You are on page 1of 18

Lab/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Tutorial Klinik

KONJUNGTIVITIS VIRUS OCCULI DEXTRA et SINISTRA + KATARAK IMATUR OCCULI DEXTRA et SINISTRA

Disusun oleh: Nanik Herlina HP Tatik Handayani 0708015050 0708015047

Pembimbing: dr. Baswara, N.E.W., Sp.M

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN RSUD AW Sjahranie SAMARINDA 2013 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Konjungtivitis adalah salah satu penyakit pada mata yang paling banyak dikeluhkan. Secara kondisi menceerminkan terjadinya proses inflamasi yang melibatkan konjungtiva. Kebanyakan kasus pada konjungtivitis adalah tidak berbahaya dan merupakan kewajiban seorang petugas medis untuk memisahkan beberapa kondisi yang memerlukan penanganan lebih. Penyebab konjungtivitis beserta klasifikasinya sangat banyak. Anatara lain konjungtivitis Bakteri, Klamidia, Virus, Fungal, Imunologik, Kimiawi atau Iritatif, Autoimun. Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata, dengan gejala mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan di hidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata. Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis

bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata untuk meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin cocok diberikan pada konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata. Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetesmata yang berfungsi untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata. Katarak adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata. Katarak terjadi apabila lensa mata berubah menjadi keruh akibat berbagai penyebab antara lain genetik, kongenital, metabolik, traumatik, toksik, dan yang paling banyak dijumpai adalah katarak senilis. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.1,2 Katarak senilis (age related cataract) merupakan penyebab kebutaan dan penurunan visus terbanyak pada usia tua. Jumlah penderita katarak di seluruh dunia saat ini lebih dari 15 juta dan akan mencapai 40 juta pada tahun 2025. Berbagai penelitian cross sectional di Amerika Serikat mengidentifikasikan adanya katarak pada 10 % penduduk. Angka ini meningkat 50 % untuk mereka yang berusia 65 hingga 74 tahun. Untuk warga yang berusia lebih dari 75 tahun, angka prevalensinya 70 %. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan riset tahun 2007, prevalensi kebutaan nasional sebesar 0,9 %, dengan penyebab utama adalah katarak. Prevalensi kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,8 %. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan data tahun 2001, yaitu 1,2 %.3 Katarak memberikan gejala berupa penurunan penglihatan secara perlahan-lahan, pandangan berkabut, pandangan silau saat siang hari ataupun bila terkena sinar langsung. Operasi katarak merupakan satu-satunya cara untuk mencegah kebutaan akibat katarak yang dilakukan seluruh dokter spesialis mata di Indonesia sesuai dengan stadium katarak, baik di Rumah Sakit maupun secara massal.2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit pada mata yang paling umum di dunia. Penyakit ini bervariasi dari hiperemi ringan dengan berair mata sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebabnya umumnya eksogen, namun dapat endogen. Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, mata merasa seperti adanya benda asing. Berikut klasifikasi konjungtivitis: 1. Konjungtivitis Bakteri

a. Etiologi Stafilokokus, Streptokokus, Corynebacterium diphtheriae, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria gonorrhoea, dan Haemophilus injluenzae. b. Manifestasi Klinis Konjungtiva bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan sekret

mukopurulen terutama di pagi hari, pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, mata terasa seperti ada benda asing. Kadang disertai keratitis dan blefaritis. Biasanya dari satu mata menjalar ke mata yang lain dan dapat menjadi kronik. Pada konjungtivitis gonore, terjadi sekret yang purulen padat dengan masa inkubasi 12 jam-5 hari, disertai perdarahan subkonjungtiva dan kemosis. Terdapat tiga bentuk, oftalmia neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (lebih dari 10 hari), dan konjungtivitis gonore adultorum. Pada orang dewasa terdapat kelopak mata bengkak sukar dibuka dan konjungtiva yang kaku disertai sakit pada perabaan; pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior; konjungtiva bulbi merah, kemosis, dan menebal; gambaran hipertrofi papilar

besar; juga tanda-tanda infeksi umum. Biasanya berawal dari satu mata kemudian menjalar ke mata sebelahnya. Tidak jarang ditemukan pembesaran dan rasa nyeri kelenjar preaurikular. Sekret semula serosa kemudian menjadi kuning kental, tapi dibandingkan pada bayi maka pada dewasa sekret tidak kental sekali.

Gambar Konjungtivitis Bakteri c. Pemeriksaan penunjang Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewamaan Gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas. Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan Metilen Biru yang akan menunjukkan Diplokok di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif intra dan ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. d. Komplikasi Stafilokokus dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, Gonokokus

menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan Meningokokokus dapat menyebabkan septikemia atau meningitis. e. Penatalaksanaan Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, polimiksin, dan sebagainya, selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.

Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata antibiotik spektrum luas tiap jam disertai salep mata untuk tidur atau salep mata 45 kali sehari. Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat serta diberi penisilin salep dan suntikan. Untuk bayi dosisnya 50.000 unit/kg BB selama 7 hari. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air rebus bersih atau garam fisiologis setiap 15 menit dan diberi salep penisilin. Dapat diberikan penisilin tetes mata dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap menit selama 30 menit, dilanjutkan setiap 5 menit selama 30 menit berikut, kemudian diberikan setiap 1 jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Terapi dihentikan setelah pemeriksaan mikroskopik menunjukkan hasil negatif selama 3 hari berturut-turut. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta secara khusus memperhatikan higiene perorangan f. Prognosis Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus ( yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septikemia dan meningitis. Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan. g. Pencegahan Untuk mencegah oftalmia neonatorum dapat dilakukan pembersihan mata bayi dengan larutan borisi dan diberikan salep kloramfenikol. Konjungtivitis bakteri yang paling banyak adalah kojungtivitis gonore yang akan dijelaskan lebih lanjut berikut ini.

Konjungtivitis gonore Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.

Gambar Blenore, konjungtivitis gonore Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit infiltratif, supuratif dan penyembuhan. Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku. Disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran spesifik gonore dewasa. Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda-tanda infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasa kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental. Kadang kadang bila sangat dini sekret dapat sereus yang kemudian menjadi kental den purulen. Berbeda dengan oftalmia neonatorum, pada orang dewasa sekret tidak kental sekali.

Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat diplokok di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram akan terdapat sel intraselular atau ekstra selular dengan sifat Gram negatif. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang intraselular dan sangat dieurigai konjungtivitis gonore. Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penisilin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan garam fisiologik setiap 1,4 jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap 1/4 jam. .untuk antibiotiknya dapat diberikan ceftriaxone 1 gr IM dosis tunggal. Bila kornea terkena atau tidak dapat ditetntukan karena pembengkakan kelopak hebat dan kemosis, pasien dirawat dan diterapi dengan ceftriaxone 1 gr IV tiap 12 jam sampai 24 jam. Lamanya terapi tergantung respone klinis. Pada penderita alergi pada penisilin dapat diberikan ciprofloxacin 2 x 500 mg peroral atau Ofloxacin 2 x 400 mg Peroral(Fluoroquinolone kontraindikasi pada kehamilan dan anak2). Kemudian salep diberikan setiap 5 menit sampai 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Pada stadium penyembuhan semua gejala sangat berkurang. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif. 2. Konjungtivitis Viral a. Etiologi Biasanya disebabkan Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, Klamidia, New castle, Pikorna, Enterovirus, dan sebagainya. b. Manifestasi Klinis Terdapat sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul preaurikular bisa nyeri atau tidak, serta kadang disertai sakit tenggorok dan demam. Yang disebabkan Adenovirus biasanya berjalan akut, terutama mengenai

anak-anak dan disebarkan melalui droplet atau kolam renang. Konjungtivitis herpes simpleks sering terjadi pada anak kecil, memberikan gejala injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Terjadi pada infeksi primer herpes simpleks atau episode rekuren herpes okuler.

Gambar Konjungtivitis Viral c. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa dengan pewarnaan Giemsa, kultur virus, dan sel inklusi intranuklear. d. Komplikasi Keratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak; neuralgia; katarak; glaukoma; kelumpuhan saraf IlI, IV, VI; atrofi saraf optik; dan kebutaan. e. Penatalaksanaan Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi. Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astringen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal. Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk

menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24 jam.

BAB III LAPORAN KASUS Anamnesis Anamnesis didapatkan secara autoanamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 23 Maret 2013 di Poli Mata RSUD AWS. Identitas Pasien Nama Umur Agama Pekerjaan Alamat : Ny. DJ : 79 tahun : Islam : IRT : Jl. Sempaja Gg Rapak benuang Indah

Keluhan utama: Merah pada mata kanan dan kiri Riwayat penyakit sekarang: Merah pada mata kanan dan kiri dialami pasien sejak 2 hari yang lalu diawali mata yang kiri kemudian terkena mata kanan sebelum berobat ke RS.Umum,keluhan terasa lebih berat pada mata sebelah kiri. Merah pada mata tiba-tiba saja dialami pasien saat bangun tidur, disertai dengan mata berair, Serta keluarnya sedikit kotoran mata saat pagi hari. Tidak mengeluhkan sillau pada mata kanan dan kiri pasien. Keluhan disertai Nyeri, rasa gatal dan mengganjal yang menyebabkan pasien sering mengucek mata. Pasien mengaku mengeluhkan demam, batuk serta pilek 3 hari sebelumnya, keluhan nyeri tenggorokan tidak terlalu dikeluhkan. Tidak ada keluahan nyeri kepala, mual, muntah. Pasien mengaku belum berobat. Pada mata kiri juga dirasakan kelopak mata yang terasa lebih kecil, menurut pengakuan pasien dirasakan saat keluhan sakit mata tersebut dirasakan. Pasien merasakan kabur seperti ada yang menghalangi sejak 2 tahun yang lalu, pada mata sebelah kiri seperti melihat kabut, awalnya terjadi pandangan kabur perlahan-lahan dan timbul bercak putih pada mata pasien. Pasien juga mengeluhkan pandangan kabur pada penglihatan jarak dekat sejak 1 tahun yang

lalu. Pasien tidak mengeluhkan adanya benturan pada matanya. Pasien rutin mengkonsumsi pengobatan jantung.

Riwayat penyakit dahulu Tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit keluarga Tidak ada keluarga dengan penyakit yang sama

Pemeriksaan Fisik Keadaaan umum Kesadaran Status Generalisata Kepala dan leher Thoraks Abdomen Ekstremitas Status Oftalmologi Pemeriksaan Visus Pergerakan bola mata Silia Palpebra superior Okuli dekstra 6/15 Baik ke segala arah Tidak ada kelainan edema (-) Okuli sinistra 6/15 Baik ke segala arah Tidak ada kelainan edema (+) hiperemis (+) edema (-) hiperemis (-) Tidak ada kelainan : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : baik : kompos mentis

Palpebra inferior

edema (-)

Konjungtiva tarsus

Tidak ada kelainan

Konjungtiva bulbi

Kornea COA Pupil

Sekret serous Injeksi Konjungtivitis (+) Folikel (-), papil (-) pseudomembran (-) Jernih Kedalaman cukup

Sekret serous, Injeksi Konjungtivitis (+) Folikel (-), papil (-) Pseudomembran (-) Jernih Kedalaman cukup

Bulat, regular, 3 mm, refleks Bulat, regular, 3 mm, refleks cahaya langsung (+) cahaya langsung (+), Warna coklat Jernih normal Warna coklat Jernih normal

Iris Lensa TIO (palpasi)

Diagnosis Banding: Konjungtivitis virus Konjungtivitis Bakteri Diagnosis kerja: Konjungtivitis virus occuli Dextra et Sinistra PENATALAKSANAAN: Planning : Diagnostik : Pemeriksaan sekret mata Terapi : - Floxacin eye drop 8 gtt 1 ODS - Meloxicam 1x15mg Monitoring : Kontrol 3 hari lagi untuk melihat perbaikan gejala pada mata yaitu mata merah,mata berair, menular kemata yang sehat atau tidak, penurunan visus, papil serta folikelnya. Edukasi : Edukasi bahwa konjungtivitis virus mudah menular, sehingga sebelum dan sesudah membersihkan mata penderita harus mencuci tangan dengan bersih

Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lainnya Jangan mengucek mata Periksa visus mata untuk disarankan menggunakan kaca mata

PROGNOSIS: At vitam : bonam

At functionam : bonam

BAB IV PEMBAHASAN Pasien Ny.DJ usia 79 tahun datang dengan keluhan utama Merah pada mata kiri dan kanan dialami pasien sejak 2 hari sebelum berobat RS.Umum. Merah pada mata kiri tiba-tiba saja dialami pasien saat bangun tidur, disertai dengan mata berair, Serta keluarnya sedikit kotoran mata saat pagi hari. Keluhan disertai rasa gatal dan mengganjal yang menyebabkan pasien sering mengucek mata. Pasien mengaku belum melakukan pengobatan pada matanya tersebut. Secara teori, gejala awal pada pasien dengan konjungtivitis adalah seperti ada benda asing, sensasi penuh di sekitar mata, gatal, hiperemia, lengket waktu pagi, epifora serta bengkak pada kelopak mata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan 1. Hiperemia konjungtiva : konjungtiva berwarna merah oleh karena pengisian pembuluh darah konjungtiva dalam keadaan normal kosong 2. Epifora : keluarnya air mata berlebihan 3. Bleparospasme : nyeri pada mata Diagnosis pada pasien ini ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu konjungtivitis vitus. Konjungtivitis virus dapat didiagnosis banding dengan konjungtivitis bakteri, perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Keluhan Gatal Hiperemia Air mata Eksudasi Injeksi konjungtiva Hemoragi Khemosis Eksudat Konjungtivitis virus minimal umum profuses minimal Sedang + +/Jarang.serous Konjungtivitis Bakteri Minimal Umum Edang Mengucur Mencolok + + Purulen atau mukopurulen

Pseudomembran Papil Folikel Nodus preaurikuler Pewarnaan kerokan dan eksudat

+/+ ++ monosit

+/+/+ Bakteri, PMN

Penatalaksanaan pada pasien adalah diberikan floxa 8 tetes pada mata kiri dan kanan, meloxicam 1x7,5 mg. Floxa mengandung ofloxacin 3 mg, yang termasuk dalam golongan antibiotik Quinolon. Sedian ini adalah antibiotik Ofloxacin 3,00 mg yang merupakan tetes mata steril yang berwarna kuning muda yang secara spesifik digunakan untuk mengobati infeksi luar pada mata. Obat ini memiliki akifitas bakterisid terutama pada bakteri gram negative seperti Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter aerogenes, Proteus dan Klebsiella sp, bekerja dengan cara menghambat sintesis protein sel bakteri tersebut juga terhadap strain yang sensitive dari Staphylococci termasuk S.aureus dan S.epdermidis (koagulase positif dan koagulase negative termasuk strain yang tahan Penicilinase). Streptococci termasuk juga beberapa spesies non-haemolytic dan beberapa jenis streptococcus pneumonia. Floxa diindikasikan untuk mengobati infeksi pada mata yang disebabkan oleh bakteri yang sensitive. Pemakaian floxa dengan dosis 1-2 tetes setiap 4-6 jam. Dosis dapat ditingkatkan 1-2 tetes tiap 2 jam selama 24-48 jam pertama. Kemudian frekuensi harus diturunkan bertahap sesuai tanda-tanda perbaikan klinis. Pada pasien ini pemberian Floxa sudah tepat. Floxa digunakan untuk mengurangi terjadinya infeksi sekunder dari konjungtivitis, karena pada pasien sudah menular ke mata yang sehat. Selain itu juga diberikan meloxicam yang merupakan obat anti inflamasi non steroid yang berfungsi sebagai analgesik. Karena konjungtivitis adalah suatu proses peradangan pada konjungtiva maka meloxicam diharapkan mampu mengurangi proses peradangan yang terjadi di konjungtiva tersebut dan mengurangi nyeri, tanpa menimbulkan efek samping eksaserbasi penyakit seperti yang dikhawatirkan dengan penggunaan steroid. Dosis meloxicam yang

dianjurkan adalah 7,5 mg sekali sehari, dengan dosis maksimal 15 mg per hari. Pemberian meloxicam pada pasien sudah tepat indikasi dan dosis pemberian. Pada konjungtivits virus sebenarnya pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres dapat diberikan larutan astringen agar senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi serta untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata. Pasien juga diedukasi tentang konjungtivitis virus mudah menular, sehingga sebelum dan sesudah membersihkan mata penderita harus mencuci tangan dengan bersih, Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

American Optometric Association. 2004. Care of the Patient with Retinal Detachment and Related Peripheral Vitreoretinal Disease. (Online) http://www.aoa.org/documents/CPG-13.pdf, diakses pada 19 Maret 2012. DAmico DJ. Primary Retinal Detachment. N Engl J Med 2008;359:2346-54. Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. hal: 179-199. Larkin GL. 2010. Retinal Detachment. (Online) http://emedicine.medscape.com/article/798501-overview, diakses pada 19 Maret 2012. Pennine Acute Hospitals. 2011. Retinal Detachment including Cryotherapy and Sclera Buckle Surgery. (Online) http://www.pat.nhs.uk, diakses pada 19 Maret 2012. Wu L, Evans T. 2011. Rhegmatogenous Retinal Detachment. (Online) http://emedicine.medscape.com/article/1224737-overview, diakses pada 19 Maret 2012.

You might also like