You are on page 1of 24

Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Eliminasi Fecal

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebutuhan dasar manusia

Dosen pembimbing:
Enok Nurliawati, M.Kep.

Disusun oleh kelompok I:


Agi Ginanjar Ahmad Zaynal Arifin Ai Risma Annisya Asep Ahmad Subur N. Marlia Ulfah Moch. Indra Fajar Mohammad Kemal O.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya Jl.Cilolohan No.36, tlp (0265)334740, Tasikmalaya 46115

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan seksual

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Tasikmalaya 06 November 2011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Tujuan............................................................................................. 1 BAB II ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI FECAL A. Konsep Teori................................................................................... 2 1. Definisi....................................................................................... 2 2. Anatomi saluran pencernaan...................................................... 2 3. Fisiologi defekasi....................................................................... 4 4. Susunan feses................. ........................................................... 5 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fecal.................... 5 6. Masalah Eliminasi Fecal............................................................ 6 B. Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................... 8 1. Pengkajian................................................................................... 8 2. Diagnosa..................................................................................... 12 3. Perencanaan............................................................................... 13 4. Implementasi............................................................................. 13 5. Evaluasi..................................................................................... 19 BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan...................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam kehidupan ini, seorang manusia tidak akan pernah bisa terlepas dari bernapas , bergerak, berkomunikasi, bersosialisasi sampai hal yang paling sering dianggap suatu hal yang biasa tapi sangat peting, yaitu proses eliminasi. Pentingya eliminasi bagi manusia adalah untuk mengluarkan sisa makanan dan minuman yang sudah melalui proses dalam tubuh dan tidak diserap oleh tubuh kita, yang mana apabila tidak diserap oleh tubuh, makanan atau minuman tersebut akan keluar dalam bentuk feses dan urine. Kesulitan atau gangguan dalam proses eliminasi ini akan menimbulkan penyakit bagi diri kita yang mana kalau kita tidak mengetahui gejala, cara pencegahan dan cara pengobatannya akan menimbulkan gangguan yang lebih serius pada proses eliminasi kita.

B. Tujuan 1. Mengetahui konsep eliminasi urine 2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dengan gangguan eliminasi fecal

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI FECAL


A. Pengertian 1. Definisi Eliminasi Fecal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses melalui anus. dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan

2. Anatomi Saluran Pencernaan Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat) didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon. Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari : a. Mulut Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam lambung. b. Esofagus Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk perlindungan. c. Lambung Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu gerakan

konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam. d. Usus kecil Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian : 1) Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung 2) Jejenum atau bagian tengah dan 3) Ileum. e. Usus besar (kolon) Kolon orang dewasa, panjangnya 125 150 cm atau 50 60 inch, terdir dari : 1) Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil 2) Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid. 3) Rektum, 10 15 cm / 4 6 inch.

Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat padat lunak. Fungsi utama usus besar (kolon) adalah : (a) Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien, elektrolit dan garam empedu (b) Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri

dan trauma asam yang dihasilkan feses. Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.

f. Anus / anal / orifisium eksternal Panjangnya 2,5 5 cm atau 1 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal (involunter) dan eksternal (volunter)

3. Fisiologi Defekasi Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu : a. Refleks defekasi instrinsik

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar. b. Refleks defekasi parasimpatis

Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya. Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal

dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal

dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.

4. Susunan feses terdiri dari : a. Bakteri yang umumnya sudah mati b. Lepasan epitelium dari usus c. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus) d. Garam terutama kalsium fosfat e. Sedikit zat besi dari selulosa
f.

Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal : a. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, kontrol b. Diet c. Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 3000 ml/hari d. Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus e. Faktor psikologi f. Kebiasaan g. Posisi h. Nyeri i. Kehamilan : menekan rektum j. Operasi & anestesi k. Obat-obatan l. Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi m. Kondisi patologis n. Iritans

6. Masalah eliminasi fecal a. Konstipasi Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Penyebabnya : Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang. Meningkatnya stress psikologi : Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan konstipasi. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor. b. Impaction Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid. Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum. c. Diare Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

d. Inkontinensia fecal Merupakan suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat. e. Flatulens Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol. f. Hemoroid Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Pengkajian eliminasi alvi meliputi mengumpulkan riwayat keperawatan, melakukan pemeriksaan fisik pada abdomen, rektum dan anus serta inspeksi feses. Perawat seharusnya juga mengkaji ulang beberapa data yang didapat dari pemeriksaan diagnostik yang relevan. a. Riwayat Keperawatan Riwayat keperawatan eliminasi fekal membantu perawat menentukan pola defekasi normal klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran feses normal dan beberapa perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi tentang beberapa masalah yang pernah terjadi berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola eliminasi. Sebagai contoh untuk mengumpulkan riwayat keperawatan, perhatikan Assesment review sebagai berikut : 1) Pola defekasi Kapan anda biasanya ingin BAB ? Apakah kebiasaan tersebut saat ini mengalami perubahan ? 2) Gambaran feses dan perubahan yang terjadi Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah, cair), permukaan, atau bau feses anda saat ini ? 3) Masalah eliminasi alvi Masalah apa yang anda rasakan sekarang (sejak beberapa hari yang lalu) berkaitan dengan BAB (konstipasi, diare, kembung, merembes / inkontinensia{tidak tuntas}) ? Kapan dan berapa sering hal tersebut terjadi ? Menurut anda kira-kira apa penyebabnya (makanan, minuman, latihan, emosi, obat-obatan, penyakit, operasi) ? Usaha apa yang anda lakukan untukmengatasinya dan bagaimana hasilnya ?

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi Menggunakan alat bantu BAB. Apa yang anda lakukan untuk mempertahankan kebiasaan BAB normal ? Menggunakan bahanbahan alami seperti makanan / minuman tertentu atau obat-obatan ? Diet. Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB ? Makanan apa yang biasa anda makan ? yang biasa anda hindari, berapa kali anda makan dalam sehari ? Cairan. Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum dalam sehari ? (misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi) Aktivitas dan Latihan. Pola aktivitas / latihan harian apa yang biasa dilakukan ? Medikasi. Apakah anda minum obat yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan (misalnya Fe, antibiotik) ? Stress. Apakah anda merasakan stress. Apakah dengan ini anda mengira berpengaruh pada pola BAB (defekasi) anda ?Bagaimana? 5) Ada ostomi dan penanganannya Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda ? Jika ada masalah, apa yang anda lakukan ? Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy anda ? Bagaimana caranya ?

b.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi.

c.

Inspeksi Feses Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut :

KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL Karakteristik Warna Normal Dewasa kecoklatan Bayi : kekuningan Abnormal : Pekat / putih Kemungkinan penyebab Adanya pigmen empedu (obstruksi pemeriksaan empedu); diagnostik

menggunakan barium Hitam / spt ter. Obat (spt. Fe); PSPA usus halus);

(lambung,

diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua (spt. Bayam) Merah PSPB (spt. Rektum),

beberapa makanan spt bit. Pucat Malabsorbsi lemak; diet tinggi susu dan produk susu dan rendah daging. Orange hijau Konsistensi Berbentuk, lunak, Keras, kering agak cair / Dehidrasi, motilitas penurunan usus akibat atau Infeksi usus

lembek, basah.

kurangnya serat, kurang latihan, gangguan emosi dan laksantif abuse. Diare Peningkatan motilitas

usus (mis. akibat iritasi kolon oleh bakteri). Bentuk Silinder (bentuk Mengecil, 2,5 bentuk pensil Kondisi obstruksi rektum

rektum) dgn

cm

u/

orang atau benang diet 400

seperti

dewasa Jumlah Tergantung (100 gr/hari) Bau Aromatik

: Tajam, pedas

Infeksi, perdarahan

dipenga-ruhi oleh makanan yang

dimakan dan flora bakteri. Unsur pokok Sejumlah bagian kecil Pus kasar Mukus Infeksi bakteri Konsidi peradangan Perdarahan gastrointestinal dalam Malabsorbsi Salah makan

makanan yg tdk Parasit dicerna, potongan Darah bak-teri yang Lemak

mati, sel epitel, jumlah besar lemak, protein, Benda asing

unsur-unsur kering pencernaan (pigmen empedu dll) cairan

d.

Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi langsung / tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-unsur yang tidak normal.

2. Diagnosa Label diagnostik masalah eliminasi alvi menurut NANDA meliputi : a. Inkontinensia alvi b. Konstipasi c. Resiko terjadi konstipasi d. Konstipasi yang dirasakan e. Diare (aplikasi klinis dari diagnosa ini lihat pada pedoman diagnosa NANDA yang meliputi tujuan dan intervensi) Masalah eliminasi alvi dapat mempengaruhi banyak area fungsi manusia dan dapat menjadi etiologi diagnosa NANDA yang lain, seperti : f. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan 1) Diare berkepanjangan 2) Hilangnya cairan abnormal melalui ostomy g. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan 1) Diare berkepanjangan 2) Inkontinensia alvi h. Harga diri rendah berhubungan dengan 1) Ostomy 2) Inkontinensia usus 3) Perlunya bantuan untuk toileting i. Defisit pengetahuan tentang bowel training, manajemen ostomy berhubungan dengan kurangnya pengalaman j. Ansietas berhubungan dengan 1) Hilangnya kontrol eliminasi alvi akibat ostomy 2) Respon lain terhadap ostomy

3. Perencanaan Tujuan utama klien dengan masalah eliminasi alvi adalah untuk : a. Mempertahankan atau mengembalikan pola eliminasi alvi normal b. Mempertahankan atau mendapatkan kembali konsisteni feses normal c. Mencegah resiko yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, trauma kulit, distensi abdomen dan nyeri.

4. Implementasi a. Peningkatan Keteraturan Defekasi Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan : 1) Memberikan privacy kepada klien saat defekasi 2) Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi 3) Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran, buah-buahan, nasi; mempertahankan minum 2 3 liter/hari 4) Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien 5) Positioning b. Privacy Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang. Perawat seharusnya menyediakan waktu sebanyak mungkin seperti kepada klien yang perlu menyendiri untuk defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami kelemahan, perawat mungkin perlu menyediakan air atau alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam jangkauan pembicaraan dengan klien. c. Waktu Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa ingin defekasi. Untuk menegakkan keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika terjadi peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk defekasi. Aktivitas lain seperti mandi dan ambulasi seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.

d.

Nutrisi dan Cairan Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet, tergantung jenis

feses klien yang terjadi, frekuensi defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat membantu defekasi normal.

e.

Untuk Konstipasi Tingkatkan asupan cairan dan instruksikan klien untuk minum cairan

hangat dan jus buah, juga masukkan serat dalam diet.

f.

Untuk Diare Anjurkan asupan cairan dan makanan lunak. Makan dalam porsi kecil

dapat membantu karena lebih mudah diserap. Minuman terlalu panas / dingin seharusnya dihindari sebab merangkasang peristaltik. Makanan tinggi serat dan tinggi rempah dapat mencetuskan diare. Untuk manajemen diare, ajarkan klien sebagai berikut : 1) Minum minimal 8 gelas / hari untuk mencegah dehidrasi 2) Makan makanan yang mengandung Natrium dan Kalium. Sebagian besar makanan mengandung Na. Kalium ditemukan dalam daging, beberapa sayuran dan buah seperti tomat, nanas dan pisang. 3) Tingkatkan makanan yang mengandung serat yang mudah larut seperti pisang 4) Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein 5) Batasi makanan yang mengandung serat tidak larut seperti buah mentah, sereal 6) Batasi makanan berlemak 7) Bersihkan dan keringkan daerah perianal sesudah BAB untuk mencegah iritasi 8) Jika mungkin hentikan obat yang menyebabkan diare 9) Jika diare telah berhenti, hidupkan kembali flora usus normal dengan minum produk-produk susu fermentasi.

g.

Untuk Flatulensi Batasi minuman berkarbinat, gunakan sedotan saat minum dan

mengunyah gusi; untuk meningkatkan pencernaan udara. Hindari makanan yang menghasilkan gas, seperti kubis, buncis, bawang dan bunga kol.

h.

Latihan Latihan teratur membantu klien mengembangkan pola defekasi

normal. Klien dengan kelemahan otot abdomen dan pelvis (yang mengganggu defekasi normal) mungkin dapat menguatkannya dengan mengikuti latihan isometrik sebagai berikut : Dengan posisi supine, perketat otot sbdomen dengan mengejangkan, menahan selama 10 detik dan kemudian relax. Ulangi 5 10 kali sehari tergantung kekuatan klien.

i.

Positioning Meskipun posisi jongkong memberikan bantuan terbaik untuk

defekasi. Posisi pada toilet adalah yang terbaik untuk sebagian besar orang. Untuk klien yang mengalami kesulitan untuk duduk dan bangun dari toilet, maka memerlukan alat bantu BAB seperti commode, bedpad yang jenis dan bentuknya disesuaikan dengan kondisi klien.

j.

Obat-obatan Obat-obatan yang termasuk kategori mempengaruhi eliminasi alvi

adalah katarsis dan laxantive, antidiare dan antiflatulensi

k.

Mengurangi flatulensi Ada banyak cara untuk mengurangi / mengeluarkan flatus, meliputi

menghindari makanan yang menghasilkan gas, latihan, bergerak di tempat tidur dan ambulasi. Gerakan merangsang peristaltik dan membantu melepaskan flatus dan reabsorbsi gas dalam kapiler intestinal. Satu metode untuk penanganan flatulensi adalah dengan memasukkan suatu rectal tube. Caranya adalah sebagai berikut :

1) Gunakan rectal tube ukuran 22 30 F untuk dewasa dan yanglebih kecil untuk anak 2) Tempatkan klien pada posisi miring 3) Berikan lubrikasi untuk mengurangi iritasi 4) Buka anus dan masukkan rectal tube dalam rektum (10 cm). Rectal tube akan merangsang peristaltik. Jika tidak ada flatus yang keluar, masukkan tube lebih dalam. Jangan menekan tube jika tidak bisa masuk dengan mudah. 5) Lepaskan tube jangan lebih dari 30 menit untuk menghindari iritasi. Jika terjadi distensi abdomen, masukkan tube setiap 2 3 jam. 6) Jika tube tidak dapat mengurangi flatus, konsul dengan dokter untuk pemakaian suppository, enema atau obat-obatan yang lain.

l.

Pemberian Enema Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan usus besar.

Cara kerja enema adalah untuk mengembangkan usus dan kadang-kadang mengiritasi mukosa usus, meningkatkan peristaltik dan membantu mengeluarkan feses dan flatus. Jenis enema : 1) Cleansing enema / huknah Cleansing enema dimaksudkan untuk mengeluarkan feses.

Tindakan ini utamanya diberikan untuk : (a) Mencegah keluarnya feses saat operasi (b) Persiapan pemeriksaan diagnostik tertentu pada usus (c) Mengeluarkan feses dari usus saat konstipasi / obstipasi Cleansing enema menggunakan bermacam-macam larutan sebagai berikut : Larutan Unsur Tindakan Waktu Efek samping Retensi Sodium

Hipertonis 90 120 cc Menarik air dari 5 10 (misal Sodium ruang interstisiil ke phosphate) dalam merangsang peristaltik, kolon,

menyebabkan defekasi Hipotonis 500 1000 cc Distensi abdomen, 15 air kran me-rangsang peristaltik, melunakkan feses Isotonis 20 Ketidakseimbangan cairan trolit, air dan elek-

intoksikasi

500 1000 cc Distensi abdomen, 15 - 20 Kemungkinan normal saline me-rangsang (NaCl 0.9 %) peristaltik, melunakkan feses Iritasi dan merusak mukosa retensi Na.

Air sabun

500 1000 cc mengiritasi (3 5 cc sabun mukosa, dalam 1000 cc kolon air) 90 120 cc

10 distensi 15

Minyak

Lubrikasi feses dan 3 mukosa kolon jam

Cleansing enema juga dapat digambarkan tinggi dan rendah. Tinggi jika pembersihan dimungkinkan mencapai kolon. Klien berubah posisi dari lateral kiri ke dorsal recumbent dan kemudian lateral kanan selama pemberian enema, dengan posisi kontainer 30 46 cm dari klien. Rendah jika pembersihan hanya pada rektum dan sigmoid. Posisi klien dipertahankan lateral kiri selama pemberian enema dengan posisi kontainer tidak lebih dari 30 cm dari klien. 2) Carminative enema Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan

dimasukkan ke dalam rektum mengeluarkan gas yang menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan 60 80 cc. 3) Retention enema / klisma Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Cairan dipertahankan dalam waktu yang relatif lama (misalnya 1 3 jam), untuk melunakkan feses dan lubrikasi rektum dan anus yang

membantu keluarnya feses. Antibiotik enema digunakan untuk menangani infeksi lokal, antihelmentic enema untuk membunuh cacing parasit, nutritive enema untuk memberikan cairan dan nutrien pada rektum. 4) Return-flow enema Kadang-kadang digunakan untuk mengeluarkan flatus. Sekitar 100 200 cc cairan dimasukkan ke dalam rektuum dan kolon sigmoid yang akan merangsang peristaltik. Tindakan ini diulangi 4 5 x sampai flatus keluar dan distensi abdomen berkurang.

m. Pengeluaran Obstipasi secara Digital Pengeluaran secara digital meliputi penghancuran massa feses secara digital dan mengeluarkan bagian-bagiannya. Adanya kemungkinan terjadinya trauma pada mukosa saluran pencernaan, tindakan ini harus diperhatikan dengan matang. Stimulasi rektum juga merupakan

kontraindikasi pada beberapa klien karena dapat menyebabkan respon vagal berlebihan yang berdampak aritmia jantung. Sebelum penghancuran feses dianjurkan diberikan klisma glyserin dan dipertahankan selama 30 menit. Setelah prosedur ini perawat dapat menggunakan berbagai macam intervensi untuk mengeluarkan feses yang tersisa, seperti dengan cleansing enema atau dengan suppositoria. Pengeluaran secara manual obstipasi dapat menimbulkan rasa nyeri, perawat dapat menggunakan 1 2 cc lidokain (xylocain) gel pada sarung tangan yang dimasukkan ke anus.

n.

Program Bowel Training Pada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering terjadi obstipasi /

inkontinensia

feses,

program

bowel

training

dapat

membantu

mengatasinya. Program ini didasarkan pada faktor dalam kontrol klien dan didesain untuk membantu klien mendapatkan kembali defekasi normal. Program ini berkaitan dengan asupan cairan dan makanan, latihan dan kebiasaan defekasi. Sebelum mengawali program ini, klien harus memahaminya dan terlibat langsung. Secara garis besar program ini adalah sebagai berikut :

1) Tentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang membantu dan menghambat defekasi normal. 2) Desain suatu rencana dengan klien yang meliputi : (a) Asupan cairan sekitar 2500 3000 cc/hari (b) Peningkatan diit tinggi serat (c) Asupan air hangat, khususnya sebelum waktu defekasi (d) Peningkatan aktivitas / latihan 3) Pertahankan hal-hal berikut secara rutin harian selama 2 3 minggu : (a) Berikan suppository katarsis (seperti dulcolax) 30 menit sebelum waktu defekasi klien untuk merangsang defekasi. (b) Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien untuk pergi ke toilet / duduk di Commode atau bedpan. Catat lamanya waktu antara pemberian suppository dan keinginan defekasi. (c) Berikan klien privacy selama defekasi dan batasi waktunya, biasanya cukup 30 40 menit. (d) Ajarkan klien cara-cara meningkatkan tekanan pada kolon, tetapi hindari mengecan berlebihan, karena dapat

mengakibatkan hemorrhoid. 4) Berikan umpan balik positif kepada klien yang telah berhasil defekasi. Hindari negatif feedback jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu dari minggu sampai bulan untuk mencapai keberhasilan.

5. Evaluasi a. b. c. Apakah asupan cairan dan diet klien sudah tepat ? Apakah tingkat aktivitas klien sudah sesuai ? Apakah klien dan keluarga memahami instruksi ?

BAB III
A. Kesimpulan Gangguan eliminasi fecal merupakan kondisi yang mengenai banyak orang di seluruh dunia. Masalah besar, mencakup masalah fisik, psikis, sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya harus diperhitungkan. Melakukan pengkajian kepada pasien adalah penting sebagai langkah pertama manajemen asuhan perawatan gangguan eliminasi fecal. Diperlukan waktu yang cukup untuk menggali informasi menyeluruh dari pasien, melakukan pemeriksaan fisik yang sistematik serta melakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan sehingga didapatkan diagnosa yang akurat dan langkah asuhan perawatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Suprianto, 2011, Keperawatan dan Kesehatan, http//www.scribd.com, diakses tanggal 02 November 2011 Bambang K. Karnoto, Fokus Biologi, Jakarta : Erlangga, 2005 Anonim, 2011. Eliminasi Fecal. http://id.wikipedia.org/wiki/. Di akses pada januari 2011. Anonim, 2011. rencana-asuhan-keperawatan. http://gwanakbstikes.blogspot.com. Di akses pada 02 November 2011. http//www.google.com/

You might also like