You are on page 1of 23

BAB I Pendahuluan

Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih dapat hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu pemeliharaan mata sangatlah penting. Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat

mengakibatkan seseorang kehilangan pengelihatannya adalah selulitis orbitalis. Namun selulitis pada mata berbeda dengan pengertian awam tentang selulit. Oleh karena itu, pada makalah ini kami mencoba membahas lebih dalam tentang selulitis orbitalis.

BAB II ANATOMI
Anatomi Palpebra

Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, paparan sinar, dan pengeringan bola mata. 1 Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. 1 Pada kelopak terdapat bagian-bagian : Kelenjar, seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus. 1 Otot, seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M. levator palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini

dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. 1 Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra. 1 Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. 1 Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah). 1 Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra. 1 Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. 1

Anatomi Rongga Orbita

Volume orbita dewasa + 30cc dan bola mata hanya menempati sekitar 1/5 bagian ruangannya. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya. Orbita berhubungan dengan : Atas Bawah Medial : : : Sinus frontalis Sinus maksilaris Sinus ethmoidalis dan sphenoidalis

facies orbitais os frontalis facies orbitais os sphenoidale

os ethmoidale os lakrimale crista lacrimalis posterior crista lacrimalis anterior pars orbitais os maksilaris pars frontalis os maksilaris

facies orbitais os zygomatici

os zygomaticum

os ethmoidale Facies orbitaes os frontale

Os lacrimale

Proc orbitais os palatini

Facies orbitaes os maxilla

Dinding Orbita : Atap : facies orbitais ossis frontalis Ala parva ossis sphenoidalis (bgn posterior) mengandung kanalis optikus

Dasar

pars orbitais ossis maksilaris (bgn sentral yang luas) pars frontalis ossis maksilaris (medial) os zygomaticum (lateral) processus orbitais ossis palatini (daerah segitiga kecil di posterior)

Lateral Medial

: :

anterior : facies orbitais ossis zygomatici (malar) os ethmoidale os lakrimale korpus sphenoidale crista lacrimalis anterior : dibentuk oleh processus frontalis ossis maksilaris crista lacrimalis posterior yg dibentuk oleh : Atas Bawah : processus angularis ossis frontalis : os lacrimale

Diantara kedua crista lacrimalis terdapat sulkus lakrimalis dan berisi sakus lakrimalis. Vaskularisasi Orbita Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Arteri retina sentralis memperdarahi nervus optikus Arteri lakrimalis memperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas Cabang-cabang muskularis berbagai otot orbita Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagian nervus optikus Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera,limbus, konjungtiva Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata Arteri supraorbitais 5

9.

Arteri supratrokhlearis Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang

lain serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris. Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior. Vena Oftalmika Superior dibentuk dari : Vena supraorbitais Vena supratrokhlearis cabang vena angularis mengalirkan darah dari kulit Satu di daerah periorbita

Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinus kavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang potensial fatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita.

Anatomi Bola Mata Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.

Kamera anterior

kornea

Pupil Kamera posterior Zonula

iris Canalis Schlemm Korpus siliaris

lensa
Ora serata

M rectus lateralis

Sklera

vitreus

koroid retina

Nervus opticus

Makula, fovea sentralis

Konjungtiva : Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. 7

1.

Konjungtiva palpebralis :

melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior ( pada fornices superior dan inferior ) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.

2.

Konjungtiva bulbaris : melekat longgar ke septum orbitae di fornices dan melipat memungkinkan memperbesar sekretorik. berkali-kali. bola mata permukaan Pelipatan bergerak ini dan

konjungtiva

Sklera dan Episklera Sklera : pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus optikus di belakang.

Episklera

lapisan tipis dari jaringan elastik halus, yang membungkus permukaan luar sklera anterior, mengandung banyak pembuluh darah yang memasok sklera.

Kornea Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis. Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh pembuluh darah limbus, humor aquaeus, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari percabangan pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V (trigeminus).

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang di lalui berkas cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya karena strukturnya uniform, avaskuler, dan deturgesens. fungsi sawar epitel dan endotel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan, sedangkan cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat, hilang pada saat epitel sudah beregenerasi. Detugesens, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh

Uvea Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan koroid. 1. Iris : perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masingmasing berisi humor aquaeus. Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik. 2. Korpus siliaris : iris ( + 6 mm ). Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler, dan radial. Fungsi serat-serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh dalam lapangan pandang. Pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi korpus siliare berasal dari lingkar utama iris. 9 secara kasar berbentuk segitiga pada potongan

melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal

3.

Koroid

segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.

Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar, sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai khoriokapilaris. Koroid disebelah dalam dibatasi oleh membrana Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Ke anterior, koroid bersambung dengan korpus siliare.

Lensa : Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus;di sebelah posteriornya, vitreus. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.

Humor Aquaeus Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki kamera posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut kamera anterior. Peradangan atau trauma intraokular menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini disebut humor akueus plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah. Resistensi utama terhadap aliran keluar humor akueus dari kamera anterior adalah lapisan endotel saluran Schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena.

10

Sudut Kamera Anterior Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar iris. Retina Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serrata. Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil). Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea yang merupakan suatu cekungan yang memberi pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens. Retina diperdarahi oleh : khoriokapilaria (1/3 luar retina)

- cabang cabang dari arteri sentralis retina (2/3 dalam retina) Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria.

Vitreus Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk 2/3 dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus.

11

Otot-otot ekstraokular Otot Rektus Lateralis Rektus Medialis Rektus Superior Rektus Inferior Oblikus Superior Oblikus Inferior Kerja Primer Abduksi Aduksi Elevasi Depresi Intorsi Ekstorsi Kerja Sekunder Tidak Ada Tidak Ada Aduksi, intorsi Aduksi, ekstorsi Depresi, abduksi Elevasi, abduksi Saraf N. VI N. III N. III N. III N. IV N. III Vaskularisasi Diperdarahi oleh cabang-cabang muskular arteri oftalmika.

Adneksa mata 1. 2. Alis mata Palpebra, diatur oleh : Muskulus Orbikularis Okuli, berfungsi menutup palpebra, dipersarafi nervus VII. Muskulus Levator Palpebrae Superioris dan Muskulus Rektus Inferior, dipersarafi nervus III. Persarafan sensoris ke palpebra datang dari divisi I dan II dari nervus trigeminus (V). Palpebra diperdarahi oleh cabang-cabang palpebra lateral dan medial dari arteri lakrimalis dan oftalmika. 3. Apparatus Lakrimalis terdiri dari : Bagian sekretoir : - Glandula Lakrimalis - Duktus Lakrimalis Bagian ekskretoir : - Pungtum Lakrimal, superior dan inferior - Kanalikuli Lakrimal superior dan inferior - Sakus Lakrimal - Duktus Nasolakrimal dan Meatus inferior

12

Fornix conjungtiva superior

Canaliculus lacrimalis superior

Glandula lacrimalis, ductuli excretorii Saccus lacrimalis


Fornix conjungtiva inferior

Punctum lacrimale Caruncula lacrimale Duktus nasolacrimalis

Canaliculus lacrimalis inferior

Meatus inferior

Air mata disekresi glandula lakrimalis, bermuara di konjungtiva forniks superior bagian temporal. Dengan berkedip, air mata disalurkan ke seluruh bagian anterior mata dan terkumpul di sakus lakrimal. M orbikularis okuli menekan pada sakus lakrimal, sehingga menimbulkan tekanan negatif di dalamnya. Pada waktu mata dibuka, dengan adanya tekanan negatif ini, air mata dapat terserap pungtum lakrimal dan seterusnya sampai ke meatus inferior. Air mata tidak meleleh melalui hidung, karena hidung banyak mengandung pembuluh darah, sehingga suhunya panas, ditambah dengan pernafasan, sehingga mempercepat penguapan. Air mata tidak meleleh melalui pipi juga, karena isi dari glandula meibom, menjaga margo palpebra tertutup rapat pada waktu berkedip.

13

BAB III Selulitis Orbita

A.

Definisi Selulitis orbita adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di

belakang septum orbita.1 Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoid. Selulitis orbita dapat mengakibatkan kebutaan, sehingga diperlukan pengobatan segera. Pada anak-anak, selulitis orbitais biasanya berasal dari infeksi sinus dan disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae. Bayi dan anakanak yang berumur dibawah 6-7 tahun tampaknya sangat rentan terhadap infeksi oleh Haemophilus influenzae.2

B.

Epidemiologi Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional

maupun internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca. Ada mencatat peningkatan frekuensi selulitis orbita pada masyarakat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus yang resisten methicillin.

14

1.

Mortalitas / Morbiditas Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan selulitis orbita

memiliki angka kematian dari 17%, dan 20% dari korban yang selamat buta di mata yang terkena. Namun, dengan diagnosis yang cepat dan tepat penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurang secara signifikan; kebutaan terjadi dalam 11% kasus. Selulitis orbita akibat S. aureus yang resisten terhadap methicillin dapat menyebabkan kebutaan meskipun telah diobati antibiotik. 2. Ras Selulitis orbita tidak dipengaruhi oleh rasial. 3. Sex Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orang dewasa, kecuali untuk kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadap methicillin, yang lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan rasio 4:1. Namun, pada anak-anak, selulitis orbita telah dilaporkan dua kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. 4. Usia Selulitis orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada di dewasa muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan selulitis orbita adalah 7-12 tahun.

15

BAB IV Etiologi dan Patofisiologi


Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif yang menyerang jaringan ikat di sekitar mata, dan kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis bakteri normal yang hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan infeksi ini biasa berasal dari infeksi dari wajah secara lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan atau serangga, konjungtivitis, kalazion serta trauma yang kotor. Pada anak-anak infeksi selulitis sering disebabkan oleh karena sinusitis etmoidalis yang mengenai anak antara umur 2-10 tahun. Ada Beberapa bakteri penyebab, diantaranya : a. Haemophilus influenzae Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk keluarga Pasteuracella. Haemophilus influenzae yang tidak berkapsul banyak diisolasi dari cairan serebrospinalis, dan morfologinya seperti Bordetella pertussis penyebab batuk rejan, namun bakteri yang didapat dari dahak besifat pleomorfik dan sering berbentuk benang panjang dan filamen. sinusitis paranasal yang penyebarannya melalui pembuluh darah (bakteremia) dan bersamaan dengan

Gambar Haemophilus influenzae yang diperoleh dari dahak.

16

Haemophillus influenzae dapat tumbuh dengan media heme oleh karena media ini merupakan media kompleks dan mengandung banyak prekursor-prekursor pertumbuhan khususnya faktor X (hemin) dan faktor V ( NAD dan NADP ). Di laboratorium di tanam dalam agar darah cokelat yang sebelumnya media tanam tersebut dipanaskan dalam suhu 80 pada suhu 35
o o

C untuk

melepaskan faktor pertumbuhan tersebut. Bakteri dapat tumbuh dengan baik C- 38o C dengan PH optimal sebesar 7,6. Bakteri ini dapat tumbuh pada kondisi aerobik ( sedikit CO2). Bakteri ini sekarang sudah jarang untuk menyebabkan selulitis akibat banyaknya tipe vaksinasi untuk strain ini.

b. Staphylococcus aureus Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggur dan merupakan bakteri normal yang ada di kulit manusia terutama hidung dan kulit. S aureus dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit ringan khususnya selulitis, impetigo, furunkel, karbunkel dan penyakit kulit lainnya. S aureus ini sangat bersifat fakultatif anaerobik yang tumbuh oleh respirasi aerobik atau melalui fermentasi asam laktat. Bakteri ini memiliki sifat katalase (+), dan oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 derajat celcius pada konsentrasi NaCl setinggi 15 persen. Oleh karena bakteri ini memiliki enzim koagulase yang dapat menyebabkan gumpalan protein yang berbentuk bekuan, maka bakteri ini memiki sifat patogen yang sangat potensial sekali.

Gambar Staphylococcus aureus gram negatif

17

c. Streptococcus pneumoniae Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yang secara khas hidup berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang tisap sel berbentuk tombak ( runcing tumpul ), tidak membentuk spora, dan tidak bergerak, namun yang galur ganas memiliki kapsul, bersifat alpha hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu. Streptococcus pneumoniae ini merupakan bakteri penghuni normal pada saluran napas bagian atas manusia yang sering menyebabkan sinusitis. Bakteri inilah yang paling sering menyebabkan selulitis orbita melalui jalur sinusitis terlebih dahulu. Kuman ini merupakan yang paling sering menyebabkan selulitis pada anak-anak usia < 3 tahun yang lebih cenderung menyebar secara bakteremia.

Gambar Streptococus pneumoniae

d. Streptococcus pyogenes Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus berantai, tidak bergerak, bersifat katalase negatif, fakultatif anaerobik, serta sangat 18

membutuhkan media untuk hidupnya berupa medium yang mengandung darah. Streptokokus grup A biasanya memiliki sebuah kapsul yang terdiri dari asam hialuronat dan menunjukkan hemolisis beta pada agar darah.

Gambar Streptococcus pyogenes pada pewarnaan gram dan hemolisis beta.

Diperkirakan terdapat 5-15 %

di saluran pernapasan pada tiap

individu, dan tanpa menimbulkan tanda-tanda penyakit. Seperti flora normal, S. pyogenes dapat menjadi patogen pada saat pertahanan tubuh terganggu sehingga infeksi supuratif bisa terjadi. Selulitis yang disebabkan oleh bakteri ini sering bersifat lokal, bukan melalui suatu penyebaran.

Selulitis orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokus infeksi sinus paranasal, khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannya disebabkan oleh karena tipisnya tulang untuk menghalangi tersebarnya fokus infeksi dan penyebaran masuk melalui pembuluh darah kecil yang menuju jaringan ikat di sekitar bola mata.

19

BAB V MANIFESTASI KLINIS


Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoid. Gejalanya berupa: - Demam, biasanya sampai 38,9 Celsius atau lebih - Kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri - Kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu - Bayi atau anak tampak sakit - Jika mata digerakkan, akan timbul nyeri - Penglihatan menurun (karena kelopak mata membengkak menutupi mata) - Mata menonjol - Merasa tidak enak badan - Gerakan mata menjadi terbatas

20

Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah : Pemeriksaan darah lengkap Pembiakan dan tes sensitivitias darah Pungsi lumbal (pada kasus yang sangat berat) Rontgen sinus dan orbita CT scan atau MRI sinus dan orbita Pembiakan kotoran mata Pembiakan lendir hidung Pembiakan lendir tenggorokan. Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk mencegah terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata.

Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah 1. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit. 2. Diberikan cairan melalui infus dan antibiotik. 3. Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan untuk membuang nanahnya. 4. Infeksi ini perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau secara ketat. Jika segera diobati, akan terjadi pemulihan sempurna.

21

Komplikasi yang sering terjadi diantaranya : abses orbita, abses subperiosteal, trombosis sinus kavernosus, gangguan pendengaran, septikemia, meningitis dan kerusakan saraf optic dan gangguan penglihatan

Gambar komplikasi dari selulitis

22

BAB VI KESIMPULAN
Selulitis orbita adalah peradangan jaringan ikat yang terdapat di dalam rongga orbita. Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoid. Kelainan tersebut berupa infeksi dari beberapa mikroorganisme seperti Haemophilus influenzae, Staphylococus aureus dan sebagainya. Beberapa tanda dan gejala selulitis orbita yaitu demam, palpebra bengkak dan nyeri pada perabaan, diplopia, penglihatan menurun, tubuh lemas. Penyakit selulitis orbita dapat dicegah dengan vaksin HiB untuk mencegah infeksi Haemophilus pada anak anak. Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata. Penatalaksanaan dari selulitis orbita yang paling baik adalah rawat inap penderita dan pemberian antibiotik dosis tinggi dan pengeluran abses secara hatihati. Dengan penatalaksanaan yang tepat, selulitis orbita dapat sembuh secara sempurna jika ditangani dengan sebaik - baiknya dan dengan itu dapat menghindari komplikasi seperti abses orbita, meningitis dan sebagainya. Prognosis dari selulitis orbita tergantung kecepatan penanganan saat didapati penyakit tersebut

23

You might also like