You are on page 1of 100

BIMBINGAN TEKNIS, PENYULUHAN DAN SOSIALISASI TRANPORTASI PERKOTAAN

TAHUN ANGGARAN 2011

DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN


Gedung Karya Lantai X Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110

Kata Pengantar Daftar Isi Lampiran Bab I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4

i ii iii

Latar Belakang ____________________________ I-1 Maksud dan Tujuan _________________________ I-4 Ruang Lingkup _____________________________ I-4 Hasil Keluaran _____________________________ I-4

Bab II METODELOGI 2.1 2.2 Dasar Pelaksanaan _________________________ II-1 Persiapan Kegiatan _________________________ II-3

Bab III PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 BAB IV 4.1 4.2 Provinsi Papua _____________________________ III.2 Resume Pemaparan ________________________ III.2 Hasil Diskusi _______________________________ III.20 Provinsi Kalimantan Selatan__________________ III.22 Resume Pemaparan ________________________ III.22 Hasil Diskusi _______________________________ III.38 Provinsi Sulawesi Tengah ____________________ III.41 Resume Pemaparan ________________________ III.41 Hasil Diskusi _______________________________ III.54 KESIMPILAN DAN SARAN Kesimpulan _______________________________ IV.1 Saran ____________________________________ IV.2 iii

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Laporan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Lalu Lintas Angkutan Perkotaan Tahun Anggaran 2011 dapat terselesaikan. Kegiatan ini merupakan perwujudan salah satu tugas

pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat cq. Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BSTP) yaitu melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta bimbingan teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang sistem transportasi perkotaan sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : 60 Tahun 2010.

Maksud dan tujuan dari kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Lalu Lintas Angkutan Perkotaan Tahun Anggaran 2011 ini adalah Memberikan bimbingan teknis/penyuluhan pada Pemerintah Kota / Kabupaten dalam melaksanakan perencanaan, pengawasan, dan

pengendalian lalu lintas dan angkutan kota sesuai kebijkan transportasi perkotaan, Meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah kota / kabupaten, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di bidang transportasi, Mendorong terciptanya sistem transportasi perkotaan yang efektif dan efisien, Memberikan pedoman kepada institusi Pemerintah / regulator, operator maupun pengguna jasa dalam penyelenggaraan transportasi perkotaan, Memberikan pedoman kepada Pemerintah (Pusat maupun Daerah) dalam menyusun kebijakan transportasi perkotaan di masing-masing kawasan perkotaan, Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi perkotaan kepada masyarakat.

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Akhirnya kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya acara ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi segala langkah dan usaha kita. Amin.

Sekian dan terima kasih.

Nopember 2011

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

ii

1.1

Latar Belakang Kota merupakan suatu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa, produksi, distribusi barang serta menjadi pintu masuk atau simpul transportasi bagi wilayah sekitarnya (hinterland). Fungsi utama suatu kota sangat tergantung pada

potensi wilayah hinterland dan karakteristik masyarakatnya.

Dengan semakin berkembangnya suatu kota, dimana harga lahan di pusat kota cenderung semakin mahal, maka mulai bermunculan pusat-pusat permukiman dan pusat kegiatan di pinggiran kota (sub urban). Tingginya ketergantungan masyarakat yang tinggal di sub urban dengan aktivitas di pusat kota yang jaraknya relatif jauh berdampak pada perubahan pola perjalanan masyarakat harian. Jarak perjalanan yang jauh, waktu tempuh yang semakin panjang, pelayanan angkutan umum yang terbatas, dan kemacetan pada jam puncak menjadi hal yang selalu dihadapi masyarakat kota sehari-hari.

Disisi lain, perkembangan kota yang cenderung tidak terencana (urban sprawl) dan ketidakkonsistenan dalam melaksanakan

rencana induk pembangunan kota (RTRW) serta perubahan pola pemanfaatan lahan yang begitu cepat belum mampu diantisipasi dengan penataan sistem jaringan transportasi. Kondisi ini

berdampak pada ketidakseimbangan antara sediaan (prasarana) dengan permintaan perjalanan akibat pengembangan kawasan yang begitu cepat.
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab 1 - 1

Disisi lain pemberlakuan otonomi daerah sejak tahun 1999 mempunyai dampak terhadap pengelolaan sektor transportasi di daerah. Dengan persepsi dan pemahaman yang berbeda-beda

tentang transportasi perkotaan, banyak daerah yang memandang transportasi perkotaan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) bukan sebagai tugas untuk melayani masyarakat. Hal yang sama juga terjadi pada operator dan masyarakat umum yang melihat transportasi perkotaan sebagai sumber kehidupan.

Penanganan

transportasi

perkotaan

mempunyai

perbedaan

dengan penanganan transportasi perkotaan, karena keduanya mempunyai karakteristik yang spesifik. Adanya perbedaan antara karakteristik transportasi antar kota dengan karakteristik

transportasi perkotaan merupakan pertimbangan utama perlunya transportasi perkotaan dikelola secara khusus.

Untuk membenahi dan memperbaiki kondisi yang ada saat ini diperlukan upaya-upaya yang serius dari pemerintah/regulator,

operator dan pengguna jasa baik pada tingkat nasional maupun lokal. Untuk memadukan upaya-upaya yang akan dilakukan sudah saatnya bila pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan tentang penyelenggaraan transportasi perkotaan yang bersifat nasional sebagai amanat dari konstitusi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat c.q. Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta bimbingan teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang sistem transportasi perkotaan. Sebagai salah
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab 1 - 2

satu kebijaksanaan untuk mencapai sasaran tersebut pemerintah memandang perlu untuk melakukan program yang secara nyata dapat diwujudkan.

Sehubungan dengan penugasan tersebut, perlu disiapkan bahan pembinaan untuk menunjang Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011.

1.2

Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan bimbingan teknis/penyuluhan pada Pemerintah Kota / Kabupaten dalam melaksanakan perencanaan,

pengawasan, dan pengendalian lalu lintas dan angkutan kota sesuai kebijkan transportasi perkotaan; 2. Meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah kota / kabupaten, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di bidang transportasi; 3. Mendorong terciptanya sistem transportasi perkotaan yang efektif dan efisien; 4. Memberikan pedoman kepada institusi Pemerintah / regulator, operator maupun pengguna jasa transportasi perkotaan; 5. Memberikan pedoman kepada Pemerintah (Pusat maupun Daerah) dalam menyusun kebijakan transportasi perkotaan di masing-masing kawasan perkotaan; 6. Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi perkotaan dalam penyelenggaraan

kepada masyarakat.

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab 1 - 3

1.3

Ruang Lingkup Agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas, Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011, akan dilaksanakan dengan ruang lingkup sebagai berikut: 1. Penyuluhan kepada Pemerintah Kota / Kabupaten tentang kebijakan transportasi perkotaan; 2. Penyuluhan terhadap aparat penanggung jawab pengelolaan manajemen lalu lintas dan angkutan di wilayah perkotaan; 3. Penyuluhan melalui kegiatan sosialisasi kebijakan transpotasi perkotaan secara menerus dan berkelanjutan, dengan

melaksanakan workshop dan pemberian buku-buku pedoman terkait dengan kebijakan penyelenggaraan transportasi

perkoraan.

Kegiatan

Bimbingan

Teknis,

Penyuluhan 2011

dan

Sosialisasi akan

Transportasi

Perkotaan

Tahun

rencananya

diselenggarakan di 3 (tiga) Provinsi yaitu Provinsi Papua (lokasi di Kota Jayapura), Provinsi Kalimantan Selatan (lokasi di Kota Banjarmasin) dan Provinsi Sulawesi Tengah (lokasi di Kabupaten Sigi).

1.4

Hasil Keluaran Keluaran yang diharapkan melalui kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun

Anggaran 2011, meliputi : 1. Adanya pemahaman bagi penentu kebijakan penyelenggaraan transportasi perkotaan untuk mewujudkan transportasi

perkotaan yang dapat melayani semua lapisan masyarakat, semua kepentingan masyarakat serta melayani seluruh pelosok kawasan perkotaan;

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab 1 - 4

2. Terwujudnya

suatu

pemikiran

untuk

mewujudkan

sistem

transportasi perkotaan yang lebih efektif dan efisien; 3. Mendorong pemahaman peserta sosialisasi tentang landasan hukum yang mengatur secara khusus tentang penyelenggaraan transportasi perkotaan. 4. Mendorong Pemerintah Kota/Kabupaten untuk mengatasi

kemacetan lalu lintas, mengurangi polusi akibat kendaraan bermotor dan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan; 5. Mendorong mewujudkan pemahaman pemerintah kota/kabupaten untuk pelayanan angkutan umum yang handal dan

memadai bagi masyarakat; 6. Mendorong pemahaman pemerintah kota/kabupaten untuk menciptanya suatu kota yang maju dan baik dari sektor transportasi (terutama transportasi darat) sehingga dapat mempengaruhi sektor yang lainnya.

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab 1 - 5

2.1.

Dasar Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi

Transportasi Perkotaan merupakan salah satu kegiatan rutin Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan.

Kegiatan ini dimulai sejak tahun 2007 dan dilaksanakan di 3 (tiga) Kota yaitu Kota Bandung, Kota Sukabumi dan Kota Cirebon (Provinsi Jawa Barat). Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun 2008 dilaksanakan di 4 (empat) Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat (lokasi di Kota Padang), Provinsi Sulawesi Utara (lokasi di Kota Manado), Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara (lokasi di Kota Ambon). Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi

Transportasi Perkotaan Tahun 2009 dilaksanakan di 3 (tiga) Provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Timur (lokasi di Kota

Samarinda), Provinsi Maluku (lokasi di Kota Ambon) dan Provinsi Kalimantan Tengah (lokasi di Kota Palangkaraya) Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun 2010 dilaksanakan dilaksanakan di 3 (tiga)

Provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Barat (lokasi di Kota Pontianak), Provinsi Sumatera Selatan (lokasi di Kota Palembang) dan Provinsi Sulawesi Tengah (lokasi di Kota Palu) dan Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun 2011 akan dilaksanakan dilaksanakan di 3 (tiga) Provinsi yaitu

Provinsi Papua (lokasi di Kota Jayapura), Provinsi Kalimantan Selatan (lokasi di Kota Banjarmasin) dan Provinsi Sulawesi Tengah (lokasi di Kabupaten Sigi) .
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab II - 1

Pelaksanaan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan ini diselenggarakan berdasarkan : 1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : 60 Tahun 2010, yang merupakan perwujudan salahsatu tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat cq. Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BSTP) yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta bimbingan teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang sistem transportasi perkotaan; 2. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.1092/KP.801/DJPD/2011 tanggal 21 Maret 2011 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Program/Kegiatan Pada

Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan Tahun 2011;

Maksud dan tujuan dari kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan bimbingan teknis/penyuluhan pada Pemerintah Kota/Kabupaten dalam melaksanakan perencanaan,

pengawasan dan pengendalian lalu lintas dan angkutan kota sesuai kebijakan transportasi perkotaan; 2. Meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah kota/kabupaten, terutama dalam pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di bidang Transportasi Perkotaan; 3. Mendorong terciptanya sistem transportasi perkotaan yang efektif dan efisien; 4. Memberikan Pedoman kepada institusi Pemerintah/regulator, operator maupun pengguna jasa dalam penyelenggaraan transportasi perkotaan;

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab II - 2

5.

Memberikan pedoman kepada Pemerintah (Pusat maupun Daerah) dalam menyusun kebijakan transportasi perkotaan di masing-masing kawasan perkotaan;

6.

Meningkatkan

kualitas

pelayanan

transportasi

perkotaan

kepada masyarakat.

2.2.

Persiapan Pelaksanaan Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.1092/KP.801/DJPD/2011 tanggal 21 Maret 2011 tentang Pembentukan dan Tim Pelaksana Transportasi Bimbingan Perkotaan Teknis, Tahun

Penyuluhan

Sosialisasi

Anggaran 2011 yang terdiri dari :

I. Pengarah

1. DR. Elly Adriani Sinaga, MSc 2. RH. Christiono, MSc 3. Ir. Karlo Manik, MSc 4. Ir. Djamal Subastian, MSc 5. Ir. J. E Wahyuningrum, MSTr

II. Ketua Pelaksana

: Drs. Firdaus Rasyad, MM

III. Bidang Materi Ketua Anggota : Rudi Irawan, S.SiT, MT : 1. Torang Hutabarat, ATD, MM 2. Iman Sukandar, S.SiT, MT 3. Joko Pitoyo, ST 4. Heri Wijayanto, ST 5. Mario Palamai, A.Md. LLAJ 6. Enih Sumiati 7. Tuti Haryanti 8. Yudha Kurniawan, Amd TI 9. Biworo Putika, Amd LLAJ

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab II - 3

IV. Bidang Analisa, Evaluasi dan Pelaporan Ketua Anggota : Ir. Sih Utami, MM : 1. Felix Iryantomo, ATD 2. Tonny Agus Setiono, MT 3. Khairani, SE 4. Sano Mikael, S.SiT 5. Ario Budi Wibowo, ST 6. Iswandi Fahmi Prasojo, A.Md.LLAJ 7. Herdiana Efendi, A.Md. LLAJ 8. Rd. Yusranarendra, Amd LLAJ 9. Januar Herdiansyah, Amd LLAJ

Adapun tugas dari masing masing panitia di atas adalah sebagai berikut : 1. Pengarah Mempunyai tugas : Memberikan arahan dan bimbingan kepada Tim Pelaksana Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011. 2. Ketua Pelaksana Mempunyai tugas : a. Mengkoordinasikan persiapan kegiatan Pelaksanaan

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011; b. Bertanggung jawab terhadap keseluruhan Pelaksanaan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011; c. Melaporkan hasil Pelaksanaan Bimbingan Teknis,

Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Kepada Pengarah dan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab II - 4

3. Bidang Materi Dan Pelaksanaan Mempunyai tugas : a. Menyiapkan bahan paparan Direktur Jenderal Perhubungan Darat/Direktur Bina Sistem Transportasi Perkotaan; b. Menyusun rencana kegiatan Pelaksanaan Bimbingan

Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011; c. Mempersiapkan undangan dan surat permintaan sebagai pembicara kepada instansi terkait, asosiasi dan lembaga yang ditunjuk; d. Melaporkan Pelaksana. 4. Bidang Evaluasi Dan Pelaporan Mempunyai tugas : a. Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan Pelaksanaan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011; b. Menyusun usulan dan rekomendasi perbaikan materi dan acara Pelaksanaan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011; c. Menyusun laporan terhadap keseluruhan Pelaksanaan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011; d. Melaporkan Pelaksana. 5. Bidang Sekretariat Mempunyai tugas : a. Mengkoordinasikan kegiatan kesekretariatan Bimbingan hasil Pelaksanaan tugas kepada Ketua hasil pelaksanaan tugas kepada Ketua

Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011; b. Menyiapkan dukungan bahan, peralatan dan administrasi umum (termasuk surat menyurat) untuk keperluan

persiapan, pelaksanaan dan evaluasi serta pelaporan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011;
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab II - 5

c. Menyiapkan

pengurusan

dukungan

anggaran

untuk

keperluan pelaksanaan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011; d. Melaporkan Pelaksana. hasil Pelaksanaan tugas kepada Ketua

Adapun Pembicara pada Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 terdiri dari : 1. Para Pejabat Eselon II di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi masing-masing Provinsi); 2. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi/Kabupaten/Kota; 3. Para Kasubdit di Lingkungan Direktorat Bina Sistem

Transportasi Perkotaan dan Setdijen Perhubungan Darat.

Adapun bahan yang akan disampaikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut : a. Kebijakan Umum Transportasi Perkotaan; b. Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) c. Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan dan Penghargaan Wahana Tata Nugraha; d. Kebijakan Angkutan Umum Perkotaan; e. Penyelenggaraan Transportasi Perkotaan Ramah Lingkungan; f. Manajemen Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan Perkotaan; g. Integrasi Moda Transportasi Perkotaan; h. CD yang berisi materi kegiatan tersebut di atas.

Adapun peserta yang diundang pada kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan adalah; 1. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi/Kabupaten/Kota; 2. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi;
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab II - 6

3. Kepala Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota; 4. Ketua DPP/DPC Organda; 5. Perwakilan Kepolisian Daerah dan Kepolisian Resort; 6. Kepala Stasiun Damri Setempat; 7. Perwakilan Akademisi.

Jadwal Tentatif Berdasarkan Surat Perintah Pelaksanaan Tugas Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi

Transportasi Perkotaan adalah sebagai berikut : 1. Provinsi Papua pada tanggal 21 s/d 24 Juni 2011; 2. Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 10 s/d 12 Oktober 2011; 3. Provinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 30 Oktober s/d 2 November 2011.

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab II - 7

Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Lalu Lintas Angkutan Perkotaan Tahun 2011 diselenggarakan di 3 (tiga) Provinsi yaitu Provinsi Papua (lokasi di Kota Jayapura), Provinsi Kalimantan Selatan (lokasi di Kota Banjarmasin) dan Provinsi Sulawesi Tengah (lokasi di Kota Sigi). dengan uraian kegiatan sebagai berikut : 1. Registrasi; 2. Pembukaan oleh MC; 3. Sambutan Pembukaan Bimtek, Penyuluhan dan Sosialisasi Lalu Lintas Angkutan Perkotaan; 4. Penyerahan Cinderamata; 5. Doa; 6. Coffe Break 7. Pemaparan Sesi I : Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Transportasi Perkotaan; Kebijakan Umum Transportasi Perkotaan; Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK).

8. Hasil Diskusi/ Kesimpulan 9. Pemaparan Sesi II : Penysunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan dan Wahana Tata Nugraha; Penyelenggaraan Angkutan di Kawasan Perkotaan; Penyelenggaraan Transportasi Perkotaan Ramah Lingkungan; Penyelenggaran Manajemen Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan Perkotaan; Integrasi Moda Transportasi Perkotaan.

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 1

10. Diskusi/Tanya Jawab; 11. Pembacaan Kesimpulan / Kesepakatan / Rekomendasi dan Sambutan Penutupan 12. Ishoma (Istirahat, Solat, dan Makan). Semua bahan acara tersebut di atas dan semua data data dukung pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Lalu Lintas Angkutan Perkotaan Tahun 2011 di Provinsi Papua (lokasi di Kota Jayapura), Provinsi Kalimantan Selatan (lokasi di Kota Banjarmasin) dan Provinsi Sulawesi Tengah (lokasi di Kota Sigi) ada dilampiran laporan kegiatan ini. Di bawah ini sekilas kegiatan inti pelaksanaan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Lalu Lintas Angkutan Perkotaan Tahun 2011 yaitu Provinsi Papua (lokasi di Kota Jayapura), Provinsi Kalimantan Selatan (lokasi di Kota Banjarmasin) dan Provinsi Sulawesi Tengah (lokasi di Kota Sigi) dengan uraian kegiatan sebagai berikut : 3.1. Provinsi Papua 3.1.1 Resume Pemaparan A. Kebijakan Umum Transportasi Perkotaan Isi dari pemaparan Kebijakan Umum Transportasi Perkotaan meliputi : 1. Permasalahan dan Tantangan Rendahnya kualitas dan kuantitas ketersediaan sarana dan prasarana, khususnya untuk jalan & jembatan, serta sarana transportasi; Kurangnya keterpaduan transportasi antarmoda menjadi permasalahan utama, khususnya

ketersediaan transportasi darat, laut, sungai, dan udara yang belum memadai; Minimnya infrastruktur yang dibangun juga

mengakibatkan keterisolasian wilayah antarpulau dan dalam pulau;


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 2

Jaringan jalan di pulau-pulau terpencil belum sepenuhnya berfungsi untuk mendukung

transportasi lintas pulau dan melayani mobilitas masyarakat dalam mengembangkan potensi

wilayah serta mengurangi kemiskinan; Adapun jalan desa yang dapat dilalui kendaraan roda empat sepanjang tahun masih belum

memadai; Armada angkutan jalan raya sangat terbatas karena armada yang tersedia tidak sebanding dengan luas daratan pada setiap kabupaten; 2. Akar Masalah Infrastruktur transportasi dibangun dengan

orientasi pergerakan kendaraan bermotor, bukan pergerakan manusia; Insentif untuk Public Transport kurang, disinsentif untuk Private Transport kurang; Investasi untuk angkutan massal tidak tepat dari segi waktu dan jenis moda; Perencanaan transportasi tidak bersinergi dengan perencanaan tata guna lahan; Disiplin dan Law Enforcement tidak maksimal.

3. Review UU LLAJ No.22/2009 berkaitan dengan transportasi perkotaan Kewajiban Menyediakan Angkutan Umum (pasal 139) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan umum yang selamat, aman, nyaman dan efisien;

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 3

Pemerintah angkutan diatas.

wajib umum

menjamin sebagaimana

tersedianya pada ayat

Standar 141/198);

Pelayanan

Angkutan

Orang

(Pasal

Untuk mewujudkan standar pelayanan jasa angkutan umum pemerintah menetapkan suatu Standar Pelayanan Minimal (SPM);

Subsidi Angkutan Umum (Pasal 185); Tarif penumpang kelas ekonomi ditetapkan Pemerintah/Daerah; Tarif kelas ekonomi dapat diberi Subsidi oleh Pemerintah/Daerah. Angkutan Massal (pasal 158 ayat (1)) Pemerintah angkutan wajib massal menjamin berbasis ketersediaan jalan untuk

memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dikawasan

perkotaan (kawasan megapolitan, metropolitan dan perkotaan besar) Angkutan Massal (pasal 158 ayat (2)) Angkutan massal harus didukung dengan : Bus berkapasitas angkut massal; Lajur khusus; Trayek angkutan umum missal yang tidak berhimpitan; Angkutan pengumpan. Izin Angkutan Umum (pasal 174) Dilaksanakan melalui seleksi / pelelangan Penyediaan dilaksanakan jasa oleh angkutan BUMN/D atau umum Badan
Bab III - 4

Hukum lain (Pasal 139) & wajib asuransi


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

kecelakaan

penumpang

dan

awak(Pasal

237)/pelanggaran 6 bln/Rp1,5 jt (Pasal 313) Izin satu trayek atau berupa KAWASAN Perpanjangan izin harus melalui seleksi/lelang Wajib mengoperasikan sesuai SPM (Pasal 177) Pemerintah wajib menjaga keseimbangan

supply /demand (Pasal 197) Rencana Umum Jaringan Trayek (pasal 145) Penyusunan dilakukan berkordinasi dengan instansi terkait Jaringan trayek perkotaan disusun

berdasarkan kawasan perkotaan (otonom; bgn kabupaten dengan ciri kota; kawasan bgn dari >= 2 daerah yang memiliki ciri kota) Penetapan jaringan sesuai trayek wilayah oleh (dlm

Pemerintah/daerah

wilayah kota/kabupaten perlu mendapatkan persetujuan dari Menteri (Pasal 148) Berhenti ditempat yang ditentukan ( tidak perlu harus terminal/ (Pasal 143), kecuali

AKAP/AKDP) Manajemen Kebutuhan Lalin (pasal 133) Penyelenggaraan manajemen kebutuhan lalu lintas untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan mengendalikan pergerakan lalu lintas, yang salah satunya dilakukan dengan cara

pengenaan

retribusi pengendalian lalu lintas

atau dikenal dengan road pricing Analisis Dampak Lalu Lintas (pasal 109 101)
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 5

Analisis dampak lalu lintas diwajibkan untuk Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman menimbulkan dan infrastruktur gangguan yang akan

Keamanan,

Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Andalalin dilakukan oleh lembaga konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat. 4. Arah Kebijakan Pengembangan Transportasi Perkotaan yang

didasarkan kepada Master Plan Pengembangan Transportasi Perkotaan; Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan

pada penyesuaian bentuk angkutan penyusutan paratransit angkutan massal, dengan pelayanan sesuai SPM; Pengembangan transportasi perkotaan kepada bentuk Jaringan dan wilayah Aglomerasi; Pengembangan konsep pembatasan penggunaan kendaraan, Traffic Demand Management (TDM); Pemanfaatan teknologi modern untuk penataan lalu lintas untuk kota raya dan besar, Intelligent Transport System (ITS); Pengembangan transportasi pemadu moda untuk menjalin keterhubungan pusat kota dengan outlet seperti bandar udara dan pelabuhan laut serta pembenahan fasilitas intermoda; Pengembangan transportasi perkotaan yang

ramah lingkungan, konservasi dan diversifikasi energi. 5. Kebijakan, Strategi & Program
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 6

a. Regulasi , Institusi Dan Perencanaan Kebijakan meliputi : Pembenahan Regulasi , Pemantapan penyelesaian Design; Strategi meliputi : Menyempurnakan peraturan perundang-undangan Transportasi Perkotaan, yang mengatur Capacity /Set Up Building dan

Master Plan/Grand

Memberdayakan

peran pemerintah daerah maupun pusat dalam memprioritaskan angkutan umum Perkotaan (perintis), Partnership Pengembangan (PPP) dalam Public Private

pembangunan

transportasi perkotaan, Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK); Program meliputi : Peraturan Pemerintah dari UU No 22 Tahun 2009 ,Penyusunan Norma dan Standar lainnya, Penyusunan

Roadmap/Master Plan Transportasi Perkotaan, Kegiatan konsolidasi transportasi perkotaan, Master Plan Kota, Pembentukan Urban

Transport Information Centre (UTIC). b. Prasarana Kebijakan meliputi : Pembangunan prasarana transportasi dengan Pengembangan konsep integrasi tata guna lahan dan transportasi; Strategi meliputi : Pengembangan konsep Transport Oriented Development (TOD)

dengan memadukan perencanaan transportasi dengan tata guna lahan (UU Tata Ruang), Pengembangan fasilitas pejalan kaki dan Pesepeda;
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 7

Program meliputi : Pengembangan kota-kota percontohan transportasi perkotaan (Kota

Raya, Besar, Sedang dan Kecil, Kawasan Timur dan Barat). c. Lalu Lintas Kebijakan meliputi : Peningkatan kelancaran lalu lintas; Strategi Sepeda meliputi motor, : Penataan penggunaan Intelligent

Pengembangan

Transport System, Penerapan Traffic Demand Management (TDM); Program meliputi : Kajian penataan sepeda motor, Percontohan lajur khusus; Usulan

produksi sepeda motor ber cc kecil dan bertenaga listrik dan hybrid, Pengembangan ATCS (Area Traffic Control System), Variable Message Sign (VMS), System Navigasi pada Kota Besar dan Metropolitan, Pembatasan lalu lintas, Electronic Road Pricing (ERP). d. Angkutan Umum Kebijakan meliputi : Keberpihakan pada

penggunaan dan pengembangan angkutan umum; Strategi meliputi : Mengembangkan angkutan umum yang mampu menjangkau seluruh

kawasan perkotaan dan mampu melayani seluruh lapisan masyarakat yang handal dan berkelanjutan, Menjamin kepastian dan

keberlangsungan pelayanan angkutan umum dengan Minimal;


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 8

penetapan

Standar

Pelayanan

Program meliputi : Pengembangan angkutan massal BRT (Bus Rapid Transit/ busway) pada Kota Besar dan Metropolitan, Pengembangan angkutan bus sedang untuk Kota Sedang melalui DAMRI, Pengembangan angkutan

pelajar/perintis, Integrasi angkutan perkotaan, Pengembangan sistem pembayaran yang lebih akuntabel dan terintegrasi (Smart Card),

Penerapan sistem tender untuk perizinan. e. Lingkungan Kebijakan meliputi : Pengembangan

Transportasi Perkotaan Yang Berkelanjutan (Sustainable Transport) dan Pengembangan sistem transportasi nasional yang rendah emisi (Low Emission Transport); Strategi meliputi : Mendayagunakan

penggunaan bahan bakar alternatif (Perpres 5/2006), Meningkatkan kelaikan sarana

kendaraan bermotor, Pencegahan dampak negatif pembangunan terhadap lalu lintas; Program meliputi : Sosialisasi Tata Cara Mengemudi (Smart Driving), Land Use Control (Analisis Dampak Lalu Lintas), Diversifikasi Bahan Bakar, Peningkatan Teknologi

Kendaraaan. 6. Pelaksanaan Bantuan Teknis a. Bantuan Teknis Pemerintah (Bidang Pusat Kepada

Pemerintah Perkotaan)

Daerah

Transportasi Menteri

Berpedoman

Peraturan

Perhubungan Nomor KM 51 Tahun 2007 Tentang

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 9

Pedoman

Penyelenggaraan

Percontohan

Transportasi Darat; b. Persyaratan Untuk Daerah/Lokasi/Wilayah/Kota Percontohan/Kegiatan (Permenhub Nomor KM. 51 Tahun 2007) : Adanya komitmen/kesanggupan daerah dalam penyelenggaraan & pembiayaan; Kesiapan administratif Pemda di bid.

transportasi meliputi regulasi, kelembagaan & memiliki master plan transportasi; Kondisi prasarana, sarana, dan lalu lintas transportasi darat yang memadai; Pernah mengikuti kegiatan dan/atau lomba di bidang transportasi seperti Penghargaan

Wahana Tata Nugraha, AKUT, bimbingan teknis, penguji teladan dll; Memperhatikan aspek pemerataan &

keseimbangan wilayah. c. Bentuk bentuk Bantuan Teknis Bidang

Transportasi Perkotaan : Penyusunan Perkotaan Bantuan teknis sebagai kota/kawasan Rencana Induk Transportasi

percontohan; Pengembangan Massal (SAUM) Bantuan teknis ATCS dan Intelligent Transport System (I.T.S.); Bantuan teknis untuk studi/perencanaan dan penerapannya; Pengembangan sarana angkutan pelajar
Bab III - 10

Sistem

Angkutan

Umum

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bantuan diperkotaan;

teknis

perlengkapan

jalan

Pengembangan S.P.B.G..

Gasifikasi/Converter Kit dan

Bantuan teknis prasarana ramah lingkungan (daerah pejalan kaki, jalur sepeda)

d. Kriteria Pemberian Bantuan Teknis sebagai Kota Percontohan : Untuk kota-kota yang Kecil dan Sedang mengikuti

diprioritaskan

pernah

Penghargaan Wahana Tata Nugraha; Adanya komitmen dari Pemerintah Daerah untuk mengembangkan sistem transportasi perkotaan transportasi; Adanya Kepmenhub tentang penetapan sesuai dengan kaidah-kaidah

sebagai kota percontohan; Adanya kerjasama Pemerintah Pemerintah Pusat dan dituangkan dalam

Daerah,

Kesepakatan Bersama (MOU); Proyek-proyek percontohan (pilot project) yang meliputi : Penyusunan Perkotaan, Rencana Umum

Transportasi

Pengembangan

angkutan umum, Penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas, Pembangunan fasilitasfasilitas pendukung, Penegakan hukum; Skema pengembangan transportasi didasarkan pada hasil proyek-proyek percontohan, untuk diterapkan Pemerintah secara Kota ke komprehensif seluruh oleh

kawasan

perkotaan, sehingga

memiliki suatu sistem


Bab III - 11

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

transportasi yang dapat menjadi acuan bagi kawasan-kawasan perkotaan sejenis lainnya. e. Kriteria Pemberian Bantuan Teknis sebagai

Kawasan Percontohan : Untuk suatu kawasan (jasa, pemukiman,

pariwisata, dll) di wilayah perkotaan bagi kotakota metropolitan, besar, sedang dan kecil, diprioritaskan yang pernah mengikuti

Penghargaan Wahana Tata Nugraha; Adanya komitmen dari Pemerintah Daerah untuk mengembangkan sistem transportasi perkotaan pada kawasan percontohan, sesuai dengan kaidah-kaidah transportasi; Adanya kerjasama Pemerintah Pemerintah Pusat dan dituangkan dalam

Daerah,

Kesepakatan Bersama (MOU); Skema pengembangan transportasi didasarkan pada tujuan untuk peningkatan kualitas

lingkungan atau keterpaduan moda; Proyek-proyek kawasan percontohan (pilot project) dapat meliputi : Pengembangan

angkutan umum, Penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas, Pembangunan fasilitasfasilitas pendukung. f. Kriteria Pemberian Bantuan Teknis untuk

Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (S.A.U.M.) & Intelligent Transport System (I.T.S.) : Untuk kawasan perkotaan metropolitan dan besar (penduduk > 500.000 jiwa); Adanya komitmen dari Pemerintah Daerah untuk mengembangkan S.A.U.M. berbasis
Bab III - 12

jalan dan I.T.S. di wilayahnya;


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Adanya kerjasama Pemerintah

Pemerintah Pusat dan dituangkan pendanaan dalam antara

Daerah, sharing

Kesepakatan Bersama (MOU); Adanya

Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. g. Bantuan Teknis untuk Studi/Perencanaan dan penerapannya : Untuk kota-kota metropolitan, besar, sedang dan kecil; Bantuan teknis dalam kaitan : Perencanaan rencana umum transportasi perkotaan,

Perencanaan dan penerapan angkutan umum, Perencanaan dan penerapan Manajemen Lalu Lintas, Dll. h. Bantuan Teknis sarana Angkutan Pelajar dan Perlengkapan Jalan : Untuk kota-kota Metropolitan, Besar, Sedang dan Kecil; Bantuan teknis dalam kaitan : Sarana angkutan pelajar, Perlengkapan jalan, Dll. i. Bantuan Teknis Bidang Transportasi Perkotaan : Penyusunan Pola Pengembangan jaringan Transportasi untuk Wilayah Aglomerasi; Pembangunan ATCS & APILL Tenaga Surya di Wilayah Perkotaan; Implementasi Program Pengadaan Converter Kit di DKI Jakarta telah selesai dilaksanakan terhadap 1755 unit taksi; Peningkatan pelayanan angkutan umum

dibeberapa kota melalui pembangunan bus Perum Damri;


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 13

Peningkatan pelayanan angkutan umum bagi pelajar melalui pembangunan bus sekolah dibeberapa kota.

B. Kebijakan dan Implementasi Dana Alokasi Khusus (DAK) 1. Definisi DAK Bersumber dari Pendapatan APBN; Dialokasikan kepada daerah tertentu; Membantu mendanai kegiatan khusus; Merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional 2. Tujuan Membantu daerah tertentu; Mendanai kebutuhan sarana dan prasarana

pelayanan dasar masyarakat; dan Untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional. 3. Kriteria Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) Kriteria DAK yang meliputi Kriteria Umum, Kriteria Khusus, & Kriteria Teknis. Kriteria Umum ditetapkan kemampuan dengan keuangan

mempertimbangkan dalam APBD. Kriteria Khusus

ditetapkan

dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah. Kriteria Teknis ditetapkan oleh Kementerian Negara/Departemen Teknis 4. Isue Isue Kelembagaan DAK Pusat & Daerah Pusat

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 14

Koordinasi

dalam

pengalokasian

dan

pemantauan pelaksanaan DAK Keseragaman sistem pelaporan Sinergitas Pusat-Daerah Sistem e-monev Daerah Pembentukan Lembaga di tingkat provinsi dan kab/kota. Koordinasi dan functioning lembaga di provinsi dan kab/kota. 5. Arah Kebijakan DAK Dalam RKP Tahun 2012 Mendukung Prioritas Nasional 2014. Prioritas untuk daerah-daerah kemampuan RPJMN 2010-

keuangan rendah dalam membiayai pelayanan publik (sesuai SPM). Prioritas untuk mendanai kegiatan2 cross cutting sektor yang prioritas nasional & bersifat

kewilayahan. Meningkatkan bertahap pagu nasional DAK untuk meningkatkan efektivitasnya sasaran dalam prioritas

mendukung

pencapaian

nasional, yang disertai dengan: a. Upaya mempertajam perencanaan dan

penghitungan alokasi DAK berdasarkan kerangka pengeluaran jangka menengah dan penganggaran berbasis kinerja, b. Meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan daerah,

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 15

c. Meningkatkan sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai APBN dan APBD, d. Meningkatkan pengawasan terhadap

pelaksanaan kegiatan DAK di daerah. 6. Harapan ke Depan Melalui forum koordinasi semacam ini dapat memperkuat sinergi kelembagaan tingkat Pusat terhadap pengelolaan DAK di Daerah. C. Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan 1. Permasalahan Utama Kinerja sistem jaringan jalan kurang mendukung sistem pergerakan; (Perbandingan antara panjang jalan dan total area tidak seimbang) Kurangnya jaringan transportasi perkotaan untuk mendukung operasional kendaraan angkutan

umum; (Contoh: Sistem jaringan angkutan umum yang belum terkoordinasi dengan baik dengan sistem jaringan jalan penghubung ) Pola jaringan transportasi perkotaan yang kurang terintegrasi dalam mendukung pergerakan antar moda; Perencanaan Transportasi tidak terintegrasi

dengan perencanaan tata ruang (land used) Kurangnya data base pada setiap daerah

2. Anatomi Penetapan Sasaran dan Arah Kebijakan Pengembangan LLAJ Tujuan


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 16

Sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem LLAJ Jalan nasional Sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem LLAJ Jalan Provinsi Sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem LLAJ Jalan Kabupaten/Kota 3. Rencana Induk Jaringan LLAJ (Pasal 15) a. Untuk mewujudkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang terpadu dilakukan pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berpedoman pada Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. b. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota. c. Perkiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan (O/D) lingkup Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota; d. Arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota dalam keseluruhan moda transportasi; e. Rencana lokasi dan kebutuhan Simpul Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota; dan f. Rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota. 4. Dokumen Perencanaan yang Wajib Diperhatikan a. Untuk Rencana Induk LLAJ Nasional Untuk Antar Kota Yang Melebihi Wilayah Provinsi b. Rencana Induk LLAJ Nasional Untuk Perkotaan Yang Melebihi Wilayah Provinsi 5. Bantuan Teknis Penyusunan Rencana Induk /

Masterplan Transportasi Perkotaan


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 17

Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Aglomerasi

Maminasata (2008) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Aglomerasi

Lubuksangkarpaya (Lubuk Basung, Bukit Tinggi, Batu Sangkar, Padang Panjang, Payakumbuh) (2008) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Aglomerasi Bandung Raya (2008) Penyusunan Master Plan Pola Transportasi Makro (PTM) di Jabodetabek Tahap 1 (2009) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya (2009) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Aglomerasi

PALAPA(Padang, Lubuk Alung, Pariaman) (2009) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota AMBON dan Sekitarnya (Tahun 2010) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota MATARAM dan Sekitarnya (Tahun 2010) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota SAMARINDA dan Sekitarnya (Tahun 2010) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota PALEMBANG dan Sekitarnya (Tahun 2011)


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 18

Penyusunan

Rencana

Induk

Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota MEBIDANG dan Sekitarnya (Tahun 2011) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota TEGAL dan Sekitarnya (Tahun 2011) D. Penghargaan Wahana Tata Nugraha; 1. Dasar Kegiatan : a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 5 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian

Penghargaan Wahana Tata Nugraha; b. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Tentang Nomor: Petunjuk SK.2496/AJ.406/DRJD/2007, Pelaksanaan Penilaian

Penghargaan Wahana Tata Nugraha, Tanggal 19 Juni 2007; c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 259 2011 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Tingkat Nasional Penghargaan Wahana Tata Nugraha Tahun 2011. 2. Visi : Terciptanya penyelenggaraan transportasi

perkotaan yang selamat, tertib, lancar, efisien, handal dan berkelanjutan; 3. Misi : Mendorong Pemda (Prov/Kab/Kota) untuk mewujudkan penyelenggaraan transportasi perkotaan yang selamat, tertib, lancar, efisien, handal dan berkelanjutan. 4. Maksud Dan Tujuan a. Mendorong dan membina pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 19

dalam meningkatkan tertib lalu lintas dan angkutan kota; b. Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan disiplin berlalu lintas; c. Memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam

meningkatkan tertib lalu lintas dan angkutan kota dalam rangka mewujudkan pelayanan angkutan umum sebagai pelayanan publik dan sistem transportasi berkelanjutan; d. Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan disiplin berlalu lintas di jalan; e. Mendorong terwujudnya sistem transportasi kota yang efektif, berkualitas, tertib, lancar, aman, cepat, teratur, selamat, nyaman dan efisien. 5. Tahapan Penilaian : a. Tahap I (Administrasi Oleh Panitia Tingkat perkotaan yang handal dan

Propinsi) b. Tahap II (Survey Oleh Panitia Tingkat Provinsi dan Akademisi di damping oleh Panitia Tingkat Nasional sebagai Suvervisi) c. Tahap III (Paparan Hasil Tinjauan Lapangan Oleh Panitia Tingkat Nasional) 6. Kriteria Peserta WTN Dengan Rumus : P = N + M + 3 Keterangan : P = Peserta N = Jumlah kota yang mendapat

Penghargaan pada tahun sebelumnya M = Jumlah kota yang


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 20

mendapat Plakat atau sertifikat pada tahun sebelumnya 3 = Jumlah peserta/kota baru 7. Penghargaan Yang Diberikan : a. Penghargaan Nugraha : Plakat Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Kota Bobot Nilai Rata-rata hasil penilaian lapangan oleh Panitia Tingkat Nasional adalah masuk dalam kisaran antara 65 dan 75 (65X75). Penghargaan Wahana Tata Nugraha Bobot Nilai Rata-rata hasil penilaian lapangan oleh Panitia Tingkat Nasional adalah lebih besar dari 75 (X >75). Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kencana Mendapat penghargaan WTN sebanyak 5 (lima) kali berturut turut dengan nilai semakin meningkat. Penghargaan Wirakarya Diberikan kepada Pemerintah Daerah yang mempunyai prakarsa dan implementasi yang sangat menonjol dan luar biasa dalam Wahana Tata Nugraha Penghargaan Wahana Tata

mewujudkan perkotaan.

penyelenggaraan

transportasi

Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wiratama Diberikan kepada Pemerintah Daerah yang mengikutsertakan peserta kota/kabupaten : Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah <10, peserta 75% dari jumlah kota/kab.

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 21

Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah 10 - 20, peserta 65% dari jumlah kota/kab. Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah 21 - 23, peserta 55% dari jumlah kota/kab. Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah >31, peserta 45% dari jumlah kota/kab. Dan 25% kota/kab. Tersebut yang mendapat Penghargaan Wahana Tata Nugraha. Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wiratama Kencana Diberikan kepada Pemerintah Daerah yang telah mendapat Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wiratama sebnayak 5 (lima) kali berturut-turut. Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kategori Lalu Lintas Diberikan kepada jumlah kota/kabupaten nilai tertinggi yang untuk

mendapatkan

seluruh penilaian pada indikator yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan Lalu Lintas dan Kinerja pelaksanaan Sistem Lalu Lintas jalan. Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kategori Angkutan Diberikan kepada jumlah kota/kabupaten nilai tertinggi yang untuk

mendapatkan

seluruh penilaian pada indikator yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan Angkutan transportasi perkotaan. 8. Keuntungan Pemerintah Kota/Kabupaten Mengikuti Penghargaan Wahana Tata Nugraha : Untuk KotaBimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 22

kota yang aktif mengikuti

Penghargaan Wahana

Tata Nugraha, rekomendasi yang telah diberikan oleh Tim penilai sangat bermanfaat terhadap

pembangunan kota-kota, hal ini terlihat dengan banyaknya kota-kota yang telah membangun dan memperbaiki system Transpostasi baik Prasarana, dan perkotaannya, disiplin, antar telah fisik

sarana, koordinasi pusat

kelembagaan/organisasi instansi, dilain fihak

pemerintah konsultasi penerima

memberikan terhadap

bantuan kota-kota

maupun

Penghargaan

Penghargaan Wahana Tata Nugraha dan akan terus melakukan pembinaan teknis. 9. Manfaat Penghargaan Wahana Tata Nugraha

Diserahkan Di Istana Negara Oleh Presiden R.I : Untuk memberikan semangat dan motivasi yang tinggi kepada para Gubernur, Walikota dan Bupati agar terus meningkatkan dan membangun sektor

Transportasi khususnya transportasi perkotaan di daerah masing-masing, dan keberhasilan dari

Penghargaan Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Kota, bukan sekedar perolehan Penghargaan WTN, namun dari pencapaian Kinerja Transportasi Perkotaan yang berkelanjutan. E. Kesimpulan/Hal-Hal Yang Perlu Didiskusikan a. Untuk melakukan pembangunan dan pengembangan transportasi perkotaan secara terintegrasi perlu

segera disusun Master Plan / Rencana Induk Transportasi Perkotaan oleh provinsi/kabupaten/kota sehingga pelaksanaannya akan lebih terarah. Sebagai awal perlu segera menyusun Master Plan / Rencana
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 23

Induk Transportasi Perkotaan wilayah Jayapura dan Sekitarnya (Aglomerasi); b. Perlu segera membenahi sistem transportasi

perkotaan di Kota/Kab. di Provinsi Papua, seperti : Sarana; Prasarana. c. Kabupaten/Kota di Provinsi Papua diharapkan dapat mengikuti kegiatan Penghargaan Wahana Tata Nugraha pada tahun 2012 sebagai upaya melakukan pembinaan dan meningkatkan komunikasi antara Pusat dan Daerah; d. Perlu segera dibangun dan dikembangkan Angkutan Pemadu Moda yang melayani trayek antara Bandara Sentani atau Bandara Lainnya ke Wilayah Sekitarnya; e. Untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan, perlu peningatan pemasangan fasilitas keselamatan jalan terutama Rambu, Marka dan Pagar Pengaman Jalan (Guardril); f. Penerapan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sehingga dapat meningkatkan kapasitas jalan dan meningkatkan pergerakan pengguna jalan, seperti Penertiban Parkir di badan jalan, pengaturan penggunaan kendaraan pribadi, pemberian prioritas bagi pejalan kaki; g. Untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan angkutan umum perlu dilakukan pembaharuan sistem Angkutan yang ada dengan mempertimbangkan kebutuhan dan penyediaan sarana angkutan yang memenuhi standar pelayanan minimal, jika dimungkinkan dengan

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 24

pengembangan dan pembagunan angkutan umum massal berbasis jalan; h. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam melakukan pengaturan dan pengawasan lalu lintas dan angkutan jalan seperti pembangunan Area Traffic Control System (ATCS); i. Penerapan Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) terhadap pembangunan dan pengembangan pusatpusat kegiatan untuk mengetahui sejauh mana efekefek yang ditimbulkan dan oleh lalu lintas yang

dibangkitkan/ditarik merupakan

menjadikan untuk

Andalalin Ijin

persyaratan

memperoleh

Mendirikan Bangunan (IMB) dan dituangkan dalam regulasi Pemerintah Daerah setempat; j. Untuk perencanaan dan pelaksanaan program /

kegiatan perlu didukung dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang sesuai serta jumlah pendanaan yang memadai; k. Tindaklanjut dari kegiatan Bimbingan Teknis,

Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan ini akan dilaksanakan dan dikoordinir oleh Dinas

Perhubungan Provinsi Papua. 3. 2. Provinsi Kalimantan Selatan 3.1.1 Resume Pemaparan A. Kebijakan Umum Transportasi Perkotaan Isi dari pemaparan Kebijakan Umum Transportasi Perkotaan meliputi : 1. Permasalahan dan Tantangan
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 25

Kinerja sistem jaringan jalan kurang mendukung sistem pergerakan; (Perbandingan antara panjang jalan dan total area tidak seimbang)

Kurangnya jaringan transportasi perkotaan untuk mendukung operasional kendaraan angkutan

umum; (Contoh: Sistem jaringan angkutan umum yang belum terkoordinasi dengan baik dengan sistem jaringan jalan penghubung ) Pola jaringan transportasi perkotaan yang kurang terintegrasi dalam mendukung pergerakan antar moda; Perencanaan Transportasi tidak terintegrasi

dengan perencanaan tata ruang (land used); Kurangnya data base pada setiap daerah.

2. Akar Masalah Infrastruktur transportasi dibangun dengan

orientasi pergerakan kendaraan bermotor, bukan pergerakan manusia; Insentif untuk Public Transport kurang, disinsentif untuk Private Transport kurang; Investasi untuk angkutan massal tidak tepat dari segi waktu dan jenis moda; Perencanaan transportasi tidak bersinergi dengan perencanaan tata guna lahan; Disiplin dan Law Enforcement tidak maksimal.

3. Review UU LLAJ No.22/2009 berkaitan dengan transportasi perkotaan Kewajiban Menyediakan Angkutan Umum (pasal 139)

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 26

Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan umum yang selamat, aman, nyaman dan efisien;

Pemerintah angkutan diatas.

wajib umum

menjamin sebagaimana

tersedianya pada ayat

Standar 141/198);

Pelayanan

Angkutan

Orang

(Pasal

Untuk mewujudkan standar pelayanan jasa angkutan umum pemerintah menetapkan suatu Standar Pelayanan Minimal (SPM);

Subsidi Angkutan Umum (Pasal 185); Tarif penumpang kelas ekonomi ditetapkan Pemerintah/Daerah; Tarif kelas ekonomi dapat diberi Subsidi oleh Pemerintah/Daerah. Angkutan Massal (pasal 158 ayat (1)) Pemerintah angkutan wajib massal menjamin berbasis ketersediaan jalan untuk

memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dikawasan

perkotaan (kawasan megapolitan, metropolitan dan perkotaan besar) Angkutan Massal (pasal 158 ayat (2)) Angkutan massal harus didukung dengan : Bus berkapasitas angkut massal; Lajur khusus; Trayek angkutan umum missal yang tidak berhimpitan; Angkutan pengumpan. Izin Angkutan Umum (pasal 174) Dilaksanakan melalui seleksi / pelelangan
Bab III - 27 Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Penyediaan dilaksanakan

jasa oleh

angkutan BUMN/D atau

umum Badan

Hukum lain (Pasal 139) & wajib asuransi kecelakaan penumpang dan awak(Pasal

237)/pelanggaran 6 bln/Rp1,5 jt (Pasal 313) Izin satu trayek atau berupa KAWASAN Perpanjangan izin harus melalui seleksi/lelang Wajib mengoperasikan sesuai SPM (Pasal 177) Pemerintah wajib menjaga keseimbangan

supply /demand (Pasal 197) Rencana Umum Jaringan Trayek (pasal 145) Penyusunan dilakukan berkordinasi dengan instansi terkait Jaringan trayek perkotaan disusun

berdasarkan kawasan perkotaan (otonom; bgn kabupaten dengan ciri kota; kawasan bgn dari >= 2 daerah yang memiliki ciri kota) Penetapan jaringan sesuai trayek wilayah oleh (dlm

Pemerintah/daerah

wilayah kota/kabupaten perlu mendapatkan persetujuan dari Menteri (Pasal 148) Berhenti ditempat yang ditentukan ( tidak perlu harus terminal/ (Pasal 143), kecuali

AKAP/AKDP) Manajemen Kebutuhan Lalin (pasal 133) Penyelenggaraan manajemen kebutuhan lalu lintas untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan mengendalikan pergerakan lalu lintas, yang salah satunya dilakukan dengan cara

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 28

pengenaan

retribusi pengendalian lalu lintas

atau dikenal dengan road pricing Analisis Dampak Lalu Lintas (pasal 109 101) Analisis dampak lalu lintas diwajibkan untuk Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman menimbulkan dan infrastruktur gangguan yang akan

Keamanan,

Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Andalalin dilakukan oleh lembaga konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat. 4. Arah Kebijakan Pengembangan Transportasi Perkotaan yang

didasarkan kepada Master Plan Pengembangan Transportasi Perkotaan; Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan

pada penyesuaian bentuk angkutan penyusutan paratransit angkutan massal, dengan pelayanan sesuai SPM; Pengembangan transportasi perkotaan kepada bentuk Jaringan dan wilayah Aglomerasi; Pengembangan konsep pembatasan penggunaan kendaraan, Traffic Demand Management (TDM); Pemanfaatan teknologi modern untuk penataan lalu lintas untuk kota raya dan besar, Intelligent Transport System (ITS); Pengembangan transportasi pemadu moda untuk menjalin keterhubungan pusat kota dengan outlet seperti bandar udara dan pelabuhan laut serta pembenahan fasilitas intermoda;

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 29

Pengembangan

transportasi

perkotaan

yang

ramah lingkungan, konservasi dan diversifikasi energi. 5. Kebijakan, Strategi & Program a. Regulasi , Institusi Dan Perencanaan Kebijakan meliputi : Pembenahan Regulasi , Pemantapan penyelesaian Design; Strategi meliputi : Menyempurnakan peraturan perundang-undangan Transportasi Perkotaan, yang mengatur Capacity /Set Up Building dan

Master Plan/Grand

Memberdayakan

peran pemerintah daerah maupun pusat dalam memprioritaskan angkutan umum Perkotaan (perintis), Partnership Pengembangan (PPP) dalam Public Private

pembangunan

transportasi perkotaan, Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK);

Program meliputi : Peraturan Pemerintah dari UU No 22 Tahun 2009 ,Penyusunan Norma dan Standar lainnya, Penyusunan

Roadmap/Master Plan Transportasi Perkotaan, Kegiatan konsolidasi transportasi perkotaan, Master Plan Kota, Pembentukan Urban

Transport Information Centre (UTIC). b. Prasarana Kebijakan meliputi : Pembangunan prasarana transportasi dengan Pengembangan konsep integrasi tata guna lahan dan transportasi;

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 30

Strategi meliputi : Pengembangan konsep Transport Oriented Development (TOD)

dengan memadukan perencanaan transportasi dengan tata guna lahan (UU Tata Ruang), Pengembangan fasilitas pejalan kaki dan Pesepeda; Program meliputi : Pengembangan kota-kota percontohan transportasi perkotaan (Kota

Raya, Besar, Sedang dan Kecil, Kawasan Timur dan Barat). c. Lalu Lintas Kebijakan meliputi : Peningkatan kelancaran lalu lintas; Strategi Sepeda meliputi motor, : Penataan penggunaan Intelligent

Pengembangan

Transport System, Penerapan Traffic Demand Management (TDM); Program meliputi : Kajian penataan sepeda motor, Percontohan lajur khusus; Usulan

produksi sepeda motor ber cc kecil dan bertenaga listrik dan hybrid, Pengembangan ATCS (Area Traffic Control System), Variable Message Sign (VMS), System Navigasi pada Kota Besar dan Metropolitan, Pembatasan lalu lintas, Electronic Road Pricing (ERP). d. Angkutan Umum Kebijakan meliputi : Keberpihakan pada

penggunaan dan pengembangan angkutan umum; Strategi meliputi : Mengembangkan angkutan umum yang mampu menjangkau seluruh
Bab III - 31

kawasan perkotaan dan mampu melayani


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

seluruh lapisan masyarakat yang handal dan berkelanjutan, Menjamin kepastian dan

keberlangsungan pelayanan angkutan umum dengan Minimal; Program meliputi : Pengembangan angkutan massal BRT (Bus Rapid Transit/ busway) pada Kota Besar dan Metropolitan, Pengembangan angkutan bus sedang untuk Kota Sedang melalui DAMRI, Pengembangan angkutan penetapan Standar Pelayanan

pelajar/perintis, Integrasi angkutan perkotaan, Pengembangan sistem pembayaran yang lebih akuntabel dan terintegrasi (Smart Card),

Penerapan sistem tender untuk perizinan. e. Lingkungan Kebijakan meliputi : Pengembangan

Transportasi Perkotaan Yang Berkelanjutan (Sustainable Transport) dan Pengembangan sistem transportasi nasional yang rendah emisi (Low Emission Transport); Strategi meliputi : Mendayagunakan

penggunaan bahan bakar alternatif (Perpres 5/2006), Meningkatkan kelaikan sarana

kendaraan bermotor, Pencegahan dampak negatif pembangunan terhadap lalu lintas; Program meliputi : Sosialisasi Tata Cara Mengemudi (Smart Driving), Land Use Control (Analisis Dampak Lalu Lintas), Diversifikasi Bahan Bakar, Peningkatan Teknologi

Kendaraaan. 6. Pelaksanaan Bantuan Teknis


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 32

a. Bantuan

Teknis

Pemerintah (Bidang

Pusat

Kepada

Pemerintah Perkotaan)

Daerah

Transportasi Menteri

Berpedoman

Peraturan

Perhubungan Nomor KM 51 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Percontohan

Transportasi Darat; b. Persyaratan Untuk Daerah/Lokasi/Wilayah/Kota Percontohan/Kegiatan (Permenhub Nomor KM. 51 Tahun 2007) : Adanya komitmen/kesanggupan daerah dalam penyelenggaraan & pembiayaan; Kesiapan administratif Pemda di bid.

transportasi meliputi regulasi, kelembagaan & memiliki master plan transportasi; Kondisi prasarana, sarana, dan lalu lintas transportasi darat yang memadai; Pernah mengikuti kegiatan dan/atau lomba di bidang transportasi seperti Penghargaan

Wahana Tata Nugraha, AKUT, bimbingan teknis, penguji teladan dll; Memperhatikan aspek pemerataan &

keseimbangan wilayah. c. Bentuk bentuk Bantuan Teknis Bidang

Transportasi Perkotaan : Penyusunan Perkotaan Bantuan teknis sebagai kota/kawasan Rencana Induk Transportasi

percontohan; Pengembangan Massal (SAUM) Sistem Angkutan Umum

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 33

Bantuan teknis ATCS dan Intelligent Transport System (I.T.S.); Bantuan teknis untuk studi/perencanaan dan penerapannya; Pengembangan sarana angkutan pelajar Bantuan diperkotaan; Pengembangan S.P.B.G.. Bantuan teknis prasarana ramah lingkungan (daerah pejalan kaki, jalur sepeda) Gasifikasi/Converter Kit dan teknis perlengkapan jalan

d. Kriteria Pemberian Bantuan Teknis sebagai Kota Percontohan : Untuk kota-kota yang Kecil dan Sedang mengikuti

diprioritaskan

pernah

Penghargaan Wahana Tata Nugraha; Adanya komitmen dari Pemerintah Daerah untuk mengembangkan sistem transportasi perkotaan transportasi; Adanya Kepmenhub tentang penetapan sesuai dengan kaidah-kaidah

sebagai kota percontohan; Adanya kerjasama Pemerintah Pemerintah Pusat dan dituangkan dalam

Daerah,

Kesepakatan Bersama (MOU); Proyek-proyek percontohan (pilot project) yang meliputi : Penyusunan Perkotaan, Rencana Umum

Transportasi

Pengembangan

angkutan umum, Penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas, Pembangunan fasilitasfasilitas pendukung, Penegakan hukum;
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 34

Skema pengembangan transportasi didasarkan pada hasil proyek-proyek percontohan, untuk diterapkan Pemerintah secara Kota ke komprehensif seluruh oleh

kawasan

perkotaan, sehingga

memiliki suatu sistem

transportasi yang dapat menjadi acuan bagi kawasan-kawasan perkotaan sejenis lainnya. e. Kriteria Pemberian Bantuan Teknis sebagai

Kawasan Percontohan : Untuk suatu kawasan (jasa, pemukiman,

pariwisata, dll) di wilayah perkotaan bagi kotakota metropolitan, besar, sedang dan kecil, diprioritaskan yang pernah mengikuti

Penghargaan Wahana Tata Nugraha; Adanya komitmen dari Pemerintah Daerah untuk mengembangkan sistem transportasi perkotaan pada kawasan percontohan, sesuai dengan kaidah-kaidah transportasi; Adanya kerjasama Pemerintah Pemerintah Pusat dan dituangkan dalam

Daerah,

Kesepakatan Bersama (MOU); Skema pengembangan transportasi didasarkan pada tujuan untuk peningkatan kualitas

lingkungan atau keterpaduan moda; Proyek-proyek kawasan percontohan (pilot project) dapat meliputi : Pengembangan

angkutan umum, Penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas, Pembangunan fasilitasfasilitas pendukung. f. Kriteria Pemberian Bantuan Teknis untuk

Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (S.A.U.M.) & Intelligent Transport System (I.T.S.) :
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 35

Untuk kawasan perkotaan metropolitan dan besar (penduduk > 500.000 jiwa); Adanya komitmen dari Pemerintah Daerah untuk mengembangkan S.A.U.M. berbasis

jalan dan I.T.S. di wilayahnya; Adanya kerjasama Pemerintah Adanya Pemerintah Pusat dan dituangkan pendanaan dalam

Daerah, sharing

Kesepakatan Bersama (MOU); antara

Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. g. Bantuan Teknis untuk Studi/Perencanaan dan penerapannya : Untuk kota-kota metropolitan, besar, sedang dan kecil; Bantuan teknis dalam kaitan : Perencanaan rencana umum transportasi perkotaan,

Perencanaan dan penerapan angkutan umum, Perencanaan dan penerapan Manajemen Lalu Lintas, Dll. h. Bantuan Teknis sarana Angkutan Pelajar dan Perlengkapan Jalan : Untuk kota-kota Metropolitan, Besar, Sedang dan Kecil; Bantuan teknis dalam kaitan : Sarana angkutan pelajar, Perlengkapan jalan, Dll. i. Bantuan Teknis Bidang Transportasi Perkotaan : Penyusunan Pola Pengembangan jaringan Transportasi untuk Wilayah Aglomerasi; Pembangunan ATCS & APILL Tenaga Surya di Wilayah Perkotaan;

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 36

Implementasi Program Pengadaan Converter Kit di DKI Jakarta telah selesai dilaksanakan terhadap 1755 unit taksi;

Peningkatan

pelayanan

angkutan

umum

dibeberapa kota melalui pembangunan bus Perum Damri; Peningkatan pelayanan angkutan umum bagi pelajar melalui pembangunan bus sekolah dibeberapa kota. B. Kebijakan dan Implementasi Dana Alokasi Khusus (DAK) 1. Definisi DAK Bersumber dari Pendapatan APBN; Dialokasikan kepada daerah tertentu; Membantu mendanai kegiatan khusus; Merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional

2. Tujuan Membantu daerah tertentu; Mendanai kebutuhan sarana dan prasarana

pelayanan dasar masyarakat; dan Untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional. 3. Kriteria Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) Kriteria DAK yang meliputi Kriteria Umum, Kriteria Khusus, & Kriteria Teknis. Kriteria Umum ditetapkan kemampuan dengan keuangan

mempertimbangkan dalam APBD.

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 37

Kriteria

Khusus

ditetapkan

dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah. Kriteria Teknis ditetapkan oleh Kementerian Negara/Departemen Teknis 4. Isue Isue Kelembagaan DAK Pusat & Daerah Pusat Koordinasi dalam pengalokasian dan

pemantauan pelaksanaan DAK Keseragaman sistem pelaporan Sinergitas Pusat-Daerah Sistem e-monev Daerah Pembentukan Lembaga di tingkat provinsi dan kab/kota. Koordinasi dan functioning lembaga di provinsi dan kab/kota. 5. Arah Kebijakan DAK Dalam RKP Tahun 2012 Mendukung Prioritas Nasional 2014. Prioritas untuk daerah-daerah kemampuan RPJMN 2010-

keuangan rendah dalam membiayai pelayanan publik (sesuai SPM). Prioritas untuk mendanai kegiatan2 cross cutting sektor yang prioritas nasional & bersifat

kewilayahan. Meningkatkan bertahap pagu nasional DAK untuk meningkatkan efektivitasnya sasaran dalam prioritas

mendukung

pencapaian

nasional, yang disertai dengan:

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 38

a. Upaya

mempertajam

perencanaan

dan

penghitungan alokasi DAK berdasarkan kerangka pengeluaran jangka menengah dan penganggaran berbasis kinerja, b. Meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan daerah, c. Meningkatkan sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai APBN dan APBD, d. Meningkatkan pengawasan terhadap

pelaksanaan kegiatan DAK di daerah. 6. Harapan ke Depan Melalui forum koordinasi semacam ini dapat memperkuat sinergi kelembagaan tingkat Pusat terhadap pengelolaan DAK di Daerah.

C. Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan 1. Permasalahan Utama Kinerja sistem jaringan jalan kurang mendukung sistem pergerakan; (Perbandingan antara panjang jalan dan total area tidak seimbang) Kurangnya jaringan transportasi perkotaan untuk mendukung operasional kendaraan angkutan

umum; (Contoh: Sistem jaringan angkutan umum yang belum terkoordinasi dengan baik dengan sistem jaringan jalan penghubung )

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 39

Pola jaringan transportasi perkotaan yang kurang terintegrasi dalam mendukung pergerakan antar moda; Perencanaan Transportasi tidak terintegrasi

dengan perencanaan tata ruang (land used) Kurangnya data base pada setiap daerah 2. Anatomi Penetapan Sasaran dan Arah Kebijakan Pengembangan LLAJ Tujuan Sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem LLAJ Jalan nasional Sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem LLAJ Jalan Provinsi Sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem LLAJ Jalan Kabupaten/Kota 3. Rencana Induk Jaringan LLAJ (Pasal 15) a. Untuk mewujudkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang terpadu dilakukan pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berpedoman pada Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. b. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota. c. Perkiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan (O/D) lingkup Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota; d. Arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota dalam keseluruhan moda transportasi; e. Rencana lokasi dan kebutuhan Simpul Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota; dan
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 40

f. Rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota. 4. Dokumen Perencanaan yang Wajib Diperhatikan a. Untuk Rencana Induk LLAJ Nasional Untuk Antar Kota Yang Melebihi Wilayah Provinsi b. Rencana Induk LLAJ Nasional Untuk Perkotaan Yang Melebihi Wilayah Provinsi 5. Bantuan Teknis Penyusunan Rencana Induk /

Masterplan Transportasi Perkotaan Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Aglomerasi

Maminasata (2008) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Aglomerasi

Lubuksangkarpaya (Lubuk Basung, Bukit Tinggi, Batu Sangkar, Padang Panjang, Payakumbuh) (2008) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Aglomerasi Bandung Raya (2008) Penyusunan Master Plan Pola Transportasi Makro (PTM) di Jabodetabek Tahap 1 (2009) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya (2009) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Aglomerasi

PALAPA(Padang, Lubuk Alung, Pariaman) (2009) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota AMBON dan Sekitarnya (Tahun 2010)


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 41

Penyusunan

Rencana

Induk

Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota MATARAM dan Sekitarnya (Tahun 2010) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota SAMARINDA dan Sekitarnya (Tahun 2010) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota PALEMBANG dan Sekitarnya (Tahun 2011) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota MEBIDANG dan Sekitarnya (Tahun 2011) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota TEGAL dan Sekitarnya (Tahun 2011)

D. Penghargaan Wahana Tata Nugraha; 1. Dasar Kegiatan : a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 5 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian

Penghargaan Wahana Tata Nugraha; b. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Tentang Nomor: Petunjuk SK.2496/AJ.406/DRJD/2007, Pelaksanaan Penilaian

Penghargaan Wahana Tata Nugraha, Tanggal 19 Juni 2007; c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 259 2011 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Tingkat Nasional Penghargaan Wahana Tata Nugraha Tahun 2011.
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 42

2. Visi :

Terciptanya

penyelenggaraan

transportasi

perkotaan yang selamat, tertib, lancar, efisien, handal dan berkelanjutan; 3. Misi : Mendorong Pemda (Prov/Kab/Kota) untuk mewujudkan penyelenggaraan transportasi perkotaan yang selamat, tertib, lancar, efisien, handal dan berkelanjutan. 4. Maksud Dan Tujuan a. Mendorong dan membina pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam meningkatkan tertib lalu lintas dan angkutan kota; b. Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan disiplin berlalu lintas; c. Memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam

meningkatkan tertib lalu lintas dan angkutan kota dalam rangka mewujudkan pelayanan angkutan umum sebagai pelayanan publik dan sistem transportasi berkelanjutan; d. Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan disiplin berlalu lintas di jalan; e. Mendorong terwujudnya sistem transportasi kota yang efektif, berkualitas, tertib, lancar, aman, cepat, teratur, selamat, nyaman dan efisien. 5. Tahapan Penilaian : a. Tahap I (Administrasi Oleh Panitia Tingkat perkotaan yang handal dan

Propinsi)

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 43

b. Tahap II (Survey Oleh Panitia Tingkat Provinsi dan Akademisi di damping oleh Panitia Tingkat Nasional sebagai Suvervisi) c. Tahap III (Paparan Hasil Tinjauan Lapangan Oleh Panitia Tingkat Nasional) 6. Kriteria Peserta WTN Dengan Rumus : P = N + M + 3 Keterangan : P = Peserta N = Jumlah kota yang mendapat

Penghargaan pada tahun sebelumnya M = Jumlah kota yang mendapat Plakat atau sertifikat pada tahun sebelumnya 3 = Jumlah peserta/kota baru 7. Penghargaan Yang Diberikan : a. Penghargaan Nugraha : Plakat Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Kota Bobot Nilai Rata-rata hasil penilaian lapangan oleh Panitia Tingkat Nasional adalah masuk dalam kisaran antara 65 dan 75 (65X75). Penghargaan Wahana Tata Nugraha Bobot Nilai Rata-rata hasil penilaian lapangan oleh Panitia Tingkat Nasional adalah lebih besar dari 75 (X >75). Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kencana Mendapat penghargaan WTN sebanyak 5 (lima) kali berturut turut dengan nilai semakin meningkat. Penghargaan Wahana Tata

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 44

Penghargaan Wirakarya

Wahana

Tata

Nugraha

Diberikan kepada Pemerintah Daerah yang mempunyai prakarsa dan implementasi yang sangat menonjol dan luar biasa dalam

mewujudkan perkotaan.

penyelenggaraan

transportasi

Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wiratama Diberikan kepada Pemerintah Daerah yang mengikutsertakan peserta kota/kabupaten : Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah <10, peserta 75% dari jumlah kota/kab. Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah 10 - 20, peserta 65% dari jumlah kota/kab. Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah 21 - 23, peserta 55% dari jumlah kota/kab. Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah >31, peserta 45% dari jumlah kota/kab. Dan 25% kota/kab. Tersebut yang mendapat Penghargaan Wahana Tata Nugraha.

Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wiratama Kencana Diberikan kepada Pemerintah Daerah yang telah mendapat Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wiratama sebnayak 5 (lima) kali berturut-turut.

Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kategori Lalu Lintas Diberikan kepada jumlah kota/kabupaten nilai tertinggi yang untuk

mendapatkan

seluruh penilaian pada indikator yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan Lalu Lintas
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 45

dan Kinerja pelaksanaan Sistem Lalu Lintas jalan. Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kategori Angkutan Diberikan kepada jumlah kota/kabupaten nilai tertinggi yang untuk

mendapatkan

seluruh penilaian pada indikator yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan Angkutan transportasi perkotaan. 8. Keuntungan Pemerintah Kota/Kabupaten Mengikuti Penghargaan Wahana Tata Nugraha : Untuk Kotakota yang aktif mengikuti Penghargaan Wahana

Tata Nugraha, rekomendasi yang telah diberikan oleh Tim penilai sangat bermanfaat terhadap

pembangunan kota-kota, hal ini terlihat dengan banyaknya kota-kota yang telah membangun dan memperbaiki system Transpostasi baik Prasarana, dan perkotaannya, disiplin, antar telah fisik

sarana, koordinasi pusat

kelembagaan/organisasi instansi, dilain fihak

pemerintah konsultasi penerima

memberikan terhadap

bantuan kota-kota

maupun

Penghargaan

Penghargaan Wahana Tata Nugraha dan akan terus melakukan pembinaan teknis. 9. Manfaat Penghargaan Wahana Tata Nugraha

Diserahkan Di Istana Negara Oleh Presiden R.I : Untuk memberikan semangat dan motivasi yang tinggi kepada para Gubernur, Walikota dan Bupati agar terus meningkatkan dan membangun sektor

Transportasi khususnya transportasi perkotaan di daerah masing-masing, dan keberhasilan dari

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 46

Penghargaan Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Kota, bukan sekedar perolehan Penghargaan WTN, namun dari pencapaian Kinerja Transportasi Perkotaan yang berkelanjutan. E. Kesimpulan/Hal-Hal Yang Perlu Didiskusikan a. Untuk melakukan pembangunan dan

pengembangan transportasi perkotaan secara terintegrasi perlu segera disusun Master Plan / Rencana Induk Transportasi Perkotaan oleh

provinsi/kabupaten/kota sehingga pelaksanaannya akan lebih terarah. Sebagai awal menyusun Master Plan / perlu segera Induk

Rencana

Transportasi Perkotaan wilayah Banjarmasin dan Sekitarnya Banjarbakula; (Kawasan Aglomerasi). seperti

b. Perlu segera membenahi sistem transportasi perkotaan di Kota/Kab. di Provinsi Kalimantan Selatan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti : Sarana; Prasarana. c. Kabupaten/Kota di Provinsi Papua diharapkan dapat mengikuti kegiatan Penghargaan Wahana Tata Nugraha pada tahun 2012 sebagai upaya melakukan pembinaan dan meningkatkan

komunikasi antara Pusat dan Daerah; d. Perlu segera dibangun dan dikembangkan

Angkutan Pemadu Moda yang melayani trayek

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 47

antara Bandara Syamsoedin Nooor ke Wilayah Sekitarnya; e. Untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain; a) Pelaksanaan dan Penerapan Manajemen

Keselamatan Jalan (Road Safety Management) b) Peningkatan Infrastruktur termasuk

peningkatan pemasangan fasilitas keselamatan jalan terutama rambu, marka dan Pagar

Pengaman Jalan (Guardril); c) Menjaga kondisi kendaraan yang lebih

menjamin keselamatan (Safer Vehicle); d) Peningkatan perilaku pengguna jalan (Road User Behaviour); e) Peningkatan Penanganan Pasca Kecelakaan (Post Crash Care). f. Penerapan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sehingga dapat meningkatkan kapasitas jalan dan

meningkatkan pergerakan pengguna jalan, seperti Penertiban Parkir di badan jalan, pengaturan penggunaan kendaraan pribadi, pemberian

prioritas bagi pejalan kaki; g. Untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan

angkutan umum perlu dilakukan pembaharuan sistem Angkutan yang ada dengan

mempertimbangkan kebutuhan dan penyediaan sarana angkutan yang memenuhi standar

pelayanan minimal, jika dimungkinkan dengan pengembangan dan pembagunan angkutan umum massal berbasis jalan;
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 48

h. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam melakukan pengaturan dan pengawasan lalu lintas dan angkutan jalan seperti pembangunan Area Traffic Control System (ATCS); i. Penerapan (Andalalin) Analisis terhadap Dampak Lalu Lintas dan untuk yang yang Andalalin

pembangunan kegiatan efek-efek lintas

pengembangan mengetahui ditimbulkan

pusat-pusat mana lalu dan

sejauh oleh

dibangkitkan/ditarik

menjadikan

merupakan persyaratan untuk memperoleh Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan dituangkan

dalam regulasi Pemerintah Daerah setempat; j. Untuk perencanaan dan pelaksanaan program / kegiatan perlu didukung dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang sesuai serta jumlah pendanaan yang memadai; k. Tindaklanjut dari kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi

Perkotaan ini akan dilaksanakan dan dikoordinir oleh Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Selatan. 3.3. Provinsi Sulawesi Tengah 3.1.1 Resume Pemaparan A. Kebijakan Umum Transportasi Perkotaan Isi dari pemaparan Kebijakan Umum Transportasi Perkotaan meliputi : 1. Permasalahan dan Tantangan

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 49

Kinerja sistem jaringan jalan kurang mendukung sistem pergerakan; (Perbandingan antara panjang jalan dan total area tidak seimbang)

Kurangnya jaringan transportasi perkotaan untuk mendukung operasional kendaraan angkutan

umum; (Contoh: Sistem jaringan angkutan umum yang belum terkoordinasi dengan baik dengan sistem jaringan jalan penghubung ) Pola jaringan transportasi perkotaan yang kurang terintegrasi dalam mendukung pergerakan antar moda; Perencanaan Transportasi tidak terintegrasi

dengan perencanaan tata ruang (land used); Kurangnya data base pada setiap daerah.

2. Akar Masalah Infrastruktur transportasi dibangun dengan

orientasi pergerakan kendaraan bermotor, bukan pergerakan manusia; Insentif untuk Public Transport kurang, disinsentif untuk Private Transport kurang; Investasi untuk angkutan massal tidak tepat dari segi waktu dan jenis moda; Perencanaan transportasi tidak bersinergi dengan perencanaan tata guna lahan; Disiplin dan Law Enforcement tidak maksimal.

3. Review UU LLAJ No.22/2009 berkaitan dengan transportasi perkotaan Kewajiban Menyediakan Angkutan Umum (pasal 139)

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 50

Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan umum yang selamat, aman, nyaman dan efisien;

Pemerintah angkutan diatas.

wajib umum

menjamin sebagaimana

tersedianya pada ayat

Standar 141/198);

Pelayanan

Angkutan

Orang

(Pasal

Untuk mewujudkan standar pelayanan jasa angkutan umum pemerintah menetapkan suatu Standar Pelayanan Minimal (SPM);

Subsidi Angkutan Umum (Pasal 185); Tarif penumpang kelas ekonomi ditetapkan Pemerintah/Daerah; Tarif kelas ekonomi dapat diberi Subsidi oleh Pemerintah/Daerah. Angkutan Massal (pasal 158 ayat (1)) Pemerintah angkutan wajib massal menjamin berbasis ketersediaan jalan untuk

memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dikawasan

perkotaan (kawasan megapolitan, metropolitan dan perkotaan besar) Angkutan Massal (pasal 158 ayat (2)) Angkutan massal harus didukung dengan : Bus berkapasitas angkut massal; Lajur khusus; Trayek angkutan umum missal yang tidak berhimpitan; Angkutan pengumpan. Izin Angkutan Umum (pasal 174)
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 51

Dilaksanakan melalui seleksi / pelelangan Penyediaan dilaksanakan jasa oleh angkutan BUMN/D atau umum Badan

Hukum lain (Pasal 139) & wajib asuransi kecelakaan penumpang dan awak(Pasal

237)/pelanggaran 6 bln/Rp1,5 jt (Pasal 313) Izin satu trayek atau berupa KAWASAN Perpanjangan izin harus melalui seleksi/lelang Wajib mengoperasikan sesuai SPM (Pasal 177) Pemerintah wajib menjaga keseimbangan

supply /demand (Pasal 197) Rencana Umum Jaringan Trayek (pasal 145) Penyusunan dilakukan berkordinasi dengan instansi terkait Jaringan trayek perkotaan disusun

berdasarkan kawasan perkotaan (otonom; bgn kabupaten dengan ciri kota; kawasan bgn dari >= 2 daerah yang memiliki ciri kota) Penetapan jaringan sesuai trayek wilayah oleh (dlm

Pemerintah/daerah

wilayah kota/kabupaten perlu mendapatkan persetujuan dari Menteri (Pasal 148) Berhenti ditempat yang ditentukan ( tidak perlu harus terminal/ (Pasal 143), kecuali

AKAP/AKDP) Manajemen Kebutuhan Lalin (pasal 133) Penyelenggaraan manajemen kebutuhan lalu lintas untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan mengendalikan pergerakan lalu lintas, yang
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 52

salah

satunya

dilakukan

dengan

cara

pengenaan

retribusi pengendalian lalu lintas

atau dikenal dengan road pricing Analisis Dampak Lalu Lintas (pasal 109 101) Analisis dampak lalu lintas diwajibkan untuk Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman menimbulkan dan infrastruktur gangguan yang akan

Keamanan,

Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Andalalin dilakukan oleh lembaga konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat. 4. Arah Kebijakan Pengembangan Transportasi Perkotaan yang

didasarkan kepada Master Plan Pengembangan Transportasi Perkotaan; Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan

pada penyesuaian bentuk angkutan penyusutan paratransit angkutan massal, dengan pelayanan sesuai SPM; Pengembangan transportasi perkotaan kepada bentuk Jaringan dan wilayah Aglomerasi; Pengembangan konsep pembatasan penggunaan kendaraan, Traffic Demand Management (TDM); Pemanfaatan teknologi modern untuk penataan lalu lintas untuk kota raya dan besar, Intelligent Transport System (ITS); Pengembangan transportasi pemadu moda untuk menjalin keterhubungan pusat kota dengan outlet seperti bandar udara dan pelabuhan laut serta pembenahan fasilitas intermoda;
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 53

Pengembangan

transportasi

perkotaan

yang

ramah lingkungan, konservasi dan diversifikasi energi. 5. Kebijakan, Strategi & Program a. Regulasi , Institusi Dan Perencanaan Kebijakan meliputi : Pembenahan Regulasi , Pemantapan penyelesaian Design; Strategi meliputi : Menyempurnakan peraturan perundang-undangan Transportasi Perkotaan, yang mengatur Capacity /Set Up Building dan

Master Plan/Grand

Memberdayakan

peran pemerintah daerah maupun pusat dalam memprioritaskan angkutan umum Perkotaan (perintis), Partnership Pengembangan (PPP) dalam Public Private

pembangunan

transportasi perkotaan, Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK); Program meliputi : Peraturan Pemerintah dari UU No 22 Tahun 2009 ,Penyusunan Norma dan Standar lainnya, Penyusunan Roadmap/Master Plan Transportasi Perkotaan, Kegiatan konsolidasi transportasi perkotaan, Master Plan Kota, Pembentukan Urban

Transport Information Centre (UTIC). b. Prasarana Kebijakan meliputi : Pembangunan prasarana transportasi dengan Pengembangan konsep integrasi tata guna lahan dan transportasi; Strategi meliputi : Pengembangan konsep Transport Oriented Development (TOD)
Bab III - 54

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

dengan memadukan perencanaan transportasi dengan tata guna lahan (UU Tata Ruang), Pengembangan fasilitas pejalan kaki dan Pesepeda; Program meliputi : Pengembangan kotakota percontohan transportasi perkotaan (Kota Raya, Besar, Sedang dan Kecil, Kawasan Timur dan Barat). c. Lalu Lintas Kebijakan meliputi : Peningkatan kelancaran lalu lintas; Strategi Sepeda meliputi motor, : Penataan penggunaan Intelligent

Pengembangan

Transport System, Penerapan Traffic Demand Management (TDM); Program meliputi : Kajian penataan sepeda motor, Percontohan lajur khusus; Usulan

produksi sepeda motor ber cc kecil dan bertenaga listrik dan hybrid, Pengembangan ATCS (Area Traffic Control System), Variable Message Sign (VMS), System Navigasi pada Kota Besar dan Metropolitan, Pembatasan lalu lintas, Electronic Road Pricing (ERP). d. Angkutan Umum Kebijakan meliputi : Keberpihakan pada

penggunaan dan pengembangan angkutan umum; Strategi meliputi : Mengembangkan angkutan umum yang mampu menjangkau seluruh

kawasan perkotaan dan mampu melayani seluruh lapisan masyarakat yang handal dan berkelanjutan, Menjamin kepastian dan
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 55

keberlangsungan pelayanan angkutan umum dengan Minimal; Program meliputi : Pengembangan angkutan massal BRT (Bus Rapid Transit/ busway) pada Kota Besar dan Metropolitan, Pengembangan angkutan bus sedang untuk Kota Sedang melalui DAMRI, Pengembangan angkutan penetapan Standar Pelayanan

pelajar/perintis, Integrasi angkutan perkotaan, Pengembangan sistem pembayaran yang lebih akuntabel dan terintegrasi (Smart Card),

Penerapan sistem tender untuk perizinan. e. Lingkungan Kebijakan meliputi : Pengembangan

Transportasi Perkotaan Yang Berkelanjutan (Sustainable Transport) dan Pengembangan sistem transportasi nasional yang rendah emisi (Low Emission Transport); Strategi meliputi : Mendayagunakan

penggunaan bahan bakar alternatif (Perpres 5/2006), Meningkatkan kelaikan sarana

kendaraan bermotor, Pencegahan dampak negatif pembangunan terhadap lalu lintas; Program meliputi : Sosialisasi Tata Cara Mengemudi (Smart Driving), Land Use Control (Analisis Dampak Lalu Lintas), Diversifikasi Bahan Bakar, Peningkatan Teknologi

Kendaraaan. 6. Pelaksanaan Bantuan Teknis a. Bantuan Teknis Pemerintah (Bidang Pusat Kepada

Pemerintah

Daerah

Transportasi
Bab III - 56

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Perkotaan)

Berpedoman

Peraturan

Menteri

Perhubungan Nomor KM 51 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Percontohan

Transportasi Darat; b. Persyaratan Untuk Daerah/Lokasi/Wilayah/Kota Percontohan/Kegiatan (Permenhub Nomor KM. 51 Tahun 2007) : Adanya komitmen/kesanggupan daerah dalam penyelenggaraan & pembiayaan; Kesiapan administratif Pemda di bid.

transportasi meliputi regulasi, kelembagaan & memiliki master plan transportasi; Kondisi prasarana, sarana, dan lalu lintas transportasi darat yang memadai; Pernah mengikuti kegiatan dan/atau lomba di bidang transportasi seperti Penghargaan

Wahana Tata Nugraha, AKUT, bimbingan teknis, penguji teladan dll; Memperhatikan aspek pemerataan &

keseimbangan wilayah. c. Bentuk bentuk Bantuan Teknis Bidang

Transportasi Perkotaan : Penyusunan Perkotaan Bantuan teknis sebagai kota/kawasan Rencana Induk Transportasi

percontohan; Pengembangan Massal (SAUM) Bantuan teknis ATCS dan Intelligent Transport System (I.T.S.); Sistem Angkutan Umum

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 57

Bantuan teknis untuk studi/perencanaan dan penerapannya; Pengembangan sarana angkutan pelajar Bantuan diperkotaan; Pengembangan S.P.B.G.. Bantuan teknis prasarana ramah lingkungan (daerah pejalan kaki, jalur sepeda) Gasifikasi/Converter Kit dan teknis perlengkapan jalan

d. Kriteria Pemberian Bantuan Teknis sebagai Kota Percontohan : Untuk kota-kota yang Kecil dan Sedang mengikuti

diprioritaskan

pernah

Penghargaan Wahana Tata Nugraha; Adanya komitmen dari Pemerintah Daerah untuk mengembangkan sistem transportasi perkotaan transportasi; Adanya Kepmenhub tentang penetapan sesuai dengan kaidah-kaidah

sebagai kota percontohan; Adanya kerjasama Pemerintah Pemerintah Pusat dan dituangkan dalam

Daerah,

Kesepakatan Bersama (MOU); Proyek-proyek percontohan (pilot project) yang meliputi : Penyusunan Perkotaan, Rencana Umum

Transportasi

Pengembangan

angkutan umum, Penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas, Pembangunan fasilitasfasilitas pendukung, Penegakan hukum; Skema pengembangan transportasi didasarkan pada hasil proyek-proyek percontohan, untuk
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 58

diterapkan Pemerintah

secara Kota ke

komprehensif seluruh

oleh

kawasan

perkotaan, sehingga

memiliki suatu sistem

transportasi yang dapat menjadi acuan bagi kawasan-kawasan perkotaan sejenis lainnya. e. Kriteria Pemberian Bantuan Teknis sebagai

Kawasan Percontohan : Untuk suatu kawasan (jasa, pemukiman,

pariwisata, dll) di wilayah perkotaan bagi kotakota metropolitan, besar, sedang dan kecil, diprioritaskan yang pernah mengikuti

Penghargaan Wahana Tata Nugraha; Adanya komitmen dari Pemerintah Daerah untuk mengembangkan sistem transportasi perkotaan pada kawasan percontohan, sesuai dengan kaidah-kaidah transportasi; Adanya kerjasama Pemerintah Pemerintah Pusat dan dituangkan dalam

Daerah,

Kesepakatan Bersama (MOU); Skema pengembangan transportasi didasarkan pada tujuan untuk peningkatan kualitas

lingkungan atau keterpaduan moda; Proyek-proyek kawasan percontohan (pilot project) dapat meliputi : Pengembangan

angkutan umum, Penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas, Pembangunan fasilitasfasilitas pendukung. f. Kriteria Pemberian Bantuan Teknis untuk

Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (S.A.U.M.) & Intelligent Transport System (I.T.S.) : Untuk kawasan perkotaan metropolitan dan besar (penduduk > 500.000 jiwa);
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 59

Adanya komitmen dari Pemerintah Daerah untuk mengembangkan S.A.U.M. berbasis

jalan dan I.T.S. di wilayahnya; Adanya kerjasama Pemerintah Adanya Pemerintah Pusat dan dituangkan pendanaan dalam antara

Daerah, sharing

Kesepakatan Bersama (MOU);

Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. g. Bantuan Teknis untuk Studi/Perencanaan dan penerapannya : Untuk kota-kota metropolitan, besar, sedang dan kecil; Bantuan teknis dalam kaitan : Perencanaan rencana umum transportasi perkotaan,

Perencanaan dan penerapan angkutan umum, Perencanaan dan penerapan Manajemen Lalu Lintas, Dll. h. Bantuan Teknis sarana Angkutan Pelajar dan Perlengkapan Jalan : Untuk kota-kota Metropolitan, Besar, Sedang dan Kecil; Bantuan teknis dalam kaitan : Sarana angkutan pelajar, Perlengkapan jalan, Dll. i. Bantuan Teknis Bidang Transportasi Perkotaan : Penyusunan Pola Pengembangan jaringan Transportasi untuk Wilayah Aglomerasi; Pembangunan ATCS & APILL Tenaga Surya di Wilayah Perkotaan; Implementasi Program Pengadaan Converter Kit di DKI Jakarta telah selesai dilaksanakan terhadap 1755 unit taksi;
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 60

Peningkatan

pelayanan

angkutan

umum

dibeberapa kota melalui pembangunan bus Perum Damri; Peningkatan pelayanan angkutan umum bagi pelajar melalui pembangunan bus sekolah dibeberapa kota. B. Kebijakan dan Implementasi Dana Alokasi Khusus (DAK) 1. Definisi DAK Bersumber dari Pendapatan APBN; Dialokasikan kepada daerah tertentu; Membantu mendanai kegiatan khusus; Merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional

2. Tujuan Membantu daerah tertentu; Mendanai kebutuhan sarana dan prasarana

pelayanan dasar masyarakat; dan Untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional. 3. Kriteria Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) Kriteria DAK yang meliputi Kriteria Umum, Kriteria Khusus, & Kriteria Teknis. Kriteria Umum ditetapkan kemampuan dengan keuangan

mempertimbangkan dalam APBD. Kriteria Khusus

ditetapkan

dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah.


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 61

Kriteria Teknis ditetapkan oleh Kementerian Negara/Departemen Teknis 4. Isue Isue Kelembagaan DAK Pusat & Daerah Pusat Koordinasi dalam pengalokasian dan

pemantauan pelaksanaan DAK Keseragaman sistem pelaporan Sinergitas Pusat-Daerah Sistem e-monev Daerah Pembentukan Lembaga di tingkat provinsi dan kab/kota. Koordinasi dan functioning lembaga di provinsi dan kab/kota.

5. Arah Kebijakan DAK Dalam RKP Tahun 2012 Mendukung Prioritas Nasional 2014. Prioritas untuk daerah-daerah kemampuan RPJMN 2010-

keuangan rendah dalam membiayai pelayanan publik (sesuai SPM). Prioritas untuk mendanai kegiatan2 cross cutting sektor yang prioritas nasional & bersifat

kewilayahan. Meningkatkan bertahap pagu nasional DAK untuk meningkatkan efektivitasnya sasaran dalam prioritas

mendukung

pencapaian

nasional, yang disertai dengan: a. Upaya mempertajam perencanaan dan

penghitungan alokasi DAK berdasarkan


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 62

kerangka pengeluaran jangka menengah dan penganggaran berbasis kinerja, b. Meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan daerah, c. Meningkatkan sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai APBN dan APBD, d. Meningkatkan pengawasan terhadap

pelaksanaan kegiatan DAK di daerah. 6. Harapan ke Depan Melalui forum koordinasi semacam ini dapat memperkuat sinergi kelembagaan tingkat Pusat terhadap pengelolaan DAK di Daerah.

C. Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan 1. Permasalahan Utama Kinerja sistem jaringan jalan kurang mendukung sistem pergerakan; (Perbandingan antara panjang jalan dan total area tidak seimbang) Kurangnya jaringan transportasi perkotaan untuk mendukung operasional kendaraan angkutan

umum; (Contoh: Sistem jaringan angkutan umum yang belum terkoordinasi dengan baik dengan sistem jaringan jalan penghubung ) Pola jaringan transportasi perkotaan yang kurang terintegrasi dalam mendukung pergerakan antar moda;

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 63

Perencanaan

Transportasi

tidak

terintegrasi

dengan perencanaan tata ruang (land used) Kurangnya data base pada setiap daerah 2. Anatomi Penetapan Sasaran dan Arah Kebijakan Pengembangan LLAJ Tujuan Sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem LLAJ Jalan nasional Sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem LLAJ Jalan Provinsi Sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem LLAJ Jalan Kabupaten/Kota 3. Rencana Induk Jaringan LLAJ (Pasal 15) a. Untuk mewujudkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang terpadu dilakukan pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berpedoman pada Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. b. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota. c. Perkiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan (O/D) lingkup Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota; d. Arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota dalam keseluruhan moda transportasi; e. Rencana lokasi dan kebutuhan Simpul Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota; dan f. Rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota. 4. Dokumen Perencanaan yang Wajib Diperhatikan
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 64

a. Untuk Rencana Induk LLAJ Nasional Untuk Antar Kota Yang Melebihi Wilayah Provinsi b. Rencana Induk LLAJ Nasional Untuk Perkotaan Yang Melebihi Wilayah Provinsi 5. Bantuan Teknis Penyusunan Rencana Induk /

Masterplan Transportasi Perkotaan Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Aglomerasi

Maminasata (2008) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Aglomerasi

Lubuksangkarpaya (Lubuk Basung, Bukit Tinggi, Batu Sangkar, Padang Panjang, Payakumbuh) (2008) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Aglomerasi Bandung Raya (2008) Penyusunan Master Plan Pola Transportasi Makro (PTM) di Jabodetabek Tahap 1 (2009) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya (2009) Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan pada Kawasan Aglomerasi

PALAPA(Padang, Lubuk Alung, Pariaman) (2009) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota AMBON dan Sekitarnya (Tahun 2010) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota MATARAM dan Sekitarnya (Tahun 2010)


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 65

Penyusunan

Rencana

Induk

Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota SAMARINDA dan Sekitarnya (Tahun 2010) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota PALEMBANG dan Sekitarnya (Tahun 2011) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota MEBIDANG dan Sekitarnya (Tahun 2011) Penyusunan Rencana Induk Transportasi

Perkotaan pada Kawasan Kota TEGAL dan Sekitarnya (Tahun 2011)

D. Penghargaan Wahana Tata Nugraha; 1. Dasar Kegiatan : a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 5 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian

Penghargaan Wahana Tata Nugraha; b. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Tentang Nomor: Petunjuk SK.2496/AJ.406/DRJD/2007, Pelaksanaan Penilaian

Penghargaan Wahana Tata Nugraha, Tanggal 19 Juni 2007; c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 259 2011 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Tingkat Nasional Penghargaan Wahana Tata Nugraha Tahun 2011. 2. Visi : Terciptanya penyelenggaraan transportasi

perkotaan yang selamat, tertib, lancar, efisien, handal dan berkelanjutan;


Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 66

3. Misi : Mendorong Pemda (Prov/Kab/Kota) untuk mewujudkan penyelenggaraan transportasi perkotaan yang selamat, tertib, lancar, efisien, handal dan berkelanjutan. 4. Maksud Dan Tujuan a. Mendorong dan membina pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam meningkatkan tertib lalu lintas dan angkutan kota; b. Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan disiplin berlalu lintas; c. Memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam

meningkatkan tertib lalu lintas dan angkutan kota dalam rangka mewujudkan pelayanan angkutan umum sebagai pelayanan publik dan sistem transportasi berkelanjutan; d. Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan disiplin berlalu lintas di jalan; e. Mendorong terwujudnya sistem transportasi kota yang efektif, berkualitas, tertib, lancar, aman, cepat, teratur, selamat, nyaman dan efisien. 5. Tahapan Penilaian : a. Tahap I (Administrasi Oleh Panitia Tingkat perkotaan yang handal dan

Propinsi) b. Tahap II (Survey Oleh Panitia Tingkat Provinsi dan Akademisi di damping oleh Panitia Tingkat Nasional sebagai Suvervisi) c. Tahap III (Paparan Hasil Tinjauan Lapangan Oleh Panitia Tingkat Nasional)
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 67

6. Kriteria Peserta WTN Dengan Rumus : P = N + M + 3 Keterangan : P = Peserta N = Jumlah kota yang mendapat

Penghargaan pada tahun sebelumnya M = Jumlah kota yang mendapat Plakat atau sertifikat pada tahun sebelumnya 3 = Jumlah peserta/kota baru 7. Penghargaan Yang Diberikan : b. Penghargaan Nugraha : Plakat Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Kota Bobot Nilai Rata-rata hasil penilaian lapangan oleh Panitia Tingkat Nasional adalah masuk dalam kisaran antara 65 dan 75 (65X75). Penghargaan Wahana Tata Nugraha Bobot Nilai Rata-rata hasil penilaian lapangan oleh Panitia Tingkat Nasional adalah lebih besar dari 75 (X >75). Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kencana Mendapat penghargaan WTN sebanyak 5 (lima) kali berturut turut dengan nilai semakin meningkat. Penghargaan Wirakarya Diberikan kepada Pemerintah Daerah yang mempunyai prakarsa dan implementasi yang sangat menonjol dan luar biasa dalam Wahana Tata Nugraha Penghargaan Wahana Tata

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 68

mewujudkan perkotaan.

penyelenggaraan

transportasi

Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wiratama Diberikan kepada Pemerintah Daerah yang mengikutsertakan peserta kota/kabupaten : Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah <10, peserta 75% dari jumlah kota/kab. Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah 10 - 20, peserta 65% dari jumlah kota/kab. Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah 21 - 23, peserta 55% dari jumlah kota/kab. Provinsi yang memiliki kab./kota sejumlah >31, peserta 45% dari jumlah kota/kab. Dan 25% kota/kab. Tersebut yang mendapat Penghargaan Wahana Tata Nugraha.

Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wiratama Kencana Diberikan kepada Pemerintah Daerah yang telah mendapat Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wiratama sebnayak 5 (lima) kali berturut-turut.

Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kategori Lalu Lintas Diberikan kepada jumlah kota/kabupaten nilai tertinggi yang untuk

mendapatkan

seluruh penilaian pada indikator yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan Lalu Lintas dan Kinerja pelaksanaan Sistem Lalu Lintas jalan. Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kategori Angkutan

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 69

Diberikan

kepada jumlah

kota/kabupaten nilai tertinggi

yang untuk

mendapatkan

seluruh penilaian pada indikator yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan Angkutan transportasi perkotaan. 8. Keuntungan Pemerintah Kota/Kabupaten Mengikuti Penghargaan Wahana Tata Nugraha : Untuk Kotakota yang aktif mengikuti Penghargaan Wahana

Tata Nugraha, rekomendasi yang telah diberikan oleh Tim penilai sangat bermanfaat terhadap

pembangunan kota-kota, hal ini terlihat dengan banyaknya kota-kota yang telah membangun dan memperbaiki system Transpostasi baik Prasarana, dan perkotaannya, disiplin, antar telah fisik

sarana, koordinasi pusat

kelembagaan/organisasi instansi, dilain fihak

pemerintah konsultasi penerima

memberikan terhadap

bantuan kota-kota

maupun

Penghargaan

Penghargaan Wahana Tata Nugraha dan akan terus melakukan pembinaan teknis. 9. Manfaat Penghargaan Wahana Tata Nugraha

Diserahkan Di Istana Negara Oleh Presiden R.I : Untuk memberikan semangat dan motivasi yang tinggi kepada para Gubernur, Walikota dan Bupati agar terus meningkatkan dan membangun sektor

Transportasi khususnya transportasi perkotaan di daerah masing-masing, dan keberhasilan dari

Penghargaan Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Kota, bukan sekedar perolehan Penghargaan WTN, namun dari pencapaian Kinerja Transportasi Perkotaan yang berkelanjutan.
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 70

E. Kesimpulan/Hal-Hal Yang Perlu Didiskusikan a. Memasukan Kabupaten yang Sigi kedalam menjadi kelompok rencana

Kabupaten/Kota

pengembangan pusat kegiatan wilayah (PKW) dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi; b. Memasukan rencana pengembangan wilayah,

pengembangan transportasi dan jalan di Kabupaten Sigi kedalam sistem jaringan Jalan Nasional/Pulau Sulawesi dan Sistem Transportasi Nasional dengan menjadikan Wilayah Sigi sebagai salah satu jalur Transportasi darat Utama di Pulau Sulawesi

disamping Jalur Transportasi yang ada dengan memperhatikan potensi pertumbuhan wilayah dan efisiensi jarak tempuh, termasuk dalam perencanaan Jalur Kereta Api Pulau Sulawesi Tahun 2030; c. Perlu dukungan khusus darai Pemerintah Pusat dalam memfasilitasi penyediaan Mater Plan Transportasi daerah Kabupaten yang bersinergis dan berintegrasi dalam Master Plan Transportasi Nasional, Tataran Transportasi Transportasi Nasional Wilayah (Tatranas), (Tatrawil), dan Tataran Tataran

Transportasi Lokal (Tatralok); d. Perlu dukungan dan perhatian khusus dari Pemerintah Pusat terhadapa pengembangan kawasan Cepat Tumbuh yang berbasis kawasan konservasi melalui pengembangan Jalur Sistem Transportasi Alternatif yang ramah lingkungan, memiliki utilitas tinggi, memiliki daya tarik wisata ekologi, budaya,

transportasi terpadu sekaligus berfungsi pelaksanaan konservasi disekitar Kawasan Danau Lindu, termasuk opsi Pengembangan Jalur Transportasi Cable Car
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab III - 71

(Kereta Gantung) sebagai wujud dari konsep Green Tourisme and Green Transportation untuk menjadi pertimbangan dimasukan dalam Cetak Biru Transportasi Antar Moda/Multimoda Tahun 2010 2030, yang menekankan pula bahwa fungsi

transportasi juga menjangkau dan mencakup kawasan konservasi dan mendukung fungsi konservasi dan pelestarian lingkungan khususnya model yang dapat dikembangkan pada daerah-daerah yang memiliki kawasan konservasi dan taman nasional yang da di Indonesia; e. Menjadikan Kabupaten Sigi menjadi salah satu Pilot Project Nasional dalam penataan Sistem Transportasi daerah/Perkotaan Terintegrasi dalam Sistem

Transportasi Perkotaan Regional Sulawesi serta untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal sektor

Perhubungan; f. Perlu mempertimbangkan Sistem Pembiayaan khusus yang bersifat kompensasi dan insentif bagi daerahdaerah yang memiliki Taman Nasional dan Kawasan Konservasi dalam dana pertimbangan disamping mendorong penambahan besaran melalui DAK

Lingkungan Hidup yang wajib diberikan pada daerah Konservasi yang dimaksud termsuk Kabupaten Sigi.

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab III - 72

4.1.

KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari Kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1. Mengimplementasikan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : 60 Tahun 2010, yang merupakan perwujudan salah satu tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat cq. Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BSTP) yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standar,

norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta bimbingan teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang sistem transportasi perkotaan; 2. Mendorong dan membina pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam meningkatkan tertib lalin dan angkutan kota; 3. Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan disiplin berlalu lintas; 4. Mendorong terciptanya sistem transportasi perkotaan yang efektif dan efisien; 5. Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan disiplin berlalu lintas di jalan; 6. Mendorong terwujudnya sistem transportasi kota yang efektif, berkualitas, tertib, lancar, aman, cepat, teratur, selamat, nyaman dan efisien; 7. Meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah kota / kabupaten, terutama dalam pelaksanaan

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab 1V - 1

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di bidang transportasi; 8. Pemerintah Pusat dapat memberikan bimbingan

teknis/penyuluhan pada Pemerintah Kota / Kabupaten dalam melaksanakan perencanaan, pengawasan, dan pengendalian lalu lintas dan angkutan kota sesuai kebijkan transportasi perkotaan; 9. Memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam meningkatkan tertib lalu lintas dan angkutan kota dalam rangka mewujudkan pelayanan angkutan umum sebagai pelayanan publik dan sistem

transportasi perkotaan yang handal dan berkelanjutan; 10. Memberikan pedoman kepada institusi Pemerintah / regulator, operator maupun pengguna jasa transportasi perkotaan; 11. Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi perkotaan dalam penyelenggaraan

kepada masyarakat; 12. Memberikan pedoman kepada Pemerintah (Pusat maupun Daerah) dalam menyusun kebijakan transportasi perkotaan di masing-masing kawasan perkotaan.

4.2.

SARAN Adapun beberapa saran yang direkomendasikan antara lain : 1. Kegiatan seperti ini harus dilaksanakan secara kontinyu (setiap tahun), karena merupakan sarana untuk koordinasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah (Pemerintah Kota / Kabupaten); 2. Diharapkan semua Pemerintah Daerah (Pemerintah Kota / Kabupaten) dapat menata dan merencanakan sistem

transportasi perkotaan dengan berdasarkan acuan yang sudah ada dan segera dapat membuat dan mengimplementasikan master plan transportasi perkotaan di daerah masing masing,
Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011 Bab 1V - 2

sehingga tercipnya pelayanan transportasi yang transportasi kota yang efektif, berkualitas, tertib, lancar, aman, cepat, teratur, selamat, nyaman dan efisien; 3. Perlunya ketersedian data primer maupun sekunder untuk Pemerintah Daerah (Pemerintah Kota / Kabupaten) yang dapat di up date setiap saat, sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan kegiatan dan pembangunan daerah tersebut, serta dapat menjadi salah satu dasar pemerintah pusat dalam mengambil keputusan atau kebijakan untuk kegiatan

transportasi di seluruh Indonesia; 4. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Provinsi, Kota, Kabupaten), agar melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan amanat PP 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan Tahun Anggaran 2011

Bab 1V - 3

KESIMPULAN BIMBINGAN TEKNIS, PENYULUHAN DAN SOSIALISASI TRANSPORTASI PERKOTAAN BANJARMASIN, 11 OKTOBER 2011

1.

Untuk melakukan pembangunan dan pengembangan transportasi perkotaan secara terintegrasi perlu segera disusun Master Plan / Rencana Induk Transportasi Perkotaan oleh provinsi/kabupaten/kota sehingga pelaksanaannya akan lebih terarah. Sebagai awal perlu

segera menyusun Master Plan / Rencana Induk Transportasi Perkotaan wilayah Jayapura dan Sekitarnya (Aglomerasi); 2. Perlu segera membenahi sistem transportasi perkotaan di Kota/Kab. di Provinsi Kalimantan Selatan, seperti : Sarana; Prasarana. 3. Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan diharapkan dapat mengikuti kegiatan Penghargaan Wahana Tata Nugraha pada tahun 2011 sebagai upaya melakukan pembinaan dan meningkatkan komunikasi antara Pusat dan Daerah; 4. Perlu segera dibangun dan dikembangkan Angkutan Pemadu Moda yang melayani trayek antara Bandara Sentani atau Bandara Lainnya ke Wilayah Sekitarnya;

5.

Untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan, perlu peningatan pemasangan fasilitas keselamatan jalan terutama Rambu, Marka dan Pagar Pengaman Jalan (Guardril);

6.

Penerapan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sehingga dapat meningkatkan kapasitas jalan dan meningkatkan pergerakan pengguna jalan, seperti Penertiban Parkir di badan jalan, pengaturan penggunaan kendaraan pribadi, pemberian prioritas bagi pejalan kaki;

7.

Untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan angkutan umum perlu dilakukan pembaharuan sistem Angkutan yang ada dengan mempertimbangkan kebutuhan dan penyediaan sarana angkutan yang memenuhi standar pelayanan minimal, jika dimungkinkan dengan pengembangan dan pembagunan angkutan umum massal berbasis jalan;

8.

Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam melakukan pengaturan dan pengawasan lalu lintas dan angkutan jalan seperti pembangunan Area Traffic Control System (ATCS);

9.

Penerapan Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) terhadap pembangunan dan pengembangan pusat-pusat kegiatan untuk mengetahui sejauh mana efek-efek yang ditimbulkan oleh lalu lintas yang dibangkitkan/ditarik dan menjadikan Andalalin merupakan

persyaratan untuk memperoleh Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan dituangkan dalam regulasi Pemerintah Daerah setempat; 10. Untuk perencanaan dan pelaksanaan program / kegiatan perlu

didukung dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang sesuai serta jumlah pendanaan yang memadai; 11. Tindaklanjut dari kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan ini akan dilaksanakan dan dikoordinir oleh Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Selatan. BANJARMASIN, 11 OKTOBER 2011

KESIMPULAN BIMBINGAN TEKNIS, PENYULUHAN DAN SOSIALISASI TRANSPORTASI PERKOTAAN JAYAPURA, 23 JUNI 2011

1.

Untuk melakukan pembangunan dan pengembangan transportasi perkotaan secara terintegrasi perlu segera disusun Master Plan / Rencana Induk Transportasi Perkotaan oleh provinsi/kabupaten/kota sehingga pelaksanaannya akan lebih terarah. Sebagai awal perlu

segera menyusun Master Plan / Rencana Induk Transportasi Perkotaan wilayah Jayapura dan Sekitarnya (Aglomerasi); 2. Perlu segera membenahi sistem transportasi perkotaan di Kota/Kab. di Provinsi Papua, seperti : Sarana; Prasarana. 3. Kabupaten/Kota di Provinsi Papua diharapkan dapat mengikuti kegiatan Penghargaan Wahana Tata Nugraha pada tahun 2011 sebagai upaya melakukan pembinaan dan meningkatkan komunikasi antara Pusat dan Daerah; 4. Perlu segera dibangun dan dikembangkan Angkutan Pemadu Moda yang melayani trayek antara Bandara Sentani atau Bandara Lainnya ke Wilayah Sekitarnya;

5.

Untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan, perlu peningatan pemasangan fasilitas keselamatan jalan terutama Rambu, Marka dan Pagar Pengaman Jalan (Guardril);

6.

Penerapan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sehingga dapat meningkatkan kapasitas jalan dan meningkatkan pergerakan pengguna jalan, seperti Penertiban Parkir di badan jalan, pengaturan penggunaan kendaraan pribadi, pemberian prioritas bagi pejalan kaki;

7.

Untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan angkutan umum perlu dilakukan pembaharuan sistem Angkutan yang ada dengan mempertimbangkan kebutuhan dan penyediaan sarana angkutan yang memenuhi standar pelayanan minimal, jika dimungkinkan dengan pengembangan dan pembagunan angkutan umum massal berbasis jalan;

8.

Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam melakukan pengaturan dan pengawasan lalu lintas dan angkutan jalan seperti pembangunan Area Traffic Control System (ATCS);

9.

Penerapan Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) terhadap pembangunan dan pengembangan pusat-pusat kegiatan untuk mengetahui sejauh mana efek-efek yang ditimbulkan oleh lalu lintas yang dibangkitkan/ditarik dan menjadikan Andalalin merupakan

persyaratan untuk memperoleh Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan dituangkan dalam regulasi Pemerintah Daerah setempat; 10. Untuk perencanaan dan pelaksanaan program / kegiatan perlu

didukung dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang sesuai serta jumlah pendanaan yang memadai; 11. Tindaklanjut dari kegiatan Bimbingan Teknis, Penyuluhan dan Sosialisasi Transportasi Perkotaan ini akan dilaksanakan dan dikoordinir oleh Dinas Perhubungan Provinsi Papua. JAYAPURA, 23 JUNI 2011

KESIMPULAN BIMBINGAN TEKNIS, PENYULUHAN DAN SOSIALISASI TRANSPORTASI PERKOTAAN KABUPATEN SIGI, 1 NOVEMBER 2011

1.

Memasukan Kabupaten Sigi kedalam kelompok Kabupaten/Kota yang menjadi rencana pengembangan pusat kegiatan wilayah (PKW) dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi;

2.

Memasukan

rencana

pengembangan

wilayah,

pengembangan

transportasi dan jalan di Kabupaten Sigi kedalam sistem jaringan Jalan Nasional/Pulau Sulawesi dan Sistem Transportasi Nasional dengan menjadikan Wilayah Sigi sebagai salah satu jalur Transportasi darat Utama di Pulau Sulawesi disamping Jalur Transportasi yang ada dengan memperhatikan potensi pertumbuhan wilayah dan efisiensi jarak tempuh, termasuk dalam perencanaan Jalur Kereta Api Pulau Sulawesi Tahun 2030; 3. Perlu dukungan khusus darai Pemerintah Pusat dalam memfasilitasi penyediaan Mater Plan Transportasi daerah Kabupaten yang bersinergis dan berintegrasi dalam Master Plan Transportasi Nasional, Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran

Transportasi Wilayah (Tatrawil), dan Tataran Transportasi Lokal (Tatralok);

4.

Perlu dukungan dan perhatian khusus dari Pemerintah Pusat terhadapa pengembangan kawasan Cepat Tumbuh yang berbasis kawasan konservasi melalui pengembangan Jalur Sistem Transportasi Alternatif yang ramah lingkungan, memiliki utilitas tinggi, memiliki daya tarik wisata ekologi, budaya, transportasi terpadu sekaligus berfungsi pelaksanaan konservasi disekitar Kawasan Danau Lindu, termasuk opsi Pengembangan Jalur Transportasi Cable Car (Kereta Gantung) sebagai wujud dari konsep Green Tourisme and Green Transportation untuk menjadi pertimbangan dimasukan dalam Cetak Biru Transportasi Antar Moda/Multimoda Tahun 2010 2030, yang menekankan pula bahwa fungsi transportasi juga menjangkau dan mencakup kawasan konservasi dan mendukung fungsi konservasi dan pelestarian lingkungan khususnya model yang dapat dikembangkan pada daerah-daerah yang memiliki kawasan konservasi dan taman nasional yang da di Indonesai ;

5.

Menjadikan Kabupaten Sigi menjadi salah satu Pilot Project Nasional dalam penataan Sistem Transportasi daerah/Perkotaan Terintegrasi dalam Sistem Transportasi Perkotaan Regional Sulawesi serta untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal sektor Perhubungan;

6.

Perlu mempertimbangkan Sistem Pembiayaan khusus yang bersifat kompensasi dan insentif bagi daerah-daerah yang memiliki Taman Nasional dan Kawasan Konservasi dalam dana pertimbangan

disamping mendorong penambahan besaran melalui DAK Lingkungan Hidup yang wajib diberikan pada daerah Konservasi yang dimaksud termsuk Kabupaten Sigi. SIGI, 1 NOVEMBER 2011

You might also like