You are on page 1of 7

Makalah Herpes Simplex

Posting Oleh: Adnan Agnesa

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook BAB PENDAHULUAN

Herpes simpleks merupakan penyakit yang diakibatkan karena virus. Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-I) atau Herpes Simpleks tipe 2 (HSV-2). Kontak langsung dengan penderita melalui air liur merupakan cara utama dalam penyebaran penyakit ini. Studi seroepidemiologi mengindikasikan bahwa prevalen HSV berhubungan langsung dengan usia dan status sosial ekonomi. Herpes simpleks Virus 1 biasanya ditemukan di atas pinggang sedangkan Herpes Simpleks Virus 2 biasanya ditemukan pada daerah genital. HSV juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya yang akan menyebabkan Neonatal Herpes, (Anonim, 2010). BAB PERMASALAHAN II

Wilson (2001) menjelaskan bahwa prevalensi herpes simpleks di negara teringgal 90% masyarakatnya yang berumur 30 tahun memiliki antibodi HSV -1. Sedangkan di Amerika Serikat Antibodi HSV-1 ditemukan antara 50-60% pada masyarakat kelas menengah dan 90% pada masyarakat tingkat sosial ekonomi rendah. HSV-1 yang menyerang mata merupakan salah satu penyebab umum dari kerusakan korneadan kebutaan di negaranegara berkembang. Infeksi tersebut biasanya menginfeksikonjungtiva dan kornea. HSV yang menyerang kepala biasa disebut HSV enchepalitis. Masih menurut Wilson (2001), deteksi antibodi HSV-2 sebelum puber tidak biasa dilakukan. Virus jenis ini berhubungan dengan aktivitas seksual. Mayoritas penyebaran HSV-2 disebabkan oleh transmisi seksual langsung. Sekitar 15-30% dari aktivitas seksual usia dewasa di negara-negara industri barat memiliki antibodi HSV-2. Virus ini dapat diisolasi dari serviks dan uretra. Dari 5-12% usia dewasa yang mengahadiri pengobatan penyakit menular seksual, banyak dari mereka yang tidak terdapat gejala ataupun hanya gejala ringan, lesi yang tidak terasa di penile dan kulit vulvar. Genital herpes tidak dapat dilaporakan secara pasti tetapi diestimasikan ada 500.000 kasus baru terjadi tiap tahun.

Angka

Kematian

dan

Kesakitan

(Wilson,

2010)

HSV enchepalitis memiliki angka kesakitan terjadi 110 manusia/miliar/tahun. Walaupun jarang terjadi, herpes enchepalitis merupakan 10% dari semua penyakit yang tercatat di Amerika Serikat. Dibandingkan HSV-1, Kasus HSV-2 lebih parah, 70% dari infeksi penyakit genital di Amerika Serikat disebabkan oleh virus ini. Tingkat prevalensi dari herpes neonatal sangat besar dengan estimasi 1/2500 lahir hidup di Amerika Serikat. BAB TINJAUAN III PUSTAKA

A. Keluhan dan Gejala Menurut Wikipedia, Infeksi HSV menyebabkan beberapa gangguan medis yang berbeda. Infeksi umum kulit atau mukosa dapat mempengaruhi wajah dan mulut (orofacial

herpes), alat kelamin (genital herpes), atau tangan (herpes kelurut). Kelainan yang lebih serius terjadi ketika virus menginfeksi dan kerusakan mata (herpes keratitis), atau menyerang sistem saraf pusat, merusak otak (herpes ensefalitis). Pasien dengan matang atau ditekan sistem kekebalan, seperti bayi yang baru lahir, penerima transplantasi, atau AIDS pasien yang rentan terhadap komplikasi berat dari infeksi HSV. Masih menurut Wikipedia pula, Infeksi HSV juga telah dikaitkan dengan defisit kognitif bipolar disorder dan penyakit Alzheimer, meskipun hal ini sering tergantung pada genetika orang yang terinfeksi.Dalam semua kasus HSV tidak pernah dihilangkan dari tubuh oleh sistem kekebalan tubuh. Setelah infeksi primer, virus memasuki saraf di lokasi infeksi primer, berpindah ke badan sel neuron, dan menjadi laten di ganglion. Sebagai akibat dari infeksi primer, tubuh menghasilkan antibodi terhadap tertentu jenis HSV terlibat. Kondisi Deskripsi Herpes Labialis Infeksi terjadi ketika virus datang ke dalam kontak dengan mukosa mulut atau abraded kulit. Herpes Genitalis Ketika gejala terjadi, tipe manifestasi dari HSV-1 primer atau infeksi genital HSV-2 adalah radang papula dan vesikel yang berkelompok di permukaan genital mirip cold sores Herpes Whitlow Herpes whithlow adalah memiliki tipe infeksi yang menyerang jari dan ibu jari. Terkadang infeksi terjadi di jari kaki atau kulit ari pada kuku. Herpes Keratokonjungtiva Infeksi primer biasanya muncul sebagai pembengkakan pada konjungtiva dan kelopak mata (blepharoconjunctivitis), disertai lesi gatal putih kecil pada permukaan kornea. Herpes viral enchepalitis Disebabkan oleh transmisi virus yang memburuk dari sisi periferal pada wajah diikuti rektivasi HSV-1, sepanjang trigeminal nerve axon, ke otak. HSV paling umum disebabkan oleh virus enchepalitis. Ketika menginfeksi otak, virus ini menyerang temporal lobe. Herpes viral meningitis HSV-2 merupakan yang sering terjadi karena meningitis Mollaret, sebuah tipe dari viral meningitis yang berulang. Neonatal Herpes simpleks Infeksi Neonatal HSV jarang tejadi tetapi termasuk kondisi yang serius, biasanya disebabkan oleh transmisi vertikal dari HSV tipe 1 dan 2 dari ibu ke bayinya. Herpes Simpleks virus secara patogenesis menghasilkan infeksi akut dan laten (Wilson, 2010). 1. Infeksi Akut Pada infeksi akut, perubahan patologisnya yaitu pekembangan atau pertumbuhan dari multinukleat giant cell, penggelembungan penurunan sel epitel, fokal nekrosis, eosinofil intranuklear masuk dalam tubuh dan respon peradangan khusus oleh sebuah polimolekuler neutrofil menembus dan infiltrasi sel subsekuen mononuklear. Virus tersebut dapat menyebar memlaui intra ataupun interneuronal atau melewati sel pendukung jaringan pada axon atau nerve. Hasilnya, pada infeksi laten disensor dan syaraf autonom ganglion. Penyebaran virus dapat terjadi melalui dari sel ke sel dan dapat sampai saat itu tidak dipengaruhi oleh sirkulasi imun globulin. 2. Infeksi Laten Pada manusia infeksi laten oleh HSV-1 telah ditunjukkan dengan teknik co-kultivasi di trigeminal, superior sevik dan pada syaraf fagal ganglia dan kadang-kadang pada dorsal sensori akar ganglion (S 2-3). Infeksi laten HSV-2 ditunjukkan pada skral ganglia (S23). Infeksi laten pada jaringan neural oleh HSV tidak menimbulkan kematian sel akan tetapi mekanisme latensi genom virus merupakan maksud dari penyempunaan. HSV genom bertahan dalam bentuk siklus pada infeksi laten sel neuronal. Transkripsi hanya dari bagian kecil dari genom virus yang gagal dan tidak mampu muncul untuk disatukan dengan jumlah yang dapat dideteksi dini, contohnya pol atau TK atau polipeptida yang baru. Obat antivirus yang langsung menyerang DNA polimerase virus yang tersedia saat

ini

tidak

mampu

memberantas

virus

dalam

fase

laten.

Reaktifasi virus dari infeksi laten sel ganglion kemudian mengeluarkan virion infeksius dengan banyaknya infeksi yang kambuh pada genital dan oral labial. Mekanisme reaktifasi tidak diketahui. Faktor yang mempercepat reaktifasi herpes simpleks misalnya demam, trauma (misalnya inkubasi oral dan paparan ultra violet ). Gejala klinik (Wilson, 2010) 1. Herpes simpleks tipe 1 Manifestai klinik dari infeksi HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah di atas pinggang. Manifstasi klinik terdiri dari lesi vesikular khusus dalam bentuk kelompok atau tunggal yang dapat menjadi pustular dan bersatu membentuk satu atau banyak ulcus. Di permukaan yang kering, ulcus menjadi keropeng sebelum sembuh; pada permukaan mukosa, ulcus kembali membentuk jaringan epitel dengan cepat. HSV dapat diisolasi dari seluruh lesi ulceratif. Infeksi pada umumnya menyerang jaringan eksoderm (kulit, mulut, vagina, matadan sistem syaraf). 2. Herpes Simpleks Tipe 2 Penderita yang disebabkan pada umumnya tidak menunjukan gejala klinis dengan beberapa lesi ditubuh dan penderita tidak mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi. A. Infeksi Genital Herpes Primer Masa inkubasi infeksi tipe ini dari mulai kontak pertama sampai timbulnya lesi adalah 5 hari. Lesi berawal dari eritema kecil ang terlihat bening lalu kemudian menjadi nanah. Selama 5 sampai 3 hari lesi vesikuloputula pecah dan membentuk kumpulan bisul yang menyakitkan yang kemudian mengering, beberapa membentuk kerak padakulit (krus) dan akan sembuh dengan sendirinya.infeksi genital herpes primer umumnya banyak, bilateral dan ekstensif. Uretra dan serviks juga diinfeksi secara berkala, dengan ciri-ciri atau kumpulan ulcer pada eksoserviks. Perluasan secara bilateral pada titik-titik limfa umumnya tampak dan dapat berlangasung selama berbulan-bulan. Sekitar 2-3 penderita memperlihatkan gejala sistemik seperti demam, malaise, myalgia, dan 1 10 % berkembang aseptis meningitis dengan leher yang kaku dan sakit kepala. Tahap pertama dari penyakit ii umumnya berlangsung selama 20-30 hari. B. Infeksi Genital Kambuh (Infeksi Rekuren Genital) Perbeda dengan infeksi primer, herpes rekuren genital merupakan penyakit dengan durasi yang lebih pendek, biasanya terdepat di area sekitar genital, tanpa gejala sistemik. Prodormal parestesias di perineum, genitalia, atau pantat terjadi selama 12-24 jam sebelum keluarnya lesi. Herpes rekuren genital biasanya muncul sebagai vesikel berkelompok di area eksternal genital. Gejala lokal seperti sakit dan gatal di daerah tengah selama 4-5 hari dan lesibiasanya terjadi selama 10-14 hari. Rekuren meningitis disebabkan oleh terjadinya HSV-2. 3. Neonatal Herpes Herpes neonatal biasanya dihasilkan dari transmisivirus selama proses melahirkan, ketika bayi dilahirkan, infeksi terjadi karena sekresi genital dari ibu. Infeksi di uteri meskipun dapat terjadi tetapi kasusnya jarang. Manifestasi dari neonatal herpes berubah-ubah dan bermacam-macam ditentukan oleh status antibodi sang ibu. Jika sang ibu menderita infeksiHSV primer dan tidak memiliki antibodi yang diturunkan ke bayi konsekuensinya akan menjadi sangat berbahaya. Jika sang ibu mengalami reaktifasi HSV sang bayi dapat secara utuh dilindungi oleh antibodi ibu. Beberapa bayi hanya menunjukan lesi yang tersebar luas di kulit, tetapi beberapa lainnya tersebar luas di organ dalam dan beberapa yang lain juga hanya menyerang sisitem saraf pusat dengan kelesuan dan lunglai. Jarang sekali HSV-1 memyebabkan infeksi neonatal herpes, biasanya hanya hasil dari lesi atau kolonisasi dari genital HSV-1. B. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

1. Tes virologi (Anonim, 2010). Tes viral secara kultur dibuat dengan mengambil sampel cairan dari lesi atau kultur sedini mungkin, idealnya dalam 3 hari pertama dari penampakan lesi. Virus, jika ada, akan bereproduksi dalam sampel cairan ini namun mungkin berlangsung selama 1 - 10 hari untuk melakukannya. Jika infeksi parah, teknologi pengujian dapat mempersingkat masa ini sampai 24 jam, tapi mempercepat jangka waktu selama tes ini dapat membuat hasil kurang akurat. Kultur virus sangat akurat jika lesi masih dalam tahap lecet jelas, tetapi mereka tidak bekerja sebagai ulserasi yang lama baik untuk luka, lesi yang kambuh, atau latensi. Pada tahap ini virus mungkin tidak cukup aktif untuk mereproduksi cukup untuk menghasilkan sebuah kultur yang terlihat Polymerase chain reaction (PCR) Tes jauh lebih akurat daripada kultur virus, dan CDC merekomendasikan tes ini untuk mendeteksi cairan herpes di tulang belakang ketika diagnosis herpes ensefalitis. PCR dapat membuat transkripsi virus DNA sehingga bahkan sejumlah kecil DNA dalam sampel dapat dideteksi. PCR jauh lebih mahal daripada kultur virus dan tidak disetujui FDA untuk pengujian spesimen kelamin. Namun, karena PCR sangat akurat, banyak laboratorium telah menggunakannya untuk pengujian herpes. Jenis pengujian lainnyya yaitu tes Tzanck smear merupakan jenis pengujian yang lebih tua dibandingkan tes virologi. Pengujian ini menggunakan teknik gores (scraping) dari lesi herpes. Hasil goresan diperiksa secara mikroskopis untuk melihat virus. Temuan spesifik sel raksasa dengan banyak nuklei atau partikel yang berbeda yang membawa virus (disebut inklusi tubuh) mengindikasikan infeksi herpes. Tes cepat dengan keakuratan 50 - 70% , Namun, tidak dapat membedakan antara jenis virus herpes simplex dan herpes zoster. Tes Tzanck tidak dapat diandalkan untuk menyediakan diagnosis konklusif infeksi herpes dan tidak direkomendasikan oleh CDC. 2. Tes Serologi (Anonim, 2010) Tes serologi (darah) dapat mengidentifikasi antibodi yang spesifik terhadap virus dan jenis virus herpes simpleks 1 (HSV-1) atau virus herpes simpleks 2 (HSV-2). Ketika virus herpes menginfeksi seseorang, sistem kekebalan tubuh mereka menghasilkan antibodi spesifik untuk melawan infeksi. Jika tes darah dapat mendeteksi antibodi terhadap herpes, itulah bukti bahwa telah terinfeksi virus, walaupun virus ini dalam keadaan nonaktif (tidak aktif). Kehadiran antibodi terhadap herpes juga menunjukkan bahwa seorang adalah pembawa virus dan mungkin menularkan kepada orang lain. Jenis tes antibodi spesifik terbaru untuk dua protein yang berbeda yang berkaitan dengan virus herpes adalah Glikoprotein gg-1 berhubungan dengan HSV-1 Glikoproteingg-2berhubungandenganHSV-2 Tes serologi yang paling akurat ketika diberikan 12-16 minggu setelah terpapar virus. Fitur tes meliputi: a. HerpeSelect Mencakup dua tes yaitu ELISA (enzyme-linked Immunosorbent assay) atau Immunoblot.Keduanya sangat akurat dalam mendeteksi kedua jenis herpes simplex virus. Sampel harus dikirim ke laboratorium, jadi untuk mengetahui hasilnya memakan waktu lebih lama daripada Biokit tes. b. Biokit HSV-2 (SureVue HSV-2) Tes ini mendeteksi HSV-2 saja. Keunggulan utamanya adalah tes ini hanya membutuhkan satu jari untuk diambil sampel darahnya dengan cara ditusuk dan hasil bisa didaptkan dalam waktu kurang dari 10 menit. Tes ini sangat akurat, meskipun sedikit lebih rendah daripada tes lainnya dan juga lebih murah. c. Western Blot Test Tes Ini merupakan standar terbaik bagi para peneliti dengan tingkat akurasi 99%. Tes

ini mahal dan memakan waktu dan tidak tersedia secara luas seperti tes lainnya. Hasil negatif palsu dapat terjadi jika tes dilakukan pada tahap awal infeksi. Hasil positif palsu dapat juga terjadi, meskipun lebih jarang daripada negatif palsu. Dokter mungkin menyarankan melakukan tes ulang. Dokter menyarankan tes serologi terutama untuk Orang-orang yang telah berulang gejala genital tetapi tidak ada virus herpes negatif dalam tes kultur viral. Memantapkan infeksi pada orang yang memiliki gejala terlihat genital herpes Menentukan jika mitra sex seseorang didiagnosa menderita genital herpes telah diketahui. Orang yang memiliki banyak pasangan seks dan yang perlu diuji untuk berbaga i jenis penyakit menular seksual 3. Tes untuk Herpes Encephalitis Diperlukan sejumlah tes untuk mendiagnosa encefalitis herpes. a. Tes pencitraan Elektroensefalografi menangkap jejak gelombang otak dan dapat mengidentifikasi sekitar 80% dari kasus. Computed tomography atau magnetic resonance imaging scan dapat digunakan untuk membedakan ensefalitis dari kondisi lain. b. Biopsi otak Biopsi otak adalah metode yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosa herpes ensefalitis, tetapi juga yang paling invasif dan umumnya dilakukan hanya jika diagnosis tidak pasti. c. Polymerase Chain Reaction (PCR) Polymerase chain reaction (PCR) assay mencari potongan-potongan kecil dari DNA virus, dan kemudian bereplikasi mereka jutaan kali sampai virus terdeteksi. Tes ini dapat mengidentifikasi strain spesifik virus dan pelepasan virus asimtomatik. PCR Mengidentifikasi HSV di cairan tulang punggung ke otak dan memberikan diagnosis yang cepat herpes ensefalitis dalam kebanyakan kasus menghilangkan keharusan untuk biopsi. CDC merekomendasikan herpes PCR untuk mendiagnosis infeksi sistem saraf pusat. C. Etiologi Herpes simpleks disebabkan oleh HSV-1 dan HSV-2 yang merupakan kelompok famili Herpesviridae yang berbentuk besar, beramplop dan memiliki DNA rantai ganda. Morfologi virus ini memiliki diameter 180 200 nm dan inti asam nukleat 30-45 nm. D. Cara Pencegahan Penyakit infeksi herpes simpleks sampai saat ini belum memiliki vaksin. Hal yang dapat dilakukan hanyalah dengan mencegah virus tersebut masuk ke dalam tubuh. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan cara (Anonim, 2010) 1. Penggunaan Kondom Penggunaan kondom akan mengurangi resiko tertular HSV-2 sebesar 30% dibandingkan dengan pasangan yang tidak menggunakan kondom. 2. Operasi Cesar Tingginya angka morbiditas dan mortalitas dari infeksi neonatal yang dapat terjadi selama proses melahirkan, sehingga operasi Cesar dapat dilakuakan untuk meminimalisir resiko tertularanya penyakit infeksi HSV neonatal dari sang ibu pada sang bayi.

E. Cara Pengobatan Beberapa antivirus telah dikembangkan untuk dapat menghambat HSV. Yang umum digunakan adalah analog asam nukleat acyclovir, yang dikonversi dengan enzim virus menjadi monoposfat, dan enzim sel menjadi triposfat yang merupakan penghambat kompeten bagi polimerasi DNA virus. Acyclovir secara signifikan menurunkan durasi dari infeksi primer tetapi kurang efektif untuk infeksi kambuh. Valacyclovir merupakan hasil samping dari acyclovir yang dapat diseraplebih baik dan dapat digunakan untuk dosis dan frekuensi pemakaian yang lebih rendah (Wilson, et al, 2001). Famcyclovir adalah obat oral yang dikonversi dengan pencyclovir, memiliki bioavabilitas yang baik, merupakan ekuivalen dengan acyclovir tetapi dapat juga diberikan dengan frekuensi yang lebih rendah. Famcyclovir menurut beberapa penelitian merupaka obat yang tepat untuk digunakan pada tahap awal infeksi guna menurunkan kesempatan virus untuk menyebar luas dikemudian hari secara signifikan. Famcyclovir dikonsumsi sebanyak 250mg dalam 3 kali sehari selama 5 hari dimulai dari tahap pertama infeksi (Anonim, 2010). Infeksi HSV kambuh dapat mengkomsumsi aspirin 125 mg per hari. Aspirin dapat mengurangi tingkat prostaglandin yang dapat memicu inflamasi. Selain obat-obatan diatas dapat jugamengkonsumsi obat-obat alternatif seperti suplemen lisin, krim lidah buaya, balsem lemon dan lain-lain (Anonim, 2010). F. Prognosis Sekurang-kurangnya 80% penderita dengan gejala klinik infeksi primer HSV yang jelas akan berkembang menjadi tahap rekuren herpes dalam waktu 12 bulan. Pada penderita dengan lesi kambuh rata-rata waktu kambuhnya adalah 4 atau 5 kali dalam setahun. Jika tidak mendapat perawatan HSV-1 encepalitis memiliki kemungkinan meninggal 70% tetapi dengan konsumsi acyclovir dapat menurunkan kemungkinan tersebut. Dikarenakan bayi tidak mendapat respon imun normal, infeksi HSV neonatal memiliki kemungkinan kematian lebih dari 60% (Wilson, et all, 2001) BAB PENUTUP IV

Herpes simpleks merupakan penyakit yang diakibatkan karena virus. Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-I) atau Herpes Simpleks tipe 2 (HSV-2). Kontak langsung dengan penderita melalui air liur merupakan cara utama dalam penyebaran penyakit ini. HSV juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya yang akan menyebabkan Neonatal Herpes. Keluhan dan gejala HSV seperti cold sores, pembengkakan pada konjungtiva dan kelopak mata (blepharoconjunctivitis), disertai lesi gatal putih kecil pada permukaan kornea, demam, dan lesi. Diagnosis Penyakit Herpes Simpleks dengan menggunakan Tes virologi, Tes Serologi dan Tes untuk Herpes Encephalitis. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemakaian kondom bagi pasangan suami istri dan operasi cesar untuk mencegah penularan herpes simpleks dari sang ibu kepada anak ketika proses melahirkan. Antiviral yang dapat digunakan untuk pengobatan Herpes Simpleks adalah Acyclovir, Valacyclovir, dan Famcyclovir. Sementara itu beberapa jenis obat alternatif yang dapat digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan antara lain suplemen lisin, krim lidah buaya, dan balsem lemon. Infeksi primer dan rekuren HSV memiliki prognosis buruk yaitu 70% kemungkinan kematian pada penderita yang tidak mendapatkan perawatan. Sementara itu, pada bayi memiliki prognosis yang tidak kalah buruknya yaitu 60% menyebabkan kematian.

BAB DAFTAR

V PUSTAKA

Anonim. 2010. Herpes Simplex. http://www.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Maret 2010 Anonim. 2010. Herpes Simplex-Diagnosis. University of Maryland Medical Centre. http://www.umm.edu/patiented/articles/how_serious_herpes_simplex_000052_5.htm. Diakses tanggal 10 Maret 2010. Wilson, Walter R. And Merle A. Sande. 2001. Current Diagnosis & Treatment in Infectious Diseases. The McGraw-Hill Companies, United States of America.

You might also like