh 80 mahasiswa.
Diketahui 10 mhs mendapatkan nilai A, 20 nilai B, 30
nilai C, 15 nilai D dan sisanya E.
Dari 80 mahasiswa tersebut diketahui 60 orang laki-
laki dan 7 diantaranya mendapat nilai A.
Jika dipilih seorang mahasiswa perempuan,
berapakah probabilitas bahwa mahasiswa tersebut
memiliki nilai A?

15 , 0
20
3
80
20
80
3
) perempuan | nilaiA ( P = =
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=
Penghitungan Probabilitas
Apabila dua kejadian tidak saling
mempengaruhi satu dengan lainnya, maka
kejadian tersebut dinamakan kejadian
saling bebas.
Teorema: Jika kejadian A dan B saling
bebas, maka:
) B ( P ). A ( P ) B A ( P =
) B ( P ) A | B ( P dan ) A ( P ) B | A ( P = =
Penghitungan Probabilitas
Contoh:
Sebuah keping logam dengan permukaan Hitam &
Putih (H & P), dan sebuah kubus berangka 1-6
dilemparkan secara bersama-sama, maka
probabilitas munculnya sisi H pada keping dan
angka 5 pada kubus adalah:





dengan A = kejadian sisi H muncul pada keping, dan
B = kejadian angka 5 muncul pada kubus.
12
1
6
1
2
1
) B A ( P =
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=
2
1
) B | A ( P =
6
1
) A | B ( P =
Penghitungan Probabilitas
Teorema (Probabilitas Marginal):
Jika kejadian-kejadian A
1
, A
2
, ..., A
k
merupakan
bagian dari S, dan B adalah kejadian sembarang
dalam S, maka:
) A ( P ) A | B ( P ) A ( P ) A | B ( P ) A ( P ) A | B ( P
) A B ( P ) A B ( P ) A B ( P ) B ( P
k k 2 2 1 1
k 2 1
+ + + =
+ + =

Penghitungan Probabilitas
Teorema (Teorema Bayes):
Jika kejadian-kejadian A
1
, A
2
, ..., A
k
merupakan bagian
dari S dengan P(A
i
) = 0, i=1,2,...,k; dan B adalah
kejadian sembarang dalam S, maka:

=
=
k
1 i
i i
j j
j
) A ( P ) A | B ( P
) A ( P ) A | B ( P
) B | A ( P
Penghitungan Probabilitas
Contoh:
Nilai matakuliah statistika terbagi atas 5 kategori, yaitu A,
B, C, D, dan E.
Sebanyak 20% mahasiswa yang mengikuti matakuliah
tersebut mendapatkan nilai A, 25% nilai B, 35% nilai C,
15% nilai D, dan sisanya mendapat nilai E.
Mahasiswa yang mendapatkan nilai A, 80% diantaranya
adalah laki-laki. Mahasiswa yang mendapatkan nilai B,
75% diantaranya adalah laki-laki.
Mahasiswa yang mendapatkan nilai C, 90% diantaranya
adalah laki-laki.
Mahasiswa yang mendapatkan nilai D, 60% diantaranya
adalah laki-laki.
Sedangkan mahasiswa yang mendapatkan nilai E, 50%
diantaranya adalah laki-laki.
Penghitungan Probabilitas
Apabila diambil salah satu mahasiswa
secara acak, maka:
Berapakah probabilitas bahwa yang terpilih adalah
mahasiswa laki-laki?
Jika yang terpilih adalah mahasiswa laki-laki, maka
berapakah probabilitas bahwa mahasiswa tersebut
memiliki nilai: A? B? C? D? E?
Berapa probabilitas bahwa yang terpilih adalah
mahasiswa perempuan?
Jika yang terpilih adalah mahasiswa perempuan, maka
berapakah probabilitas bahwa mahasiswa tersebut
memiliki nilai: A? B? C? D? E?

Penghitungan Probabilitas
Probabilitas yang terpilih adalah mahasiswa
laki-laki:
P(L) = P(L|A)P(A) + P(L|B)P(B) + P(L|C)P(C)
+ P(L|D)P(D) + P(L|E)P(E)
= (0,8)(0,20) + (0,75)(0,25) + (0,9)(0,35)
+ (0,6)(0,15) + (0,5)(0,05)
= 0,7775

Penghitungan Probabilitas
Probabilitas yang terpilih adalah mahasiswa
laki-laki bernilai:
A:



B:

206 , 0
7775 , 0
) 2 , 0 )( 8 , 0 (
) L ( P
) A ( P ) A | L ( P
) L | A ( P = = =
241 , 0
7775 , 0
) 25 , 0 )( 75 , 0 (
) L ( P
) B ( P ) B | L ( P
) L | B ( P = = =
Penghitungan Probabilitas
C:



D:



E

405 , 0
7775 , 0
) 35 , 0 )( 9 , 0 (
) L ( P
) C ( P ) C | L ( P
) L | C ( P = = =
116 , 0
7775 , 0
) 15 , 0 )( 6 , 0 (
) L ( P
) D ( P ) D | L ( P
) L | D ( P = = =
032 , 0
7775 , 0
) 05 , 0 )( 5 , 0 (
) L ( P
) E ( P ) E | L ( P
) L | E ( P = = =

You might also like