You are on page 1of 11

TUGAS INDIVIDU

GAMBARAN RADIOLOGI

DISUSUN OLEH :
NUZHAH 09 777 009

Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Al-Khairaat Palu

2011

GAMBARAN RADIOLOGIS
1. Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru dibagi menjadi : a. Tuberkulosis anak (infeksi primer) b. Tuberkulosis orang dewasa (reinfeksi) Tuberkulosis Primer Kelainan roentgen akibat penyakit ini dapat berlokasi dimana saja dalam paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru-paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer). Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah pleuritis (radang pleura), karena perluasan infiltrat primer ke pleura melalui penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenois bronkus karena perforasi kelenjar ke dalam bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis tuberkulosis pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi dibelakangnya. Tuberkulosis Sekunder atau Tuberkulosis re-infeksi Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa. Sarang-sarang yang terlihat pada foto roentgen biasanya berkedudukan dilapangan atas dan segmen apikal lobi bawah, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi dilapangan bawah, yang biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang ditemukan. Klasifikasi Tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association.

1. Tuberkulosis minimal (minimal tuberculosis) ; yaitu luas sarangsarang yang keliahatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks, dan iga 2 depan; sarang-sarang soliter dapat berada dimana saja, tidak harus berada dalam daerah tersebut diatas. Tidak ditemukan adanya lubang (kavitas) 2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advanced tuberculosis) ;yaitu luas sarang-sarang yang bersifat bercak-bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bilaada lubang, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau sifat bayangan sarang-sarang tersebut berupa awan-awan yang menjadi daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak melebihi satu lobus. 3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advenced tuberculosis) ; yaitu luas daerah yang terdapat sarang-sarang lebih daripada klasifikasi 1 dan 2 diatas, atau bila ada lubang-lubang, maka diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4cm.

2. Bronkopneumonia dan Pneumonia Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal. Gambaran radiologi berupa, jika udara dalam alveoli digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto rontgen, pada bronkopneumonia bercak tersebar (difus) mengikuti gambaran alveoli ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi saluran-saluran nafas yang lebih kecil. Pada bronkhopneumonia terdapat bercak kasar dikedua lapang paru. Pneumonia secara radiologik dibedakan menjadi 2 jenis yaitu pneumonia alveolar dan pneumonia intersisial. Pneumonia alveolar terjadi

karena adanya radang bakteri yang menyebabkan kerusakan pada dinding alveoli serta edema dan eksudat alveolar. Eksudat alveolar menyebabkan gambaran perselubungan. Air bronchogram biasanya ditemukan diantara daerah konsolidasi. Prosesnya bisa terjadi segmental atau non segmental. Penyebab jenis pneumonia ini umumnya adalah klebsiella dan pneumococcus. Kadang kadang sulit dibedakan dengan efusi pleura atau adanya massa paru. Gambaran radiologis bervariasi sesuai dengan stadium dan etiologinya. USG dan tomografi komputer dapat membantu untuk membedakan hal ini. Umumnya jenis pneumonia intersitial ini disebabkan oleh virus. Infeksioleh virus berawal dari permukaan dengan terjadinya kerusakan silia sel goblet dan kelenjar mukus bronkiloi, sehingga dinding bronkoli menjadi edematus. Juga terjadi edema jaringan interstisial peribronkial. Kadang kadang alveolus terisi cairan edema. Gambaran radiologis pada fase akut dapat dibedakan penyakit infeksi oleh bakteri atau virus. Pada fase akut terlihat gambaran bronchial cuffing, yaitu penebalan dan edema dinding bronkiolus. Corakan bronkovaskular meningkat, hiperaerasi, bercak bercak infiltrat dan efusi pleura juga dapat ditemukan. 3. Bronkitis Bronkitis atau radang bronkus terbagi menjadi 2 yaitu radang bronkus akut (bronkitis akut) dan radang bronkus kronik (bronkitis kronik). Pada foto roentgen Bronkitis akut tidak terdapat gambaran roentgen yang positif. Pemeriksaan radiologi rontgen thorax dilakukan atas indikasi adanya batuk yang lebih dari satu minggu. Pada foto rontgen thorax didapatkan kesan bronchitis, yaitu dengan ditemukanya pada pulmo corakan bronkovaskular yang meningkat, ini sesuai dengan buku radiologi diagnostic edisi kedua tahun 2005 balai penerbit FK UI, Jakarta yaitu pada bronchitis secara radiologis dibagi dalam 3 golongan, yaitu :

Ringan, pada golongan yang ringan ditemukan corakan paru yang ramai di bagian basal paru. Sedang, pada golongan yang sedang ditemukan selain corakan paru yang ramai, juga terdapat emfisema,dan kadang-kadang disertai bronkiektasis di parakardial kanan dan kiri. Berat, pada golongan yang berat ditemukan hal-hal tersebut diatas dan disertai cor pulmonal sebagai komplikasi bronchitis kronis. Cor pulmonal kronik umumnya disebabkan oleh penyumbatan emfisema paru kronik dan sering ditemukan pada bronchitis asma kronik. 4. Bronkiektasis Suatu keadaan bronkus atau bronkiolus yang melebar akibat hilangnya sifat elestisitas dinding otot bronkus yang dapat disebabkan oleh obstruksi dan peradangan yang kronis atau dapat pula disebabkan oleh kelainan. Pemeriksaan foto toraks polos tampak gambaran berupa

bronkovaskular yang kasar, umumnya terdapat dilapangan bawah paru, atau gambaran garis-garis translusen yang panjang menuju ke hilus dengan bayangan konsolidasi sekitarnya akibat peradangan sekunder, kadangkadang juga bisa berupa bulatan-bulatan translusen yang sering dikenal sebagai gambaran sarang tawon (honey comb appearance). Bulatan translusen ini dapat berukuran besar (diameter 1-10cm) yang berupa kistakista translusen dan kadang-kadang berisi cairan (air fluid level) akibat peradangan sekunder. Sering pada bronkiektasis yang dicurigai tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan foto toraks polos. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan bronkografi (suatu pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP, lateral, oblik).

5. Atelektasis Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkurang atau sama sekali tidak berisi udara. Sebagai dasar gambaran radiologik pada atelaktasis adalah pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental, atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum ke arah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit. Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya

mengalami suatu emfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemitoraks yang sehat ke arah hemitoraks yang atelektasis. Beberapa atelektasis dikenal sebagai : 1. Atelektasis lobaris bawah ; bila terjadi dilobus bawah paru kiri, maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto toraks PA hanya memperlihatkan diafragma letak tinggi. 2. Atelektasis lobaris tengah kanan (Right middle lobe). Sering disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar. 3. Atelektasis lobaris atas (upper lobe) ; memberikan bayangan densitas tinggi dengan tanda penarikan fissura interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis. 4. Atelektasis segmental ; kadang-kadang sulit dikenal pada foto toraks PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (oblique), yang memperlihatkan bagian yang terselubung dengan penarikan fissura interlobaris.

5. Atelektasis lobularis (plate like/ atelektasis lokal). Bila penyumbatan terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horisontal tipis, biasanya dilapangan bawah paru yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.

6.

Emfisema Emfisema adalah suatu keadaan dimana paru lebih banyak berisi udara, sehingga ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertikal ke arah diafragma. Emfisema dapat dibedakan menjadi : I. Emfisema obstruktif, yang dapat terdiri atas - Akut - Kronik - Bullous II. Emfisema non-obstruktif, yang bersifat - Kompensasi - Senilis (postural) Gambaran radiologik emfisema secara umum

Akibat

penambahan

ukuran

paru

anterior-posterior

akan

menyebabkan bentuk toraks kifosis, sedang penambahan ukuran paru vertikal menyebabkan diafragma letak rendah dengan bentuk diafragma yang datar dan peranjakan diafragma berkurang pada pengamatan dengan fluoroskopi. Dengan aerasi paru yang bertambah pada seluruh paru atau lobaris atau segmental akan menghasilkan bayangan lebih radiolusen, sehingga corakan jaringan paru tampak lebih jelas selain gambaran fibrosisnya dan vaskular paru yang relatif jarang.

Emfisema Lobaris Emfisema lobaris baiasanya terjadi pada bayi baru lahir dengan kelainan tulang rawan, bronkus, mukosa, mukosa bronkial yang tebal, mucous plug, penekanan bronkus dari luar oleh anomali pembuluh darah. Gambaran radiologiknya berupa banyangan radiolusen pada bagian paru yang bersangkutan dengan pendorongan mediastinum ke arah kontralateral. Hiperlusen idiopatik unilateral Hiperlusen idiopatik unilateral ialah emfisema yang unilateral dengan hipoplasi arteri pulmonalis dan gambaran bronkiektasis. Secara radiologik, paru yang terkena lebih radiolusen tanpa penambahan ukuran paru seperti pada umumnya emfisema lainnya. Emfisema Hipertofik kronik Emfisema lobaris biasanya terjadi sebagai akibat komplikasi penyakit paru seperti asma bronkial yang parah, bronkiektasis, peradangan paru yang berat, pneumononiosis ganas, dan tuberkulosis. Gambaran radiologik menunjukkan peningkatan aerasi dan penambahan ukuran

toraks yang biasanya hanya terjadi pada satu sisi. Sering ditemukan bleb dan bulla yang berupa bayangan radiolusen tanpa struktur jaringan paru. Emfisema bulla Bulla merupakan emfisema vesikuler setempat dengan ukuran antara 1-2 cm atau lebih besar, yang kadang-kadang sukar dibedakan dengan pneumotoraks. Gambaran radiologi berupa suatu kantong radiolusen di perifer lapangan paru, terutama bagian apeks paru dan bagian basal paru dimana jaringan paru normal sekitarnya akan terkompresi sehingga menimbulkan keluhan sesak nafas. Emfisema Senilis Emfisema senilis merupakan akibat proses degeneratif orang tua pada kolumna vertebra yang mengalami kifosis dimana ukuran anteriorposterior toraks bertambah sedangkan tinggi toraks bertambah sedangakan tinggi toraks secara vertikal tidak berubah, begitu pula bentuk diafragma dan peranjakan diafragma tetap tidak berubah. Keadaan ini akan menimbulkan atrofi septa alveolar dan jaringan paru berkurang dan akan diisi oleh udara sehingga secara radiologik tampak toraks yang lebih radiolusen, corekan bronkovaskular yang jarang dan diafragma yang normal. 7. Efusi Pleura Pembentukkan caoran dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh banyak keadaan yang dapat berasal dari kelainan dalam paru sendiri atau yang disebabkan oleh keadaan kelainan sistemik dan tidak jarang disebabkan pula oleh trauma kecelakaan atau tindakan pembedahan. Pada pemeriksaan foto toraks rutin tegak cairan pleura tampak berupa perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang

biasanya relatif radiopak dengan permukaan cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah. Karena cairan mengisi ruang hemitoraks sehingga jaringan paru akan terdorong ke arah sentral/hilus, dan kadangkadang mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto toraks tegak adalah 250-300 ml. Bila cairan kurang dari 250ml (100-200 ml), dapat ditemukan pengisian cairan toraks lateral tegak. Cairan yang kurang dari 100 ml ( 50-100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi dekubitus dan arah sinar horisontal dimana cairan akan berkumpul di sisi sampai bawah. Gambaran radiologik tidak dapat membedakan jenis cairan mungkin dengan tambahan keterangan-keterangan klinik atau kelainan lain yang ikut serta terlihat dapat diperkirakan jenis cairan tersebut. Kadangkadang sejumlah cairan terkumpul setempat didaerah pleura atau fissura interlobar yang sering disebabkan oleh empiema dengan perlekatan pleura. 8. Pneumotoraks Pneumotoraks ialah adanya udara dalam rongga pleura dimana masuknya udara ke dalam rongga pleura antara lain karena pneumotoraks spontan, udara lingkungan luar masuk ke rongga pleura melalui luka tusuk (disengaja) dan masuknya udara melalui mediastinum yang biasanya disebabkan oleh trauma serta udara berasal dari subdiafragma dengan adanya robekan lambung disebabkan trauma. Gambaran radiologik terdapat bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru dengan batas paru berupa garis radioopak tipis berasal dari pleura viseral. Jika pneumotoraks luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru menjadi kuncup/kolaps didaerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Selain itu sela iga menjadi lebih lebar.

You might also like