You are on page 1of 21

Siti Hardiyanti Adam

G2P1A0, 30 th, UK 41+2 minggu belum menunjukkan tanda-tanda persalinan. Diinduksi dengan misoprostol oral 25mcg per 6 jam. Setelah diberi 1 seri dan di extra 25mcg peroral masih belum menunjukkan tanda-tanda persalinan serta terjadi fetal compromise dan induksi dihentikan lalu dilakukan SC

Induksi persalinan : merangsang uterus untuk memulai terjadinya persalinan. Dari tidak ada tanda-tanda persalinan menjadi ada. Akselerasi persalinan : meningkatkan frekwensi , lama dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan

Indikasi Ibu PE/Eklampsia DM Penyakit ginjal kronik Penyakit paru kronik


Abruptio plasenta

Indikasi Janin Korioamnionitis Pemeriksaan antepartum abnormal IUGR Postterm Isoimunisasi

Indikasi ibu Hipertensi kronik Hipertensi gestasional Diabetes gestasional Faktor logistik (resiko partus presipitatus, jarak dari RS, indikasi psikososial)
Oligohidramnion yang tidak dapat dijelaskan

Indikasi janin KPD Makrosomia janin Kematian janin Riwayat lahir mati sebelumnya Janin dengan suatu kelainan bawaan yang besar

Ibu Herpes genital aktif Kondisi medis kronik yang serius

Janin Malpresentasi Gawat janin

Uteroplasenta: Prolaps tali pusat, plasenta previa, vasa previa, sayatan sesar klasik sebelumnya

Ibu Karsinoma serviks Kelainan bentuk panggul

Janin Makrosomia janin yang berat

Uteroplasenta: Plasenta letak rendah, perdarahan per vaginam yang tidak dapat dijelaskan, presentasi tali pusat, miomektomi yang melibatkan ringga uterus

Merangsang dilatasi dan pendataran serviks Mencapai his 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik

Pemasangan kateter transervikal


Stripping servik

Mengurangi volume air ketuban dengan tujuan merangsang keluarnya his dan mengetahui warna air ketuban Jika air ketuban jernih normal Jika keruh / hijau / mekoneal gawat janin Setelah dilakukan aminitomi segera dilakukan pemeriksaan DJJ Ada kelainan jika DJJ < 100 atau > 160 lakukan tindakan

Jika kelahiran di perkirakan lebih dari 18 jam berikan antibiotik Jika setelah 1 jam tidak terjadi his pro drip oksitosin Pada persalinan dengan masalah sepsis, eklamsia infus oksitosin dilakukan bersamaan dengan amniotomi

Dilakukan penilaian servik ( skor Bishop ) Di berikan oksitosin memulai / meningkatkan his Lakukan observasi ketat menghindari komplikasi bayi / ibu Bila DJJ < 100 atau > 160 gawat janin hentikan drip oksitosin SC Induksi gagal SC

Keberhasilan induksi persalinan bergantung pada score pelvis Bishop score


score Pembukaan servix (cm) Pendataran servix Penurunan kepala (stase) Konsistensi servix Posisi servix 0 tertutup 0-30% -3 Kenyal posterior 1 1-2 40-50% -2 Sedang tengah 2 3-4 60-70% -1 atau 0 Lunak anterior 3 >5 80% 1

Prostaglandin efektif untuk pematangan servik selama induksi persalinan Di tempatkan di fornik posterior Hentikan pemberian prostaglandin dan mulailah drip oksitosin jika : Ketuban pecah Pematangan servik matang Proses persalinan berlangsung Pemakaian prostaglandin telah berlangsung 24 jam

Misoprostol di gunakan untuk pematangan servik pada kasus : PE / Eklamsia servik belum matang Kematian janin > 4 minggu belum inpartu Pemberiannya 25 mcg di fornik posterior bisa di ulang setiap 6 jam Dua kali pemberian tidak ada reaksi naikkan dosis 50 mcg Tidak boleh lebih dari 50mcg atau 4 kali dosis ( 200 mcg) Mempunyai resiko meningkatkan kejadian ruptur uteri

Pemberian misoprostol juga bisa per oral dengan dosis 25mcg per 6 jam. 4x dalam 1 seri.

Drip Oxytocin 5 IU dalam 500ml RL 8tpm tiap 15 menit dinaikkan 4tetes hingga maks 40tpm. Bila HIS belum adequat dilanjut botol kedua 40tpm 10 IU dalm 500ml L Dapat juga menggunakan 5 IU dalam 500ml RL mulai 8 tpm dinaikkan 4 tetes setiap 15 menit hingga maksimal 60tpm. Maksimal 2 flabot

Induksi misoprostol dinyatakan gagal apabila telah diberi 2 seri belum menunjukkan tanda-tanda persalinan atau ada tanda-tanda gawat janin atau komplikasi induksi lainnya. Induksi oxytocin dinyatakan gagal bila 2 flabot habis belum menunjukkan tanda-tanda persalinan atau ada tanda-tanda gawat janin atau komplikasi induksi lainnya.

Pada ibu Kegagalan induksi. Kelelahan ibu dan krisis emosional. Inersia uteri partus lama. Infeksi intrauterine Tetania uteri Resiko atonia uteri post partum

Pada Janin Trauma pada janin oleh tindakan. Prolapsus tali pusat. Infeksi intrapartal pada janin

Pada kasus ini indikasi induksi sudah tepat karena pasien hamil lewat waktu dan belum dalam persalinan tidak ada kontra indikasi baik pada ibu, janin maupun uteroplasenta. Penghentian induksi dan keputusan untuk SC juga sudah tepat karena telah tampak tandatanda gawat janin.

You might also like