You are on page 1of 5

Family Presence during Cardiopulmonary Resuscitation

Latar belakang Pengaruh kehadiran keluarga selama cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada anggota keluarganya dan tim medis masih kontroversial. Metode Penulis mendaftar 570 anggota keluarga pasien yang mengalami serangan jantung dan diberi CPR oleh 15 unit pelayanan medis darurat pra-rumah sakit. Unit pelayanan medis dipilih secara acak baik untuk secara sistematis menawarkan pada anggota keluarga, kesempatan untuk mengamati CPR (kelompok intervensi) atau mengikuti praktek standar kehadiran keluarga yang berhubungan dengan pasien (kelompok kontrol). Titik akhir primer adalah proporsi dari posttraumatic stress disorder (PTSD) terkait

stress disorder pada hari ke-90. Akhir sekunder poin termasuk adanya gejala kecemasan dan depresi dari efek kehadiran keluarga terhadap upaya medis untuk resusitasi, kenyamanan tim perawatan, dan terjadinya klaim medikolegal. Hasil Pada kelompok intervensi, 211 dari 266 kerabat (79%) menyaksikan CPR, dibandingkan dengan 131 dari 304 kerabat (43%) pada kelompok kontrol. Dalam tujuan melakukan analisa treatmen, frekuensi gejala PTSD terkait secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan pada kelompok intervensi (rasio odds yang disesuaikan, 1,7, 95% confidence Interval [CI], 1,2-2,5, P = 0,004) dan di antara anggota keluarga yang tidak menyaksikan CPR dibandingkan mereka yang melakukan (rasio odds yang disesuaikan, 1,6, 95% CI, 1,1 sampai 2,5; P = 0,02). Kerabat yang tidak menyaksikan CPR memiliki gejala kecemasan dan depresi lebih tinggi daripada mereka yang menyaksikan CPR. Keluarga-menyaksikan CPR tidak mempengaruhi karakteristik resusitasi, kelangsungan hidup pasien, atau tingkat emosional stres dalam tim medis dan tidak menimbulkan klaim medikolegal.

Kesimpulan Kehadiran keluarga selama CPR dikaitkan dengan hasil positif pada psikologis dan tidak mengganggu upaya medis, tidak menyebabkan peningkatan stres dalam tim perawatan, dan tidak mengakibatkan konflik medikolegal. METODE Study Design, Participant Selection, and Study Procedures Penelitian ini adalah prospektif, klaster-acak, controlled trial. Lima belas unit pelayanan kesehatan gawat darurat pra-rumah sakit ( d'Aide Mdicale d'Urgence) di Perancis berpartisipasi dalam studi ini dari November 2009 sampai Oktober 2011. Unit-unit ini adalah stasiun ambulans dilengkapi dengan satu atau lebih unit perawatan intensif mobile ,dimana team terdiri dari minimal sopir ambulans, seorang perawat, dan dokter emergency. Prosedur pengacakan sederhana digunakan untuk menetapkan delapan unit yang berpartisipasi untuk kelompok intervensi dan tujuh unit kelompok kontrol. Penulis memasukkan anggota keluarga dewasa dari pasien gagal jantung dewasa yang terjadi di rumah. Penulis mengevaluasi hanya satu tingkat pertama relatif per pasien. Relatif itu dipilih sesuai dengan peundang - undangan tentang rumah sakit atas permintaan pihak ketiga dalam urutan berikut preferensi: pasangan, orang tua, anak, saudara. Untuk unit dengan pelayanan medis darurat ditugaskan untuk memakai intervensi, anggota tim medis secara sistematis menanyakan pada anggota keluarga apakah mereka berharap untuk hadir selama resusitasi tersebut. Untuk unit yang ditugaskan ke kelompok kontrol, anggota keluarga tidak secara rutin diberikan pilihan untuk hadir selama CPR; sebagai gantinya, para pemimpin tim dokter berinteraksi dengan anggota keluarga dengan cara yang standar selama CPR. Keluarga yang memilih untuk menyaksikan resusitasi tersebut dibawa ke ruang di mana itu sedang dilakukan. Kerabat yang memilih untuk tidak untuk menyaksikan resusitasi itu dipersilahkan pindah ke ruangan lain. dengan

Follow-up and Psychological Assessment of Family Members Anggota Keluarga Sembilan puluh hari setelah resusitasi, seorang psikolog meminta kerabat terdaftar untuk menjawab secara terstruktur kuesioner melalui telepon. Anggota keluarga diminta untuk menyelesaikan Impact of Event Scale (IES) dan Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Anggota keluarga dianggap unreachable apabila tidak menjawab telepon setelah 15 panggilan dilakukan. Impact of Event Scale (IES) telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dan dapat dipercaya di berbagai traumatis. Skor berkisar dari 0 (tidak ada gejala PTSD terkait) sampai 75 (gejala parah PTSD). HADS ini terdiri dari dua subscales, salah satu gejala mengevaluasi kecemasan (HADSA, tujuh item) dan yang lainnya menilai gejala depresi (HADSD, tujuh item) . Subskala skor berkisar dari 0 (tidak ada distress) sampai 21 (distress maksimum). HADS sub skala skor yang lebih tinggi dari 10 mengindikasikan gejala kecemasan atau depression moderat sampai berat.

Secondary Analyses Analisis sekunder tediri dari pengaruh kehadiran keluarga pada upaya medis di resusitasi, kenyamanan dari tim perawatan kesehatan, dan terjadinya klaim

medikolegal. Demografis dan data klinis untuk pasien hidup kembali dicatat menurut Utstein style. Tingkat stres emosional dalam tim medis dievaluasi setiap setelah dilakukan tindakan resusitasi dengan penggunaan skala analog visual dan kuesioner sembilan item diadaptasi dari literatur review. Setelah rekrutmen selesai, peneliti utama meminta semua peneliti pusat untuk melaporkan klaim medikolegal dan keluhan. RESULT Anggota Keluarga Sebanyak 570 anggota keluarga (intention-to-treat populasi) yang terdaftar dalam penelitian ini: 266 anggota keluarga yang secara sistematis diberi pilihan untuk menyaksikan prosedur selama anggota keluaraga mereka dilakuakan prosedur CPR (kelompok intervensi) dan 304 adalah tidak rutin ditanya apakah mereka ingin

menyaksikan CPR (kelompok kontrol) (Gambar 1). Secara total, 342 anggota keluarga (60%) menyaksikan prosedur dan 228 anggota keluaraga tidak menyaksikan prosedur. Pada hari ke 90 , 95 anggota keluarga (17%) tidak menyelesaikan penilaian IES, karena itu, 475 anggota keluarga termasuk dalam kelompok analisis sensitivitas (Gambar 1). Proporsi anggota keluarga yang tidak dapat menyelesaikan wawancara telepon pada hari ke 90 karena emosional distress secara signifikan lebih besar dalam kelompok kontrol dibandingkan pada kelompok intervensi (P = 0,007) (Gambar 1). Resuscitation Characteristics and Outcomes Karakteristik prosedur resusitasi, kelangsungan hidup untuk masuk rumah sakit, dan kelangsungan hidup 28 hari tidak berbeda secara signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (data tidak ditampilkan). Kelangsungan hidup, durasi prosedur resusitasi, jenis atau dosis obat , dan jumlah gangguan yang disampaikan terpengaruh oleh kehadiran atau tidak adanya anggota keluarga (Tabel 2). Penilaian psikologis Kriteria utama Pada populasi intention-to-treat (570 keluarga anggota), frekuensi terkait gejala- gejala PTSD secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan pada kelompok intervensi (rasio odds yang disesuaikan, 1,7, interval kepercayaan 95% [CI], 1,2-2,5; P = 0,004) dan secara signifikan lebih tinggi di antara anggota keluarga yang tidak menyaksikan CPR daripada anggota keluarga yang menyaksikan CPR (rasio odds yang disesuaikan, 1,6; 95% CI, 1,1-2,5, P = 0,02). Kriteria sekunder Frekuensi gejala kecemasan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan pada kelompok intervensi dan juga secara signifikan lebih tinggi di antara anggota keluarga yang tidak menyaksikan resusitasi daripada anggota keluarga yang menyaksikan. tidak

Proporsi anggota keluarga dengan gejala depresi tidak berbeda secara signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi (P = 0,13), tetapi secara signifikan anggota keluarga yang menyaksikan prosedur CPR memiliki presentase gejala depresi lebih rendah dibandingkan anggota keluarga yang absen (P = 0,009). Interference by Family Members Data mengenai perilaku anggota keluarga dan prosedur invasif yang mereka saksikan selama resusitasi yang disajikan pada Tabel S2 di Tambahan Lampiran. Sangat sedikit anggota keluarga (<1%) yang agresif atau bertentangan dengan tim medis. 22 dari 186 anggota keluarga yang tidak menyaksikan CPR (12%) menyatakan menyesal karena telah absen, dibandingkan dengan 9 dari 289 kerabat yang menyaksikan CPR (3%) dan yang menyesali hadir (P <0,001). Stress Assessment of Medical Teams Tingkat stres median yang diukur pada visualanalogue menunjukkan skala 5 dari 100 (interkuartil kisaran, 0 sampai 15) antara 1710 profesional perawatan kesehatan yang dievaluasi. Penulis tidak menemukan perbedaan yang signifikan tingkat stres menurut kehadiran keluarga pada tenaga kesehatan / tim kesehatan (Tabel 4). Medicolegal Conflicts Dengan rata-rata tindak lanjut dari 20 5 bulan, tidak ada klaim atas kerugian dari setiap peserta anggota keluarga juga tidak ada medikolegal konflik.

You might also like