You are on page 1of 13

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar,

26 - 29 September 2011

PENERAPAN METODE RESISTIVITY GEOLISTRIK PADA PENENTUAN KEMENERUSAN LAPISAN BATUBARA SERTA IDENTIFIKASI TEROWONGAN PADA AREA PERTAMBANGAN BATUBARA PT ARUTMIN INDONESIA Faisal Fadillah, Yogi Swara Putra Mendra PT. Arutmin Indonesia

ABSTRAK Penerapan metode resistivity geolistrik ini dilakukan pada area penambangan PT Arutmin Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data-data bawah permukaan dalam skala yang luas serta dapat memberikan gambaran kondisi geologi bawah permukaan. Disamping itu kegiatan ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menguji apakah metode resistivity geolistrik dapat diterapkan pada pertambangan batubara. Kegiatan penambangan sangat memerlukan data-data bawah permukaan untuk mengetahui kemenerusan lapisan batubara atau anomali lainnya yang ada di bawah permukaan seperti adanya terowongan. Data ini diperlukan untuk mengevaluasi kondisi penambangan selanjutnya. Area penambangan PT Arutmin Indonesia memiliki struktur geologi yang cukup kompleks berupa lipatan dan patahan, disamping itu dibeberapa area lainnya juga ditemukan adanya terowongan bekas penambangan yang dilakukan oleh Belanda. Untuk mengetahui bagaimana kondisi serta dimensi lapisan dan terowongan tersebut maka dilakukan kegiatan resistivity geolistrik. Tahapan yang dilakukan adalah data acquisition, data processing, interpretation, filtering, cross section, evaluation. Setiap tahapan harus terintergasi sehingga dapat menghasilkan suatu hasil yang baik. Tahapan evaluasi juga dilakukan dengan melakukan cross cek dengan data pemboran terdekat. Konfigurasi akusisi data yang digunakan adalah dengan metode Schlumberger Hasil akhir dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kondisi geologi bawah permukaan berupa kemenerusan lapisan batubara serta anomali dan struktur lainnya, namun demikian dari pengalaman di Arutmin, gambaran untuk sementara ini metoda resistivity lebih cocok untuk kegiatan prospeksi atau eksplorasi pendahuluan mengingat biaya operasi yang murah dan cepat dan masih belum dapat menjawab kebutuhan analisa geometri endapan batubara dengan akurasi yang baik sehingga bila hendak dimanfaatkan untuk eksplorasi detail diperlukan pengembangan teknologi ini lebih lanjut. Kata kunci: Resistivity, Geolistrik

PENDAHULUAN PT. Arutmin Indonesia adalah salah satu perusahaan pertambangan yang beroperasi di wilayah Kalimantan Selatan. Area pertambangan meliputi area Kabupaten Tanah Bumbu, Tanah Laut serta Kabupaten Pulau Laut. Kegiatan penambangan di area PKP2B PT. Arutmin Indonesia telah dilakukan sejak awal tahun 1980an.

Beberapa area penambangan PKP2B PT. Arutmin Indonesia merupakan bekas area penambangan yang pernah dilakukan oleh penjajah Belanda. Hal ini diindikasikan dengan ditemukannya terowongan yang digunakan untuk melakukan penambangan dan beberapa peralatan yang dipergunakan untuk menambang. Terowongan dan peralatan penambangan oleh Belanda ini bisa kita lihat di area Pit1 PKP2B PT. Arutmin Indonesia, DU 313/Kalsel Senakin. Untuk

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

mengidentifikasi kemenerusan dari terowongan dan lapisan batubara maka dilakukan survey geolistrik resistivitas. Penerapan survey geolistrik yang dilakukan di PT. Arutmin Indonesia merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan data-data bawah permukaan dalam skala yang luas serta dapat memberikan gambaran kondisi geologi bawah permukaan. Disamping itu kegiatan ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menguji apakah metode resistivity geolistrik dapat diterapkan pada pertambangan batubara. Kegiatan penambangan sangat memerlukan data bawah permukaan untuk mengetahui kemenerusan lapisan batubara atau anomali lainnya yang ada dibawah permukaan seperti adanya terowongan. Data ini diperlukan untuk mengevaluasi kondisi penambangan selanjutnya. Penerapan studi geolistrik ini sudah dilakukan sebanyak beberapa kali. Kegiatan pertama dilakukan di area Karuh dan yang ke dua dilakukan di area Pit 1 Senakin. Kegiatan studi geolistrik yang dilakukan di Karuh bertujuan untuk mengetahui kemenerusan lapisan batubara Sedangkan untuk studi geolistrik yang dilakukan di area Pit 1 Senakin bertujuan untuk mengetahui kemenerusan terowongan-terowongan bekas peninggalan Belanda. MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberikan gambaran pelaksanaan survey geolistrik yang dilakukan di PT. Arutmin Indonesia serta hasil yang didapatkan. Disamping itu, tulisan ini juga bertujuan sebagai bahan diskusi guna mencari metode yang terbaik untuk menganalisa kondisi lapisan batubara dan anomali yang ada di lapisan batubara tersebut. ISI DAN PEMBAHASAN TATANAN GOLOGI Formasi pembawa lapisan batubara Secara umum, lapisan batubara pada wilayah kerja PT. Arutmin Indonesia terdapat pada 2 (dua) formasi batuan pembawa batubara, yaitu Formasi

Tanjung dan Formasi Warukin yang terendapkan secara regional pada Sub-Cekungan Asam- Asam yang merupakan bagian dari Cekungan Barito. Formasi Tanjung (Tet) yang berumur Eosen merupakan formasi pembawa lapisan batubara pada Blok Satui, Karuh, Ata, Mereh, Mangkalapi, Saring, Bangkalaan, Sangsang, Sepapah, Senakin, Pulau Laut dan Tanjung Dewa. Formasi ini terbentuk dalam Sub-Cekungan Asam Asam yang melampar sepanjang garis pantai Kalimantan Selatan dan hingga bagian timur dari Tinggian Meratus (Meratus High). Formasi Warukin (Tmw) yang berumur Miosen Tengah merupakan formasi pembawa lapisan batubara pada blok Asam-Asam, Mulia, Bunati, dan Serongga. Formasi ini terendapkan dalam Sub-Cekungan Asam Asam dan Cekungan Barito. Lapisan batubara yang terendapkan pada Formasi Tanjung merupakan batubara kalori tinggi (Bituminous) dan memiliki kilap terang. Sedangkan lapisan batubara yang terdapat pada Formasi Warukin merupakan batubara dengan kalori yang relatif lebih rendah (Sub Bituminous) dengan kilap kusam dan di beberapa bagian masih terlihat keberadaan struktur kayu. Pada Sub-Cekungan Asam Asam, terdapat formasi batuan sedimen pembawa lapisan batubara. Formasi batuan sedimen tertua yaitu Formasi Tanjung berumur Eosen yang tidak selaras menindih alas-batuan berumur Pra-Tersier. Formasi Tanjung terdiri atas batuan sedimen klastika kontinen yang berselingan dengan material laut dan napal. Batuan sedimen dari Formasi Tanjung ini diendapkan selama tahap awal terjadinya transgresi laut Tersier. Formasi Tanjung ini ditindih selaras Formasi Berai/Pemaluan yang berumur Miosen Bawah. Formasi Berai terdiri atas lapisan tebal batugamping, masif, berwarna abu-abu terang, terdapat moluska dan koral. Formasi Warukin diendapkan selama proses regresi, menindih Formasi Berai. Formasi Warukin berumur Miosen Tengah hingga Miosen Atas yang umumnya terdiri atas batuan sedimen klastik berbutir halus, batulempung dan sedikit batulanau dan batupasir, serta lapisan batubara.

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

Pada Kala yang lebih muda diendapkan secara tidak selaras Formasi Dahor berumur PlioPlistosen. Formasi Dahor terdiri atas batu pasir dan sedikit batuan sedimen klastik berbutir halus, serta lapisan lignit. Formasi Dahor ditindih oleh sedimen kuarter berupa sedimen klastik hasil rombakan batuan sebelumnya. GEOLISTRIK Geolistrik pertama kali diperkenalkan dan dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi. Metode geolistrik resistivitas ini adalah suatu metode yang banyak digunakan dalam dunia eksplorasi salah satunya adalah eksplorasi batubara. Prinsip dasar metode ini adalah dengan menganggap bumi sebagai suatu resistor. Gambar 1. Ilustrasi prinsip dasar geolistrik. Geolistrik adalah metode geofisika aktif yang menggunakan arus listrik untuk menyelidiki material dibawah permukaan bumi. Metode ini dikenal dengan geolistrik atau geo-electric. Teknik pengukuran resistivity lapisan bumi dilakukan dengan mengalirkan arus DC ke dalam bumi dan mengukur voltase (beda tegangan) yang ditimbulkan di dalam bumi. Arus listrik dan tegangan disusun dalam sebuah susunan garis linier. Beberapa susunan garis linier yang umum dipakai adalah dipole-dipole, pole-pole, schlumberger dan wenner. Prinsip dasar metode ini adalah menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan menggunakan dua buah elektroda arus, kemudian mengukur beda potensial melalui dua buah elektroda lainnya di permukaan bumi. Arus listrik yang di injeksikan akan mengalir melalui lapisan batuan di bawah permukaan dan menghasilkan data beda potensial yang harganya bergantung pada tahanan jenis (resistivity) dari batuan yang dilaluinya. Kegiatan ini juga dapat

dimanfaatkan untuk mengetahui dan menentukan jenis batuan termasuk fluida yang terkandung. Survey geolistrik dapat diaplikasikan beberapa kegiatan antara lain: 1. Eksplorasi air bawah Tanah 2. Eksplorasi batubara 3. Eksplorasi emas 4. Eksplorasi batubesi 5. Eksplorasi mangan pada

Kegiatan yang dilakukan di PT Arutmin Indonesia adalah kegiatan survey batubara. Ada 2 fokus utama yang dilakukan untuk survey ini adalah untuk mengetahui kemenerusan lapisan batubara yang dan mengecek kemenerusan terowongan bekas penambangan Belanda yang dilakukan di Pit 1 Senakin. Metode yang digunakan pada kegiatan geolistrik ini adalah metode schlumberger. Pada metode schlumberger, jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial mempunyai jarak yang lebih besar dari pada jarak elektroda potensial. C1 dan C2 adalah elektroda arus sedangkan P1 dan P2 adalah elektroda potensial. Gambar 3. Konfigurasi Schlumberger. Aliran listrik DC (Direct Current) yang dialirkan kedalam tanah memiliki tegangan yang tinggi. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah elektroda arus C1 dan C2 yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda C1 dan C2 akan menyebabkan Aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik ini maka akan menimbulkan tegangan listrik didalam tanah. Tegangan yang ada dipermukaan tanah diukur dengan menggunakan multimeter yang dihubungkan dengan 2 buah elektroda tegangan atau potensial P1 dan P2. Metode schlumberger memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan metode atau konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda P1 dan P2 adalah lebih kecil ketika jarak C1 dan C2 yang relative jauh. Sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik high impendance dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

minimal minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Keunggulan konfigurasi Schlumberger adalah kemampuannya untuk mendeteksi adanya nonhomogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda P1P2/2. Resistivitas Semu Jika diasumsikan bahwa bumi homogen isotropis, maka tahanan jenis yang diperoleh adalah tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak tergantung pada spasi elektrode. Pada kenyataan bumi tersusun atas lapisan-lapisan yang memiliki resistivitas yang berbeda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh lapisan-lapisan tersebut. Harga resistivitas yang di ukur seolah-olah merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja. Sehingga resistivitas yang terukur adalah resistivitas semu. Akusisi dan Proses data Tahap pertama yang dilakukan untuk mengidentifikasi terowongan di pit 1 Senakin adalah dengan mengecek lokasi serta posisi mulut terowongan serta arah kemenerusan terowongan tersebut. Dari hasil pengamatan dilapangan ditemukan ada 5 mulut terowongan. Posisi mulut terowongan dapat dilihat di Gambar 5. Tahapan ke dua yang dilakukan adalah membuat garis lintasan yang memotong terowongan dan yang berdekatan dengan mulut terowongan. Ada lima lintasan yang dibuat, yang mana setiap lintasan memotong masing-masing terowongan. Tahapan ke tiga adalah menentukan metode yang akan dilaksanakan. Metode atau konfigurasi yang dipilih adalah konfigurasi Schlumberger. Pemilihan konfigurasi ini karena konfigurasi Schlumberger mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda P1P2/2. Kegiatan dilanjutkan dengan dengan pemasangan elektroda arus dan elektroda potensial. Masingmasing lintasan memiliki jarak dan jumlah yang

berbeda. Perbedaan jumlah elektroda ini dikarenakan perbedaan panjang lintasan pengambilan data. Proses data hasil akusisi dan proses data dilakukan langsung oleh konsultan yang melaksanakan kegiatan geolistrik ini. Hasil dari proses data memperlihatkan penampang melintang 2 dimensi pada lintasan. Posisi masingmasing elektroda sesuai dengan elevasi. Dari hasil proses menunjukkan adanya perbedaan nilai resistivitas yang ditunjukkan dengan level warna. Adapun tabel nilai-nilai resistivitas setiap material yang terdapat dibawah per permukaan adalah sebagai berikut; (Telford, 1990) Validasi Data Untuk menginterpretasikan hasil geolistrik dapat dilihat dari besaran nilai resistivity yang dihasilkan. Setiap lapisan batuan memiliki nilai resistivity tersendiri. Khusus untuk terowongan yang terisi oleh udara atau ruang hampa memiliki nilai resisitivy yang tinggi sedangkan yang terisi oleh air tanah memiliki nilai resistivitas yang relative rendah. Untuk membuktikan hasil yang didapatkan dari kegiatan geolistrik maka dilakukan pembandingan. Pembandingan dilakukan dengan membandingkan hasil penampang 2 dimensi geolistrik tersebut dengan posisi terowongan, dalam hal ini posisi mulut terowongan serta elevasinya. Berdasarkan penampang dan besaran nilai resistivity yang dihasilkan, ada area yang diindikasikan sebagai terowongan. Hal ini perlu pembuktian lebih lanjut untuk mengukur dimensi terowongan tersebut. KESIMPULAN Dari kegiatan resistivity geolistrik yang dilaksanakan di Pit 1 Senakin dapat di simpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kegiatan resistivity ini belum bisa memberikan hasil yang maksimal untuk mengecek kemenerusan lapisan batubara dan terowongan. Hal ini dikarenakan dari hasil pengecekan secara aktual dilapangan dan hasil geolistrik tidak memberikan

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

gambaran yang terowongan.

tepat

mengenai

Final report Feasibility study, PT Arutmin Indonesia 2009. Final report RKSWP, PT Arutmin Indonesia 2010. http://trisusantosetiawan.wordpress.com/2011/01/ 04/metode-geolistrik-resistivitas http://fazfast.wordpress.com/2008/03/10/geolistrik

2. Dibutuhkan teknologi lebih lanjut atau tambahan untuk mendukung kegiatan resistivity geolistrik ini dan dapat membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan terowongan. DAFTAR PUSTAKA Survey Geolistrik. www.geoscansurvey.com

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

Terowongan 1 Terowongan 2 Terowongan 3 Terowongan 4 Terowongan 5

422xxxE 421xxxE 421xxxE 421xxxE 421xxxE

9709xxxN 9709xxxN 9709xxxN 9709xxxN 9709xxxN

Tabel 1. Posisi mulut terowongan

Terowongan 1 Terowongan 2 Terowongan 3 Terowongan 4 Terowongan 5

N60E N325E Vertikal N150E N220E N315E Tertutup semak dan air

Tabel 2. Arah terowongan

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Material Udara Pirit Kwarsa Kalsit Garam batu Granit Andesit Basal Gamping Batu pasir Shale Pasir Lempung Air Tanah Air Asin Magnetit Kerikil kering Alluvium Kerikil

Nilai Resistivity (Ohm-meter) 0.01 - 100 500 800.000 1x1012 1x1013 30 1x1013 200 100.000 1.7x102 45x104 200 - 100.000 500 10.000 200 8.000 20 2.000 1 1.000 1 100 0.5 300 0.2 0.01 1.000 600 10.000 10 800 100 - 600

Tabel 3. Nilai resistivitas material

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

Gambar 1. Ilustrasi prinsip dasar geolistrik.

Gambar 2. Konfigurasi geolistrik.

Gambar 3. Konfigurasi Schlumberger.

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

Gambar 4. Peta lokasi PKP2B PT Arutmin Indonesia

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

Gambar 5. Peta Geologi PKP2B PT Arutmin Indonesia

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

Gambar 6. Penampang stratigrafi Cekungan Asam-asam PT. Arutmin Indonesia

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

(1)

(2)

(3)

(4)

Gambar 7. Foto-foto terowongan Belanda di area Pit 1 PT. Arutmin Indonesia

Gambar 8. Posisi lokasi terowongan Belanda dan lintasan pengambilan data geolistrik

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

Indikasi terowongan

Indikasi terowongan

Indikasi terowongan

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 - 29 September 2011

Gambar 9. Hasil pengolahan data geolistrik

Indikasi terowongan

Indikasi terowongan

Gambar 9. Penampang hasil proses data geolistrik

You might also like