You are on page 1of 19

BAB I ANATOMI FISIOLOGI SALURAN PERNAPASAN ATAS

1.1. Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. 1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit. 2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. 3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasal), yang berjumlah 3 buah: a. Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah) b. Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah) c. Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas) Diantara konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rpngga tulang baji dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis. Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman (Nervus olfaktorius).
1

Di sebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah. Saluran ini disebut tuba auditiva eustaki yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis. Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang hidung eksterna. Hidung eksterna terdiri dari kartilago sebelah bawah dan tulang hidung sebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian dalamnya dengan membran mukosa. Rongga hidung memanjang dari nostril pada bagian depan ke apertura posterior hidung, yang keluar ke nasofaring bagian belakang. Rongga hidung tersebut ditutupi oleh membran mukosa. Septum nasalis memisahkan kedua rongga hidung. Septum nasalis merupakan struktur tipis yang terdiri dari tulang dan kartilago, biasanya membengkak ke satu sisi atau salah satu sisi yang lain, dan keduanya dilapisi oleh membran mukosa. Dinding lateral dari rongga hidung sebagian dibentuk oleh maksila, palatum dan os sfenoid. 1.2. Faring

Faring adalah suatu pipa muskular di belakang rongga hidung dan mulut dan di depan vertebra servikalis. Untuk memudahkan penjelasan, faring bisa dibagi menjadi 3 bagian : nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Bagian yang paling tinggi, yaitu nasofaring berada dibelakang kavita nasalis. Palatum molle terangkat pada saat menelan untuk menutup nasofaring dan mencegah makanan atau saliva naik, bukan turun. Uvula adalah bagian palatum molle yang dapat dilihat pada bagian belakang tenggorok. Pada dinding posterior nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringealis, suatu noduli limfoid yang berisis makrofag. Dua lubang yang masukke nasofaring adalah tuba auditiva eustachi, yang membentang sampai rongga telinga tengah. Kegunaan tuba ini adalah memungkinkan udara masuk atau keluar telingan tengah , sehingga gendang telinga bervibrasi dengan baik. Nasofaring adalah suatu jalan hanya untuk udara, teapi bagian sisanya, yaitu faring berfungsi untuk jalan uadara dan makanan meskipun tidak pada saat yang bersamaan. Orofaring berada di belakang mulut. Pada dinding lateralnya terdapat tonsila palatina,
2

juga noduli limfoidei8. Bersama adenoid dan lingual pada dasar lidah, noduli tersebut membentuk cincin jaringan limfatik yang mengelilingi faring untuk menghancurkan patogen yang penetrasi ke mukosa. Laringofaring adalah bagian paling bawah faring . bagian anteriornya membuka menuju laring dan bagian posteriornya menuju esofagus. Kontraksi dinding muskuler orofaring dan laringofaring adalah bagian dalam refleks menelan.

1.3.

Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak dibagian

depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epligotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawanyang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain: 1. Kartilago tiroid ( 1 buah ) depan jakun ( Adams aple ) sangat jelas terlihat pada pria. 2. Kartilago ariteanoid ( 2 buah ) yang berbentuk beker 3. Kartilago krikoid ( 1 buah ) yang berbentuk cincin. 4. Kartilago epligotis ( 1 buah ) Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epligotis yang dilapisi oleh sel epithelium berlapis. Pita suara ini berjumlah 2 buah :

1. Bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan suara yang disebut dengan ventrikularis. 2. Bagian bawah adalah pita suara yang sejati yang membentuk suara yang disebut vokalis, terdapat 2 buah otot. Oleh gerakan 2 buah otot ini maka pita suara dapat bergetar. Dengan demikian pita suara ( rima glotidis ) dapat melebar dan mwngecil, sehingga disini terbentuklah suara.

Proses pembentukan suara Terbentuknya suara merupakan hasil dari kerja sama antara rongga mulut, ronbgga hidung, laring, lidah, dan bibir. Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara ini tidak bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara maka tulang rawan gondok dan tulang rawan bentuk beker ( kartilago ariteanoid ) diputar, akibatnya pita suara dapat menjadi kencang dan mengendor dengan demikian sela udara menyempit dan meluas. Pergerakan inio dibantu pula oleh otot-otot laring, udara yang dari paru-paru dihembuskan dan menggerakkan pita suara, gerakan itu diteruskan melalui udara yang keluar masuk. Perbedaan suara seseorang tergantung pada tebal dan panjangnya pita suara.pita suara pria jauh lebih tebal dari pada pita suara wanita. 1.4. Trakea

Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran taklengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

BAB II ANATOMI FISIOLOGI SALURAN PERNAPASAN BAWAH


2.1. Bronkus Percabangan bronkial atau disebut juga pohon bronkial adalah jalan nafas berikutnya yang menghubungkan jalan napas atas dengan napas bawah. Bronkus primer berasal dari percabangan trakea menjadi dua cabang utama setinggi karina. Karina terletak sekitar iga kedua atau pada vertebra torakal kelima. Terdapat banyak reseptor batuk pada karina. Bronkus utama kiri memiliki sudut lebih tajam dibandingkan bronkus kanan sehingga aspirasi cenderung terjadi masuk ke bronkus kanan. Bronkus kiri lebih sempit dan lebih panjang daripada bronkus kanan. Bronkus utama kiri kemudian bercabang menjadi dua cabang lobaris, satu cabang untuk menyuplai lobus paru kiri atas dan yang lain menyuplai paru kiri bawah. Percabangan bronkus lobus kiri atas selanjutnya bercabang menjadi empat bronkus yang lebih kecil, yaitu apikal posterior, anterior, superior lingular, dan inferior lingular. Lobus kiri bawah juga bercabang menjadi empat bronkus yang lebih kecil yaitu superior, anterior, media-basal, latero-basal, dan posterio-basal. Bronkus kanan dibagi dalam tiga cabang lobaris yang masing- masing menyuplai udara pada tiga lobus kiri paru, yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah. Bronkus lobus paru kiri atas selanjutnya bercabang menjadi tiga segmen, yaitu anterior, apikal, dan posterior. Bronkus lobus tengah paru kanan bercabang menjadi dua segmen, yaitu lateral dan medial. Lobus bawah bercabang menjadi lima cabang, yaitu superior, anterio-basal, latero-basal, medio-basal, dan posterio- basal sehingga total terdapat 10 segmen pada paru kanan.
5

Selanjutnya, bronkus akan bercabang dalam subdivisi hingga 20 atau lebih percabangan dalam bronkus, subsegmental, bronkus terminal, bronkiolus, bronkiolus terminal, dan bronkiolus respiratori. Bronkus dibentuk oleh kartilago dan otot. Bronkus kanan terdiri dari sekitar 6-8 cincin, sedangkan bronkus kiri sekitar 9-12 cincin. Cincin kartilago inkomplet seperti pada trakea ditemukan juga pada bronkus utama dan bronkus lobus bawah. Sedikit cincin karti;lago komplet terdapat pada pada bronkus lobaris dan bronkus segmental. Pada bronkus kecil dan bronkiolus tidak ada lagi tulang kartilago, hanya terdapat otot yang memiliki kemampuan elastik. Bronkus dilapisi oleh epitel pseudostratifikasi kolumnar bersilia . Sel goblet dalam epitelium menyekresi mukus. Silia dan mukus secara bersama- sama membantu melindungi paru dari debu, kuman dan partikal lainnya. Epitel pada bronkiole merupakan lapisan tunggal dan sel epitel semakin berbentuk kuboid dan kemudian menipis pada tingkat bronkiolus. Pada bronkiolus terminal sudah tidak terdapat lagi sel kelenjar dan silia. Di bawah epitel terdapat dua lapisan, yaitu membran basement dan lamina propria. Pembuluh darah , pembuluh limfe, dan serabut saraf terdapat pada lamina propria. Disekitar epitelium bronkial, dekat otot dan pembuluh darah, terdapat sel mast yang berperan dalam melepaskan histamin sebagai respon untuk reaksi antingen- antibodi (reaksi alergi).

Obstruksi jalan napas pada bronkus dapat mengganggu pernafasan yang efektif. Gangguan tersebut diantaranya Bronkritis kronik dan Bronkiektasis. Bronkritis kronik disebabkan karena sekresi yang menumpuk dalam bronkiolus karena iritasi asap misalnya asap rokok. Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus akibat aspirasi benda asing, muntahan, atau benda- benda dari saluran pernafasan atas.

2.2. Bronkiolus Bronkiolus adalah cabang dari bronkus skunder yang di bagi ke dalam saluran-saluran kecil, yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respiratorius. Kedua bronkus ini memiliki diameter kurang dari 1mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia, tidak terjadi difusi ditempat ini. Sebagian kecil difusi terjadi pada bronkiolus respiratorius. Brokiolus respiratorius dianggap sebagai saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Ruang rugi fisiologik adalah jalan udara konduksi yang mengandung 150 ml udara dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam pertukaran gas. 2.3. Alveolus Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronchiolus respiratori. Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Paru-paru mengandung alveoli 300 juta buah. Dinding alveolus menghasilkan surfaktan, yang berfungsi untuk mempertahankan ekspansi dan recoil paru. Surfaktan: untuk menurunkan tegangan permukaan dinding alveoli.

BAB III RESPIRASI


3.1. Paru-paru Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukannya lebih kurang 90 m. Paru-paru dibagi dua: Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah apru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahanbelahan yang bernama lobulus. Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 : 1) Pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung

membungkus paru-paru; 2) Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. 3.2. Pembuluh darah paru Sirkulasi pulmonary berasal dari ventrikel kanan yang tebal dindingnya 1/3 dari tebal ventrikel kiri. Perbedaan ini menyebabkan kekuatan dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh ventrikel kiri. Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darh yang langsung mengalir ke paru-paru dan aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah kaya oksigen dibandingkan dengan darah pulmonal yang relative kekurangan oksigen. Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung oksigen dari ventrikel kanan ke paru-paru. Cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkisl, sampai ke alveoli halus. Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli (gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding kapiler. Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorok yang ke luar melalui tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri (darah mengandung oksigen), sisia dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda. Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Kapasitas total, yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalamdalamnya. 2. Kapasitas vital, yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal. Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak 5 liter. Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara. Pada waktu kiuta bernapas biasa, udara yang amsuk ke dalam paru-paru 2.600 cm. jumlah pernapasan dalam keadaan normal orang dewasa 16-18 kali/menit, anak-anak 24 kali/menit dan bayi 30 kali/menit. Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bias bertambah cepat dan sebaliknya. Beberapa hal yang berhubungan dengan pernapasan:

Batuk, menghembuskan napas dengan tiba-tiba yang kekuatannya luar biasa, akibat dari salah satu rangsangan baik yang berasal dari luar maupun dari dalam. Misalnya dari luar bahan-bahan kimia yang merangsang selaput lender di jalan napas.

Bersin, pengeluaran napas dengan tiba-tiba akibat dari rangsangan selaput lender hidung, dalam hal ini udara keluar dari hidung dan mulut.

3.3. Proses Terjadinya Pernapasan Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti berarti melakukan insoirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan t erus-menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga di bawah pengaruh korteks serebri. Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah mendaapt ransangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar. Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor ;agi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Pernapasan dada. Pada waktu bernapas, rangka dada terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orangorang ,uda dan pada perempuan. Pernapasan perut. Jika pada waktu bernapas diafragma turun-naik, maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, akrena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur mengendap di dalamnya dan ditemukan pada pria.

10

3.4. Fisiologi Pernapasan Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalua tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapa, ketelmuap, dan lain-lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan, dan kaki.

3.5. Ventilasi Pada inspirasi otot diafragma berkontraksi dan kubah diafragma turun; pada saat bersamaan muskulus intercostalis eksterna berkontriksi dan menarik dada agak keluar. Oleh kerja ini, ruang di dalam dada membesar , tekanan di dalam alveolus menurun, dan udara memasuki paru-paru. Pada ekspirasi otot diafragma dan musculus intercostalis eksterna berelaksasi. Diafragma naik, dinding dada masuk ke dalam, dan ruang di dalam dada mengecil. Respirasi tenang yang normal terjadi sekitar enam belas kali per menit. Ekspirasi diikuti oleh henti sejenak. Kedalaman dan frekuensi gerakan respirasi terutama dikendalikan secara biokimia, tetapi control ini dapat dimodivikasi oleh kerja volunteer saat bicara, menyanyi dan bersiul, dan seseorang dapat menahan napas selama sekitar satu menit. Dalam respirasi dalam dan kuat, otot lain ikut bekerja terutama stemomastoideus, sealenus anterior, pectoralis major, dan serratus anterior. Volume paru Tidak semua udara inspirasi mencapai paru dan tidak semua udara di dalam alveolus dikeluarkan saat ekspirasi. Volume tidal adalah volume udara inspirasi dan ekspirasi saat bernapas tenang. Saat istirahat jumlah ini sekitar 400 ml. dari jumlah ini:

11

a) Sekitar 150 ml mengisi ruang rugi di dalam saluran hidung, trakea, bronkus, dan bronkiolus, dan tidak memasuki alveolus. b) Sekitar 200 ml memasuki alveolus, tempat udara bercampur dengan 3000 ml udara ya ng tetap berada di dalamnya setelah respirasi tenang. Sekitar separuh dari 3000 ml ini dapat dikeluarkan oleh upaya volunteer setelah respirasi tenang normal selesai dilakukan. Volume residual (sekitar 1500 ml) adalah jumlah udara yang tidak dapat dikeluarkan saat ekspirasi kuat dan tetap berada di dalam alveolus. Kepastian vital adalah jumlah udara (sekitar 4500 ml) yang dapat dikeluarkan oleh usaha volunteer setelah inspirasi dalam. Semua bagian paru tidak mengalami ventilasi yang sama. Pada posisi berdiri, ventilasi lebih besar pada basis daripada apeks. Ketidaksamaan region ini disebabkan oleh gaya gravitasi. Kapiler pada dasar paru-paru menerima lebih banyak aliran darah disbanding dari bagian apeks karena tekanan yang diperluksn untuk memompa darah ke atas. Selain ketidaksamaan ven tilasi region ini, juga terdapat ketidakmerataan ventilasi diantara alveoli, sehingga memungkinkan udara untuk mendistribusikan lebih merata di antara alveoli. Mekanisme Ventilasi Selama inspirasi udara mengalir dari lingkungan sekitar ke dalam trakea , yang berlawanan. Varians Tekanan Udara. Udara mengalir dari region yang tekanannya tinggi ke region yang tekanannya rendah. Selama inspirasi, gerakan diafragma dan otot-otot pernapasan lain membesar rongga toraks dan dengan demikian menurunkan tekanan di dalam toraks sampai tingkat dibawah tekanan atmosfir. Karenannya, udara tertarik melalui trakea dan bronkus malalui alveoli. Selama ekspirasi normal, diafragma rileks, dan paru-paru mengempis mengakibatkan penurunan ukuran rongga toraks. Resistensi Jalan Udara. Resistensi ditentukan oleh diameter atau ukuran saluran udara tempat udara mengalir. Karenanya setiap proses yang mengubah diameter atua kelebaran bronchial akan mempengaruhu resistensi jalan udara dan mengubah aliran udara sampai gradient tekanan tertentu selama respirasi. Factor umum yang mempengaruhi
12

bronkus,

bronkiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, alveolar menjalani rute yang sama dengan arah

diameter bronchial termasuk kontraksi otot bronchial, sepert pada asma; penebalan mukosa bronkus, seperti pada bronchitis kronis; atau obstruksi jalan udara akibat lender, tumor atau benda asing. Kompliens. Gradient tekanan udara antara rongga toraks dan atmosfir menyebabkan udara untuk mengalir masuk dan keluar paru-paru. Ukuran elastisitas, ekspansibilitas, dan distenbilitas disebut dengan kompliens, factor yang menentukan kompliens adalah tahanan permukaan alveoli (normalnya r endah dengan adana surfaktan) dan jaringan ikat, (mis, kolage n dan elastin) paru-paru. Kompliens ditentukan dengan memeriksa hubungan volume-tekanan dalam paruparu dan toraks. Dalam komplie ns normal, (1,0 L/cm H2O), paru-paru dan toraks dapat meregang dan membesar dengan mudah ketika diberi tekanan. Pengukuran kompliens adalah salah satu metoda untuk mengkaji kemajuan dan perbaikan dalam ARDS. Paru-paru dengan penurunan kompliens membutuhkan penggunaan energi lebih banyak dari normal untuk mencapai tingkat ventilasi normal. Kompliens biasa diukur dengan kondisi statik. Fungsi Paru, yang mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan kapasitas paru. Volum\e paru dibagi menjadi volume tidal, volume cadangan ekspirasi, dan volume residual. Kapasitas paru dievaluasi dalam hal yang disebut kapasitas vital, kapasitas inspirasi, kapasitas residual fungsional, dan kapasitas paru total. 3.6. Difusi dan Perfusi Difusi Adalah Proses dimana terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada tempat pertemuan udara-darah. Membran alveolar kapilar merupakan tempat yang ideal untuk difusi karena membra ini mempunyai permukaan yang luas dan tipis.pada orang dewasa normal, oksigen dan karbon dioksida mengalir menembus membran alveolarkapilertanpa mengalami kesulitan. Perpusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal.darah di pompakan ke dalam paru-paru oleh ventrikel kanan melalui ventrikel kanan melalui arteri vulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi cabang kanan dan kiri utuk mensuplai kedua paru. Normalnya sekitar 2% darah dipompa oleh ventrikel kanan tidak berpefusi melalui kapiler pulmonal. Darah terpirau ini mengalir ke dalam jantung kiri tanpa iut serta dalam pertukaran gas alveolar.

13

Sirkulasi pulmonal dianggap system tekanan rendah Karena tekanan darah sistolik dalam arteri pulmonalis adalah 20smapai 30 mm Hg dan tekanan diastolic adalahg 5 sampai 15 mm Hg, karena tekana yang rendah ini vaskulator vulmonal normalnya dapat meragamkan kapasitasnya untuk mengakomodasi aliran darah yang diterimanya. Namun demikian ketika seseorang dalam posisi tegak, tekanan arteri pulmonal tidak cukup besar untuk mensuplai darah k eke bagian apeks paru terhadap kekuatan gaya gravitasi. Dengan demikian ketika individu dalam posisi tegak, paru dapat dianggap menjadi tiga bagian; bagian atas dengan mensuplay darah dengan buruk, bagian bawah dengan mensuplai bagian maksimal dan bagian antara keduannya dengan mensuplay darah sedang. Ketika seseorang berbaring dan miring ke salah satu sisi lebih banyak darah yang melewati paru terendah. Pervusi juga dipengaruhi oleh tekanan alveolar, kapiler vulmonal menumpuk diantara pembatasan alveoli. Jika tekanan alveolar cukup tinggi, kapiler akan mengencet. Tergantung pada besanya tekanan, beberapa kapiler dapat benar-benar kolaps, sementara yang lainnya akan menyempit. Tekanan arteri pulmonal, tekanan alveolar dan gravitasi menentukan pola perfusi. Pada penyakit paru factor ini beragam dan perfusi paru dapat menjadi sangat abnormal. Keseimbangan dan ketidak seimbangan ventilasi dan perfusi Ventilasi adalah aliran gas masuk dan keluar paru-paru, dan perfusi adalah pengisian kapiler pulmonary dengan darah. Pertukaran darah yang adekuat tergantung pada rasio ventilasi-perfusi yang adekuat. Pada area paru yang berbeda rasio ini dapat beragam. Perubahan dalam perfusi dapat terjadi dengan perubahan tekanan arteri,tekanan alveolar dan gaya gravitasi perubahan dalam ventilasi dapat terjadi dengan sumbatan jalannya udara perubahan ketampat kompliens paru dan gaya gravitasi. Ketidak seimbangan ventilasi-perfusi (P-Q) Terjadi jika terdapat ketidak cukupan ventilasi atau perfusi, atau keduanya.terdapat empat kemungkinan keadaan ventilasi-perfusi rendah (pirau) rasio ventilasi perfusi cukup tinggi (ruang rugi) dan ventilasi perfusi rendah (unit silent). Penting artinya untuk mengerti keempat kemungkinan pasangan ventilasi-perfusi

14

Normal: sesuai dengan perfusi. Pada paru yang sehat sejumlah darah tertentu melewati alveolus dan bertemu dengan gas dengan jumlah yang sama. Rasionya adalah 1:1

Rasio ventilasi perfusi rendah: gangguan yang mengakibatkan pirau. Ketika perfusi melebihi ventilasi, terjadi pemirauan. Darah melewati aveoli tanpa pertukaran gas. Hal ini yerjadi bersamaan dengan obstruksi jalan udara distal, seperti pada pneumonia, atelektasis, tumor, plug mokus.

Rasio ventilasi perfusi tinggi: gangguan yang menimbulkan ruang rugi. Ketika ventilasi melebihi perfusi terjadi ruang rugi. Alveoli tidak memeliki suplai darah yang mencukupi untuk memungkinkan terjadi pertukaran gas. Keadaan ini terlihat pada berbagai kelainan termasuk emboli pulmonal, infarks pulmonal, dan syok kardiogenik.

Unit silent: tidak terdapatnya ventilasi dan perfusi.ketika terdapat ventilasi dan perfusi yang terbatas, terjadi unit silent. Kondisi ini tampak pada pneumotoraks dan ARDs berat.

Ketidak seimbangan ventilasi dan perfusi menyebabkan pemirauan darah, yang mengakibatkan hipoksia.

15

BAB IV MASKER OKSIGEN 4.1. Gambaran Umum Masker oksigen merupakan peralatan yang digunakan untuk memberikan oksigen, kelembapan, atau kelembapan yang dipanaskan. Masker tersebut dirancang supaya dapat benar-benar pas terpasang menutupi mulut dan hidung dan difiksasi denagn menggunakan tali pengikat. Ada dua jenis utama masker oksigen: konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah. Masker wajah yang sederhana digunakan untuk terapi oksigen jangka pendek. Masker ini dipasanglonggar dan memberikan konsentrasi oksigen dari 30-60%. Masker ini kontraindikasi bagi klien yang mengalami retensi karbondioksida karena akan meperburuk retensi. Masker wajah plastik yang berkantung reservoar dan masker venturi (tidak berkantung) mampu memberi konsentrasi oksigen yang lebih tinggi. Apabila digunakan sebagai masker wajah pada klien yang tidak mampubernapas kembali, masker wajah plastik yang berkantung reservoar dapat menghantarkan oksigen 70-90% dengan kecepatan aliran 10 liter/menit.

16

Perawat harus sering menginspeksi kantung untuk memastikan kantung tersebut mengembang. Apabila kantung mengempes, maka klien akan menghirup sejumlah besar karbon dioksida. Masker venturi dapat digunakan untuk menghantarkan konsentrasi oksigen 24-28%, 30%, 35%, 40%, 45%, 55% dengan kecepatan aliran oksigen 2,3,4,6,8,14 liter/menit secara berurutan, bergantung pada pemilihan alat pengendali aliran. 4.2. Pemasangan Masker Oksigen Alat dan Bahan : Masker Slang Oksigen Humidifier Mangkok Air biasa Tabung oksigen Flowmeter Tanda Dilarang merokok Bengkok Tisu

Prosedur : Lakukan pengesetan alat : memasang flowmeter pada sumber oksigen, mengisi humidifier dengan aquades hingga batas yang ditentukan, memasang slang. Cuci tangan. Hubungkan slang oksigen dengan masker.

17

Alirkan oksigen hingga kecepatan yang diresepkan. Cek adanya kebocoran sistem dan pastikan sistem tidak tersumbat. Pasang masker dan atur pengikat untuk kenyamanan klien. Periksa masker oksigen tiap 8 jam.

18

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, John.2002.Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat.Jakarta:EGC Perace,Evelyn.2002. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Paramedis.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama Scanlon, C Valerie dan Tina Sanders.2006.Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi.Jakarta:EGC Syaifuddin.2006.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta:EGC Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan. Jakarta: EGC Potter, Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta: EGC

19

You might also like