Professional Documents
Culture Documents
Oleh : 1. 2.
Pengertian Al-Bai( )
al-Bai`, (bahasa Arab): berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yg lain. Lawan katanya adalah asy-Syira` ( ,membeli). secara etimologis, berarti menukar harta dengan harta. terminologi jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang di jual).
Hukum
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. AlBaqarah 2:275). Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat 90 % pintu rezeki (H.R.Ahmad).
Menurut Hanafiyah
Deinisi Jual Beli Menurut Ulama Hanafiyah adalah: Mubadalatul Mal bi malin `Ala Wajhin Makshushin: Saling menukar harta dengan harta dengan cara tertentu atau Mubadalatu Syain sarghubin fi~hi bimitsli `ala wajhin muqoyyadin makhshushin: Tukar menukar sesuatu yg diinginkan dengan yg sepadan melalu cara yg bermanfaat.
Yg dimaksud dg cara khusus dalam definisi jual beli ulama Hanafiyah di atas adalah harus ada ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan qabul (pernyataan menjual dari penjual). Selain itu, barang yg perjualbelikan haruslah barang yg bermanfaat bagi manusia. Contoh bangkai, minuman keras adalah barang yg tidak bermanfaat, maka menurut ulama Hanafiyah, jual beli barang tdk bermanfaat tersebut hukumnya tidak sah.
B. Al-Maqud Alaihi (Uang dan benda yang dibeli) Syaratnya yaitu : 1). Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai yang belum disamak. 2). Ada manfaatnya. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Dilarang pula mengambil tukarannya karena hal itu termasuk dalam arti menyia-nyiakan (memboroskan) harta yang terlarang dalam Kitab Suci. 3). Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual sesuatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli, misalnya ikan dalam laut, barang rampasan yang masih berada di tangan yang merampasnya, barang yang sedang di jaminkan, sebab itu mengandung tipu daya (kecohan). 4). Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan yang diwakilinya, atau yang mengusahakan. 5). Barang tersebut diketahui oleh si penjual dan si pembeli, zat,
C. Al-Aqd (transaksi), Lafadh ijab dan qabul Ijab adalah perkataan penjual, umpamanya, Saya jual barang ini sekian. Qabul adalah ucapan si pembeli, Saya terima (saya beli) dengan harga sekian. Keterangannya yaitu ayat yang mengatakan bahwa jual beli itu suka sama suka, dan juga sabda Rasulullah saw. dibawah ini Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka.[2]
Menurut ulama yang mewajibkan lafadh, lafadh itu diwajibkan memenuhi beberapa syarat : 1) Keadaan ijab dan qabul berhubungan. Artinya, salah satu dari keduanya pantas menjadi jawaban dari yang lain dan belum berselang lama. 2) Makna keduanya hendaklah mufakat (sama) walaupun Lafadh keduanya berlainan. 3) Kedunya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain, seperti katanya, Kalau saya jadi pergi, saya jual barang ini sekian. 4) Tidak berwaktu seperti sebulan atau setahun, tidak sah. Apabila rukun atau syaratnya kurang jual beli dianggap tidak sah.
Jenis Jual-Beli
1.
Khiyar
Pengertian berarti pilihan atau mencari kebaikan dari dua perkara dalam hal ini meliputi melanjutkan atau membatalkan, Definisi Ulama Fiqh :
Jual beli itu dengan bebas memilih selagi keduanya belum berpisah atau penjual berkata
2.
Khiyar at-Tayin yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang berbeda kualitas dalam jual beli. Contohnya adalah dalam pembelian barang yang mempunyai perbedaan kualitas, jadi dalam hal ini pembeli tidak mengetahui mana yang kualitas bagus dan kualitas sedang.
3.
Khiyar Syarat Khiyar syarat yaitu hak pilih yang ditetapkan bagi salah satu pihak yang berakad atau keduanya atau bagi orang lain untuk meneruskan atau membatalkan jual beli selama masih dalam tenggang waktu yang ditentukan. Misalnya pembeli mengatakan saya beli barang ini dari engkau dengan syarat saya berhak memilih antara meneruskan atau membatalkan akad selama satu minggu
4.
Khiyar Aib Khiyar aib yaitu hak untuk membatalkan atau melanjutkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila terdapat suatu cacat pada objek yang diperjual belikan dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika akad berlansung. Misalnya seseorang membeli telur ayam satu kilogram kemudian satu butir diantaranya sudah busuk hal ini sebelumnya belum diketahui baik bagi penjual atau pembeli.
Keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad memiliki hak untuk membatalkan akad atau menjadikannya ketika ditemukan aib (kecacatan) dari salah satu yang dijadikan alat tukar menukar yang tidak diketahui pemiliknya waktu akad.
Sesama muslim itu bersaudara; tidak halal bagi seorang muslim menjual barangnya kepada muslim lain, padahal pada baraang terdapat aib kecuali dijelaskan terlebih dahulu. (HR. ad-Daruqutni dan Abu Hurairah)
Dasar hukum khiyar aib ini diantaranya adalah sabda rasulullah saw, yang berbunyi :
5.
Khiyar Ruyah Yang dimaksud dengan khiyar ruyah yaitu hak pilih bagi pembeli untuk menyakatakan berlaku atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat ketika akad berlansung.
Siapa yang membeli sesuatu yang belum ia lihat, maka ia berhak khiyar apabila telah melihat barang itu.(HR. ad-Daruqutnu dan Abu Hurairah)
mengandung penipuan.(HR. al-Jamaah, kecuali Bukhari) Hadist yang dikemukanan jumhur di atas menurut meraka adalah hadist dhaif, tidak boleh dijadikan dasar hukum. Jumhur ulama mengemukakan beberapa syarat berlakunya khiyar ruyah : a. Obyek yang dibeli tidak dilihat pembeli ketika akad berlangsung. b. Objek akad berupa materi seperti tanah atau rumah. c. Akad itu mempunyai alternatif untuk dibatalkan seperti jual beli atau sewa menyewa.