You are on page 1of 10

Damopolii S.

Correlation between volume and location of brain infraction ORIGINAL ARTICLE

THE CORRELATION BETWEEN VOLUME AND LOCATION OF BRAIN CT INFRACTION WITH CLINICAL GRADING (BARTHEL INDEX BASED) IN ACUTE ISCHEMIC STROKE
Suciati Damopoli*, Bachtiar Murtala*, AmiruddinAliah**, Muh Ilyas*. *Department of Radiology, ** Department of Neurology, Medical faculty, Hasanuddin University,Makassar Corresponding author: radfkuh@yahoo.com

ABSTRACT
Background: Vascular brain disturbance more than 24 hour could lead to sudden death or persistent sequele, therefore an early and accurate diagnosis is needed. Objectives: To analyze the correlation between the activities of daily living (Barthel Index = BI) and head computed tomography (CT)-scan of post-ischemic stroke patient. Methods : Post ischemic stroke patients from Hasanuddin University teaching hospitals periode 2007 were involved in this study. Head CT- scan and BI analysis weredone. Results : In patients with acute ischemic stroke (AIS), the correlation between BI with artery territory location is more significant than anatomic topography location (p=0.000 and p=0.082, respectively). BI of AIS patients in anterior cerebral artery (ACA) territory > media cerebral artery (MCA) territory >ACA + MCA territory. Correlation between BI with lesion volume is highly significant (p<0.000). The more the lesion volume is, the smaller the BI will be (the more patient dependence degrees). The correlation of lesion location with BI in occurs at smaller lesion volume (<50cc). Conclusions: An optimal daily living activity can be hoped at smaller lesion of ACA territory. Keywords: cerebral infarct, stroke, Barthel index

KORELASI ANTARA VOLUME DAN LETAK INFARK PADA CT- SCAN KEPALA DENGAN DERAJAT KLINIS BERDASARKAN INDEKS BARTHEL PADA PENDERITA STROK ISKEMIK AKUT
Latar belakang : Gangguan vaskuler otak lebih dari 24 jam dapat menyebabkan kematian maupun kelainan yang menetap. Oleh karena itu, diagnosis yang cepat dan akurat diperlukan untuk mencegah akibat yang tidak diinginkan. Tujuan: Melihat hubungan antara activities of daily living (indeks Barthel-IB) pasien pasca strok dengan gambaran computed tomography (CT)-scan kepala. Metode : Pasien pasca strok yang dirawat pada tahun 2007 yang berasal jejaring rumah sakit pendidikan Fakultas Kedokteran Unhas dilibatkan dalam penelitian. Setiap pasien dilakukan pemeriksaan

333

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 p. 333-342

CT- scan kepala dan dinilai index barthel-nya. Hasil: Pada penderita stroke iskemik akut (SIA), hubungan antara IB menurut letak territori arteri lebih bermakna dibandingkan menurut letak topografi anatomi (<=0.000 dan p=0.082). Index Barthel dengan ketergantungan berat terlihat lebih besar jika lesi terjadi pada territori media cerebral artery (MCA) dibandingkan territori anterior cerebral artery (ACA) yaitu 35.2% dan 19%. IB pada territori ACA> MCA > ACA+MCA. Indeks Barthel berhubungan erat dengan volume lesi (p<0.000). Semakin besar volume lesi,semakin kecil nilai Index Barthel-nya (semakinberat derajat ketergantungannya). Korelasi antara letak lesi dan Indeks Barthel penderita SIA terjadi secara nyata pada volume lesi yang kecil (<50 cc). Simpulan : Harapan untuk mendapatkan Activity Daily Living yang optimal didapatkan pada lesi kecil di territori ACA. Kata kunci: infark otak, strok, index Barthel

PENDAHULUAN
Strok atau gangguan peredaran darah otak adalah sindrom klinis berupa defisit neurologis fokal maupun umum yang terjadi secara mendadak berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau berakhir dengan kematian yang diakibatkan oleh gangguan peredaran darah ke otak. Strok merupakan masalah neurologi primer di AS dan dunia pada umumnya. Meskipun upaya pencegahan telah menurunkan insidensi strok pada tahun-tahun terakhir, namun keadaan ini masih merupakan penyebab kematian utama ketiga setelah penyakit jantung dan tumor di Amerika.1.2 Menurut Yayasan Strok Indonesia, 63.5 /100.000 penduduk terkena strok pada usia >65 tahun, meninggal > 125.000 jiwa dan diperkirakan hampir setengah juta penduduk Indonesia beresiko tinggi terserang stroke. 3 Pada tahun 2001, The American Heart Association melaporkan rata-rata setiap 45 detik terdapat seorang penderita baru strok di Amerika. Setiap tahun 700.000 orang mengalami strok di AS, dimana 500.000 orang mengalami strok serangan pertama dan 200.000 orang mengalami strok berulang, 350.000 orang dari mereka hidup dengan kecacatan dalam berbagai tingkatan. Laki-laki lebih banyak terkena strok dibanding wanita dan laki-laki berkulit hitam 1.5 kali lebih banyak dibanding laki-laki kulit putih dengan usia di atas 65 tahun merupakan resiko terbesar.2,4-6 Secara klinis, jenis strok dibagi atas strok non hemoragik (strok iskemik = SI) dan strok hemoragik (SH). Diperkirakan 8088% dari keseluruhan strok adalah SI. Menurut Aliah A. dan Djunaidi W. (2000), di rumah sakit pendidikan Makassar didapatkan masing masing 60% SI dan 40% SH, sedangkan menurut Adnan M (1991-1993) di RSA Jusuf Jaury Putera Makassar terdapat 66% SI dan 34% SH, dengan j umlah laki-laki 246 orang (65.4%) dan perempuan sebanyak 130 orang (34.6%) dengan perbandingan 2:1. Hal ini sedikit berbeda karena tidak semua penderita dilakukan CT-scan. 7.8 Kemungkinan untuk hidup lebih besar pada kasus SI dengan angka kematian 8-12% dibanding SH dengan angka kematian 37-38% dalam 30 hari. Namun kecacatan akan lebih berat pada SI, karena pada SH lesi akan mengalami resolusi dan meninggalkan jaringan otak dalam keadaan utuh, sementara SI merusak neuron yang terkena.5,7-9 Diantara penderita SI yang hidup dan diobservasi selama 6 bulan setelah strok maka diperoleh data yaitu: 50%

334

Damopolii S. Correlation between volume and location of brain infraction

mengalami hemiparesis, 30% tidak dapat berj alan tanpa bantuan, 26% memerlukan bantuan khusus untuk mengatasi kesulitan dalam kegiatan sehari-hari ( activities of daily living = ADL), 19% afasia, dan 35% mengalami depresi. Di Indonesia, dari setiap 100 penderita pasca strok, terdapat 10 orang yang dapat kembali bekerj a tanpa gangguan, 30 orang dengan cacat ringan, 50 orang dengan cacat yang lebih berat dan memerlukan bantuan khusus dalam perawatan di rumah (ADL), dan 10 orang memerlukan perawatan khusus.3,5 Strok dapat menyebabkan kematian dan kecacatan terbesar, serta masalah klinis medis yang merupakan kasus kedaruratan dan memiliki the golden period, maka perlu tindakan yang cepat dan tepat untuk diagnosa dan terapi terutama pada kasus strok iskemik akut (SIA) yang berlangsung mulai hari-1 sampai hari-7 dari onset. 10 Strok juga merupakan problem kesehatan masyarakat di Indonesia dan dunia, karena banyaknya masalah dalam pelayanan, baik mengenai kurangnya fasilitas rumah sakit dan medis, serta kurangnya tenaga medis dan paramedis yang terlatih, maupun kekurangtahuan masyarakat yang mengakibatkan terlambat ke dokter dan rumah sakit. Oleh karena hal-hal tersebut, penting mencari bukti empiris dari pemeriksaan diagnostik (CT-scan kepala) yang dihubungkan dengan aspek klinis termasuk dari sisi penilaian ADL antara lain dengan menggunakan pengukuran Indeks Barthel (IB). Ada beberapa cara dalam menilai ADL antara lain, yaitu secara Modified Rankin Scale (MRS), Glasgow Outcome Scale (GOS), National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS), Canadian Neurological Scale (CNS), Indeks Barthel

(IB), dll. Dalam penelitian ini digunakan IB karena dapat memeriksa status fungsional, kemampuan pergerakan otot/ ekstremitas dan mengevaluasi ketidakmampuan pasien, serta dapat menilai mobilitas dan ADL dengan cepat pada pasien strok akut, dapat dipercaya dan telah divalidasi. 4 CT-scan tanpa kontras lebih efisien meskipun MRI pada beberapa kondisi tertentu lebih sensitif dibanding CT dalam mendiagnosa strok iskemik, namun waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan relatif lebih lama dibandingkan CT-scan, biayanya relatif lebih mahal dan belum tersedia di semua daerah.2 Beberapa penelitian telah dilakukan, antara lain oleh Saver J. dkk (1998) tentang volume SI yang dihubungkan dengan beberapa pengukuran outcome (IB, GOS, NIHSS, Mortality).11 Penelitian tentang hubungan gambaran CT-scan kepala dengan gejala klinis penderita strok iskemik akut melalui Canadian Neurological Score dilakukan oleh Aliah dkk. (2007) di Makassar. Demikian pula penelitian tentang sub bagian dari Indeks Barthel yang berhubungan dengan kemampuan kandung kemih, pernah dilakukan oleh Patel (2001).12.13 Namun sepengetahuan penulis, penelitian mengenai volume dan letak infark pada gambaran CT-scan kepala dihubungkan dengan derajat klinis yang diukur menurut IB seutuhnya pada pasien SIA, belum pernah dilakukan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode cross sectional yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2007 di beberapa rumah sakit pendidikan yang mempunyai kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Unhas. Kriteria inklusi meliputi penderita SIA tanpa komplikasi penyakit lain yang

335

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 p. 333-342

mengalami serangan pertama, pada pemeriksaan CT-scan ditemukan lesi hipodens pada fossa cerebri anterior dan fossa cerebri media, serta bersedia ikut penelitian. Kriteria ekslusi meliputi penderita yang mengalami serangan strok berulang, pada pemeriksaan fisik/ radiologik ditemukan kelainan lain seperti infeksi, trauma, tumor, SH dan lesi selain SI, infark yang kecil (lacunar infark) dan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan lesi hipodens pada fossa cerebri posterior. Penilaian berdasarkan pada letak dan volume infark tanpa menghitung edema yang ada pada CT-scan kepala dengan memakai rumus dari Broderick dkk yaitu panjang x lebar x tinggi x 0.52 (mm3), 14 Kemudian dikelompokkan dalam kriteria kecil (<50 cc), sedang (50-200 cc), besar (201-400 cc), dan massive (>400 cc). Penilaian IB menurut versi Wade & Colin yang dimodifikasi dengan nilai skor: normal (20), ketergantungan ringan (1519), ketergantungan sedang (10-14), dan ketergantungan berat (<10).

Tabel 1. Karakteristik penderita strok iskemia akut N Umur ( thn ) 100 Volume ( cc ) 100 Indeks Barthel 100 Min 25.0 0.5 0.0 Max 86.0 03.2 20.0

Tabel 2. Karakteristik penderita strok iskemia akut berdasarkan kelompok kategori N KELAMIN : Laki-laki Perempuan UMUR : < 39 (thn) 40-54 55-70 >70 LETAK TERRITORI ARTERI: Anterior cerebral artery (ACA) 21 21.0 Media cerebral artery (MCA) 71 71.0 ACA + MCA 8 8.0 LETAK TOPOGRAFI ANATOMI : Korteks (K) 51 51.0 Subkorteks (SK) 42 42.0 K + SK 7 7.0 VOLUME LESI (cc) : Kecil < 50 Sedang 50-200 Besar 201-400 Massive >400 58 42 3 27 53 17 % 58.0 42.0 3.0 27.0 53.0 17.0

HASIL DAN PEMBAHASAN


Diperoleh 100 penderita strok iskemik akut yang berobat di Rumah Sakit pendidikan FKUH Makassar dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2007 yang berumur 25-86 tahun, dengan rata-rata umur 58 tahun. Jumlah penderita wanita sebanyak 42 orang (42%) dan laki-laki 58 orang (58%). Onset penderita SIA yang masuk rumah sakit berkisar 4-180 jam, dengan volume lesi yang bervariasi dari 0.5-603.2 cc, dengan rata-rata volume 89.04 cc, demikian pula IB dari nilai 0-20, dengan rata-rata 10.58. Adapun deskripsi dari karakteristik sampel terlihat pada tabel 1 dan 2 di bawah ini.

67 67.0 19 19.0 5 5.0 9 9.0

DERAJAT INDEKS BARTHEL Normal 4 Ringan 25 Sedang 34 Berat 37

4.0 25.0 34.0 37.0

336

Damopolii S. Correlation between volume and location of brain infraction

Tabel 3. Index Barthel menurut letak lesi penderita strok iskemia akut
DERAJAT KLINIS INDEKS BARTHEL N(%) LETAK TERRITORI: Anterior cerebral artery (ACA) Media cerebral artery (MCA) ACA+MCA LETAK ANATOMI : KORTEKS (K) SUBKORTEKS (SK) K + SK 4( 19.0) 5 (35.2) 8(100.0) 19(37.3) 15(35.7) 3(42.9) Rata2 21 71 8 51 42 7 Normal 13.2 10.7 2.9 11.2 10.0 8.9 Ringan 2(9.5) 2(2.8) 0(0.0) 3(5.3) 1 (2.4) 0 (0.0) Sedang 8(38.1) 17(23.9) 0(0.0) 19(37.3) 6(14.3) 0 (0.0) Berat 7(33.3) 27(38.0) 0 ( 0.0) 10(19.6) 20 (47.6) 4 (57.1)

Tabel 4. Hubungan letak territori arteri dengan derajat klinis IB penderita strok iskemia akut Derajat Indeks Barthel (IB) Normal Letak territori: Anterior cerebral artery (ACA) Media cerebral artery (MCA) ACA + MCA p <0.001, r=0.354 2 2 0 Ringan 8 17 0 Sedang 7 27 0 Berat 4 25 8 Total Total 21 71 8 100

Tabel 5 . Hubungan letak topografi arteri dengan derajat klinis IB penderita strok iskemia akut
Derajat Indeks Barthel Normal Letak topografi anatomi: Korteks (K) Subkorteks (SK) K + SK p =0.082, r=0.175 3 1 0 Ringan 19 6 0 Sedang 10 20 4 Berat 19 15 3 Total Total 51 42 7 100

Hubungan Letak Lesi dengan Indeks Barthel Penderita SIA


Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi perbaikan kondisi pasien pasca strok iskemik akut, namun dengan IB kita dapat memprediksi sejauh mana tingkat kerusakan/ kecacatan yang terjadi. Apabila terdapat lesi pada serebri, maka akan mempengaruhi gerakan motorik dan fungsional seseorang. Oleh karena itu, letak suatu lesi dianggap penting dalam serangan SIA. Secara sederhana, otak terbagi atas letak kortikal yang meliputi lobus frontal, parietal, temporal, dan oksipital serta letak non kortikal yang meliputi subkortikal seperti kapsula interna,

337

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 p. 333-342

ganglia basalis, putamen, nucleus caudatus dan thalamus. Berdasarkan penelitian Ilyas dkk (2007), lesi terbanyak di dapat pada daerah korteks dibanding pada daerah subkorteks.12 Pada penelitian ini didapatkan 51 penderita SIA pada letak korteks, 42 pada letak subkorteks, dan 7 pada letak korteks dan subkorteks. Adapun IB berdasarkan letak topografi anatomi (korteks, subkorteks) tidak menunjukkan perbedaan bermakna, namun IB pada letak gabungan (korteks+ subkorteks) memperlihatkan derajat ketergantungan berat dengan rata-rata IB 8.8. Hubungan letak topografi anatomi dengan derajat IB tidak ada perbedaan yang bermakna pada penderita SIA. Namun terlihat kecenderungan penderita SIA dengan letak topografi anatomi pada subkorteks mempunyai IB yang lebih rendah dibanding letak topografi anatomi pada korteks. Hal ini disebabkan oleh karena pada daerah subkorteks merupakan tempat berjalannya serat-serat traktus piramidalis dari neuron kortikal dan berkumpul ke arah ekstremitas posterior kapsula interna dan pada ujung akhir medulla oblongata 80-85 serat-serat tersebut akan menyeberang ke sisi berlawanan.15 Letak ditentukan berdasarkan territori arteri pada serebri yaitu Arteri Serebri Anterior (ACA), Arteri Serebri Media (MCA), gabungan ACA+MCA. Hasil penelitian Adnan (1994) didapatkan sebanyak 18.5 SIA pada territori ACA dan 77.9 SIA pada territori MCA, sedangkan menurut hasil penelitian W.Kluge (1998), SIA pada territori ACA sebanyak 13 dan pada territori MCA 70. Pada penelitian ini, didapatkan 21 SIA pada territori ACA, 71 SIA pada territori MCA, dan 8 SIA pada territori ACA+MCA. Terlihat bahwa, kasus SIA lebih sering terjadi pada territori MCA. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya arteri lentikulostriatae yang menurut para klinisi merupakan tempat tersering terjadi

kelainan vaskuler dan mengakibatkan IB penderita SIA yang lebih rendah pada territori MCA dibandingkan IB penderita SIA pada territori ACA. Meskipun daerah territori ACA, bila mengalami sumbatan akan terjadi infark yang luas akibat kurangnya kollateral pada daerah tersebut, namun terlihat IB lebih rendah (derajat ketergantungan sedang dan berat) pada daerah territorial MCA dan ACA+MCA. Sementara menurut Afifi AK dan Bergman RA (2005), territori MCA mensuplai daerah motoris dan sensoris serta mempunyai cabang kortikal dan cabang sentral dari korteks, kontralateral lengan dan wajah, area Wernickes, area Broca, kapsula interna dan optic16 sehingga IB akan lebih rendah bila terjadi infark pada territori MCA dibanding infark pada territori ACA. Index Barthe berdasarkan letak territori arteri (ACA, MCA dan ACA+MCA) menunjukkan adanya perbedaan (p<0.05) bila terjadi pada territori gabungan ACA+MCA yaitu ketergantungan berat dengan rata-rata 2.8. Pada territori ACA, IB rata-rata ketergantungan ringan, sedangkan IB pada territori MCA rata-rata ketergantungan sedang. Pada derajat IB menurut letak territori arteri terlihat ada hubungan yang bermakna serta adanya kecenderungan pada territori MCA (35.2) mempunyai derajat IB lebih berat dibandingkan territori ACA (19) pada penderita SIA. Secara statistik, hubungan antara letak territori arteri dengan Indeks Barthel lebih bermakna (p<0.001 dan r=0.354), dibandingkan antara letak topografi anatomi (p=0.082 dan r=0.175). Namun, dalam ekspertise radiologi sebaiknya digunakan secara bersama, tidak semata-mata menurut letak territori atau topografi saj a karena keduanya memperlihatkan derajat klinis IB yang rendah jika terdapat pada letak MCA dan subkorteks serta gabungan.

338

Damopolii S. Correlation between volume and location of brain infraction

Tabel 6 . Hubungan kelompok volume lesi dengan derajat klinis index Barthel penderita strok iskemia akut Derajat Indeks Barthel Normal Kelompok volume (cc): Kecil Sedang Besar Massive p <0.001, r=0.449 4 0 0 0 22 3 0 0 25 8 1 0 16 8 4 9 Total 67 19 5 9 100 Ringan Sedang Berat Total

Hubungan volume lesi dengan indeks Barthel penderita SIA Berdasarkan Stone J dan Duus P (1996), masing-masing lobus mempunyai struktur anatomis dan fungsi serta luas yang berbeda. Ukuran terluas yaitu lobus frontalis, kemudian parietalis, temporalis dan oksipitalis. 15 Sehingga, apabila terjadi SIA pada daerah korteks, maka biasanya volume lesi lebih banyak dibanding pada daerah subkorteks. Demikian pula, pada daerah territorial ACA karena kurangnya kollateral sehingga dapat menyebabkan infark yang luas. Hal ini akan mempengaruhi derajat klinik penderita SIA berdasarkan IB. Menurut Saver J dkk. (1998), penderita SIA dengan volume infark 025.7 cm3 memperlihatkan IB yang baik, sedangkan penderita SIA dengan volume infark 25.7 156.9 cm 3 mempunyai IB yang tidak menguntungkan.11 Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat penderita SIA dengan volume lesi yang kecil (< 50 cc) sebanyak 67 orang dan masih terlihat 4 orang yang mempunyai derajat IB normal. Pada volume lesi yang sedang (50-200 cc), sebanyak 19 orang masih didapatkan adanya penderita SIA dengan IB ketergantungan ringan. Pada volume lesi yang besar (201-400 cc) dimana sebanyak 5 orang, 1 orang mempunyai IB ketergatungan sedang dan 4 orang dengan IB deraj at ketergantungan berat, dan penderita SIA dengan volume lesi yang massive (>400 cc) sebanyak 9 orang, dimana semuanya memperlihatkan derajat ketergantungan IB yang berat. Hal tersebut memperlihatkan adanya hubungan bermakna (p=0.000) antara IB menurut kelompok volume, dimana semakin besar volume lesi, maka akan semakin rendah IB penderita SIA. Pada letak territori MCA, terlihat IB lebih rendah jika dibandingkan pada territori ACA, meskipun volume pada territori ACA lebih banyak. Hal tersebut sesuai dengan daerah yang diperdarahi, dimana pada territori ACA merupakan daerah yang kurang kollateral. Menurut Duus.P (1996), semakin luas infark maka semakin sering terjadi gangguan fungsi motorik dan fungsi mental penderita.15 Koefisien korelasi IB dengan volume lesi, lebih besar (r=0.449) daripada letak lesi (r=0.354). Ini menunj ukkan bahwa sebaiknya pada penderita SIA melalui CT-scan kepala ditentukan lebih dahulu volumenya kemudian lokasinya.

339

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 p. 333-342

Tabel 7. Hubungan derajat index Barthel dengan letak territorial arteri dan kelompok volume penderita strok iskemia akut
Derajat Indeks Barthel Normal Volumekecil: ACA MCA Volume sedang: ACA MCA ACA + MCA Volume besar : ACA MCA ACA + MCA Volume massive : ACA MCA ACA + MCA 2 2 Ringan 8 14 Sedang 3 22 Berat 1 15 Total 14 53 p= 0.005 r= 0.341

0 0 0

0 3 0

4 4 0

0 7 1

4 14 1

p= 0.175 r=0. 325

0 0 0

0 0 0

0 1 0

2 0 2

2 1 2

p= 1.000 r= 0.000

0 0 0

0 0 0

0 0 0

1 3 5 Total

1 3 5 100

p= 1.000 r= 0.000

Keterangan: ACA: anterior cerebral artery MCA: Media cerebral artery

Tabel 8. Hubungan derajat index Barthel dengan letak topografi anatomi dan kelompok volume penderita strok iskemia akut
Derajat Indeks Barthel Normal Volumekecil: Korteks (K) Subkorteks (SK) K + SK Volume sedang: Korteks (K) Subkorteks (SK) K +SK Volume besar : Korteks Volumemassive : Korteks 3 1 0 0 0 0 0 0 Ringan 16 6 0 3 0 0 0 0 Sedang 5 20 0 4 0 4 1 0 Berat 3 12 1 3 3 2 4 9 Total Total 27 39 1 10 3 6 5 9 100 p= 0.000 r=0.492

p=0.305 r=0.248

p=1.000 p=1.000

340

Damopolii S. Correlation between volume and location of brain infraction

Hubungan volume lesi dan letak lesi dengan derajat IB Penderita SIA Pada volume lesi yang kecil, terdapat lebih banyak dengan IB derajat berat pada letak territori MCA (15 orang) dibanding pada letak territori ACA (1 orang). Menurut letak topografi anatomi, terdapat lebih banyak IB derajat berat pada volume lesi yang kecil didaerah subkorteks (12 orang) dibanding pada daerahkorteks (3 orang). Kecenderungan yang berbeda antara territori arteri ACA dan MCA hanya terjadi pada volume kecil, demikian pula letak topografi anatomi pada korteks dan subkorteks. Hubungan yang sangat bermakna terdapat pada volume lesi yang kecil baik pada letak territori arteri maupun letak topografi anatomi. Terlihat pada volume lesi kecil jika terdapat pada daerah subkorteks maupun pada territori MCA mempunyai gejala klinik dengan IB yang kecil (ketergantungan deraj at

berat). Untuk lesi dengan volume sedang, besar dan massive,antara letak territori arteri dan topografi anatomi tidak terdapat hubunganyang bermakna. Ini bisa disebabkan oleh jumlah sampel yang kurang. Di saat volume lesi sedang/ besar dan massive ada kecenderungan semua bergeser ke arah derajat IB berat, namun hubungan IB tidak menj adi penting lagi untuk melihat letaknya.

KESIMPULAN
Indeks Barthel menurut volume lesi sangat bermakna. S emakin besar volume lesi pada penderita SIA, maka semakin kecil nilai IB nya (semakin berat derajat ketergantungannya). IB penderita SIA berkorelasi dengan CT-scan jika volume lesi lebih besar. Sedangkan letak lesi baru berhubungan CT-csan kepala jika volume lesi kecil (<50cc). Pasien mempunyaiharapan untuk mendapatkan activity daily living yang optimal terutama jika volume lesi di territori ACA kecil.

DAFTAR RUJUKAN
1. Aliah A. G ambaran umum tentang Gangguan Peredaran Darah Otak (GDPO). In: KapitaSelektaNeurologi. Hars ono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003:81-9. 2. Grey ML. CT & MRI Pathology A Pocket Atlas. New York:Mc.Graw-Hill Profesional, 2003. 3. Sus trani L. Stroke. J akarta: GramediaPustakaUtama, 2004. PT 6. Wolf PA. Epidemiology ofstroke. In: Stroke pathophysiology,diagnosis , and management. Philadelphia: Churchill, 2004. 7. Adnan M. Diagnostik CT pada penderita strok di Rumah sakit Akademis Jaury Ujung Pandang, Majalah kedokteran universitas hasanuddin 1994; 15: 1-6. 8. Aliah A, W ijaya D. Faktorres ikostroke padabeberaparumahsakitdi Makassar. JurnalMedikaNusantara 2000; 25: 1-6. 9. Harsono. InfarkOtak. In: NeurologiKlinik. Harsono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002: 71-8. 10. Roth K, Pfeifer J. Acute infarction. Available at www.Strokecenter.org.Retrieved 20 Maret. 2007. 11. Saver J, Johnston KC, Homer D . Infarct volume as a surrogate or auxiliary outcome

4. Beauchamp NJ. Acute cerebral ischemic infarction : A pathophysiologicreview and radiologic pers pec tive.Available at www.emedicine.com. Retrieved 14 Maret 2007. 5. Anonim. Heart disease and stroke statistics. American Heart Association Update.Stroke. 2004: 430-38.

341

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 p. 333-342

measure in ischemic stroke clinical trials. Stroke 1999: 293-98. 12. Ilyas M. Perananpenilaian CT Scan kepala dalam memprediksi luaran penderita strokis kemik akut dengan menggunakan pengukuran volume dan lokasi infark. Radiologi, Makass ar, Universitas Hasanuddin, 2007. 13. Patel M, Cateherine C. (2001). Natural History and Effects on 2-Years Outcomes of Unrinary Inc ontinence Af ter Stroke.Available at

www.strokeaha.org.Retrieved 20 Agustus. 2007. 14. Broderick J, Brott TG, Duldener JE. Volume of intracerebralhemorrhage apowerfull and easy-to-usepredictor of 30day mortality. Stroke 1993: 987-93. 15. Duus P. Diagnosis topikneurologi, anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Jakarta: EGC, 1996. Afifi AK, Bergman RA. Cerebral vascular syndromes. In: Functional neuroanatomytext and atlas. New York: The McGraw Hill Companies Inc, 2005: 359-63

342

You might also like