You are on page 1of 6

METODE PENGUMPULAN DATA

1. Metode Survei sbg metode pengumpulan data primer


Data sangat dibutuhkan untuk melakukan suatu analisis. Sumber data didapat dari instansi lain (dengan wawancara/survey) maupun dari penyebaran kuesioner kepada sekelompok masyarakat untuk mendapatkan data eksternal dan bersifat data primer. Cara ini dilakukan dengan mengikuti kaidah statistika.

Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakapcakap secara tatap muka.

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998)

Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara : a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan. b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu. c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.

Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu : a. Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik. b. Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai. c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat. d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviwer.

2. Pengamatan (Observation) Pengumpulan Data Primer :


Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung obyek (elemen) yang diteliti tanpa mengajukan pertanyaan. Keuntungan Pengamatan (observasi) : 1) dapat dicatat hal-hal perilaku, pertumbuhan, respons terhadap suatu perlakuan tertentu. 2) dapat memperoleh data dari obyek yang diteliti tanpa melakukan komunikasi verbal. Kelemahan Pengamatan (Observasi) : 1) kadangkala memerlukan waktu menunggu yang lama. 2) pengamatan terhadap suatu fenomena yang lama tidak dapat dilakukan secara langsung. 3) ada kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diperoleh datanya melalui pengamatan karena dianggap tabu, sangat rahasia dan sebagainya. Jenis Observasi : 1. Berdasarkan pengumpulan data : a. Observasi Partisipan (participant 0bservation) : peneliti terlibat langsung dalam aktivitas (orang) yang diamati. b. Observasi Non partisipan (non participant observation) : peneliti tidak terlibat dalam aktivitas orang-orang yang sedang diamati dan hanya sebagai pengamat independen. 2. Berdasarkan instrumen yang digunakan : a. Observasi Terstruktur : observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang apa yang diamati dan dimana tempatnya. b. Observasi Tidak Terstruktur; observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.

Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena : a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi. b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari. d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara. e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

3. * Contoh Penerapan Metode Survei sebagai metode pengumpulan data primer Survey dan pengumpulan data primer dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah survey opini lembaga yang terkait dengan Badan Koordinasi Pemanfaatan Ruang Daerah (BKPRD). Tujuan dari metode survey ini pada dasarnya meliputi :

a. Menjaring, memonitor, mengetahui, dan mengungkapkan gambaran tentang sikap dan aspirasi lembaga atau publik terhadap perkembangan permasalahan dan isu-isu organisasi yang berkaitan dengan masalah penataan ruang di daerah. b. Menyalurkan atau pun memilah persepsi, sikap dan harapan responden tentang suatu isu baik mengenai kelembagaan maupun masalah penataan ruang. c. Menyebarkan informasi tentang sikap dan aspirasi lembaga atau publik tentang isu-isu permasalahan tata ruang dan kelembagaan ke berbagai kalangan masyarakat yang dipandang memiliki peran dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata ruang. Model survey yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan adalah wawancara secara langsung atau dengan kata lain face to face interview. Strategi Survey Dalam proses identifikasi potensi dan permasalahan penyelenggaraan penataan ruang, kinerja serta operasionalisasi BKPRD di masing-masing propinsi di seluruh wilayah timur diperlukan strategi tersendiri dalam melaksanakan survey tersebut. Hal ini mengingat luasnya wilayah studi, keragaman dinas dan instansi yang terkait dengan lembaga tata ruang di daerah serta muatan substansi questioner yang harus dapat mencakup semua materi operasionalisasi BKPRD itu sendiri, serta keterbatasan waktu pelaksanaan pekerjaan. Strategi survey tersebut meliputi : 1) Pembagian Lokasi dan Penjadwalan Pengumpulan Data Guna efektifitas waktu dan mengoptimalkan proses pencarian data dan informasi berkaitan dengan operasionalisasi BKPRD, maka strateginya adalah pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan cek list data dan questioner. Dengan langkah ini diharapkan wakil-wakil propinsi dapat membawakan data yang dibutuhkan pada waktu pertemuan yang akan diadakan di daerah 2) Penugasan Tenaga Ahli (Surveyor) dan Tim Supervisi Pusat Dalam kegiatan sosialisasi ini, tim konsultan akan didampingi Tim Supervisi Pusat Direktorat Tata Ruang Wilayah Timur Departemen Kimpraswil. Dinas-dinas dan instansi yang akan diundang dalam kegiatan ini merupakan obyek yang akan difasilitasi konsultan dalam proses Bantuan

Teknis Operasionalisasi BKPRD (sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah). 3) Bentuk-Bentuk Questioner dan Daftar Wawancara Bentuk questioner dan daftar wawancara yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja dinas/instansi terkait tata ruang dalam Tim BKPRD-nya yang meliputi isu dan permasalahan kelembagaan BKPRD, sikap dan aspirasi lembaga, serta karakteristik isu-isu permasalahan tata ruang pada masingmasing propinsi di wilayah timur. Metode Analisis Dalam kegiatan ini akan digunakan metode analisis yang dibagi dalam beberapa tahapan analisis yakni tahap pertama dengan melaksanakan fishbone analisis (analisa sirip ikan) untuk mengidentifikasi permasalahan yang menyangkut tata kerja operasional BKPRD. Fishbone analisis merupakan metode analisis yang dapat menentukan akar permasalahan terhadap kinerja suatu lembaga. Dalam kaitan dengan BKPRD ada beberapa variabel analisis yang akan dipergunakan untuk mewujudkan suatu tata laksana operasionalnya diantaranya : (1) Peralatan yang menyangkut perangkat lunak perundangan dibidang tata ruang seperti pola dasar pembangunan, rencana strategis, rencana operasional,RTRW, RDTR, RTBL, dan peta-peta zonasi, detail lingkungan dan tata bangunan, termasuk perangkat keras seperti kantor, komputer, kendaraan, dan lain lain. (2) Materi/Biaya yang menyangkut ketersediaan dan sumber anggaran yang disediakan untuk kegiatan BKPRD; ((3) Sumber Daya Manusia yang menyangkut ketersediaan tenaga yang memiliki kompetensi dibidang yang berkaitan dengan tata laksana BKPRD; (4) Manajemen yang meliputi organisasi,kepemimpinan dan tata laksana organisasi BKPRD; (5) Lingkungan dan Pemanfaatan Ruang yang meliputi pola pemanfaatan ruang yang tersedia dan kebutuhan yang diharapkan akan dipersiapkan; (6) Prosedur dan Perundangan yang menyangkut ketersediaan sistem operasional perundangan. dan prosedur kerja BKPRD termasuk ketersediaan peraturan

Tahap kedua adalah memformulasikan tata laksana BKPRD yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja lembaga dari sebelumnya. Metode yang dipergunakan adalah dengan metode pengumpulan pendapat, pemusatan kebutuhan dalam lokakarya. Sehingga dihasilkan suatu formulasi tata laksana operasional BKPRD yang diharapkan dapat dilaksanakan. Tahap ketiga adalah memformulasikan tata laksana operasional BKPRD dari hasil lokakarya. Tata laksana operasional inilah yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja BKPRD sesuai dengan harapan bersama. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Berdasarkan lingkup kegiatan dan sasaran serta tujuan yang akan dicapai, maka disusun suatu tahapan pelaksanaan pekerjaan mulai dari tahap persiapan, tahap pengumpulan data hingga tahap analisis serta perumusan pedoman

pelaksanaanBKPRD. Persiapan Kegiatan persiapan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan dimulai. Kegiatan persiapan ini terdiri dari beberapa bagian kegiatan, antara lain : penyusunan rencana kerja, konfirmasi dengan daerah mengenai status BKPRD propinsi, penyiapan bahan dan alat survey serta penyiapan metodologi pelaksanaan pekerjaan

You might also like