Professional Documents
Culture Documents
256
nm dan
366
nm. Penggunaan variasi konsentrasi eluen pada pemisahan
60
KLT analitik ini untuk mencari eluen terbaik dan dapat memisahkan senyawa
saponin yang terkandung dalam akar putri malu.
Gambar 4.3 Hasil KLT analitik a, tanpa sinar UV b,dengan sinar UV
366
nm
c, dengan sinar UV
254
nm
Tabel 4.2 Hasil KLT analitik ekstrak akar putri malu dengan eluen kloroform;
metanol; akuades
No.
Eluen klorofom :
methanol : akuades
Nilai R
f
Tanpa sinar UV UV
254
UV
366
1 13:4:1
0,837
-
-
0,837
-
0,975
0,837
0,862
-
2 65:50:10
0.85
-
-
-
0,9
-
0,85
0,9
0,987
3 20:60:4
-
0,75
-
0,162
0,75
-
-
-
0,812
4 20:60:10
0,875
-
0,875
0,975
-
0,975
a b
c
61
Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 menjelaskan bahwa pada konsentrasi
(13:4:1) tanpa sinar UV menghasilkan 1 noda dengan R
f
= 0,837, pada
254
menghasilkan 2 noda dengan R
f
= 0.837 dan 0,975, pada
366
menghasilkan 2
noda dengan R
f
= 0.837 dan 0,862. Pada konsentrasi (65:50:10) tanpa sinar UV
menghasilkan 1 noda dengan R
f
= 0,85, pada
254
menghasilkan 1 noda dengan R
f
0,9 sedangkan pada
366
menghasilkan 3 noda dengan R
f
= 0,85 ; 0,9 dan 0,987.
Pada konsentrasi (20:60:4) tanpa sinar UV menghasilkan 1 noda dengan R
f
=
0,75, pada
254
menghasilkan 2 noda dengan R
f
= 0,126 dan R
f
= 0,75, pada
366
menghasilkan 1 noda dengan R
f
= 0,812. Pada konsentrasi (20:60:10) tanpa sinar
UV menghasilkan 1 noda dengan R
f
=, pada
254
menghasilkan 2 noda dengan R
f
= 0,875dan 0,975, pada
366
menghasilkan 1 noda dengan R
f
= 0,975.
Sehingga dapat dipastikan pada eluen klorofom:metanol:akuades dengan
konsentrasi (20:60:4) adalah eluen terbaik untuk memisahkan saponin triterpenoid
pada ekstrak kasar akar putri malu jika dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.
Dimana pada konsentrasi (20:60:4) komposisi komponennya sesuai dengan
kepolaran eluen, yang memisahkan komponen-komponen terdapat dalam ekstrak
kasar akar putri malu terlihat terpisah dengan baik, sehingga eluen pada
konsentrasi (20:60:4) dapat digunakan sebagai eluen untuk KLT Preparatif.
4.5.2 KLT Preparatif
Hasil pemisahan kromatografi lapis tipis prepararif hampir sama dengan
KLT kualitatif, perbedaannya hanya pada kuantitas ekstrak yang digunakan. Pada
KLT prepararif digunakan plat KLT silika gel dengan ukuran 10 x 20 cm, serta
62
pada KLTP digunakan eluen terbaik KLTA yaitu klorofom:metanol:akuades
(20:60:4).
Gambar 4.3 Hasil KLT analitik a, tanpa sinar UV b,dengan sinar UV
366
nm
c, dengan sinar UV
254
nm
Menurut penelitian Wagner (1984), menganalisa saponin triterpenoid pada
akar gingseng dengan eluen klorofom:metanol:akuades dengan konsentrasi
(20:60:4) dihasilkan 10 noda dengan Rf antar 0,35-0,75. Hasil penelitian KLTP
dengan eluen klorofom:metanol:akuades konsentrasi (20:60:4) menghasilkan 3
noda yaitu isolat I R
f
= 0,162; isolat II R
f
= 0,75; isolat III R
f
=0,812, sehingga
dapat dipastikan isolat II merupakan saponin triterpenoid.
Gambar diatas menunjukkan 3 jenis senyawa dalam ekstrak akar putri
malu. Dimana isolat I adalah sebesar 20 % (
b
b
) dari ekstrak; isolat II adalah
sebesar 43 % (
b
b
) dari ekstrak; Dimana isolat III adalah sebesar 26,7 % (
b
b
)
dari ekstrak (lampiran 2).
a b
c
63
4.6 Uji Efektivitas Antimikroba terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus
Uji efektivitas antibakteri pada hasil isolat KLT preparatif ini sama seperti
uji antibakteri pada ekstrak kasar akar putri malu. Hanya saja pada uji antibakteri
ini yang digunakan adalah isolat hasil KLT preparatif dengan konsentrasi
optimum pada konsentrasi ekstrak 200 mg/L.
Isolat I dan II efektif berperan sebagai anti bakteri. Hal ini terlihat dari
zona hambat, untuk E. coli isolat I = 5,32 mm dan isolat II = 2,20 mm, untuk
S. aureus isolat I = 1,32 mm dan isolat II = 0,38 mm, sedangkan pada isolat III
tidak efektif sebagai antibakteri, hal ini terlihat pada sekitar cakram tidak
memiliki zona hambat. Zona hambat ekstrak mempunyai zona hambat yang relatif
lebih besar dibanding dengan zona hambat isolat. Hal ini dapat diasumsikan
mekanisme kerja sebagai antibakteri pada ekstrak adalah bersifat sinergis.
Komponen-komponen yang memiliki potensi sebagai antibakteri saling
menguatkan. Jika salah satu komponen (isolat I dan isolat II) pada akar putri malu
dipisahkan maka akan mengurangi potensinya sebagai antibakteri. Hal ini
ditunjukkan pada hasil KLTP, zona hambat isolat I dan II mempunyai zona
hambat yang lebih kecil dari zona hambat yang terdapat pada ekstrak, artinya
senyawa yang terdapat dalam isolat tersebutlah yang bersifat sebagai antibakteri.
Pada isolat III tidak menunjukkan adanya zona hambat disekitar cakram. Pada
konsentrasi tertentu kecendrungan senyawa isolat III yang terdapat dalam ekstrak
akan mempengaruhi daya hambat antibakteri (isolat III bersifat antagonis)
terhadap senyawa-senyawa antibakteri yang terdapat dalam ekstrak sehingga akan
mengurangi aktivitas antibakteri pada ekstrak tersebut (Grafik 4.1 dan 4,2).
64
4.7 Mekanisme Kerja Senyawa Saponin terhadap Pertumbuhan Bakteri
Senyawa saponin termasuk senyawa polifenol, yangmana senyawa ini
dapat menghambat bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma pada bakteri
yang tersusun oleh 60 % protein dan 40 % lipid yang umumnya berupa fosfolipid.
Senyawa saponin merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya
metabolit yang menginaktifkan sistem enzim bakteri. Kerusakan pada membran
sitoplasma dapat mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang
diperlukan bakteri untuk menghasilkan energi akibatnya bakteri akan mengalami
hambatan pertumbuhan dan bahkan kematian.
Setiap sel bakteri dikelilingi membran sitoplasma yang tersusun dominan
oleh ergesterol yang bersifat permeabel selektif. Selain itu, fosfolipid juga
merupakan senyawa yang penting dalam pembentukan membran sitoplasma
bakteri. Pada perusakan membran sitoplasma, senyawa saponin (polifenol)
melepaskan ion H
+
yang selanjutnya menyerang gugus hidrofilik (gugus hidroksi
dan fosfat) pada permukaan membran sel, mengakibatkan gugus hidroksi pada
molekul ergesterol berikatan dengan hidrogen terputus, sehingga membran sel
tidak mampu menahan tekanan dari dalam, akibatnya sitoplasma dalam sel akan
menembus keluar. Selain itu, pada molekul fosfolipid ion H
+
dari senyawa
saponin akan menyerang gugus polar (gugus fosfat) sehingga molekul fosfolipid
akan terurai menjadi gliserol, asam karboksilat, dan asam fosfat. Hal ini
mengakibatkan fosfolipid tidak mampu mempertahankan bentuk membran
sitoplasma akibatnya membran sitoplasma akan bocor sehingga zat-zat untuk
metabolisme sel bakteri akan terbuang keluar dan bakteri akan mati.
65
Gambar 4.8 Mekanisme perusakan senyawa fosfolipid pada membran sel bakteri
4.8 Perspektif Islam terhadap Tumbuhan Putri Malu.
Penelitian ini diperoleh hasil bahwa akar putri malu memiliki senyawa
saponin yang berpotensi sebagai antibakteri, hal ini membuktikan bahwasanya
semua ciptaan Allah di langit dan di bumi tidak ada yang sia-sia. Sebagaimana
yang tercantum dalam QS. Al-Syuara (26) ayat 7 yang berbunyi;
9& # <) {# /. $G;& $ e. 8l A.
Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
baik? (QS. asy Syuaraa (26) :7)
Berdasarkan ayat diatas menunjukkan bahwasannya tumbuhan yang baik
adalah tumbuhan yang bermanfaat sebagai makhluk hidup, termasuk putri malu
yang bermanfaat sebagai obat antibakteri. Senyawa yang berperan sebagai
antibakteri yaitu saponin. Hal ini dibuktikan pada hasil penelitian secara kualitatif
Fosfolipi
d
Saponin
Triterpenoid
Saponin
Triterpenol
Asam karboksilat Asam lemak Asam
fosfat
66
bahwasanya di dalam akar putri malu terdapat senyawa saponin yang berpotensi
sebagai antibakteri.
{# $ $)9& $ $F;& $ e. & 5 $=_ /39 $
9 9 %/
Artinya: Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut
ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-
keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang
kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. (QS. al- Hirj: 19-20)
Segala sesuatu yang diciptakan Allah diberikan kepada manusia dengan
ukuran-ukuran tertentu sesuai dengan kebutuhan hidup. Seperti halnya akar putri
malu mempunyai senyawa saponin 1 %, jika kandungan saponin pada akar putri
malu melebihi 1 % maka dapat merusak sel darah merah dan bersifat racun bagi
manusia. Melalui penelitian ini juga dapat membuktikan kekuasaan dan kebenaran
firman-firman Allah dalam surat an Naml (27) ayat 93 :
% t:# ! /3 G# $G 4 $ 7/ @/ $ =?
Artinya : Dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah, dia akan memperlihatkan
kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, Maka kamu akan
mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu
kerjakan" (QS an Naml (27) : 93)
Ayat tersebut menyeru kita untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan
berusaha memahami ilmu, kekuasaan dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga ini
67
dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab Allah menciptakan
segala sesuatu dengan sempurna tanpa cacat yang pastinya mempunyai manfaat
dan faedah yang besar bagi umat manusia.
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
4. Ekstrak akar putri malu berpotensi sebagai antibakteri karena ekstrak akar
putri malu mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus.
Pada konsentrasi optimum 200 ppm zona hambat yang dihasilkan adalah 24,6
mm untuk S. aureus dan 19,1 mm untuk E. coli.
5. Eluen terbaik untuk memisahkan saponin triterpenoid pada ekstrak akar putri
malu adalah klorofom;metanol;air dengan konsentrasi (20:60:4) dengan 3
noda yang terlihat terpisah dengan Rf berturut-turut 0,125; 0,75; 0,812.
6. Diameter zona hambat hasil KLT preparatif adalah isolat I = 5,32 mm dan
isolat II =2,20 mm untuk E. coli, isolat I = 1,32 mm dan isolat II = 0,38 mm
untuk S. aureus, sedangkan pada isolat III tidak efektif sebagai antibakteri.
5.2 Saran
1. Pada penelitian ini, uji antibakteri akar putri malu terhadap S. aureus dan E.
coli. Perlu adanya uji toksisitas atau uji antijamur, sehingga lebih bermanfaat
bagi masyarakat.
2. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk mengetahui senyawa pada isolat-
isolat akar putri malu.
69
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jauziyah, I.Q., 2007, Metode Pengobatan Nabi SAW, Penerbit Griya Ilmu,
Jakarta.
Ahmad, M. M., 2006, Anti Inflammatory Aetivities Of Nigella Sativa Linn.
(kalogi, black seed), (online), (http:// lailanurhayati. Multiply.com/
jurnal, diakses 13 Nopember 2008.
Anonymous, 2005, Immune, http:// ptcl. Chem.. ax. Ac. UK/ MSDS? Glossary/
immune_response.html. diakses 13 Nopember 2008
Barazing, H., 2007, Pengobatan Aman Cara Nabi: Herba Sebagai Pengobatan
Modern Alternatif, Tinjauan Medis Dan Syariat Islam,
http://hohanb. webs.com/, diakses tanggal 02 Desember 2008 Pukul
01.35 Wib.
Brock, T.D., Madigan, M.T., Martinko, J.M., And Jack, P., 1994, Biology Of
Microorganisms Seven Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New
Jersey, p. 571-572 .
Dzen, S.M, dkk, 2003, Bakteriologi Medik, Bayu Media Publishing, Malang
David, Fankhauser, 2006, Gram Stain Protocol, http://biology.clc.
edu/fankhauser/labs/microbiology/gram_stain/gram_stain.htm
Entjang, Indan, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi
Keperawatan dan sekolah tenaga kesehatan yang sederajat, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung
Faradisa, Maria, 2008, Uji Efektifitas Antimikroba Senyawa Saponin Dari
Tanaman Blimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn), skripsi-UIN
Malang, Malang
Fardiaz, S., 1993, Analisa Mikrobiologi Pangan, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Faridah, Juliet, 2007, Putri Malu, http://eprints.undip.ac.id/view/year/2009.html.
diakses tanggal 19 januari 2008
Farooqi, M.I.H., 2005, Terapi Herbal Cara Islam Manfaat Tumbuhan
Menurut Al-Quran Dan Sunnah Nabi, Penerbit Hikmah (P.T. Mizan
Publika), Jakarta,
Ganiswarna, S.G, 1995, Farmakologi Dan Terapi, Gaya Baru, Jakarta,
Guenther, E., 1987, Minyak Atsiri, Jilid I, (diterjemahkan oleh Kateren. S. ),
universitas jakarta, jakarta.
70
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi),
penerbit swadaya, jakarta.
Harbourne, J.B., 2002, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, Diterjemahkan Oleh K. Padmawinata Dan I.
Soediro, Penerbit ITB, Bandung,
Hart, H., 2003, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta
Hugo, W.B. and Russell, A.D., 1998, Pharmaceutical Microbiologi, 6th edition,
blackwell science, oxford, p. 33-35, 51
Indrayani, lany, dkk, 2006, Skrining Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak
Daun Pucut Kuda (Stachytarpheta Jamaicensis L.Vahl) Terhadap
Larva Udang, http:// journal. discoveryindonesia. Com /index. php/
hayati/ article/ view PDF Interstitial /10/11, diakses 25 Juni 2008
Irianto, K. 2006, Mikrobiologi,Yrama Widy, bandung
Jayani, Yulia, 2007, Morfologi, Anatomi, Dan Fisiologi Mimosa Pudica,
Tanaman Obat Indonesia, http://toiusd. bmultiply.com/ journal/ item/
279/ Morfologi_ Anatomi_ dan_ Fisiologi_ Mimosa_ pudica_L. diakses
tanggal 29 maret 2008
Jawet, Ernest, Joseph L, Melnick., dan Edward 1996, Mikrobiologi Kedokteran,
EGC, Jakarta
Khopkar, S.M, 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-press, Jakarta
Kristianingsih, 2005, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Triterpenoid dari Akar
Tanaman Kedongdong Laut (Polyscias Fruticosa), Skripsi
Mahasiswa Jurusan Kimia, F-MIPA, Universitas Brawijaya.
Moelyono M, dkk, 2007, Pemeriksaan Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Bayam
Duri (Amaranthus spinosus Linn) Amaranthaceae, http:// bahan-
alam. fa. itb. ac. id/ detail. php? id=157 diakses 23 Mei 2008
Pelczar, M.J, and Chan ECS., 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, alih Bahasa:
Hadioetomo, R.S., UI-Press, Jakarta
Prescott, L.M., and P. Harley O.A.K., 2002, Microbiology. Fifth editor McGraw-
Hill Companies Inc. New York
Robinson, T, 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB,
Bandung.
71
Samiran, 2006, Cara Alami Mengundang Kantuk (Buat Yang Insomnia),
http://alvian.multiply.com/journal/item/55, diakses tanggal 14 maret
2008
Sastroraharjo, H., 2001, Spektroskopi, Penerbit Liberty, Yogyakarta
Savitri, Evika Sandi, 2008, Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif
Islam, Uin Malng-Press, Malang
Siswono, 2005, Putri Malu Untuk Batuk Dan Bronchitis,
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1109650582,
diakses tanggal 25 maret 2008
Soetan, K.O.,dkk, 2006, Evaluation Of The Antimicrobial Activity Of
Saponins Extract Of Sorghum Bicolor L. Moench, African Journal
Of Biotechnology Vol. 5 (23), Pp.2405-2407
Sudarmaji, S., Haryono, B., dan suhardi, 2007. Analisa Bahan Makanan Dan
Pertanian, liberty, Yogyakarta.
Suwariany, Erika, 2006, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Dari Fraksi Etil
Asetat Herba Putri Malu (Mimosa Pudica.), http://farmasi.
unpad.ac.id/mediadetail. aspx?id=1903 (abstrak), diakses 10 maret
2008
Syahrurachman, A., dkk., Buku ajar Mikrobiologi Kedokteran, Bina Rupa
Aksara, Jakarta
Thomson, R.H., 2004, The Chemistry Of Natural Product, 2nd edition,
Chapman and Hall Itd, Glasgow, UK, p. 177-185
Volk.W.A dan M.F.Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar, Alih Bahasa: Markham,
PT. Glora Aksara Pratama, Jakarta
Warsa, U.C., 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Bina Aksara, Jakarta
72
Lampiran I Skema Kerja
L. 1. Diagram Alir Penelitian
L. 2. Preparasi Sampel
dibersihkan dan ditimbang sebanyak 0,5 kg
dimasukkan dalam oven 60
0
C sampai berat konstan
digiling hingga berupa bubuk halus
L. 3. Uji Pendahuluan
a. Uji Busa
Akar Putri malu
Sampel
diuji efektivitas antibakteri
Sampel
Isolat-isolat
Ekstrak pekat
Akar Putri Malu
preparasi sampel
dilakukan KLT Analitik
dilakukan KLT Preparatif
Data
diuji antibakteri
diekstraksi dengan metode maserasi
dipekatkan dengan rotary evaporator
Uji Pendahuluan
73
ditimbang sebanyak 0,5 mg
dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi akuades
dikocok selama 5 menit
diamati busa yang timbul sampai stabil
diukur tinggi busa yang timbul
ditetesi dengan HCl 1 N
diamati busa yang timbul
b. Uji warna Liebermann- Burchard (LB)
ditimbang sebanyak 0,5 mg
diamasukkan dalam tabung reaksi I yang berisi CHCl
3
5 ml
dipanaskan selama 5 menit sambil dikocok-kocok
didinginkan
diambil 1 ml
dimasukkan dalam tabung reaksi II
ditetesi pereaksi LB (1 ml Asam Asetat Anhidrat dan 1 tetes
Asam Sulfat Pekat)
diamati perubahan yang terjadi selama kurang lebih 30 menit
L. 4. Ekstraksi Saponin
Sampel
Hasil
Sampel
Hasil
Sampel
74
dimasukkan 25 gram kedalam erlenmeyer 500 ml, yang berisi 300
ml metanol 90 %.
dikocok tiap 2 jam sekali selama 24 jam
disaring dengan kertas saring
di ulangi sebanyak tiga kali
dipekatkan dengan dengan Rotary Evaporator Vacuum
dimasukkan dalam corong pisah 250 mL
disuspensi dengan aquades 35 mL
dicuci dengan dietil eter (1:1)
dikocok dan dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan
diambil lapisan air dan diekstraksi dengan n-butanol
diambil lapisan n-butanol dan dialirkan dengan gas N
2
L. 5. Uji Antimikroba
a. Pembuatan Media
dilarutkan dalam 100 mL akuades dalam beaker glass
dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditutup dengan kapas
dipanaskan hingga mendidih
dimasukkan dalam 10 tabung reaksi (masing-masing 10 mL untuk
8 tabung reaksi dan 5 mL untuk 2 tabung reaksi)
ditutup dengan kapas dan dilakukan disamping api
diserikan di autoklaf selama 24 jam pada suhu ruang (tabung yang
berisi 5 mL larutan agar diletak miring)
b. Peremajaan Biakan Murni S. aureus dan E. coli
digoreskan pada media padat agar miring
ditutup dengan kapas
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37
0
C
Biakan S. aureus dan E. coli
S. aureus dan E. coli
Filtrat Endapan
Ekstrak kasar
Lapisan air Lapisan dietil eter
2 g Nutrien Agar
Media Agar
75
c. Pembuatan Larutan Bakteri S. aureus dan E. coli
diambil 1 ose
dimasukkan dalam tabung reaksi
dilakukan dalam 10 mL akuades steril
d. Uji Antibakteri
dipanaskan hingga mencair
didinginkan
dimasukkan dalam cawan petri
dicampur dengan 0,1 mL larutan bakteri S.aureus dan E.coli
dihomogenkan
diberi kertas cakram yang sudah direndam ekstrak saponin
diinkubasi 24 jam dengan suhu 37
0
C
diamati dan diukur lebar zona hambat
L. 6. Pemisahan Senyawa Isolat dengan KLT
a. KLT Analitik
ditotolkan ditepi plat silika gel 1x10 cm
2
pada jarak 1 cm ditepi
bawah
dikeringkan plat dan dielusi sejauh 8 cm dengan eluen dengan fase
gerak (klorofom;metanol;akudes)
elusi dihentikan setelah gerak larutan pengembang sampai pada
garis batas
dikeringkan
Media agar padat dalam tabung reaksi
Hasil
S. Aureus dan E. Coli
Larutan S. aureus dan E. coli
Ekstrak Pekat Hasil Pemurnian
Hasil
76
dihitung R
f
-nya.
b. KLT Preparatif
ditotolkan ditepi plat silika gel 20x10 cm
2
pada jarak 1 cm ditepi
bawah
dikeringkan plat dan dielusi sejauh 8 cm dengan eluen dengan fase
gerak (eluen terbaik dari KLT Analitik)
elusi dihentikan setelah gerak larutan pengembang sampai pada
garis batas
dikeringkan
dihitung R
f
-nya
dikerok dan dilarutkan dalam 3 ml n-butanol;
disentrifuge dan hasilnya diuapkan pelarutnya dengan aliran gas N
2
Ekstrak Pekat Hasil Pemurnian
Isolat
77
Lampiran 2 Perhitungan
L.2.1 Preparasi Sampel
Berat akar putri malu sebelum dioven = 503, 6690 gram
Berat akar putri malu setelah dioven = 248, 3761 gram
Berat kadar air = berat sampel sebelum dioven berat sampel setelah dioven
= 503, 6690 gram 248, 3761 gram = 255,292 gram
% kadar air = x 100 %
= x 100 % = 50,7 %
l.2.2 Ekstraksi
Berat sampel sebelum diekstraksi = 25 gram
Berat sampel sesudah diekstraksi = 0,2513 gram
% ekstrak saponin = x 100 %
= x 100 % = 1,0052 % = 1 %
1.2.3 KLT
Berat ekstrak sebelum diisolasi = 30 mg
Berat isolat I = 6 mg
Berat isolat II = 13 mg
Berat isolat III = 8 mg
% Isolat = x 100%
% Isolat I = x 100 % = 20 %
% Isolat II `= x 100 % = 43 %
% Isolat III = x 100 % = 26,7 %
L.2.4. R
f
KLT Analitik
R
f
=
a. R
f
KLTA Tanpa Sinar UV
R
f
(13:4:1) = 6.7/8 = 0.8375
R
f
(65;50:10) = 6.8/8 = 0.85
R
f
(20:60:4) = 6,0/8 = 0,75
berat kadar air
berat akar putri malu sebelum
dioven
berat ekstrak saponin
berat sampel sebelum diekstrak
6 mg
30
mg
8 mg
30
mg
255,292 gram
503,669 gram
0,2513 gram
25 gram
berat isolat
berat ekstrak sebelum
diisolasi
13
mg
30
Jarak yang di tempuh oleh
komponen
Jarak yang di tempuh oleh pelarut
78
R
f
(20:60:10) = 7,0/8 = 0.875
b. R
f
KLTA dengan UV
366
R
f
(13:4:1) = 6,7/8 = 0,837 dan 7,8 /8 = 0,975
R
f
(65;50:10) = 6,8/8 = 0,85 dan 8 /8 = 1
R
f
(20:60:4) = 6,0/8 = 0,75 dan 1,3 /8 = 0,1625
R
f
(20:60:10) = 7,0/8 = 0,875 dan 7,8/8 = 0,975
c. R
f
KLTA dengan UV
254
R
f
(13:4:1) = 6.9/8 = 0,862 dan 7/8 = 0,875
R
f
(65;50:10) = 6,8/8 = 0,85 ; 7,2/8 = 0,9 dan 7,9/8 = 0.9875
R
f
(20:60:4) = 6.5/8 = 0.8125
R
f
(20:60:10) = 7,8/8 = 0,975
d. Tabel R
f
KLTA
No.
Eluen klorofom :
methanol : akuades
Nilai R
f
Tanpa sinar UV UV
254
UV
366
1 13:4:1
0,837
-
-
0,837
-
0,975
0,837
0,862
-
2 65:50:10
0.85
-
-
-
0,9
-
0,85
0,9
0,987
3 20:60:4
-
0,75
-
0,162
0,75
-
-
-
0,812
4 20:60:10
0,875
-
0,875
0,975
-
0,975
79
Lampiran 3 Zona Hambat
L. 3. 1 Ekstrak Kasar
Konsentrasi
Ekstrak
Zona Hambat (mm)
S aureus
rata-
rata
E coli
rata-
rata
100 ppm 18 19 20 19 11 11 11 11
200 ppm 24 24 24 24 19 18 19 18.67
300 ppm 19 19 17 18.33 18 16 17 17
400 ppm 19 20 21 20 13 11 11 11.67
500 ppm 7 7 7 7 17 16 16 16.33
600 ppm 14 14 15 14.33 14 16 18 16
700 ppm 13 13 14 13.33 17 17 19 17.67
800 ppm 9 14 12 11.67 14 15 15 14.67
Kontrol Positif
Penisilin
- - - - 23 24 23 23.33
Kontrol Positif
Streptomisin
22 23 23 22.67 - - - -
Kontrol
Negatif
Akuades
0 0 0 0 0 0 0 0
L. 3. 2 Isolat Hasil KLTP
Isolat
(200 ppm)
Zona Hambat (mm)
S. aureus Rata-rata E. coli Rata-rata
R
f
0,125 1,37 1,36 1,24 1,32 5,37 5,36 5,24 5,32
R
f
0,75 0,36 0,43 0,35 0,38 2,36 2,13 2,10 2,20
R
f
0,812 0 0 0 0 0 0 0 0