You are on page 1of 8

METODE PENELITIAN

ANALISIS KADAR LEMAK PADA IKAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN DI ANTURAN, SINGARAJA YANG BERPELUANG SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL

OLEH: I KADEK PUTRA ASTAWA NIM 1103051017

JURUSAN ANALIS KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Salah satu kebutuhan manusia yang paling utama adalah energi. Walaupun menurut fisika energi itu bersifat kekal namun tidak semua bentuk energi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu bentuk energi yang paling populer digunakan oleh manusia adalah energi yang berasal dari fosil seperti minyak bumi dan batu bara (Hendartomo, 2006). Di era globalisasi ini, Banyak hal yang mengakibatkan semakin mahalnya harga minyak bumi walaupun energi yang berasal dari bahan bakar fosil terkesan praktis dan mudah diolah, namun faktanya ketersediaan akan bahan bakar fosil semakin menipis. Motor diesel yang ada saat ini sebagian besar menggunakan bahan bakar dari minyak bumi, yaitu solar atau diesel. Beberapa tahun lalu harga solar di Indonesia terpaut sangat jauh lebih murah dibanding harga bensin, namun dengan perubahan kebijakan pemerintah yang berusaha melepaskan diri dari jerat subsidi, maka harga solarpun melambung tinggi. Hal ini diakibatkan oleh ketahanan energi secara global terancam oleh pemusatan penawaran energi di negara-negara penghasil minyak bumi dengan ketersediaan minyak bumi yang semakin menipis. Selain itu, adanya komitmen internasional untuk mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2) terbesar akibat konsumsi bahan bakar fosil sebagai penyebab pemanasan global dan perubahan iklim saat ini. Oleh sebab itu sewajarnya jika kita mencari bahan bakar alternatif yang dapat digunakan oleh motor diesel. Salah satunya adalah bahan bakar yang dihasilkan dari sumber daya alam yang dikenal dengan biodiesel (Harjanti, 2008). Biodiesel adalah semua bahan bakar yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewan yang merupakan transformasi energi dari matahari menjadi energi kinetik yang paling mudah, bersih dan efisien, dan dapat diperbarui serta memiliki

kesetimbangan energi yang tinggi. Istilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Minyak nabati dan minyak hewani sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan tergantung pada sumber daya utama yang banyak terdapat di suatu tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku biodiesel. Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu 80.791,42 Km. Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang biak pesat di laut adalah ikan . Ikan merupakan biota laut dengan keberadaannya paling banyak baik di permukaan laut maupun di dasar laut yang mempunyai kandungan lemak, protein, EPA, DHA, vitamin E, energi serta karbohidrat yang berbeda di setiap spesiesnya. Di Bali khususnya yang terletak dikawasan Anturan memiliki industri perikanan terluas di daerah singaraja. Selama ini jenis ikan yang ditemukan di daerah anturan adalah ikan tongkol, ikan kerapu, ikan terisi dan ikan baronang. Selain jenis-jenis ikan yang sering ditemukan di daerah tersebut, sebenarnya masih ada jenis ikan yang dapat dimanfaatkan. Jenis ikan ini terutama jenis ikan yang merupakan ikan hasil tangkapan sampingan antara lain ikan kembung, ikan lemuru, ikan selar serta ikan kurisi. Biasanya, ikan tersebut hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang dikonsumsi rutin oleh masyarakat setempat serta ikan yang tidak memiliki nilai jual ( ikan hasil tangkapan sampingan) tidak dimanfaatkan menjadi bahan yang lebih berguna melainkan dibuang begitu saja sehingga nilai jual dari biota laut tersebut (ikan) sangat rendah dan limbahnya (ikan hasil tangkapan sampingan) pun tidak dapat diolah secara maksimal. Melihat kondisi ini maka perlu adanya pengolahan secara optimal dari ikan hasil tangkapan sampingan tersebut untuk diolah sebagai bahan baku biodiesel.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah berapa kadar lemak yang terdapat dalam ikan hasil

tangkapan sampingan di desa Anturan, Singaraja dalam kaitan dengan potensi sebagai bahan biodiesel ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari program penulisan ini adalah untuk menganalisis dan mengidentifikasi kadar lemak yang terdapat dalam ikan hasil tangkapan sampingan di desa Anturan, Singaraja yang berpeluang sebagai bahan biodiesel.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti di bawah ini: a. Memberikan informasi mengenai jenis ikan hasil tangkapan sampingan yang terdapat di desa Anturan, Singaraja yang berpotensi sebagai bahan baku biodiesel. b. Memberikan data kadar kandungan lemak pada ikan hasil tangkapan sampingan di disa Anturan, Singaraja sehingga dapat dijadikan referensi sebagai peluang pembuatan biodiesel.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 BIODIESEL Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan (Prakoso, 2003). Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar, sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan. Apalagi biodiesel memiliki kelebihan dibandingkan dengan solar antara lain bahan bakar yang bersifat ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (bebas sulfur, asap rendah) sesuai dengan isu-isu global, cetana number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak kasar, memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable), merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbaharui dan meningkatkan indepenensi suplai bahan bakar karena dapat diproduuksi secara lokal (Destiana, 2007).

2.2 IKAN Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air laut pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain,

seperti moluska dan krustasea kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta ton. Biasanya ikan diklasifikasikan menjadi ikan tanpa ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Jenis-jenis ikan ini banyak tersebar diperairan laut Indonesia seperti Sumatera, Nusa Tenggara dan Bali. Di Bali khususnya di daerah Anturan sangat terkenal akan ikannya yang melimpah. Di Anturan terdapat jenis ikan banyak digemari dan ada juga ikan yang merupakan hasil tangkapan sampingan. Ika hasil tangkapan sampingan merupaka ikan yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya adlah kualitas ikan yang lebih rendah dibandingkan ikan hasil tangkapan utama. Biasanya, ikan hasil tangkapan sampingan by-catch biasanya memiliki nilai jual yang rendah. Adapun jenis-jenis ikan hasil tangkapan smapingan yang banyak di desa Anturan, yaitu ikan kembung, kurisi, selar, tonkol, dll:

2.3

KANDUNGAN KIMIA PADA IKAN Secara umum, kandungan kimia pada ikan yaitu lemak, protein, EPA,

DHA, vitamin E, energi serta karbohidrat. Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid, yaitu senyawa (ikatan organik) yang terdiri dari unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCL3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut organik non-

polar karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut pelarut tersebut. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi bersifat padat pada suhu kamar, sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah, bersifat cair. Lipid yang padat pada suhu kamar disebut lemak, sedangkan yang cair pada suhu kamar disebut minyak. Kadar lemak kasar dalam ikan laut secara umum adalah 0,2-20% (Herlina, 2002). Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan giserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang. Struktur umum lemak disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur umum lemak (Sumber: Tika,2009) R1, R2, dan R3 merupakan rantai hidrokarbon yang berupa asam lemak dengan jumlah atom C lebih besar dari sepuluh. Senyawa inilah yang akan dikonversi menjadi ester melalui reaksi transesterifikasi. Christie (1982) menyatakan bahwa kandungan lemak ikan bermacammacam tergantung pada jenis ikan, umur dan jumlah daging merah serta kondisi makanan. kandungan air, pada ikan yang kandungan lemaknya rendah umumnya mengandung protein dalam jumlah yang cukup besar. Ikan banyak mengandung asam lemak bebas berantai karbon lebih dari 18. Asam lemak ikan lebih banyak mengandung ikatan rangkap atau asam lemak tak jenuh (PUFA) dari pada mamalia. Lemak ikan dapat diolah menjadi minyak ikan. Hasil tangkapan samping merupakan hasil tangkap yang diperoleh dari tangkapan ikan tetapi bukan sebagai tujuan tangkapan utama. Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan dari sekitar lima juta ton total produksi ikan tangkap di Indonesia, sekitar 35% persennya adalah tangkapan sampingan. Pemanfaatan tangkapan sampingan kurang berkembang di Indonesia. Tangkapan samping di Indonesia

diolah secara sederhana, sehingga memiliki nilai jual yang rendah. Selain itu, kualitas ikan yang sudah tidak baik dibuang begitu saja. Pembuangan hasil tangkapan samping menimbulkan limbah perikanan yang akan memberi dampak pada lingkungan sekitar. Hal ini dapat diatasi dengan penanganan yang tepat dan dapat dimanfaatkan sebagai sebuah produk yang memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga ikan hasil tangkapan sampingan ini dapat diolah menjadi minyak ikan dan berpeluang sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

You might also like