You are on page 1of 18

TUGAS GEOLOGI REKAYASA

ABRASI
Disusun Oleh:

NAMA NPM

: RIENDY NOVIANTO : 10100073

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH.

BENGKULU
2010/2011

BAB I ABRASI

PENDAHULUAN Kerusakan lingkungan akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Contoh yang sering kita jumpai belakangan ini adalah masalah abrasi pantai. Abrasi pantai ini terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia.Masalah ini harus segera diatasi karena dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Abrasi pantai tidak hanya membuat garis-garis pantai menjadi semakin menyempit, tapi bila dibiarkan begitu saja akibatnya bisa menjadi lebih berbahaya. Seperti kita ketahui, negara kita Indonesia sangat terkenal dengan keindahan pantainya. Setiap tahun banyak wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia untuk menikmati panorama pantainya yang sangat indah. Apabila pantai sudah mengalami abrasi, maka tidak akan ada lagi wisatawan yang datang untuk mengunjunginya. Hal ini tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia karena secara otomatis devisa negara dari sektor pariwisata akan mengalami penurunan. Selain itu, sarana pariwisata seperti hotel, restoran, dan juga kafe-kafe yang terdapat di areal pantai juga akan mengalami kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit. Demikian juga dengan pemukiman penduduk yang berada di areal pantai tersebut. Banyak penduduk yang akan kehilangan tempat tinggalnya akibat rumah mereka terkena dampak dari abrasi. Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dampak dari abrasi sangat berbahaya. Untuk itu kami akan mencoba menjelaskan lebih lanjut mengenai apa itu abrasi, penyebab abrasi, dan bagaimana solusi untuk menanggulanginya. Kami harap apa yang akan kami sampaikan ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai abrasi dan menambah rasa kepedulian masyarakat pada lingkungannya.

PENGERTIAN ABRASI Menurut Para ahli : a. Menurut (Donahue ,1983) Abrasi merupakan perusakan atau pengikisan pantai oleh pukulan gelombang laut yang terus menerus terhadap dinding pantai b. Menurut (Kodoatie dan Sjarief ,2010) Abrasi adalah suatu proses perubahan bentuk pantai yang disebabkan oleh gelombang laut, arus laut, dan pasang surut air laut c. Menurut Sunarto, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak, abrasi sebenarnya merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Pengikisan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air laut bisa disebabkan mencairnya es di daerah censor akibat pemanasan global. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan hutan bakau atau mangrove.

Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya daerah pantai akibat gelombang air laut/ombak yang terus menerus mengenai daerah pantai. Gelombang ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub akibat pemanasan global yang terjadi pada dunia sekarang ini. Gambar. Abrasi Pesisir Kabupaten Mukomuko,Bengkulu)

Sumber: Harian Rakyat Bengkulu

Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui semakin banyaknya rumah kaca dan karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap dari pabrik-pabrik dan kenalpot kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan pencemaran lingkungan.

Gambar: Jalan Rusak akibat Abrasi

Sumber : Harian Rakyat Bnegkulu

Bukan Cuma karna pemanasan global yang menyebabkan abrasi, abrasi juga disebabkan oleh semakin gundulnya hutan bakau akibat tangan manusia yang tidak bertanggung jawab yang seenaknya menebang pohon bakau yang dapat mengatasi atau menahan gelombang air laut langsung kepantai sehingga terjadinya pengikisan oleh air laut bisa diatasi, tapi karena hutan bakaunya juga sudah tidak ada maka air laut pun sangat mudah menembus daerah pantai dan mengikisnya. Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Contoh seperti yang terjadi di daerah pesisir pantai wilayah kabupaten Indramayu. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10 meter pertahun dan sekarang dari

panjang pantai 114 kilometer telah tergerus 50 kilometer. Dari 10 kecamatan yang memiliki kawasan pantai, hanya satu wilayah kecamatan yakni kecamatan Centigi yang hampir tidak memiliki persoalan abrasi. Hal ini karena di wilayah kecamatan Centigi kawasan hutan mangrove yang ada masih mampu melindungi kawasan pantai dari abrasi. Tingkat abrasi yang cukup tinggi juga terjadi di kecamatan Pedes dan Cibuaya Kabupaten Karawang. Meskipun abrasi pantai dinilai belum pada kondisi yang membahayakan keselamatan warga setempat, namun bila hal itu dibiarkan berlangsung, dikhawatirkan dapat menghambat pengembangan potensi kelautan di kabupaten Karawang secara keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya. Abrasi yang terjadi di kabupaten Indramayu dan kabupaten Karawang merupakan contoh kasus abrasi yang terjadi di Indonesia. Selain di kedua tempat tadi, masih banyak daerah lain yang juga mengalami abrasi dengan tingkat yang tergolong parah. Apabila hal ini tidak ditindaklanjuti secara serius, maka dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama beberapa pulau yang permukaannya rendah akan tenggelam. Selain abrasi, masalah yang terjadi di daerah pesisir pantai adalah masalah pencemaran lingkungan pantai. Beberapa pantai mengalami pencemaran yang cukup parah seperti kasus yang terjadi di daerah Balikpapan, dimana pada tahun 2004 tercemar oleh limbah minyak. Tumpukan kerak minyak atau sludge berwarna hitam yang mirip dengan gumpalan aspal tersebut beratnya diperkirakan mencapai 300 ton. Contoh lain adalah kasus yang terjadi di sekitar teluk Jakarta. Berbagai jenis limbah dan ribuan ton sampah yang mengalir melalui 13 kali di Jakarta berdampak pada kerusakan Pantai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Pada tahun 2006, kerusakan terumbu karang dan ekosistem taman nasional itu diperkirakan mencapai 75 kilometer. Tahun lalu saja telah terjadi kerusakan serius sepanjang 40 kilometer. Kali Ciliwung, Banjir Kanal Barat (BKB), Kali Sunter, dan Kali Pesanggrahan merupakan penyumbang pencemaran terbesar ke Teluk Jakarta. Setiap hari Kali Ciliwung, BKB, dan Kali Sunter mengalirkan sampah yang berton-ton banyaknya.

Sampah berbagai jenis itu mengalir ke Teluk Jakarta, dan sampai ke Pantai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kondisi ini memerlukan penanganan segera. Terkait dengan itu, pencemaran teluk Jakarta harus segera diatasi, terutama dengan melakukan pengurangan limbah sampah di sungai. Pencemaran yang terjadi di pesisir pantai merupakan sesuatu yang sangat merugikan bagi manusia. Selain itu, sebagian besar objek wisata di Indonesia merupakan wisata pantai. Keindahan panorama pantai membuat wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia. Hal ini seharusnya membuat pemerintah lebih mempedulikan kebersihan dan keasrian pantai, karena apabila keadaan pantai tidak bersih dan dipenuhi sampah, wisatawan tidak akan mau lagi mengunjungi pantai di Indonesia yang akibatnya dapat mengurangi devisa negara. Rusaknya lingkungan pantai juga dapat merusak ekosistem yang ada disana. Biota yang hidup di daerah pantai seperti terumbu karang dan ikan-ikan kecil akan mati bila tingkat pencemarannya tinggi. Untuk itu diperlukan upaya dari pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga keindahan dan keasrian pantai.

Gambar :

Kerusakan ekosistem pesisir berpengaruh terhadap abrasi

Gambar :

Pengikisan Tebing akibat hantaman gelombang terus menerus

BAB II PENYEBAB DAN PENANGGULANGAN ABRASI

PENYEBAB Ditinjau dari berbagai macam peruntukan, wilayah pesisir dan lautan merupakan wilayah yang sangat produktif, seperti untuk estuaria, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Tingginya produktivitas primer di wilayah pesisir memungkinkan tingginya produktivitas sekunder seperti ikan dan hewan-hewan laut lainnya, sehingga wilayah ini mampu menyumbangkan devisa yang tidak sedikit kepada negara. Di balik potensi tersebut, secara realistis pembangunan juga dikembangkan di wilayah pesisir, sehingga di samping dampak positif dari pembangunan itu sendiri, juga sering menimbulkan dampak negatif terhadap potensi sumber daya di sekitarnya (Supriharyono, 2000).

Menurut (Gilman et el, 2006) Abrasi adalah peristiwa pengikisan lapisan permukaan bumi/daratan pantai oleh air dan angin. Factor penyebabnya antara lain iklim, topografi pantai, sifat sedimen atau pasir pantai dan kondisi vegetasi, sebagaian besar kerusakan pantai terjadi karena vvegetasi pantai tidak berfungsi untuk mencegah terjadinya pengikisan pantai atau abrasi. Menurut (Wibisono, 2005) ada bebrapa factor yang memicu terjadinya abrasi adalah karena efek dari refraksi gelombang. Factor lain diantaranya : a. Eksploitasi alam berupa penambangan pasir disepanjang pesisir pantai secara serampangan b. Rusaknya ekosistem hutan mangrove dipesisir pantai c. Pembuangan sampah dan limbah ke daerah bantaran sungai dan esisir pantai

d. Pembuatan tambak tambak yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku e. Factor lam seperti, karakteristik ombak, vegetasi penutup lahan disekitar pantai, angin, curah hujan dan lain sebagainya.

Gambar :

Rusaknya ekosistem hutan mangrove dipesisir pantai

Sumber : http://wikipedia.com

Menurut (Kodoatie dan Sjarief, 2010) ada dua factor yang menjadi penyebab abrasi diantaranya factor alam dan factor manusia. Faktor alam disebabkan oleh angin yang bertiup diatas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut yang mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari daratan Faktor Manusia misalnya penambangan pasir, kegiatan reklamasi. Penambangan pasir sangat berperan bayak terhadap abrasi pantai, baik didaerah tempat penambangan pasir maupun di daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut akan berpengaruh terhadap kecepatan dan arah arus laut yang menghantam pantai. Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah censor bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui,pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di censor juga akan meningkat dan membuat es di censor mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia akan mengalami

peningkatan dan akan menggerus daerah yang permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan pencemaran lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Seperti yang terjadi di daerah pesisir pantai wilayah kabupaten Indramayu. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10 meter pertahun dan sekarang dari panjang pantai 114 kilometer telah tergerus 50 kilometer. Dari 10 kecamatan yang memiliki kawasan pantai, hanya satu wilayah kecamatan yakni kecamatan Centigi yang hampir tidak memiliki persoalan abrasi. Hal ini karena di wilayah kecamatan Centigi kawasan hutan mangrove yang ada masih mampu melindungi kawasan pantai dari abrasi Tingkat abrasi yang cukup tinggi juga terjadi di kecamatan Pedes dan Cibuaya Kabupaten Karawang. Meskipun abrasi pantai dinilai belum pada kondisi yang membahayakan keselamatan warga setempat, namun bila hal itu dibiarkan berlangsung, dikhawatirkan dapat menghambat pengembangan potensi kelautan di kabupaten Karawang secara keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya. Abrasi yang terjadi di kabupaten Indramayu dan kabupaten Karawang merupakan contoh kasus abrasi yang terjadi di Indonesia. Selain di kedua tempat tadi, masih banyak daerah lain yang juga mengalami abrasi dengan tingkat yang tergolong parah. Apabila hal ini tidak ditindaklanjuti secara serius, maka dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama beberapa pulau yang permukaannya rendah akan tenggelam.Selain abrasi, masalah yang terjadi di daerah pesisir pantai adalah masalah pencemaran lingkungan pantai. Beberapa pantai mengalami pencemaran yang cukup parah seperti kasus yang terjadi di daerah Balikpapan, dimana pada tahun 2004 tercemar oleh limbah minyak. Tumpukan kerak minyak atau sludge berwarna hitam yang mirip dengan gumpalan aspal tersebut beratnya diperkirakan mencapai 300 ton. Contoh lain adalah kasus yang terjadi di sekitar teluk Jakarta. Berbagai jenis limbah dan ribuan ton sampah yang mengalir melalui 13 kali di Jakarta berdampak pada kerusakan Pantai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Pada tahun 2006,

kerusakan terumbu karang dan ekosistem taman nasional itu diperkirakan mencapai 75 kilometer. Tahun lalu saja telah terjadi kerusakan serius sepanjang 40 kilometer. Kali Ciliwung, Banjir Kanal Barat (BKB), Kali Sunter, dan Kali Pesanggrahan merupakan penyumbang pencemaran terbesar ke Teluk Jakarta. Setiap hari Kali Ciliwung, BKB, dan Kali Sunter mengalirkan sampah yang berton-ton banyaknya. Sampah berbagai jenis itu mengalir ke Teluk Jakarta, dan sampai ke Pantai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kondisi ini memerlukan penanganan segera. Terkait dengan itu, pencemaran teluk Jakarta harus segera diatasi, terutama dengan melakukan pengurangan limbah sampah di sungai. Pencemaran yang terjadi di pesisir pantai merupakan sesuatu yang sangat merugikan bagi manusia. Selain itu, sebagian besar objek wisata di Indonesia merupakan wisata pantai. Keindahan panorama pantai membuat wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia. Hal ini seharusnya membuat pemerintah lebih mempedulikan kebersihan dan keasrian pantai, karena apabila keadaan pantai tidak bersih dan dipenuhi sampah, wisatawan tidak akan mau lagi mengunjungi pantai di Indonesia yang akibatnya dapat mengurangi devisa negara. Rusaknya lingkungan pantai juga dapat merusak ekosistem yang ada disana. Biota yang hidup di daerah pantai seperti terumbu karang dan ikan-ikan kecil akan mati bila tingkat pencemarannya tinggi. Untuk itu diperlukan upaya dari pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga keindahan dan keasrian pantai. DAMPAK AKIBAT ABRASI Menurut (Dahuri, 2008) kerusakan perairan sebenarnya tidak dapat dihindari di setiap wilayah pesisir Negara manapun. Salah satunya adalah kerusakan akibat abrasi. Abrasi menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi siapapun, dampak negative yang diakibatkan oleh abrasi antara lain : a. Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai. b. Kerusakan hutan bakau disepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang begitu besar

c. Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau. d. Dampak dampak negative pada awalnya muncul karena tidak seimbangnya ekosistem yang ada dipesisir USAHA PENANGGULANGAN ABRASI Menurut (Rais, 1994) pengaruh abrasi perlu diperkecil secara sederhana, diantaranya : a. Penanaman kembali hutan bakau. Yaitu melalui rehabilitasi lingkungan pesisir yang hutan bakaunya sudah punah baik akibat dari abrasi itu sendiri maupun dari pembukaan lahan tambak

Gambar :

Penanaman Mangrove (Vegetasi pencegah abrasi)

b. Pelarangan penggalian pasir pantai. Perlu peraturan baik tingkat pemerintah daerah maupun pusat yang mengatur pelarangan penambangan pasir pantai sevara besar besaran yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan c. Pembuatan pemecah gelombang. Pemecah gelombang perlu dibuat di pesisir pesisir karena dapat mengurangi kekuatan gelombang yang menerjang pantai

Gambar :

Pemecah Gelombang

d. Pelestarian terumbu karang. Terumbu karang juga berfungsi mengurangi kekuatan gelombang yang sampai ke pantai, oleh karena itu perlu pelestarian terumbu karang dengan membuat peraturan untuk melindungi habitatnya Menurut (Kodoatie dan Sjarief, 2010) ada banyak hal yang dapat dilakukan dalam penanggulangan abrasi diantaranya : a. Revetment. Revetment adalah strutur pelindung pantai yang dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring. Strukturnya biasa terdiri beton, timbunan batu, karung pasir, dan beronjong (gabion). Karena permukaannya terdiri dari timbunan batu/blok beton dengan rongga rongga diantaranya, maka revetment lebih efektif untuk meredam energy gelombang. Gambar : Revetment

b. SeaWall. Seawall hamper serupa dengan revetment, yaitu dibuat sejajar pantai tapi seawall memiliki dinding relative tegak atau lengkung. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energy gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.

Gambar : Seawall

c. Groin (Groyne). Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relative tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa beton), dan batu. Gambar : Groyne

d. Pemecah Gelombang sejajar pantai. Pemecah gelombang sejajar pantai ini dibuat terpisah kearah lepas pantai, tetapi masih didalam zona gelombang pecah (breaking zone). Bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energy gelombang sehingga gelombang dan arus dibelakangnya dapat dikurangi. Pantai dibelakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sedimen. Gambar : Breaking Zone

e. Stabilitasi Pantai. Stabilitasi pantai dilakukan dengan membuat bangunan pengarah sedimen seperti tanjung buatan, pemecah gelombang sejajar pantai, dan karang buatan yang dikombinasikan dengan pengisian pasir. Metode ini dilakukan apabila suatu pantai terdapat deficit sedimen yang sangat besar sehingga dipandang perlu untuk mengembalikan kawasan pantai yang hilang akibat abrasi

Menurut (Soemaryo, 2004) penanggulangan abrasi pesisir pantai dapat melakukan hal hal berikut : 1. Memprioritaskan pembangunan konstruksi pengaman pantai untuk : a.Menanggulangi kerusakan di daerah padat penduduk guna mencegah, mengurangi korban jiwa b. Menanggulangi kerusakan yang mengancam pemukiman dan fasilitas umum c. Mencegah kerugian material lain seperti kerusakan areal pertanian, tambak, hutan mangrove dan perkebunan 2. Menyusun dan menerapkan program pemeliharaan yang berkelanjutan(pemantauan, evaluasi, perbaikan, rehabilitasi) 3. Mendukung upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kelestarian ekosistem pantai 4. Menggunakan atau memanfaatkan bahan atau material ramah lingkungan 5. Meningkatkan anggaran di bidang Pengamanan Pantai 6. Dalam desain mencantumkan komponen peningkatan kenaikan muka air laut sebesar 0,5 m (contoh : penanganan reklamasi Pulau Nipah)

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Abrasi dan pencemaran pantai merupakan masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat. Dari penjelasan kami di atas kami dapat menyimpulkan beberapa hal. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Abrasi diakibatkan oleh maiknya permukaan air laut karena mencairnya lapisan es yang ada di daerah kutub bumi. Es tersebut mencair akibat terjadinya pemanasan global. 2. Masalah abrasi maupun pencemaran lingkungan ini sangat sulit untuk diatasi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya. Masih banyak orang yang membuang sampah pada sembarang tempat yang nantinya dapat mencemari lingkungan. 3. Dampak yang diakibatkanoleh abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak diatasi lama kelamaan daerahdaerah yang permukaannya rendah akan tenggelam. 4. Dampak dari abrasi dapat dikurangi dengan membangun alat pemecah ombak dan juga menanam pohon bakau di pinggir pantai. Alat pemecah ombak dapat menahan laju ombak dan memecahkan gelombang air sehingga kekuatan ombak saat mencapai bibir pantai akan berkurang. Demikian juga dengan pohon bakau yang ditanam di pinggiran pantai. Akar-akarnya yang kokoh dapat menahan kekuatan ombak agar tidak mengikis pantai.

Dari kesimpulan tersebut dapat kita lihat penyebab abraasi dan juga beberapa cara untuk mengatasinya. Kita juga dapat mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan apabila hal ini tidak segera diatasi. Menurut kami permasalahan ini harus diselesaikan bukian hanya oleh pemerintah, tapi juga memerlukan partisipasi dari masyarakat.

Selain kesimpulan tadi, saya juga memiliki beberapa saran yang akan kami sampaikan. Adapun saran-saran yang akan kami sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Masyarakat harus mengambil peran dalam mengatasi masalah abrasi dan pencemaran pantai, karena usaha dari pemerintah saja tidak cukup berarti tanpa bantuan dari masyarakat. 2. Pemerintah harus memberikan hukuman yang tagas bagi setiap orang yang merusak lingkungan. 3. Pembangunan alat pemecah ombak dan penanaman pohon bakau harus segera dilakukan agar abrasi yang terjadi di beberapa daerah tidak bertambah parah. 4. Bagi para pemilik pabrik maupun usaha apapun yang ada di sekitar pantai agar tidak membuang limbah atau sampah ke laut. Mereka harus menyediakan sarana kebersihan agar limbah atau sampah yang mereka hasilkan tidak mencemari pantai. Demikianlah saran-saran yang dapat kami sampaikan,semoga apa yang telah kami sampaikan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat agar mau menjaga keasrian dan kebersiha lingkungan. Semua orang harus ikut berperan serta dalam menanggulangi masalah yang sangat berbahaya yang bernama ABRASI.

Penulis

Riendy Novianto
NPM : 10100073

You might also like