You are on page 1of 11

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian, Ruang Lingkup Seni dan Budaya Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhaya yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan kebudayaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan akal. Kata budaya merupakan kata majemuk dari budi dan daya, yang berarti hasil yang diperoleh dari cipta, karsa, dan rasa. Secara lebih luas kebudayaan mengandung pengertian meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat istiadat dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat(Munandar Soelaiman, 1992 dalam Zakky Mubarak, 2010). Menurut Zakky Mubarrak, dilihat dari dimensi wujud, kebudayaan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Kompleks gagasan, konsep, dan fikiran manusia. Wujud dari budaya ini masih abstrak, tidak kasat mata, dan berada pada jiwa manusia. 2. Kompleks aktivitas berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkrit, kasat mata, dapat diamati dan diobservasi. Wujudnya sering disebut sistem sosial. 3. Wujud kebudayaan berupa benda. Aktivitas manusia yang saling berinteraksi dipastikan selalu menggunakan sarana dan peralatan, sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas dari karya manusia tersebut menghasilkan berbagai macam benda. Benda-benda itu bisa berwujud benda bergerak atau benda yang tidak bergerak. Unsur-unsur kebudayaan terdiri dari tujuh macam, yaitu: Bahasa Sistem teknologi Sietem mata pencaharian Organisasi social Sistem pengetahuan Religi

Kesenian Bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai-nilai kehidupan yang diyakini dan dirasakan oleh pembentuk kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam disebut kebudayaan Islam. Dalam pandangan ajaran Islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui para Nabi dan RasulNya. Akal dan fikiran manusia tidak mampu menentukan semua kebaikan/ keburukan, karena itu banyak hal yang dianggap baik oleh akal fikiran ternyata buruk menurut agama. Begitu pula hal yang dianggap tercela oleh aka fikiran, justru dianggap baik oleh agama. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari jalan yang sesat maka harus dilandasi oleh ajaran agama. Sedangkan jika kita membahas masalah seni, seni merupakan bagian dari kebudayaan yang menekankan pada persoalan nilai kehidupan. Seni merupakan ekspresi dari jiwa yang halus dan indah yang lahir dari bagian yang terdalam dari jiwa menusia yang didorong oleh kecenderungan pada keindahan. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia/ fitrah yang dianugerahkan Tuhan. Seni dikaitkan dengan keindahan, bagus, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Segala sesuatu yang memiliki keindahan merupakan hasil seni. Seni ada yang bersal dari hasil karya manusia ada pula yang bersifat alamiah. Seni selalu berusaha memberikan makna yang sepenuhnya mengenai obyek yang diungkapkan. Keindahan juga bersifat universal, maksudnya tidak terikat oleh selera individu, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal (Ismala Dewi dkk, 2009 dalam Zakky Mubarak, 2010). Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Kesenian dalam Islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, luis, ukir, suara, tari, dan lain-lain. 2. Perspektif Al Quran dan As Sunnah tentang Budaya dan Seni Budaya dan seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia. Seni dan budaya ini selalu berkembang di setiap zamannya. Islam, sebagai agama Rahmatan Lil Alamin juga menjadi salah satu bagian dari perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang memasukkan nilai-nilai islam dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan lainnya. Dalam setiap karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam yang juga merupakan sebagai syiar Islam di kehidupan bermasyarakat. Budaya pun berkembang dengan nilai-nilai Islam didalamnya. Berikut akan dijelaskan lebih dalam pengertian, ruang lingkup, dan perspektif Al Quran dan As-sunnah tentang budaya dan

seni. Bersadarkan hal ini, bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai nilai kehidupan yang diyakini dan diarasakan oleh pembentuk kebuadayaan yaitu manusia. Kebudayaan atau peradaban yang berdasarkan pada nilai nilai ajaran islam disebut kebudayaan islam. Dalam pandangan ajaran islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diawayuhkan oleh Allah SWT melalui para nabi dan rasul Nya. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari ajaran yang sesat dan sebaliknya mengikuti jalan yang benar dan terpuji yang dilandasi oleh ajaran agama. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk berbudaya. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Oleh karena itu, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Kebudayaan Islam adalah peradaban yang berdasarkan pada nilai-nilai ajran Islam. Nilai kebudayaan Islam dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang lahir di bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang sains dan teknologi. Semua itu diilhami oleh ayat-ayat Al Quran dan sunnah. Nilai kebudayaan Islam yang harus dikembangkan: bersikap ikhlas, berorientasi ibadah, bekerja secara professional, mengembangkan IPTEK, kejujuran dalam berbagai aspek kehidupan, mengutamakan kemaslahatan umum, berfikir rasional, bersikap objektif. Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Sebaliknya apabila seni itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang secera keras. Kesenian dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis, ukir, suara, tari dan berbagai macam seni lainnya. Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Karena ketika itu ia telah menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia. 3. Konsep Pengembangan Budaya dan Seni Islam Dalam kaidah fiqh disebutkan al adatu muhakkamatun artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatumasyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penenntuan hokum. Tetapi yang perlu dicatat, budaya tersebut tidak bertentangan dengan Islam. Ketika terdapat kebudayaan yang bertentangan

dengan Islam, maka kebudayaan itu harus dihindari. Seperti ngaben di Bali yang mengandung usur-unsur syirik. Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentikkan dengan keindahan. Seni yang lepas dari nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah. Seni di dalam agama Islam mendapatkan tempat yang istimewa, hampir seluruh aspek ajaran Islam mengandung unsur seni. Tetapi seni di dalam Islam harus diarahkan kepada hal yang positif, menimbulkan budi pekerti, sopan santun yang lemah lembut, tidak mengarahkan kepada hal yang negatif, seperti menimbulkan syahwat dan kemungkaran. Semua aspek kehidupan manusia sebenarnya mengandung unsur seni seperti pada pakaian tutur kata, kendaraan, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat tulis,dan lainnya. Karya seni bagi umat islam dapat ditunjukan dengan bentuk bangunan yang indah, seperti istana raja seni tari, seni rabana dulunya, masjid, menara, kubah, dan lain-lain. Ada juga yang mewujudkan dengan seni lukis, seperti lukisan keindahan alam, kaligrafi, bentuk-bentuk lukisan indah, dan gambargambar, dll, seperti seni suara qasidah, keroncong, MTQ, ada pula yang berbentuk, dan seni musik. Islam selalu memiliki batasan-batasan tertentu untuk mengatur umatnya agar tidak melenceng dari ajaran Islam. Seni yang dikehendaki islam adalah seni yang bisa mendatangkan manfaat, bukan mendatangkan mudarat seperti menimbulkan kemungkaran, syirik, menimbulkan syahwat, dan lain sebagainya 4. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat 4.1 Pengertian Filsafat Ilmu Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang

yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. 4.2 Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek instrumentatif 4.3 Obyek Subtantif a. Fakta (Kenyataan) Yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta (kenyataan ini ada beberapa aliran filsafat yang meberikan pengertian yang berbeda-beda, diantaranya adalah positivisme, ia hanya mengakui penghayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual lainnya. Data empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh masuk subyektifitas peneliti. Fakta itu yang faktual ada phenomenology. Fakta bukan sekedar data empirik sensual, tetapi data yang sudah dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga ada subyektifitas peneliti. Tetapi subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis sampai pada kesimpulan.. Data selektifnya mungkin berupa ide , moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung dengan perhatiannya dan juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki. Kenyataan itu terkonstruk dalam moral realism, sesuatu itu sebagai nyata apabila ada korespondensi dan koherensi antara empiri dengan skema rasional. Mataphisik sesuatu sebagai nyata apabila ada koherensi antara empiri dengan yang obyektif universal. Yang nyata itu yang riil exsist dan terkonstruk dalam kebenaran obyektif. Empiri bukan sekedar empiri sensual yang mungkin palsu, yang mungkin memiliki makna lebih dalam yang beragam. Empiri dalam realisme memang mengenai hal yang riil dan memang secara substantif ada. Dalam realisme metaphisik skema rasional dan paradigma rasional penting. Empiri yang substantif riil baru dinyatakan ada apabila ada koherensi yang obyektif universal. Pragmatis, yang ada itu yang berfungsi, sehingga sesuatu itu dianggap ada apabila berfungsi. Sesuatu yang tidak berfungsi keberadaannya dianggap tidak ada

Rasionalistik : Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan dapat dibuktikan secara rasional atas keberadaanya.10)

b. Kebenaran Positivisme, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuatu dengan empiri sensual. Kebenaran pisitivistik didasarkan pada diketemukannya frekwensi tinggi atau variansi besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain phenomenology, kebenaran dibuktikan berdasarkan diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial atau eksemplar dan sesuai dengan skema moral tertentu. Secara esensial dikenal dua teori kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. 5. Perspektif Al Quran dan As Sunnah tentang Filsafat serta Kegunaan Filsafat dalam Pengembangan Pemikiran Islam Ilmu filsafat masuk ke dunia Islam melalui ekspansi Yunani, yang ketika itu dipimpin Alexander Agung, pada abad 2 H atau abad 8 Masehi di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Hal itu ditandai dengan adanya pusat-pusat kebudayaan Yunani di timur, seperti Alexandria di mesir, Antiokia di Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia, dan Bectra di Persia. Pada zaman Dinasti Ummayah, kebudayaan Yunani belum begitu menonjol karena waktu itu lebih banyak tertuju pada kebudayaan Arab. Baru ketika zaman Dinasti Abbasiyah tiba, kebudayaan Yunani secara perlahan mendapat perhatian karena mulamula mereka tertarik pada ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan lainnya dari Yunani. Dalam Al Quran dan As Sunnah, Islam mengakui adanya kebenaran absolut, yaitu kebenaran yang datangnya dari Allah. Namun, ada juga kebenaran tidak absolut atau relatif, yaitu kebenaran yang dicapai sebagai hasil usaha akal budi manusia. Filsafat mencari akar suatu permasalahan sehingga diperoleh kebenaran. Ilmu filsafat lalu dikembangkan menjadi filsafat Islam, karena baik Islam maupun filsafat memiliki obyek bahasan yang sama, yaitu hakikat kehidupan. Masuknya filsafat yang digabung dengan

pemikiran yang mendalam tentang ayat-ayat Al Quran telah melahirkan filsafat Islam seperti filsafat ketuhanan, filsafat agama, dan lain-lain. Berfilsafat memiliki banyak manfaat, antara lain menyelesaikan berbagai permasalahan manusia, mempu berpikir secara mendalam dan logis, mengumpulkan pengetahuan manusia dan membentuk sikap kritis dalam menghadapi permasalahan sehari-hari. Jika kita menggunakan filsafat dengan akidah, maka hasil dari kegiatan berfilsafat akan menjadi terasa dan memberikan manfaat kepada orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, jika tidak digunakan dengan benar, maka akan menghasilkan jawaban yang salah dan pada akhirnya filsafat tidak memberi manfaat pada kita. Karena pada dasarnya filsafat mengandung ilmu-ilmu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia, seperti ilmu kedokteran, ilmu kimia, biologi, ilmu falak, dan sebagainya, maka sudah seharusnya akidah diperlukan juga pada bidang filsafat agar dalam kehidupan sehari-hari penggunaan ilmu bisa seimbang antara ilmu dunia (ilmu umum) dan ilmu akhirat (ilmu agama). 6. Motivasi Islam dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal dan dorongan kepada manusia untuk mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap perubahan zaman dan pergantian masa.Beberapa motivasi islam dalam pengembangan Iptek yang terdapat didalam Al-Quran: 1. Yang mengetahui pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah dan orangorang yang dalam ilmunya (QS.2:7) 2. Orang berilmu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (QS.3:18) 3. Di atas orang berilmu, masih ada lagi yang Maha Tahu (QS.12:76) 4. Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43, dan 21:7)

5. Jangan engkau turuti apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu (QS.17:36) 6. Kamu hanya mempunyai ilmu tentang ruh sedikit sekali (QS.17:85) 7. Memohonlah kepada Allah supaya ilmu bertambah (QS.20:114) 8. Ilmu mereka (orang yang menolak ajaran agama) tidak sampai tentang akhirat (QS.27:66) 9. Hanyalah orang-orang berilmu yang bisa mengerti (QS.29:43) 10. Yang takut kepada Tuhan hanyalah orang-orang berilmu (QS.35:28) Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam hendaknya memiliki dasar dan motif bahwa yang mereka lakukan tersebut adalah untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kesimpulanya,motivasi-motivasi islam yang termuat dalam Al-quran,Al-Hadist dan sunnah harus dijadikan sebagai pemicu atau penyemangat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan ajaran islam. 7. Perspektif Al Quran dan As Sunnah tentang Iptek Menjadikan aqidah Islam sebagai landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah Saw telah meletakkan aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah,Bukan semata-mata karena hasil pemikiran manusia. Kedua, menjadikan syariah Islam (yang lahir dari aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan Iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan Iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan Iptek jika telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek Iptek dan telah diharamkan oleh syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kesimpulanya, menurut perspektif islam,ilmu pengetahuan yang sesuai dengan aqidah dan telah di sahkan syariah islam dapat diterima,diamalkan dan dikembangkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. 8. Konsep Pengembangan Iptek Agama islam adalah agama yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan. Islam mendorong umatnya agar terus menuntut ilmu dalam segala aspek kehidupan. Islam adalah agama yang selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan dapat diterapkan dalam segala tempat. Allah memerintahkan hamba-Nya melalui ayat Al-Quran untuk terus meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Dalam Surat Taha (144) Allah berfirman: Tuhanku tambahkanlah ilmu pengetahuanku. Rasulullah dalam sabdanya menyatakan: Ada dua keinginan yang tidak pernah terpuaskan, yaitu keinginan untuk mencari ilmu dan mencari harta. (M. Quraihs Shihab, 1996: 447). Ilmu pengetahuan menyediakan suatu cara untuk meneliti alam semeta dan segala isinya guna menyingkap kehebatan Allah, sehingga pengetahuan tersebut daoat disampaikan pada seluruh manusia. Dengan demikian agama mendorong ilmu pengetahuan, menjadikannya sebagai alat untuk mempelajari seluk-beluk ciptaan Tuhan. Unsur pokok yang mendasari ilmu pengetahuan o Subjek o Objek o Metodologi : keinginan untuk mengetahui sesuatu : bahan kajian : cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan

Pada perkembangannya, metodologi berkembang menjadi tiga. Pertama, rasionalis, yang mengunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuan. Kedua, empiris, berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak namun melalui pengalaman yang konkrit. Ketiga, wahyu, metode ini tidak memerlukan suatu proses penalaran tertentu namun menggunakan wahyu sebagai sumber pengetahuan yang menjadi petunjuk untuk menemukan hukum alam (sunnatullah). Islam mengajarkan hidup yg dinamis, menghargai akal pikiran melalui pengembangan Iptek, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, menghargai waktu, bersifat terbuka, mengutamakan persaudaraan dan sikapsikap positif lainnya. Anugerah terbesar yg sangat berharga bagi umat Islam adl Al Quran. Keluarbiasaan Al Quran itu terletak pd aspek-aspek di dalamnya antara lain

bahasa & gaya bahasanya, substansinya, jangkauannya yg tiada terbatas, dan multifungsinya bagi umat manusia. Banyak hikmah yg dapat di ambil dari Al Quran Al Quran mempunyai multifungsi bagi umat manusia, yg terlihat pd ayat-ayatnya dan dikuatkan oleh hadits, yang menyebutkan bahwa Al Quran adalah sebagai berikut:

Pedoman hidup yg harus dipegang erat oleh kaum muslimin Petunjuk bagi umat manusia Pembeda antara yang benar dan yang salah Bacaan utama yang bernilai ibadah Inspirator dan pemacu terhadap kemajuan Iptek Penyembuh bagi orang-orang mumin Rahmat bagi orang-orang mukmin Pemberi peringatan bagi orang-orang yg lalai Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin berkembang. Di era

globalisasi seperti sekarang ini, manusia memang perlu mengembangkan Iptek dalam kehidupan yang semakin modern. Perkembangan Iptek dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai saran modern industri, komuikasi dan transportasi, misalnya terbukti sangat bermanfaat. Namun, di sisi lain Iptek tidak jarang berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Disinilah peran Al Quran menjadi sangat penting dengan menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif sebagai dampak berkembangnya Iptek. Al Quran dan agama harus senantiasa kita jadikan sebagai tuntunan untuk menjalani kehidupan. Jika manusia menjadikan aqidah islam sebagai landasan Iptek, bukan berarti bahwa konsep Iptek wajib bersumber kepada Al Quran dan Al-Hadits, artinya bukan berarti bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan lain sebagainya, harus didasarkan pd ayat tertentu dalam Al Quran, tetapi yg dimaksud adalah konsep Iptek wajib berstandar pd Al-Quran dan Al-Hadits. Iptek tidak boleh bertentangan dengan Al Quran. Pentingnya ilmu menurut islam, dorongan serta kewajiban mencari dan menuntut ilmu telah menjadikan dunia islam pada suatu masa dizaman lampau telah menjadi pusat pengembangan ilmu dan kebudayaan. Pada masa yang akan datang kejayaan tersebut

akan berulang jika pemeluk agama islam menyadari makna bahwa umat Nabi Muhammad S.A.W. merupakan umat yang terbaik, Insyaallah.

You might also like