You are on page 1of 10

VISI (2010) 18 (2) 262-270 Economic Growth Analysis and Inequality between Mountainous Regions in North Sumatera Santi

Raya Siahaan ABSTRACT


This research in undergone in order to learn and to analysis the economic growth development rate and its inequality which happened between mountainous regions in North Sumatera for the period from 2000 2007. By using the index analysis method from Williamson and economic growth typology analysis from Klaassen which taken the secondary dates of Product Domestic Regional Brutto excluded oil and gas and price based on the year 2000, we founded: The economic growth in mountainous region of North Sumatera during the period 2000 2007 was not stabile or fluctuated. Index Williamson showed that mountainous area in North Sumatera during those periods was very law. According to the typology Klaassen. Toba-Samosir and Karo are known as advanced region, but low growth rate in doing their potential, but Humbang and Pakpak Bharat belong to the category under developing to increase their growth, whereas Dairi, North Tapanuli and Samosir are still under developed. The inequality in development is laid on the different natural resources, mobility of goods and services, insufficient infrastructure, the transportation distance from its region in to the centre of developing areas, and different allocation in distribution of development fund. -------------Keywords:

1. Pendahuluan Provinsi Sumatera Utara berada dibagian Barat Indonesia yang terletak pada garis 10 40 LU dan 980 BT. Berdasarkan letak dan kondisi alamnya Sumatera Utara dibagi atas 3 kelompok wilayah yaitu: Wilayah Pantai Barat, wilayah Pantai Timur dan wilayah pegunungan. Pertumbuhan ekonomi setiap kabupaten atau kota dapat dilihat dari kontribusi yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi, baik sektor pertanian, pertambangan, industri, jasa-jasa dan lain-lain. Pertumbuhan ekonomi setiap kabupaten/kota harus diikuti dengan proses terjadinya perubahan sosial, ekonomi, institusional untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kestabilan politik, kebijakan ekonomi pemerintah, kekayaan alam jumlah dan kemampuan tenaga kerja, tersedianya usahawan dan kemampuan mengembangkan teknologi modern adalah bebarapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertambahan penduduk juga dapat menjadi pendorong maupun penghambat pertumbuhan ekonomi. Apabila penduduk bertambah akan memperbesar jumlah produksi barang dan jasa. Pengusaha memegang peranan penting dalam menentukan kegiatan ekonomi dimana pengusaha bersumber dari penduduk. Pertumbuhan ekonomi juga ditentukan barang-barang modal, teknologi, luas pasar, sistim sosial dan sikap masyarakat. Tetapi menurut ahli-ahli ekonomi, 6 _____________ ISSN 0853-0203

VISI (2010) 18 (2) 262-270 sistem sosial, setiap masyarakat dan adat istiadat yang tradisionil dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan teknologi dengan cara produksi modern, sehingga pertumbuhan ekonomi terhambat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan pengembangan sarana dan prasarana sosial terutama bidang pendidikan, kesehatan, penyediaan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi, hal ini dapat melalui pembangunan sistem perhubungan dan outlet-outlet pemasaran yang efisien dalam rangka menghubungkan kawasan strategis dan cepat tumbuh dengan daerah-daerah yang masih tertinggal. Ketimpangan pembangunan antar kabupaten merupakan aspek yang umum terjadi. Setiap kabupaten/kota yang berada di daerah pegunungan mempunyai tingkat pembangunan yang berbeda, baik dari segi fisik maupun materi. Ada beberapa faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya ketimpangan pembangunan antara wilayah yaitu (1) Perbedaan kandungan sumber daya alam, (2) perbedaan kondisi demografis, (3) kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa, (4) konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, (5) alokasi dana pembangunan antar wilayah. Daerah pegunungan Sumatera Utara dipilih sebagai daerah atau objek penelitian adalah karena ingin mengetahui seberapa besar perbedaan pertumbuhan ekonomi dan tingkat ketimpangan yang terjadi di masing-masing kabupaten dan dampak yang ditimbulkan bagi kesejahteraan masyarakat. Perbedaan pembangunan akan membawa dampak perbedaan tingkat kesejahteraan antar kabupaten yang pada akhirnya menyebabkan ketimpangan regional antar daerah semakin besar. Ada dugaan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pelaksanaan pembangunan yang tidak merata pada tiap-tiap kabupaten akan menyebabkan ketimpangan. 2. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: a. Ketimpangan pembangunan antar kebupaten di daerah pegunungan Sumatera Utara periode tahun 2000 2007 adalah sangat rendah atau merata. b. Daerah pegunungan Sumatera Utara selama periode tahun 2000 2007 dikategorikan sebagai daerah relatif tertinggal. c. Laju pertumbuhan ekonomi daerah pegunungan Sumatera Utara periode 2000 2007 mengalami pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil tahun demi tahun. 3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 7 _____________ ISSN 0853-0203

VISI (2010) 18 (2) 262-270 a. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat daerah pegunungan Sumatera Utara. b. Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pembangunan antar kabupaten di daerah pegunungan Sumatera Utara. c. Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi setiap kabupaten di daerah pegunungan Sumatera Utara. 4. Sumber Data dan Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data urut waktu (time series) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Medan pada tujuh kabupaten di daerah pegunungan. Data yang dianalisis adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa minyak dan gas atas harga konstan tahun 2000 2007. Selanjutnya alat analisis yang digunakan adalah Index Williamson, analisis Tipologi Klaassen dan laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. 5. Menentukan Ketimpangan Pembangunan Antar Kabupaten, Tipologi Daerah dan Pertumbuhan Untuk mengetahui ketimpangan pembangunan antar kabupaten di daerah pegunungan Sumatera Utara dan gambaran mengenai pola struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah serta laju pertumbuhan ekonominya adalah hasil analisis Index Williamson, tipologi Klaassen dan teori pertumbuhan ekonomi. Index Williamson digunakan untuk mengetahui ketimpangan pembangunan antar kabupaten. Index Williamson adalah suatu koefisien varian yang mengukur perbedaan tingkat pendapatan per kapita suatu daerah relatif terhadap pendapatan daerah referensi. Rumus Index Williamson yang digunakan adalah:

Vw =

(Yi Y )
i =n

fi n

Vw = 0 < Vw < 1

dimana i = PDRB per kapita daerah i ; = PDRB per kapita rata-rata seluruh daerah ; i = jumlah penduduk daerah i ; n = jumlah penduduk Sumatera Utara (daerah referensi). Apabila Vw mendekati satu, berarti pembangunan antar kabupaten sangat timpang atau tidak merata dan jika Vw mendekati nol berarti ketimpangan pembangunan antar kabupaten sangat rendah. Selanjutnya analisis tipologi Klaassen digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Alat analisis tipologi daerah digunakan untuk mengetahui gambaran pola struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi pertumbuhan daerah dibagi empat yaitu: 8 _____________ ISSN 0853-0203

VISI (2010) 18 (2) 262-270 a. Daerah maju dan bertumbuh cepat, yaitu apabila PDRB per kapita dan laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut masing-masing lebih besar dibandingkan dengan daeah referensi. b. Daerah maju tetapi tertekan, yaitu apabila PDRB per kapitanya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah referensi akan tetapi laju pertumbuhan PDRB-nya dibawah laju pertumbuhan PDRB daerah referensi. c. Daerah sedang bertumbuh, yaitu PDRB per kapitanya lebih kecil dibandingkan daerah referensi akan tetapi laju pertumbuhan PDRB-nya diatas laju pertumbuhan PDRB daerah referensi. d. Daerah relatif tertinggal, yaitu apabila PDRB per kapitanya dan laju pertumbuhan PDRB-nya masing-masing dibawah daerah referensi. Selanjutnya tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat pertambahan barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana kinerja atau aktifitas dari berbagai sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diukur melalui indikator perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan rumus sederhana:

g=

Bila pertumbuhan ekonomi (g) adalah negatip berarti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB1) tahun pengamatan tertentu lebih kecil dari Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya (PDRB 0), sebaliknya bila pertumbuhan ekonomi (g) adalah positip berarti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB 1) tahun pengamatan tertentu lebih besar dari Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya (PDRB0). Intinya, pendapatan regional tidak selalu meningkat setiap tahun. Pertumbuhan yang positip menunjukkan adanya perbaikan kondisi perekonomian yang terjadi, sebaliknya apabila pertumbuhan negatip berarti terjadi penurunan kinerja dan aktivitas perekonomian. 6. Hasil dan Pembahasan 6.1. Ketimpangan Pertumbuhan antara Kabupaten Pegunungan Sumatera Utara Analisis tingkat ketimpangan pembangunan dilakukan dengan melihat perkembangan PDRB, PDRB per kapita dan jumlah penduduk tiap-tiap kabupaten dengan mengabaikan faktor-faktor lain khususnya faktor non ekonomi yang dapat menghambat dan mendorong tingkat pembangunan suatu daerah. Tabel 1. Index Williamson Setiap Kabupaten di Daerah Pegunungan Sumatera Utara Tahun 2000 2007 Atas Dasar Harga Konstan 2000 9 _____________ ISSN 0853-0203

PDRB PDRB PDRB


1 0

x 100%

VISI (2010) 18 (2) 262-270


Kabupaten Tapanuli Toba Humbang Pakpak Karo Dairi Samosir Utara Samosir Hasundutan Bharat 2000 0,0679 0,0394 0,0366 0,0378 2001 0,0648 0,0298 0,0310 0,0361 2002 0,0638 0,0246 0,0287 0,0340 2003 0,0492 0,0336 0,0293 0,0197 0,0363 0,0270 2004 0,0481 0,0225 0,0252 0,0188 0,0348 0,0269 0,0092 2005 0,0469 0,0222 0,0252 0,0178 0,0334 0,0264 0,0106 2006 0,0446 0,0161 0,0130 0,0200 0,0312 0,0259 0,0101 2007 0,0470 0,0164 0,0083 0,0207 0,0311 0,0298 0,0110 Rata-rata 0,0540 0,0255 0,0246 0,0256 0,0333 0,0272 0,0104 Sumber: Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota 2000 2003, dan 2004 2007 (Data diolah) Tahun

Hasil analisis ketimpangan Index Williamson Kabupaten Tapanuli Utara mulai tahun 2000 2007 yang ditunjukkan dalam Tabel 1 adalah mendekati nol. Ini menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan yang terjadi adalah sangat rendah atau pembangunan sangat merata. Pada awal tahun 2000 Index Williamson sebesar 0,0679 dan tahun selanjutnya menurun terus hingga pada akhir periode tahun 2007 sebesar 0,0470. Pada Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Humbang Hasundutan mulai tahun 2000 2007 Index Williamson mendekati nol, dimana tahun 2000 menurun terus sampai tahun 2007. Berarti ketimpangan pembangunan sangat rendah. Pada Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Samosir Index Williamson juga mendekati nol, dimana tahun 2000 s.d. 2006 turun terus, tetapi pada tahun 2007 naik sedikit, walaupun tetap mendekati nol. Secara keseluruhan index ketimpangan setiap kabupaten daerah pegunungan adalah mendekati nol. Berarti ketimpangan pembangunan di daerah pegunungan Sumatera Utara sangat rendah. 6.2. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengevaluasi hasil pembangunan. Pertumbuhan yang menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan pertumbuhan menunjukkan terjadinya penurunan kinerja perekonomian dibandingkan periode sebelumnya. Tabel 2. sangat positip negatip dengan

Laju Pertumbuhan PDRB Daerah Pegunungan Sumatera Utara Tahun 2000 2007 Berdasarkan Harga Konstan tahun 2000 (Persen)
Tapanuli Utara 4,47 Toba Samosir 3,47 Karo 5,35 Kabupaten Humbang Dairi Hasundutan 1,09 Pakpak Bharat Samosir -

Tahun 2001

10 _____________ ISSN 0853-0203

VISI (2010) 18 (2) 262-270


2002 4,44 7,17 2,98 5,43 2003 (-34,35) 49,86 5,30 1,66 2004 4,74 (-43,92) 3,30 5,82 5,70 2005 5,03 4,94 4,70 5,34 5,64 2006 5,44 5,22 4,96 4,28 5,45 2007 5,03 5,70 5,13 5,02 6,04 Rata-rata -0,6 4,63 4,53 4,09 5,78 Sumber: PDRB setiap kabupaten di daerah pegunungan (data diolah) 6,66 5,92 5,66 5,79 6,00 3,41 3,63 4,59 3,83

Berdasarkan Tabel 2 di atas pertumbuhan ekonomi daerah pegunungan berfluktuasi, dimana terjadi proses naik turun tingkat kegiatan ekonomi. Pada tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 4,47% kemudian mengalami penurunan sampai tahun 2003 dimana penurunannya sangat signifikan yaitu sebesar (-34,35)%. Penurunan ini mungkin adalah akibat pemisahan beberapa kecamatan di daerah Humbang memisahkan diri dari Kabupaten Tapanuli Utara menjadi Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2003. Pada tahun 2004 keadaan perekonomian semakin membaik sehingga terjadi kenaikan yang sangat besar sekitar 39,9% dan pada tahun berikutnya naik terus sampai tahun 2007 sebesar 5,03%. Laju pertumbuhan Kabupaten Toba Samosir juga sangat berfluktuasi. Peningkatan yang paling besar adalah ke tahun 2003 naik sebesar 42,69% dari tahun 2002 menjadi 49,86%, tetapi pada tahun 2004 menurun sangat tajam menjadi (-43,92)% dimana penurunannya sebesar 93,78%. Hal ini kemungkinan terjadi karena terpisahnya Samosir dari Toba Samosir, dimana Samosir menjadi Kabupaten Samosir. Pada tahun 2005 kembali naik sebesar 48,86% kemudian tahun-tahun berikutnya meningkat, tetapi sangat kecil. Jadi rata-rata pertumbuhan Toba Samosir selama 7 tahun adalah 4,63%. Laju pertumbuhan Kabupaten Dairi yang terendah selama tujuh tahun adalah pada periode 2001 dan juga tertinggi pada tahun 2004. Secara keseluruhan, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi selema tujuh tahun adalah sebesar 4,09%. Keadaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Humbang Hasundutan selama periode 2004 2007 relatip stabil. Tingkat pertumbuhan ekonominya diatas 5% dengan rata-rata 5,78%. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir dalam kurun waktu tiga tahun mulai tahun 2005 2007 stabil dimana rata-rata pertumbuhannya adalah sebesar 3,83%. 6.3. Klasifikasi Pertumbuhan Tipologi Klassen Selama tujuh tahun periode pengamatan (2000 2007) ternyata PDRB per kapita Sumatera Utara tidak selalu berada diatas PDRB setiap kabupaten daerah pegunungan. Kabupaten Karo dengan PDRB per kapita sebesar Rp 7.804.229,-. Sedang PDRB per kapita Sumatera Utara adalah sebesar Rp 6.782.047,- (menurut Badan Pusat Statistik). PDRB Kabupaten Tapanuli Utara (Rp 4.505.495,-), 11 _____________ ISSN 0853-0203

VISI (2010) 18 (2) 262-270 Kabupaten Humbang Hasundutan (Rp 5.013.325,-), Kabupaten Samosir (Rp 6.681.575,-), Kabupaten Dairi (Rp 5.625.477,-) dan Kabupaten Pakpak Bharat (Rp 3.492.224,-) mempunyai PDRB per kapita yang lebih rendah dibandingkan dengan PDRB per kapita Sumatera Utara. Jika dilihat dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB per kapita setiap kabupaten di daerah pegunungan dan Sumatera Utara serta laju pertumbuhan ekonominya selama kurun waktu tujuh tahun periode 2001 2007, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3. Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pegunungan Tahun 2000 2007 Menurut Nilai Rata-rata.
Yi > Y Daerah maju bertumbuh cepat dan Yi < Y Daerah sedang bertumbuh. Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Daerah relatip tertinggal: Dairi Tapanuli Samosir

PDRB per kapita (Y) Laju pertumbuhan (r) ri > r

Daerah maju tetapi tertekan: ri < r Toba Samosir Karo Sumber: BPS, PDRB Laju Pertumbuhan PDRB daerah pegunungan Sumatera Utara.

Keterangan: Y = PDRB per kapita Provinsi Sumatera Utara. Yi = PDRB per kapita daerah Kabupaten. r = Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara. ri = Pertumbuhan Ekonomi kabupaten di daerah pegunungan Dari Tabel 3 di atas dapat dikemukakan bahwa tujuh kabupaten yang berada di daerah pegunungan Sumatera Utara dikategorikan sebagai berikut: 1. Tidak ada kabupaten yang masuk dalam kategori daerah maju dan bertumbuh cepat. 2. Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Karo masuk dalam kategori maju tetapi tertekan. 3. Kabupaten Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat masuk kategori daerah sedang bertumbuh. 4. Kabupaten Dairi, Tapanuli Utara dan Kabupaten Samosir masuk dalam kategori daerah relatip tertinggal. 7. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 12 _____________ ISSN 0853-0203

VISI (2010) 18 (2) 262-270 1. Berdasarkan hasil analisis Index Williamson dapat disimpulkan bahwa daerah pegunungan Sumatera Utara pada periode 2000 2007 mempunyai tingkat ketimpangan yang sangat rendah. 2. Berdasarkan laju pertumbuhan rata-ratanya, Kabupaten Tapanuli Utara mempunyai pertumbuhan negatip yaitu -0,6 persen, dimana merupakan pertumbuhan terendah. Pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Kabupaten Pakpak Bharat yakni 6,00 persen. 3. Dari hasil analisis tipologi daerah, dapat disimpulkan bahwa tidak ada kabupaten yang masuk dalam kategori daerah maju dan bertumbuh cepat. 4. Ada dua kabupaten masuk dalam kategori daerah maju tetapi tertekan yaitu kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Karo, ada dua kabupaten masuk dalam kategori daerah sedang bertumbuh yaitu Kabupaten Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat. Kabupaten yang masuk dalam kategori daerah relatip tertinggal adalah Kabupaten Dairi, Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir. Saran 1. Kabupaten yang relatip tertinggal yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Dairi, dan Toba Samosir harus diperhatikan secara serius oleh pemerintah dan dukungan oleh masyarakat. 2. Untuk mencapai daerah yang maju dan bertumbuh cepat, pemerintah diharapkan mampu menyediakan sarana dan prasarana seperti perhubungan, jalan raya, kesehatan, pendidikan, penyuluhan dan pelatihan. 3. Menciptakan lapangan kerja di daerah pegunungan dengan cara mendirikan atau memindahkan perusahaan yang mempunyai bahan baku yang berasal dari pegunungan, sehingga tenaga kerja yang lebih muda dan yang mempunyai semangat yang tinggi tinggal bekerja di daerah pegunungan tersebut. 4. Pemerintah harus bersifat pro aktip, memperbaiki birokrasi pemerintah dan jauh dari penyalahgunaan kekayaan daerah. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Publikasi Data Sumatera Utara Dalam Angka 2008 , Medan: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Dalam Angka 2000 2003 Menurut Kabupaten/Kota, Medan: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Dalam Angka 2004 2007 Menurut Kabupaten/Kota Medan: Badan Pusat Statistik. 13 _____________ ISSN 0853-0203

VISI (2010) 18 (2) 262-270 Nugroho Iwan, Dahuri Rochmin, Pembangunan Wilayah Prospektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, Cetakan Pertama, Bogor: LP3ES, 2003. Siahaan, Santi R dan Purba, Elvis P, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua, Medan: Universitas HKBP Nommensen, 2002. Suryana, Ekonomi Pembangunan Problematika Dan Pendekatan, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba, 2000. Sukirno, Sadono, Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Jakarta: Kencana, 2007. Sjafrizal, Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama, Padang: Baduose Media, 2008. Tarigan, Robinson, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Edisi revisi, Medan: Bumi Aksara, 2005.

14 _____________ ISSN 0853-0203

VISI (2010) 18 (2) 262-270

RIWAYAT HIDUP Siahaan, Santi Raya, lahir di Balige, 3 Oktober 1946, Sarjana Ekonomi (S1) jurusan Ekonomi Inti dari Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen pada tahun 1975. Pada tahun 1991 Magister Sains (S2) dari Fakultas Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan, IPB Bogor. Sejak tahun 1980 menjadi Dosen Kopertis Wilayah I Medan, yang dipekerjakan pada Universitas HKBP Nommensen, Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan.

15 _____________ ISSN 0853-0203

You might also like