You are on page 1of 10

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No.

4, Juli 2009

MINERALISASI LEAD-ZINC Daerah Riamkusik, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat
Heru Sigit Purwanto Program Pascasarjana Teknik Geologi, FTM, UPN Veteran Yogyakarta

Abstrak Penelitian berada di daerah Riamkusik, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Berdasarkan dari hasil pengamatan, pengukuran dan analisis struktur geologi terdapat satuan batuan yang ada pada daerah penelitian berupa satuan batuan batupasir, satuan batuan breksi dan intrusi andesit. Pola struktur sesar atau patahan yang memotong di daerah penelitian yang umumnya berarah Barat Timur. Struktur geologi tersebut menjadikan koridor proses terjadinya jalur mineralisasi masif sulfida, sedangkan analisa geofisika IP menunjukan adanya jalur dan cebakan masif sulfida (Pb-Zn) pada kedalaman bervariasi antara 10 - 100 meter. Beberapa hasil pemboran pada kedalaman 40 75 meter menunjukkan mineralisasi kuat pada cebakan masif sulfida (galena, magnetit, spalerit, pirit, kalkopirit). Berdasarkan data hasil eksplorasi tersebut menunjukan bahwa daerah telitian prospek untuk ditambang skala kecil. Abstract Research reside in area Riamkusik, Subdistrict Marau, Ketapang Regency, West Borneo Province, Indonesia. Based on from the result of perception, measurement and analyse structure of geology, there are set of rock exist in area of research in the form of set of the sandstone rock, set of rock of brecia and andesite intrution. Structure pattern of fault in research area which Western generally - East. Structure of the Geology make corridor process the happening of massive sulphide mineralisation band, while analysis of geophysics of IP show of band existence and massive sulphide deposit (Pb-Zn) at deepness vary between 10 - 100 m. Some drilling result of show deepness 40 - 75 m there are strong mineralization in massive sulphide deposit (galena, magnetit, sphalerite, pyrite, chalcopyrite). Based on the result data of the exploration that accurate prospect area to be mined by a small scale.

LATAR BELAKANG Penelitian dalam eksplorasi geologi untuk mencari cebakan mineral galena dan unsur penyertanya, dilakukan di daerah Riamkusik, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat. Unsur struktur kekar dan sesar yang dijumpai di daerah telitian, pada umumnya merupakan sesar mendatar geser kanan dengan arah timurlaut baratdaya dan hampir barat timur, sedangkan kekar antara timurlaut-baratdaya dan barat-timur, dan sesar naik dengan arah timurlaut-baratdaya, naik dari arah

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 4, Juli 2009

barat. Bijih (ore) yang mengisi rekahan/kekar-kekar di daerah Riamkusik dan sekitarnya dapat dikelompokkan kedalam urat yang diakibatkan tekanan (compression) dan tarikan (tensional). Urat tensional tidak banyak tersingkap, sedangkan urat kuarsa compressional lebih banyak tersingkap di daerah telitian. Mineralisasi umumnya di temukan kehadiran mineral galena, spalerit, pirit, kalkopirit, magnetit dan hematit. Analisis struktur, geokimia (AAS) dan petrografi dilakukan untuk mengetahui mineralisasi dan alterasi yang hadir di daerah telitian. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan dalam interpretasi geologi lokal, alterasi dan mineralisasi, kemenerusan urat-urat mineralisasi yang mengandung model deposit galena dan cadangan terukur galena, spalerit dan mineral lain yang mengikutinya di daerah Riamkusik dan sekitarnya. Penelitian berdasarkan metode pemetaan permukaan dengan pengukuran detail kedudukan unsur-unsur struktur dan urat-urat mineralisasi, serta pengamatan alterasi dan mineralisasi dengan pengambilan contoh batuan. Pengukuran kedudukan kekar dibedakan kekar kompresi (tekan) dan kekar tension (tarikan) khususnya urat mineralisasi yang berukuran relatif besar dan terdapat mineralisasi diukur kemenerusannya, dengan pembuatan parit (trenching) untuk penentuan kemenerusan mineralisasi, dan penentuan jalur geofisika dan titik pemboran. Analisis struktur untuk menentukan densitas kekar dan arah kedudukan sesar serta arah umum gaya utama maksimum di daerah telitian.

Lokasi penelitian

Foto 1.

Lokasi Penelitian di daerah Riamkusik, kecamatan Riamkusik, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

GEOLOGI Daerah Riamkusik dan sekitarnya dengan morfologi dominan dataran dan perbukitan di beberapa tempat, yang tersusun oleh satuan batuan vulkanik klastik, intrusi batuan beku granit dan batuan beku andesit. Batuan vulkanik klastik yang terdiri dari breksi, batupasir, batulempung, lanau, dengan kedudukan O O O O perlapisan umumnya N210 240 E/50 -60 . Litologi breksi sedikit terdapat di daerah telitian, dan litologi batupasir, batulempung, batulanau dan intrusi andesit mendominasi pada daerah telitian, akan tetapi secara stratigrafi regional

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 4, Juli 2009

termasuk ke dalam satuan batuan vulkanik klastik, satuan batuan breksi dan satuan intrusi andesit termasuk dalam Formasi Batuan Kubu, satuan ini berumur Kapur hingga Paleosen (Rustandi dan de Keyser, 1993). Satuan batuan granit merupakan batuan dasar di daerah telitian, satuan batuan granit secara regional termasuk dalam Formasi Granit Sukadana, berumur antara Kapur awal sampai Kapur Akhir (Haile, drr., 1977). Batupasir, batulempung dan batulanau banyak dijumpai di daerah Riamkusik yang dimasukan dalam satuan batupasir dan breksi di beberapa tempat dimasukan kedalam satuan breksi. Struktur sesar O O mendatar kanan naik berarah N 30 E, sesar mendatar kanan N080 E, dan O O sesar naik N15 20 E di daerah Riambatugading, Riamkusik dan sekitarnya.

Gambar 2.

Stratigrafi daerah telitian Riamkusik dan sekitarnya.

Berdasarkan pengamatan dan data lapangan serta data pengukuran di lokasi, kemudian hasil analisis struktur geologi di Riamkusik dan sekitarnya menunjukkan adanya indikasi terjadinya 2 (dua) kali periode tektonik. Indikasi interpretasi tersebut adalah berdasarkan adanya sesar mendatar mendatar o o kanan naik dengan arah N025 - 030 E, diperkirakan sesar ini merupakan sesar periode pertama dengan arah gaya utama maksimum dari timurlaut baratdaya. o o Sesar mendatar kanan naik dengan arah N080 -085 E baratdaya-timurlaut yang diinterpretasikan munculnya koridor mineralisasi masif sulfida dan merupakan pola sesar periode kedua dengan gaya utama maksimum timurlaut baratdaya. o o o o Lapisan sedimen teralterasi N210 -220 E/45 -50 , lapisan tegak dengan o o o kedudukan N70 -80 E/80 , mengindikasikan sesar naik dari arah barat baratlaut. (Foto 1).

Foto 1. Zona masif sulpida o (galena, pirit dan kalkopirit) N80 o 100 E. (1) Sesar kanan naik o o N80 E, (2) Sesar kanan N30 E.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 4, Juli 2009

Adanya intrusi andesit, menunjukkan pola kemenerusan sesar mendatar ke arah barattimur. Intrusi tersebut diinterpretasikan keluar melalui rekahan dari O sesar mendatar geser kanan yang berarah N80 E. Mineralisasi masif sulfida o mengikuti jalur sesar kanan dengan arah N80 E. Berupa galena, sphalerit, pirit, kalkopirit, bornit, crocoite, stibnit, arsenopirit, magnetit, hematit. Batuan intrusi andesit dikontrol oleh rekahan sesar mendatar, diinterpretasikan merupakan intrusi dari aktivitas vulkanik terakhir di daerah Riamkusik, mengalami alterasi dan mengandung pirit, kalkopirit, galena dan spalerit. Batuan intrusi andesit ini diinterpretasikan menyebabkan alterasi dan mineralisasi terakhir didaerah telitian, yang mengenai batuan vulkanik klastik dan hadirnya urat-urat kuarsa yang mengisi rekahan dengan lebar 0,5 10 cm.

Mineralisasi Lead - Zinc Daerah Riamkusik dan sekitarnya hampir seluruhnya mengalami perubahan batuan dinding (alterasi), yaitu kloritisasi, argilisasi dan silisifikasi. Altersi daerah telitian lebih di dominasi oleh kloritisasi, kemudian argilisasi, dan silisifikasi tidak dominan hanya dijumpai setempat dekat dengan jalur struktur kekar dan sesar. Hasil pengamatan lapangan banyak ditemukan mineral sulfida, yaitu pirit, kalkopirit, galena dan sfalerit pada zona argilik masif sulfida. Kenampakkan alterasi dilapangan masing-masing memperlihatkan dominasi yang berbeda-beda, selanjutnya penentuan alterasi dikelompokan kuat, sedang dan lemah. Zona argilisasi kuat, kloritisasi lemah dengan litologi lempung, o o o merupakan zona breksiasi (sheered) N140 E/40 , arah dip N200 E, kenampakan batuan berwarna putih kekuningan, mineral yang terlihat berupa lempung, kuarsa, serta sering dijumpai urat kuarsa tersisi pirit. (Foto 2). Zona kloritisasi kuat, argilisasi lemah dengan litologi batupasir, merupakan zona sesar mendatar o o kanan N120 E/80 dengan kenampakan hijau keabuan, mineral yang terlihat berupa klorit, kalsit, dan beberapa tempat terlihat epidot, dan terdapat pirit.(Foto 3). Silisifikasi kuat, argilisasi lemah dengan litologi batupasir, berwarna coklat o o o muda keputihan, berupa urat kuarsa dengan mineral adularia N090 -100 E/60 o dengan arah dip N210 E, zona silisifikasi dijumpai terutama di dekat zona atau jalur sesar, dan zona urat-urat kuarsa. (Foto 4). Mineralisasi di daerah telitian biasanya kehadirannya pada zona mineralisasi diantaranya pada jalur struktur dan urat-urat kuarsa, akan tetapi juga dijumpai secara menyebar dan setempat di batuan-batuan teralterasi. Mineral pirit, kalkopirit, hematit, galena dan sphalerit hematit dan magnetit dijumpai di zona silisifikasi dan zona masif sulfida yang mengikuti jalur struktur rekahan o dengan arah barat-timur N080 E dan beberapa jalur urat kuarsa dengan arah o o N085 -120 E. (Foto 5). Pengamatan di lapangan menunjukkan kehadiran mineral galena, o sphalerit, pirit dan sedikit kalkopiri, mengisi rekahan dengan arah N085 E dengan ketebalan 10 cm 30 cm, bentuk mineral secara umum euhedral subhedral, galena dan sphalerit mengelompok, sedangkan pirit dan kalkopirit menyebar.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 4, Juli 2009

Foto 2 Argilisasi kuat, kloritisasi lemah pada LP01/7 dengan litologi lempung, merupakan zona breksiasi o o (sheered) N140 E/40 , arah dip o N200 E.

Foto 3. Kloritisasi kuat, argilisasi lemah pada LP06 dengan litologi batupasir, merupakan zona sesar mendatar kanan o o N120 E/80 .

Foto 4. Silisifikasi kuat, argilisasi lemah pada LB28 dengan litologi batupasir, berupa urat kuarsa o dengan mineral adularia N090 o o o 100 E/60 dengan arah dip N210 E.

Foto 5. Menunjukkan kehadiran mineral galena, sphalerit, pirit dan sedikit kalkopirit, mengisi rekahan dengan arah o N085 E dengan ketebalan 10 cm 30 cm

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 4, Juli 2009

Berdasarkan hasil analisis AAS (Atomic Absorption Spectrofotometri) menunjukkan kadar dari unsur Pb (0,01 84,15%), unsur Zn (0,01 39,44%), unsur Ag (0,01 469 ppm), unsur Cu (0 0,2%) dan unsur Au (0,01 62,27) ppm. (Tabel 1). Unsur Pb tinggi pada di daerah Riamkusik (domain II), unsur Zn tinggi pada yaitu pada daerah Riamkusik (domain II), unsur Au tinggi di yaitu pada daerah Mambang diindikasikan sebagai quartz veint deposite. Pengambilan sampel batuan dilapangan berupa batuan sedimen teralterasi, batuan beku andesit, dan mineral-mineral masif sulfida. Pengambilan sampel dilakukan secara sistematis dengan arah utara selatan, pengamatan sampel batuan secara megaskopik dan mikroskopik. Mineralisasai di daerah telitian merupakan dominanasi dari kehadiran galena, sphalerit, pirit, kalkopirit, dengan assosiasi mineral emas, elektrum, hematit, magnetit, mangan. Kehadiran mineral-mineral bijih terutama galena dan sphalerit sangat dominan dan membentuk suatu pola mengelompok dalam suatu tubuh bijih yang khas. Mineral galena, sphalerit dengan sedikit pirit dan kalkopirit mengisi dan mengikuti rekahan pola struktur didaerah telitian. Mineral galena dan sphalerit yang merupakan ciri dari kehadiran unsur Pb (Timah Hitam) dan unsur Zn (Seng) serta mineral kalkopirit (Cu), elektrum (Ag) dan emas (Au) kehadirannya saling mempengaruhi sesuai dengan kondisi dari P (tekanan), T (Temperatur), ruang dan keasamannya. Berdasarkan hasil analisis unsur dengan AAS (Atomic Absorbsion Spectrometry) dari contohcontoh batuan di beberapa lokasi pengamatan menunjukkan bahwa unsur Pb, Zn, Ag, Cu, dan Au sangat variatif sesuai dengan tempat pengambilan contoh batuannya. Unsur Pb dan Zn secara umum mempunyai pola ( trend) yang menunjukkan saling mempengaruhi atau menunjukkan kesamaan kehadirannya untuk beberapa lokasi contoh batuan, sedangkan unsur Au,Cu dan Ag juga menunjukkan trend yang saling mempengaruhi sesuai dengan lokasi contoh batuannya. Asosiasi mineral di daerah telitian berupa stibnite (Foto 6), pirit, kalkopirit, galena, spalerit, hematit, magnetit tembaga dan emas. Mineral pirit sangat banyak dijumpai, keterdapatan tersebar (disseminated), dan pecah-pecah (fragmental) setempat. Mineral pirit banyak ditemukan di lapangan, dijumpai dalam urat kuarsa dan batuan dinding teralterasi, sering bersama stibnit. kalkopirit dan galena. (Foto 7), Kalkopirit hanya sedikit menampakan pertumbuhan bersama dengan galena, hal ini menunjukan bahwa mineral galena dikawasan telitian kurang berasosiasi dengan tembaga.

Foto 6. Mineral stibnite biasanya hadir bersamaan dengan pirit, mineral ini mencirikan lingkungan mineralisasi bersuhu rendah.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 4, Juli 2009

Foto 7. Mineral pirit dapat hadir sendiri pada batuan alterasi maupun berasosiasi dengan mineral galena dan spalerit.

Mineral spalerit biasanya dijumpai bersama dengan galena dan pirit, kadang bersama kalkopirit. Spalerit menampakan pertumbuhan bersama dengan galena, sehingga dapat sebagai petunjuk keberadaan mineral galena pada suatu urat atau retakan yang termineralisasi. Mineral galena sangat relatif mudah dijumpai di lapangan, baik pada batuan dinding maupun urat kuarsa, biasanya bersama-sama pirit, kalkopirit, dan spalerit, ataupun sendiri mengisi retakan pada urat kuarsa. Keterbatasan galena dalam urat kuarsa sering bersama-sama dengan pirit dan spalerit, sehingga dapat sebagai penunjuk akan tingginya anomali galena dalam urat kuarsa tersebut. Mineral hematit dan magnetit diinterpretasikan tumbuh bersama dengan galena dan spalerit, ini yang menyebabkan secara megaskopik berat jenis mineral masif sulfida sangat tinggi. Emas di kawasan telitian dapat dijumpai pada urat kuarsa berdasarkan analisa AAS. Biasanya emas dijumpai dalam retakan maupun menyebar pada kuarsa dan breksi kuarsa. Emas banyak dijumpai pada kuarsa yang mengisi jalur sesar, bentuknya dapat butiran ataupun belahan halus. (Foto 8).

Foto 8. Pada urat kuarsa kadang dijumpai emas berasosiasi dengan pirit dan kalkopirit.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 4, Juli 2009

Hasil analisis unsur dari contoh batuan yang ada disesuaikan dengan lokasi pengambilannya, dimana dikelompokkan secara domain atau daerah mineralisasinya berdasarkan hasil pemetaan permukaan. Berdasarkan pengelompokan area contoh batuannya maka akan terlihat atau diketahui unsurunsur yang hadir berdasarkan zona mineralisasinya. Analisa AAS ( Atomic Absorption Spectrofotometri) dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan unsur pada contoh batuan pada daerah telitian. Kandungan unsur yang dianalisa adalah unsur Ag, Au, Pb, Cu, dan Zn (lampiran tabel hasil analisa AAS). Lokasi daerah telitian dibagi menjadi 3 daerah domain berdasarkan persentase kandungan unsur.

Tabel 1. Hasil Analisa AAS (Atomic Absorption Spectrofotometri) Domain I Hasil Pengukuran Ag Au (ppm) (ppm) <0,5 <2 ppb 1 <2 ppb 8,18 0,01 38,40 < 0,01 44,86 0,15 69,68 7,11 14,74 18,33 42,48 7,74 24,35 7,74

Sampel LBT4 LBT5 LBT6 LBT8 LBT9 LB02/1 LB04/1 LB06/2 LB07/2

Koordinat 472078,9769522 471351,9769761 471351,9769761 471387,9769562 471319,9769572 471603, 9769496 472824, 9770014 471969, 9769524 472086, 9769546

Pb (%) 15,38 0,05 2,64 42,67 53,15 35,03 0,20 40,1 0,80

Cu (%) 7 ppm 5 ppm < 0,01 0,13 0,17 0,06 0,00 0,06 0,16

Zn (%) 0,03 0,01 2,04 27,58 4,60 11,95 0,07 1,27 15,63

Tabel 2. Hasil Analisa AAS (Atomic Absorption Spectrofotometri) Domain II Hasil Pengukuran Ag Au (ppm) (ppm) 29,45 0,82 3,30 12,66 1,43 3,16 7,81 62,27 0,44 0,63 12,20 65,11 40,01 1,11 43,03 3,32 21,71 4,74 107,84 12,01 60,36 6,64 3,49 0,40 98,41 0,46

Sampel LB01/1 LB01/2 LB02/2 LB03/2 LB04/2 LB05/2 LB08/2 LB09/2 LB10/2 LB01/3 LB02/3 LBT7 LBT10

Koordinat 471603, 9769496 469867, 9769948 469470,9770286 472087, 9773002 472426, 9771510 472831, 9772456 472086, 9769546 471390, 9769580 471323, 9769580 471775, 9769400 471775, 9769400 471364,9769740 471317,9769576

Pb (%) 6,88 0,06 0,16 0,05 0,04 0,02 84,15 72,13 65,21 5,67 30,18 0,08 12,50

Cu (%) 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,60 0,07 0,00 0,20 0,19 0,11 0,08

Zn (%) 12,16 0,03 0,31 0,02 0,04 0,06 0,78 6,82 0,26 39,44 27,98 0,37 24,94

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 4, Juli 2009

Tabel 3. Hasil Analisa AAS (Atomic Absorption Spectrofotometri) Domain III Hasil Pengukuran Ag Au (ppm) (ppm) 58 <0,01 <0,01 <0,01 21 <0,01 9 <0,01 20 <0,01 4 <0,01 <0,01 <0,01 21 <0,01 <0,01 <0,01 1 <0,01 15 <0,01 2 <0,01 11 <0,01

Sampel LB12/8 LB18/8 LB19/8 LB20/8 LB22/8 LB23/8 LB24/8 LB27/8 LB29/8 LB20/8 LB31/9 LB32/9 LB34/9

Koordinat 469960,9770668 470530,9769524 470544,9769559 470643,9769404 470510,9769344 472087,9773002 472420,9771500 471707,9774798 468486,9770674 468498,9770692 468301,9770692 468320,9770726 469153,9770316

Pb% 0,04 0,02 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 0,02 0,02 0,01 ,0,08 0,01 0,01

Cu% <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,02 <0,01 <0,01

Zn% 3,48 0,08 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,08 0,10 0,01 0,04 0,01 0,02

KESIMPULAN 1. Berdasarkan data di lapangan daerah Riamkusik dengan satuan geomorfologi landai, dataran, dan perbukitan terjal, yang terdiri dari satuan batuan batupasir dan breksi dengan intrusi batuan beku andesit serta basement batuan beku granit, dengan struktur yang bekerja berupa sesar o o o o o mendatar kanan naik dengan arah umum N80 -120 E/75 -80 dan N25 o o o o 45 E/75 -80 , dan sesar mendatar dengan arah umum N210 E. 2. Hasil analisis geokimia AAS menunjukan kandungan unsur Ag, Au, Cu, Pb dan Zn. Unsur kandungan Pb Zn sangat tinggi, pada sampel LBT2 Pb = 45,06% dan Zn =16,45%, LBT3 Pb = 31,08% dan Zn = 29,63%, LBT8 Pb = 42,67% dan Zn = 27,58%, LBT9 = 53,15% dan Zn = 4,60%, LBT10 Pb = 12,5 dab Zn = 24,94. Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa daerah Riamkusik merupakan daerah mineralisasi deposit masif sulfida Pb Zn yang tinggi. Daerah pengambilan sampel dibagi menjadi 3 domain, dimana unsur Pb Zn untuk setiap domainnya saling mempengaruhi, sedangkan unsur lainnya mempunyai pola tersendiri. 3. Berdasarkan struktur sesar yang berada pada daerah telitian, diinterpretasikan terdapat dua periode tektonik, yaitu periode tektonik O pertama menghasilkan pola tegasan dengan arah N030 E, dan periode O tektonik kedua dengan arah N080 E, kedua aktivitas tektonik ini menghasilkan sesar mendatar geser kanan naik. Pada periode tektonik kedua mineralisasi deposit masif sulfida terjadi. 4. Hasil penyelidikan data permukaan dan data pemboran mineralisasi deposit masif sulfida berupa pirit, stibnit, kalkopirit, tembaga, galena, spalerit, hematit dan magnetit.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 4, Juli 2009

DAFTAR PUSTAKA Agung Basuki, D.Aditya Sumanagara, D.Sinambela., 1994. The Gunung Pongkor gold-silver deposit, West Java, Indonesia. Journal of Geochemical Exploration 50 (1994) 371- 391. Elsevier Science. Boyle,R.W., 1970. The Soure of Metal and Gangue Elements in Hydrothermal Deposits. International Union Geology Science. A.2. Stuttgart. Craw.D., Windle,S.J and Angus,P.V. 1999. Gold mineralization without quartz veins in a ductile-brittle shear zone, Macraes Mine, Otago Schist, New Zaeland. Mineralium Deposita 34 : 382-394. Davis,B.K and Hippertt, J.F.M. 1998. Relationships between gold concentration and structure in quartz veins from the Hodgkinson Province, Northeastern Australia. Mineralium Deposita 33: 391-405. Heru Sigit Purwanto, Ibrahim Abdullah & Wan Fuad Wan Hassan. 2001. Structural control of gold mineralization in Lubok Mandi area, Peninsular Malaysia. International Geoscience Journal, Special Issue on Rodinia,Gondwana and Asia 4(4) :742-743. Heru Sigit Purwanto. 2004. Structural Control of Gold Mineralization in Jangglengan Wonogiri, Central Java, Indonesia. Proceeding of 32nd International Geological Congress, Florence, Italy, August, 20-28, 2004. Harris, L.1988. Structural control of gold mineralization. Structural Geology Workshop Manual, Australia : Hermitage Holdings Pty,Ltd Judith L.Hanah & Holly J.Stein. 1990. Magmatic and hydrothermal processes in ore-bearing systems. Geological Society of America Journal. Special Paper 246 : 1-10. Korvin, G. (1992), Fractal Models in Earth Sciences, Elsevier Science Publishers.

10

You might also like