You are on page 1of 12

ANXIETAS DAN HIPERTENSI oleh : Dr. H.M Faisal Idrus,SpKJ Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

SUMMARY This is a cross sectional study to aims evaluated the influence of general anxiety disorders toward blood pressure. Diagnostic criteria base on PPDGJ III or DCR.- 10. Target of this study is an general anxiety patient who came the out patient policlinic Dadis Centre of Mental Hospital In Makassar We take the sample with cross over design methode and then used the computer to managed and analized this data. Results of this study we found 11 patient (35.5 %) have diastolic hypertension and six of this patient have systolic hypertension too. The average blood pressure of the patient with general anxiety disorder have more high blood pressure compare the normal group. Conclusion, the influence of general anxiety disorder toward blood pressure statistically not significant. But the patient with general anxiety have blood pressure more high compared the normal group without anxiety. RINGKASAN Ini adalah suatu penelitian survey dengan rancangan cross sectional study yang bertujuan menilai pengaruh gangguan cemas menyeluruh terhadap pola tekanan darah serta membandingkannya dengan kelompok control yang tidak cemas. Diagnosa gangguan cemas menyeluruh ditegakkan berdasarkan criteria diagnostic menurut PPDGJ III atau DCR-10. Sasaran penelitian ini adalah semua pasien gangguan cemas yang datang berobat ke poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Pusat Ujung Pandang, Sampel ditarik secara random dengan model penarikan cross over design.Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisa dengan menggunakan computer. Dari penelitian ini didapatkan hasil 11 orang (35,5 %) pasien mempunyai tekanan darah diastolic diatas nilai normal dan enam orang diantaranya disertai tekanan darah sistolik yang juga diatas nilai normal. Tekanan darah rata-rata dari pasien dengan gangguan cemas menyeluruh adalah lebih tinggi dari kelompok control yang tidak cemas. Kesimpulan, pengaruh gangguan cemas menyeluruh terhadap pola tekanan darah secara statistic tidak bermakna. Ada perbedaan tekanan darah antara kelompok kasus dengan kelompok yang tidak cemas. Kata kunci : GAD Otonomik Tekanan darah PENDAHULUAN Modernisasi tidak hanya membawa dampak yang positif berupa kemajuan dalam berbagai bidang tehnologi dan industri serta perekonomian masyarakat, namun juga menimbulkan dampak negatif seperti meningkatnya persaingan, menonjolnya sifat individualisme dan berkurangnya rasa kebersamaan, serta perubahan interaksi sosial yang dapat menimbulkan pertentangan atau konflik batin dan konflik antara individu.

Konflik inilah yang pada akhirnya mengakibatkan stres pada individu - individu tertentu. Stres yang dialami seseorang dapat mempengaruhi fungsi dari berbagai system organ tubuh, terutama system kardiovaskuler.. Selye dalam teorinya General Adaptation Syndrome atau Biological Stress Syndrome, menjelaskan bahwa pada tahap awal(reaksi alarm ) reaksi fisiologik terhadap stres adalah peningkatan aktivitas dari simpatetik adrenomedular merangsang sekresi adrenalin yang akan menyebabkan peningkatan darah sistolik kemudian pada tahap kedua ( tahap perlawanan) terjadi peningkatan aktivitas dari simpatetik adrenokortikal mengsekresi noradrenalin, kortisol, aldosteron yang akan menyebakan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Dan pada tahap ketiga ( tahap kelelahan), segala energi telah habis, tubuh menjadi tak berdaya, organ- organ tubuh rusak, tekanan darah menurun dan pada akhirnya dapat membawa kematian (1,2). Manifestasi dari stres yang berkepanjangan dapat berubah menjadi kecemasan atau anxietas (2,3). Anxietas adalah suatu keadaan ketakutan tanpa adanya objek yang jelas. Respon fisiologik dijelaskan oleh Cannon (4). Menurut Cannon, anxietas akan menimbulkan respon fight or flight. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin kedalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik , sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin sehingga tekana darah meningkat baik sistolik maupun diastolik (5). Salan (6) meyatakan bahwa pada anxietas sedang terjadi sekresi adrenalin yang berlebihan sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat ,akan tetapi pada ketakutan yang sangat hebat bisa terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga menyebabkan tekanan darah menurun. Dari berbagai penelitian klinik yang pernah dilakukan mengenai pengruh stress atau anxietas terhadap tekanan darah didapatkan hasil yang berbeda-beda. Sebagian besar peneliti menemukan adanya peningkatan tekanan sistolik sebagi akibat dari peningkatan curah jantung dan denyut jantung (7,8,9), sedangkan yang lainnya menemukan peningkatan tekanan diastolic (10) dan ada juga yang tidak menemukan hubungan antara keduanya (11). Pada penelitian yang membandingkan tekanan darah dari orang-orang yang menderita stres atau anxietas dengan orang-orang yang tidak menderita stres atau anxietas didapatkan hasil tekanan darah yang lebih tinggi pada kelompok penderita stres (12,13) . Adanya hasil yang berbeda-beda mengenai pengaruh anxietas terhadap tekanan darah ini mendorong kami untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh anxietas terhadap tekanan darah. Apakah kecemasan atau anxietas dapat menyebabkan hipertensi? Tipe anxietas yang kami menjadi acuan kami adalah gangguan cemas menyeluruh. Selain itu kami juga ingin mengetahui bagaimana pola tekanan darah pasien dengan anxietas dibandingkan dengan orang yang tidak cemas. Dipilihnya gangguan cemas menyeluruh karena : 1. Gangguan cemas menyeluruh merupakan tipe gangguan anxietas yang prevalensinya cukup besar (3-8%). 2. Gangguan cemas menyeluruh perjalanan penyakitnya kronis dan derajat kecemasannya relative stabil.

3.

Adanya komplikasi kardivaskuler akibat stres atau anxietas yang mungkin dapat membawa kematian.

Tujuan Penelitian 1. 2. Penelitian ini bertujuan untuk : Menilai pengaruh dari gangguan cemas menyeluruh terhadap tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Menilai apakah ada perbedaan tekanan darah antara penderita gangguan cemas menyeluruh dengan kelompok control yang tidak cemas.

TINJAUAN PUSTAKA A. ANXIETAS Sejarah Dari studi kepustkaan yang dibuat oleh Lewis pada tahun 1970, ditemukan bahwa istilah anxietas mulai diperbincangkan pada permulaan abad ke-20. Kata dasar anxietas dalam bahasa Indo Jerman adalah angh yang dalam bahasa latin berhubungan dengan kata angustus, ango, angor, anxius, anxietas, angina. Kesemuanya mengandung arti sempit atau konstriksi (13). Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah anxiety neurosis. Kata anxiety diambil dari kata angst yang berarti ketakutan yang tidakperlu (4). Pada mulanya Freud mengartikan anxietas inu sebagai transformasi lepasnya ketegangan seksual yang menumpuk melalui system saraf otonom dengan menggunakan saluran pernafasan. Kemudian anxietas ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawtir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Akhirnya nxietas diartikan sebagi suatu respon terhadap situasi yang berbahaya (4). Definisi Anxietas merupakan pengalaman yang bersifat subjektif (6,14,15,16), tidak menyenagkan (4,6,16,17). tidak menentu (4.6.17,18), menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkuna bahaya atau ancaman bahaya (16,17), dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik (4,6,16,18). Klasifikasi Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM IV) terbagi atas : 1. Gangguan Panik dengan atau tnpa agorafobia. 2. Agorafobia tanpa riwayat gangguan panic. 3. Fobia Spesifik. 4. Fobia Sosial. 5. Obsesi kompulsif.

6. Gangguan stress pask trauma. 7. Gangguan Cemas Menyeluruh(Generalized Anxiety Disorder). 8. Gangguan Cemas karena kondisi Medis Umum (Anxiety Disorder Duwe To Medical Condition). 9. Gangguan cemas yang disebabkan oleh subtansi zat (Subtance Induced Anxiety Disorder). dalam ICD-10 (20), anxietas dimasukkan dalam kelompok Gangguan Neurotik, gangguan yang berhubungan dengan stres dan Somatoform. Kelompok ini terbagi dalam : 1. Gangguan Anxietas Fobik yang terdiri atas : a. Agorafobia dengan atau tanpa gangguan panic. b. Fobia Sosial. c. Fobi Spesifik. 2. Gangguan anxietas yang lain (Other Anxiety Disorder) yang terdiri atas : a. Gangguan Panic(Panic Disorder). b. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder). c. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi ( Mixed Anxiety Disorder). 3. Gangguan Obsesi Kompulsif. 4. Gangguan Reaksi Menuju ke Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian (Reaction to Severe Stress, and Adjusment Disorder). B. GANGGUAN CEMAS MENYELURUH Definisi Menurut DSM-IV yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan ketakutan atau kecemasan yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurangkurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas disertai oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi - fungsi lainnya Sedangkan menurut ICD-10 gangguan ini merupakan bentuk kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan menatap selama beberapa minggu atau bulan yang ditandai oleh adanya kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, dan aktivitas otonomik yang berlebihan. Epidemiologi Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan anxietas yang paling sering dijumpai, diklinik, diperkirakan 12 % dari seluruh gangguan anxietas. Prevalensinya di masyarakat diperkirakan 3 %, dan prevelansi seumur hidup (life time) rata-rata 5 % (19) .Di Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahu, namun diperkirakan 2 % -5% (21). Gangguan ini lebih sering dijumpai pada wanita dengan ratio 2 : 1, namun yang datang meminta pengobatan rationya kurang lebih sama atau 1 :1 antara laki-laki dan wanita (4)..

Etiologi Etiologi dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diduga dua faktor yang berperan terjadi di dalam gangguan ini yaitu, factor biologic dan psikologik (4 ,22) . Faktor biologik yang berperan pada gangguan ini adalah neurotransmitter. Ada tiga neurotransmitter utama yang berperan pada gangguan ini yaitu, norepinefrin , serotonin, dan gamma amino butiric acid atau GABA (4,14,15,22). Namun menurut Iskandar (21) neurotransmitter yang memegang peranan utama pada gangguan cemas menyeluruh adalah serotonin, sedangkan norepinefrin terutama berperan pada gangguan panik. Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan percobaan pada hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada perangsangan locus sereleus yang ditunjukan pada pemberian obat-obatan yang meningkatkan kadar norepinefrin dapat menimbulkan tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan menurunkan kadar norepinefrin akan menyebabkan depresi (23,24). Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan norepinefrin. Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya anxietas, sedangkan Gamma Amino Butiric Acid atau GABA bersifat menghambat terjadinya anxietas ini (4,14,15,25). Pengaruh dari neutronstransmitter ini pada gangguan anxietas didapatkan dari peranan benzodiazepin pada gangguan tersebut. Benzodiazepin dan GABA membentuk GABABenzodiazepin complexyang akan menurunkan anxietas atau kecemasan (25). Penelitian pada hewan primata yang diberikan suatu agonist inverse benzodiazepine BetaCarboline-Carboxylic-Acid (BCCA) menunjukkan gejala-gejala otonomik gangguan anxietas. Mengenai peranan serotonin dalam gangguan anxietas ini didapatkan dari hasil pengamatan efektivitas obat-obatan golongan serotonergik terhadap anxietas seperti buspiron atau buspar yang merupakan agonist reseptor serotorgenik tipe 1A (5-HT 1A).Diduga serotonin mempengaruhi reseptor GABA-Benzodiazepin complex sehingga ia dapat berperan sebagai anti cemas (4,14,25).Kemungkinan lain adalah interaksi antara serotonin dan norepinefrin dalam mekanisme anxietas sebagai anti cemas (21). Sehubungan dengan faktor-faktor psikolgik yang berperan dalam terjadinya anxietas ada tiga teori yang berhubungan dengan hal ini, yaitu : teori psikoanalitik, teori behavorial, dan teori eksistensial. Menurut teori psiko-analitik terjadinya anxietas ini adalah akibat dari konflik unconscious yang tidak terselesaikan (4,6). Teori behavior beranggapan bahwa terjadinya anxietas ini adalah akibat tanggapan yang salah dan tidak teliti terhadap bahaya. Ketidaktelitian ini sebagai akibat dari perhatian mereka yang selektif pada detil-detil negative dalam kehidupan, penyimpangan dalam proses informasi, dan pandangan yang negative terhadap kemampuan pengendalian dirinya (4). Teori eksistensial bependapat bahwa terjadinya anxietas adalah akibat tidak adanya rangsang yang dapat diidentifikasi secara spesifik. Ketiadaan ini membuat orang menjadi sadar akan kehampaannya di dalam kehidupan ini (4,5).

Gambaran Klinik Gambaran klinik dari gangguan ini ditandai oleh adanya ketakutan dan kecemasan yang berhubungan dengan masa yang akan datang, gejala ketegangan motorik, hiperaktivitas sistem saraf otonom dan meningkatnya kewaspadan (4,19,20). Ketegangan motorik bermanisfetasi sebagai sakit kepala, gemetar dan gelisah. Gejala hiperaktivitas system saraf otonom berupa jantung berdebar-debar, nafas pendek, berkeringat banyak, dan berbagai gejala system pencernaan. Meningkatnya kewaspadaan ditandai dengan adanya perasaan mudah marah dan mudah terkejut, serta tidak dapat tidur (4,19,20). Perjalanan Penyakit Perlangsungan dari gangguan ini bersifat kronis residif dan prognosisnya sukar diramalkan. Sebanyak 25 % dari penderita gangguan ini mengalami gangguan panik (4). Pengaruh Gangguan Cemas Menyeluruh terhadap Tekanan Darah. Ada dua factor yang paling berpengaruh pada tekanan darah, yaitu curah jantung (cardiac output) dan tahanan perifer (peripheral resistance) (26,27,28). Kecemasan atau anxietas akan merangsang respon hormonal dari hipotalamus yang akan mengsekresi CRF (Corticotropin - Releasing Factor) yang menyebabkan sekresi hormon-hormon hipofise. Salah satu dari hormon tersebut adalah ACTH (AdrenoCorticotropin Hormon). Hormon tersebut akan merangsang korteks adrenal untuk mengsekresi kortisol kedalam sirkulasi darah (2,15). Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan mengakibatkan peningkatan renin plasma, angiotensin II dan peningkatan kepekaan pembuluh darah terhadap katekolamin (26), sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu hipotalamus juga berfungsi sebagai pusat dari sistem saraf otonomik (15,29) . Sistem ini terbagi atas sistem simpatis dan sistem parasimpatis (23,30). Menurut Salan (26) pada anxietas sedang terjadi sekresi adrenalin berlebihan yang menyebabkan peningkatan tekanan darah, sedangkan pada anxietas yang sangat berat dapat terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis kadar adrenalin terus meninggi, sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat tekanan darah meninggi. Menurut Iskandar (21) pada Gangguan Cemas Menyeluruh yang terutama berperan adalah neurotransmiter serotonin. Pada saat ini telah diidentifikasi tiga reseptor serotonin, yaitu : 5-HT1, 5-HT2 dan 5-HT3 (23,31). Menurut Kabo (33) reseptor 5-HT1 bersifat sebagai inhibitor, sedangkan reseptor 5-HT2 dan reseptor 5-HT3 bersifat sebagai eksitator. Menurut Gothert (31) aktivasi reseptor 5-HT1 akan mengurangi kecemasan sedangkan aktivasi reseptor 5-HT2 akan meningkatkan tekanan darah. METODE

Subjek Baik kelompok kasus maupun kelompok control diambil dari pengunjung poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Ujung Pandang. Kelompok kasus dalah penderita gangguan cemas menyeluruh sesuai dengan kriteria diagnostik PPDGJ III dan DCR-10 (Diagnostic Criteria For Research ICD-10). kelompok kontrol adalah pengunjung poliklinik yang datang untuk mendapatkan surat keterangan sehat dan bebas narkotik yang tidak cemas menurut HARS ( Hamilton Anxiety Rating Scale). Yang diamsukkan dalam penelitian ini adalah berusia 18 tahun atau lebih, tidak menderita psikotik , tidak ada riwayat hipertensi dan gangguan lain yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan darah seperti Diabetes, hipertiroid, penyakit ginjal, anemia dsb. Prosedur Mula - mula dilakukan pengukuran tekanan darah baik terhadap kelompok kusus maupun kelompok control. Pengukuran dilakukan dalam posisi duduk setelah istirahat selama lima menit. Kemudian dilakukan wawancara untuk menegakkan diagnosis dan menilai derajat kecemasan dengana menggunakan criteria diagnostic menurut PPDGJ III atau DCR-10 dan HARS. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan mengguna-kan computer melalui paket statistic yang ada dalam program epi info versi 6, dan analisisnya dilakukan dengan menggunakan SPSSpc+. Uji statistic yang digunakan adalah Kai kuadrat untuk uji kemaknaan gangguan cemas menyeluruh terhadap tekanan darah dan student t test tidak berpasangan untuk melihat adanya perbedaan tekanan darah antara kelompok kasus dengan kelompok control yang tidak cemas. HASIL PEMBAHASAN Selama penelitian ini telah diobservasi sebanyak 62 orang yang terdiri dari 31 orang kelompok kasus dan 31 orang kelompok control. Kebanyakan dari penderita gangguan cemas menyeluruh yang berkunjung ke poliklinik tersebut adalah laki-laki (21 orang atau 64,5 %), dengan ratio 2 : 1 , sedangkan menurut literatur (4,19,21,22) gangguan tersebut lebih banyak diderita oleh wanita dengan ratio 2 : 1, namun yang datang berobat ke dokter rationya kurang lebih sama (1 : 1). Mungkin hal ini disebabkan oleh karena sifat wanita yang kurang terbuka pada orang lain ataukah karena aktivitasnya yang lebih banyak untuk megurus rumah tangga, apalagi pada masyarakat timur. Sebagian besar dari penderita gangguan tersebut adalah pengangguran (48,4 %) dan pada umumnya merupakan kelompok usia dewasa muda (21-40 tahun) sebanyak 16 orang atau 51,6 %, dan dewasa pertengahan (41- 65 tahun) sebanyak 11 orang atau 38%. Ketiadaan pekerjaan membawa individu kepada kehampaan dalam kehidupan yang merupakan faktor psikososial bagi timbulnya kecemasan, sebagaimana dikemukakan dalam teori eksistesial (4,6).

Pada umumnya tekanan darah dari penderita gangguan cemas menyeluruh dalam batas normal, hanya 11 orang atau 35,5 % yang mempunyai tekanan darah diatas batas normal. Semua dari penderita yang tekanan darahnya diatas batas normal ini mempunyai tekanan diatolik 90 mmHg keatas dan enam diantaranya mempunyai mempunyai tekanan sistolik 140 mmHg keatas. Meskipun pada penelitian ini didapatkan adanya kenaikan tekanan darah sesuai dengan meningkatnya kecemasan sebagaimana dalam literature (7,8,910), namun pengaruh dari gangguan dari anxietas ini secara statistik tidak bermakna. Setelah dilakukan uji statistic dengan menggunakan student t test perbedaan tekanan darah antara kelompok kasus ( sistolik rata-rata 118,7 mmHg dan diastolic 79,8 mmHg) dengan kelompok control ( sistolik rata-rata 111,7 mmHg dan diastolic 71,00 mmHg), didapatkan hasil adanya perbedaan yang bermakna secara statistic lebih tinggi pada kelompok kasus. KESIMPULAN Gangguan cemas menyeluruh lebih banyak diderita oleh kelompok dewasa muda dan umumnya tidak mepunyai pekerjaan. Meskipun gangguan anxietas ini secara statistic tidak mempengaruhi tekanan darah, namun 35,5 % dari penderita pada penelitian ini mempunyai tekanan diatolik diatas normal. Tekanan darah penderita gangguan cemas menyeluruh secara bermakna lebih tinggi dari kelompok yang tidak cemas. SARAN 1. Karena pengangguran (ketiadaan pekerjaan) tidak hanya menimbulkan dampak sosial yang buruk tetapi juga dapat mengakibatkan gangguan psikis pada akhirnya mungkin dapat menyebabkan penyakit fisik, perlu kiranya kerjasama yang baik antara berbagai pihak yang terkait dalam masalah ini. 2. Sekalipun pengaruh gangguan cemas menyeluruh terhadap tekanan darah secara statistic tidak bermakna, namun adanya penderita dengan tekanan diastolik diatas batas normal yang jumlahnya cukup besar (35,5%), perlu kiranya diwaspadai adanya komplikasi hipertensi dimasa yang akan datang dan perlu penanganan yang baik untuk gangguan cemas maupun hipertensinya. 3. Menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini baik dalam segi prasarana maupun metode dan jumlah sample yang kecil. Perlu kiranya dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih besar dan dengan prasarana yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

1. Michael.M. : Stress Signs Sources Symptons Solutions Editiones Roche, Basel Switzerland, 1991.. 2. Hukom AJ : Patofiolegi Stress, Jiwa, Maret 1986, XIX : 1 33 42. 3. Mangindaan L. : Manisfetasi Klinik dari Stres, , Jiwa, Maret 1986, XIX : 1, 43- 54. 4. Kaplan HI, Sadock BJ. : Anxiety Disorder, Sypnosis of Psychiatry, 7 William & Wilkins, Baltimore USA, 1994, 573-616.
th

ed,

5. Mardianti R. : Senang, Marah, dan Anxietas Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Hipertensi Ambang? Jiwa, Maret 1990 XXIIII : 1, 49-52. 6. Salan. R : Beberapa Konsep Tentang Anxietas, Anxietas, Yayasan Dharma Usada, Jakarta, 1980, 12-23. 7. Falkner B, Ongesti C, Angelakos E. : Cardiovaskuler Respons To Mental Stress In Normal Adolescent With Hypertensive Patient, Hypertension 1978 : 1. 24 -30. 8. Knardahl S, Sanders AJ, Johnson AK : Efect Of Adrenal Demedullation On Stress Induced Hypertension And Cardiovascular Reponses To Acute Stress, Acta Physiol Scand, 1988, 133, 77-83. 9. Folkow B. : Physiological Aspect Of Primary Hypertension Physiol Rev 1982. 62,3, 347-504. 10. Steproe A, Melvile D, Ross A : Essential Hypertension And Psychological Functioning. A study of factory workers, Br J Clinical Psychol 1982, 21 : 303 311`. 11. Masterton G, Main CJ, Lever AF. : Low Blood Pressure In Psychiatric Inpatient, Br Heart J, 1981 ,45 : 442-446. 12. Timio M, Verdecchia P, Ronconi M. : Blood Pressure Change Over 20 Year In Mens In a Secluded Order, J hypertensions 1985,3 (supplemen 8), 5387 -5388. 13. Anwar AH, Setyonegoro K. : Tiga dimenso Anxietas, Sebuah Pandangan Konsepsesual. Dalam Anxietas ,K. Setyonegoro dan Y. Iskandar (ed). Yayasan Dharma Usada , Jakarta, 1980. 45-43. 14. Velucci SV,. : Anxiety in Neurotransmitter, Drug and disease. RA. Webster , CC. Jordan (ed). Blackwell Scientific Publication . London, 1989, 394 -427.

15. Siverstone T, Turner P.: Anxiety. In Drug Treatment in Psychiatry, 4 th ed, Library of Congress Cataloging in Publication Data Silverstone Trevor, London, 1993, 182- 200. 16. Solomon P : Anxiety Neurosis, Handbook of Psychiatry lange Medical Publication, California, USA,1974, 216-218. 17. Noyes. : Modern Clinical Pshyciatry, WB Saunders Company, Philadhelpia, 1954, 442 -445. 18. Cameron N, Rychlak Sf. : Anxiety Disorder, Personality Development and Psychopatology, 2 nd ed, Houghton Mifflin Company, Boston, USA, 1985, 170-259. 19. American Pshyciatryc Association : Anxiety Disorder, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), Washington , USA, 1994. 20. World Health Organization (WHO) : Anxiety Disorder, ICD-10 Classification of Mental Disorders and Behavior Disorders, Geneva, 1994. 21. Iskandar Y ; Mengatasi Anxietas, Yayasan Dharma Graha, 1994. 22. Sharma R. : Anxiety state, In Pshyciatri Diagnosis & Therapy 88/89, JH Flaherty (ad), Prentice Hall International Inc. USA, 1989, 84-95. 23. Ganong WF. : Review of medical Physiology , Prentice Hall International Inc. USA, 1991. 24. Lader M. : Brain Organization and Bahavior, In Introduction to Psychompharmalogy, Cambridge University Press, USA, 1996, 168 -215. 25. Stahl SM : Anxiolytic and Sedative-Hypnotic. In essential Psychompharmalogy Cambridge University Press, USA, 1996 , 168-215. 26. Sidabutar RP. : Patofisiologi dan Patogenesis Hipertensi Yang Ada Kaitannya Dengan Pengobatan, Simposium Nasional Hipertensi, PB IDI, Jakarta ,1993. 27. Susalit E : Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi Hipertensi. Dalam Hipertensi, RP Sidabutar (ed), Yayasan Penerbitan IDI,Jakarta,1991. 28. Kaplan NM. : Primary Hypertension Phatogenensis. In Clinical Hypertensions.Wiliiam & Wilkins, Baltimore, USA, 1994, 47 -107.

29. Adams RD. : The Limbic Lobes and the Neurology of Emotions. In Princeples Neurology, 3 rd (ed), Mcgraw Hill Book Company, New York,USA, 1993,381 -392. 30. Guyton Ac. : Human Physiology and Mechanism of Desease. WB Saunders Company, 1982. 31. Gothert M, Schlicker E. : Classification of Serotonin Receptors, In Serotonin in Cardiovasculer Pharmacology, Raven Press, New York, 1987, 10 ;30 ; 58- 511. 32. Houston PS, Vanhoutta PM.: Serotonin the Puzzling Neurotransmitter , Its Roleing Vascular Desease ,Medical Progress, Oktober 1986, 67-69.

ANXIETAS DAN HIPERTENSI

OLEH : M. FAISAL IDRUS BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2006

Alamat : Jl. Bonto Mene No. 27 Rt 02/Rw 07. Kelurahan Banta-bantaeng Kecamatan : Rappocini Makassar Telp : (0411) 878551 HP : 081524966494

You might also like