Professional Documents
Culture Documents
Manajemen Risiko
Pengelolaan Risiko Secara umum yang dimaksudkan dengan risiko adalah sebagai bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau lembaga untuk mencapai tujuannya Dalam pengertian umum di atas belum terlihat gambaran ukuran besar atau luas dampak risiko tersebut terhadap pencapaian tujuan bank Bank Indonesia mendefinisikan manajemen risiko sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiayan usaha bank Dalam mengaplikasikan definisi risiko tersebut dalam program manajemen risiko, maka semua kegiatan atau usaha yang dilakukan akan melibatkan semua kegiatan yang membutuhkan perhatian, kewaspadaan, pengetahuan yang harus dikembangkan, pengalaman yang memadai serta kemampuan yang terus ditingkatkan Risiko mempunyai potensi suatu peristiwa terjadi atau tidak terjadi dengan dampak / peluang untung (upside) atau rugi (downside)
Bank dapat terhindar dari risiko yang tidak perlu terjadi dengan cara
Standarisasi dan memutakhirkan semua kebijakan dan prosedur bank Mengkaji penetapan limit risiko Membangun konstruksi portfolio asset Memanfaatkan keuntungan diversifikasi Melakukan proses pendidikan mengenai risiko secara berkelanjutan untuk semua pegawai Membangun budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi
Kecenderungan kedepan kecurangan menjadi masalah utama bank; contoh kasus L/C bodong senilai Rp.1,7 triliun yang menimpa salah satu bank milik negara, yang tidak mungkin terjadi tanpa kelibatan orang dalam Semakin tinggi tingkat kewenangan pelaku atau semakin banyak orang yang terlibat akan semakin besar kerugian yang diderita bank
Klasifikasi Risiko
Klasifikasi risiko yang ditetapkan BI
Risiko Kredit Risiko Pasar Risiko Likuiditas Risiko Operasional Risiko Hukum Risiko Reputasi Risiko Strategik Risiko Kepatuhan
Risiko Kredit
Risiko ini timbul karena kegagalan pihak lawan (debitur) memenuhi kewajibannya karena kinerja yang kurang baik/buruk Karena risiko ini merupakan penyimpangan kinerja portfolio kredit dari nilai yang diharapkan maka sebagian risiko ini dapat diversifikasi Termasuk dalam risiko ini transaksi off balance sheet seperti swaps atau option yang memiliki eksposur sama dengan kredit dan disebabkan karena perubahan pasar
Risiko Pasar
Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (suku bunga, kurs) dari portfolio yang dimiliki bank berbalik arah dan tidak sebagaimana yang diharapkan Bila bank mempunyai nasabah prima (memiliki portfolio yang tinggi) yang produknya sangat peka terhadap harga pasar maka bank menambahkan kategori risiko perubahan harga (commodity price risk) sebagai risiko pasar
Risiko Likuiditas
Bila bank tidak mampu memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo karena ekspansi kredit diluar rencana atau penarikan dana yang tidak terduga disebabkan hilangnya kepercayaan pada bank
Risiko Operasional
Risiko ini timbul karena tidak berfungsinya proses internal (process factors), adanya kecurangan (human factors) dan kegagalan sistem (system factors) dalam mencatat, membukukan dan melaporkan transaksi secara akurat dan tepat waktu
Risiko Hukum
Risiko yang timbul karena kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, tiadanya undang undang yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti syarat sahnya suatu pengikatan jaminan yang diagunkan debitur
Risiko Reputasi
Risiko karena adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank
Risiko Strategik
Risiki yang timbul karena penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang kurang responsif terhadap perubahan eksternal
Risiko Kepatuhan
Risiko yang terjadi karena tidak mematuhi dan tidak melaksanakan ketentuan yang berlaku Kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian intern secara konsisten
Kebijakan dan prosedur pemberian kredit yang lengkap dan mutakhir, mulai dari permohonan, persyaratan, pencairan dan pengelolaan kredit Proses Identifikasi dan pengendalian risiko kredit
Melakukan analisis lingkungan Menilai fasilitas kredit satu persatu dari berbagai sudut pandang Mengkaji ulang risiko portfolio perkreditan Membandingkan Net Interest Margin (NIM) dengan pertumbuhan LDR Harus ada pemisahan antara credit initiation, approval, review dan administration Memberdayakan internal audit Audit terhadap risiko kredit harus dilaksanakan secara berkala Kredit bermasalah harus ditangani secara khusus
Risiko Operasional
Penyangga utama dalam program pengelolaan risiko operasional adalah :
Manusia (people)
Pegawai tidak kompeten, tidak jujur karena rekruit, pelatihan dan kompensasi yang tidak memadai
Sistem (syatems)
Kegagalan dalam dukungan sistem, misalnya kesalahan dalam membangun program komputer, jaringan komunikasi
Proses (Processes)
Pelanggaran pengendalian intern pada front office maupun back office Kesalahan memproses transaksi mis: karena pegawai kurang terdidik
Tier 1 merupakan saham umum dan saham preferen Tier 2 merupakan cadangan untuk kredit macet dan pinjaman subordinasi Tier 1 + Tier 2 merupakan modal sebuah bank Tier 1 sekurang kurangnya 50% x total modal Sejak Desember 2001 regulator menetapkan bank wajib menyediakan total modal sebesar 8% dari Asset Tertimbang Menurut Risiko untuk kredit ATMR kredit ditetapkan:
20% untuk kredit kurang lancar 50% untuk kredit diragukan 100% untuk kredit macet
Misal: ATMR kredit 50% dari ATMR bank maka modal bank yang harus dialokasikan untuk ATMR kredit adalah 4% dari total ATMR Kecukupan modal merupakan alat kontrol bagi otoritas dan merupakan alat ukur keamanan sebuah bank yang ingin menjadi bank papan atas. Bila ATMR sebuah bank diatas standar yang ditetapkan berarti bank tersebut memiliki kemampuan / kinerja di atas rata rata bank
Dalam melakukan perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bank harus meperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar dengan formula sbb:
(Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) Penyertaan dibagi (8% ATMR kredit + 12,5% beban modal risiko pasar)
Apabila bank memiliki tingkat kredit bermasalah (macet) yang tinggi maka dibutuhkan modal yang memadai untuk menyerap kemungkinan rugi yang timbul atau bank berencana meningkatkan aktifitasnya melalui akuisisi maka diperlukan tambahan modal untuk mendukung semuanya itu Strategi untuk mendapatkan tambahan modal:
Mendapatkan sumber dana dari luar; menjual saham Mendapatkan sumber dana dari dalam; menahan laba untuk kepentingan ekspansi Menjual asset dalam rangka mengurangi aset berisiko tinggi