You are on page 1of 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Pengamatan parameter fisika, kimia, dan biologi. Hasil pengamatan parameter pada stasiun I yaitu parameter fisika diperoleh rata-rata suhu 29,2C, sedangkan kecerahan rata-rata 145 cm. Parameter kimia diperoleh rata-rata pH 7,65, sedangkan oksigen terlarut pada stasiun ini rata-rata 4,9 mg/l. Parameter biologi yaitu fitoplankton diperoleh keanekaragaman 0,3285. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu, pH, dan oksigen terlarut yaitu Water Quality Checher (WQC), kecerahan digunakan alat Secchi disk, sedangkan pengambilan sampel fitoplankton digunakan alat Plankton net. Tabel 1. Pengamatan parameter pada stasiun I (muara sungai) di perairan sungai Jeneberang. Stasiun I No 1. Parameter Fisika a. Suhu b.kecerahan Kimia a. pH b. Oksigen terlarut Biologi Fitoplankton 07.00-09.00 Wita 29,1C 145 cm 7,63 4,8 mg/l 0,2205 11.00-13.00 Wita 29,3C 145 cm 7,68 4,9 mg/l 0,2142 15.00-17.00 Wita 29,3C 145 cm 7,65 4,9 mg/l 0,5508 Alat

2.

WQC Secchi Disk WQC WQC Plankton Net

3.

Hasil pengamatan parameter pada stasiun II yaitu parameter fisika diperoleh rata-rata suhu 30,2C, kecerahan rata-rata 127 cm. Parameter kimia diperoleh ratarata pH 7,69, oksigen terlarut rata-rata 5,3 mg/l. Parameter biologi diperoleh keanekaragaman fitoplankton rata-rata 0,4513. Tabel 2. Pengamatan parameter pada stasiun II (penambangan pasir) di sungai Jeneberang. Stasiun II No 1. Parameter Fisika a. Suhu b. kecerahan 2. Kimia a. pH 7,67 7,70 5,4 mg/l 7,70 5,3 mg/l WQC WQC 29,6C 127 cm 30,7C 127 cm 30,5C 127 cm WQC Secchi Disk 07.00-09.00 Wita 11.00-13.00 Wita 15.00-17.00 Wita Alat

b. Oksigen terlarut 5,2 mg/l 3. Biologi Fitoplankton 0,2872

0,5376

0,5292

Plankton Net

Hasil pengamatan parameter pada stasiun III yaitu parameter fisika diperoleh rata-rata suhu 31,2C, kecerahan rata-rata 134 cm. Parameter kimia diperoleh rata-rata pH 8,57, oksigen terlarut rata-rata 7,4 mg/l. Parameter biologi diperoleh keanekaragaman fitoplankton rata-rata 0,3758.

Tabel 3. Pengamatan parameter pada stasiun III (limbah domestik) di perairan sungai Jeneberang. Stasiun III No 1. Parameter Fisika a. Suhu b. kecerahan 2. Kimia a. pH 8,58 8,58 7,5 mg/l 8,56 7,5 mg/l WQC WQC 30,9C 134 cm 31,5C 134 cm 31,4C 134 cm WQC Secchi Disk 07.00-09.00 Wita 11.00-13.00 Wita 15.00-17.00 Wita Alat

b. Oksigen terlarut 7,2 mg/l 3. Biologi Fitoplankton 0,465

0,1876

0,475

Plankton Net

2. Pengamatan identifikasi jenis fitoplakton. Identifikasi jenis fitoplankton pada tiga stasiun ditemukan 30 jenis fitoplankton yang termasuk dalam kelas Bacilliarophyta (Diatom), Dinophyta (Dinoflagellata), dan Cyanophyta (Alga biru hijau). Komposisi jenis fitoplankton pada stasiun I didominasi kelas Dinophyta, sedangkan pada stasiun II dan III didominasi kelas Bacilliarophyta. Identifikasi jenis fitoplankton disajikan dalam tabel 4, 5, dan 6, sebagai berikut:

Tabel 4. Pengamatan komposisi jenis fitoplankton pada Stasiun I. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Jenis Fitoplankton Gymnodinium Sp. Hemiaulus Sp. Oscillatoria Sp. Guinardia striata Odontella mobilliensis Thalassionema Sp. Plagiodiscus Sp. Pleurosigma Sp. Diplopsalis Sp. Gymnodinium Sp. Hemiaulus Sp. Oscillatoria Sp. Dactyliosolen Sp. Odontella mobilliensis Thalassionema Sp. Plagiodiscus Sp. Diplopsalis Sp. Gymnodinium Sp. Hemiaulus Sp. Oscillatoria Sp. Dactyliosolen Sp. Odontella mobilliensis Thalassionema Sp. Guinardia striata Plagiodiscus Sp. Pleurosigma Sp. Diplopsalis Sp. Waktu Pengambilan (07.00-09.00 Wita) Ulangan 3 4 17 17 3 3 3 3 2 2 4 4 1 1 3 3 1 1 23 21 17 14 1 4 1 3 1 7 9 17 9 1 2 1 2 2 1 2 Jumlah 5 27 11 4 2 2 1 1 1 16 8 1 3 1 2 13 11 3 1 2 1 133 40 21 6 18 6 11 5 5 121 65 7 3 17 6 13 7 57 57 10 3 5 3 4 5 5 4

(11.00-13.00 Wita)

(15.00-17.00 Wita)

1 43 13 8 3 7 3 6 34 15 2 2 5 3 3 17 8 5 3 2 3 -

2 25 8 1 2 1 3 27 11 4 1 7 2 6 1 11 12 1 2 1 3 1

Tabel 5. Pengamatan komposisi jenis fitoplankton pada stasiun II. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Jenis Fitoplankton Diplopsalis Sp. Ditylum Sp. Coscinodiscus Sp. Oscillatoria Sp. Asterionellopsis glacialis Ceratium furca Protoperidinium Sp. Pseudanabaena Sp. Gymnodinium Sp. Thalassionema Sp. Chaetoceros Sp. Hemiaulus Sp. Dactyliosolen Sp. Eutreptia viridis Navicula Sp. Prorocentrum minimum Pseudanabaena Sp. Gymnodinium Sp. Thalassionema Sp. Chaetoceros Sp. Hemiaulus Sp. Dactyliosolen Sp. Eutreptia viridis Ceratium furca Navicula Sp. Prorocentrum minimum Ditylum Sp. Coscinodiscus Sp. Protoperidinium Sp. Oscillatoria Sp. Ceratium furca Lyngbya Sp. Chaetoceros Sp. Gyrodinium Sp. Prorocentrum minimum Pseudanabaena Sp. Coscinodiscus Sp. Thalassionema Sp. Ditylum Sp. Waktu Pengambilan (07.00-09.00 Wita) 1 17 22 15 13 18 17 21 11 8 10 5 4 7 4 2 3 7 6 11 3 2 1 3 9 3 4 13 9 14 4 7 2 1 3 3 7 3 10 6 2 11 17 9 9 7 11 15 8 6 5 4 7 2 2 4 5 10 3 9 2 4 3 1 6 2 3 16 7 17 4 3 4 6 3 7 7 9 Ulangan 3 4 21 13 20 27 11 21 7 15 14 10 10 15 13 10 15 7 10 4 8 3 7 2 3 10 1 1 2 7 1 11 9 5 2 7 10 4 1 1 4 7 5 4 1 1 14 9 6 3 9 11 2 1 1 2 1 1 3 1 5 2 6 2 5 3 2 7 7 Jumlah 5 16 19 13 11 6 20 7 11 8 5 3 2 2 7 1 13 6 5 2 1 8 5 2 11 5 8 1 3 4 3 4 78 105 69 55 55 73 66 52 36 31 21 26 12 7 22 10 50 16 43 10 12 10 5 36 15 10 63 30 59 7 14 3 5 11 16 21 22 22 33

(11.00-13.00 Wita)

(15.00-17.00 Wita)

Tabel 6. Pengamatan komposisi jenis fitoplankton pada stasiun III. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Jenis Fitoplankton Prorocentrum minimum Dactyliosolen Sp. Protoperidinium Sp. Pseudanabaena Sp. Asterionellopsis glacialis Odontella mobilliensis Pseudo-nitzchia Sp. Spirulina Sp. Leptocylindricus Sp. Skeletonema costatum Coscinodiscus Sp. Skeletonema costatum Hemiaulus Sp. Asterionellopsis glacialis Pseudanabaena Sp. Oscillatoria Sp. Prorocentrum mexicatum Ceratium furca Anabaenopsis Sp. Chaetoceros Sp. Cydotella Sp. Dactyliosolen Sp. Protoperidinium Sp. Hemiaulus Sp. Anabaenopsis Sp. Dactyliosolen Sp. Skeletonema costatum Asterionellopsis glacialis Chaetoceros Sp. Prorocentrum mexicatum Thalassionema Sp. Protoperidinium Sp. Pseudanabaena Sp. Coscinodiscus Sp. Waktu Pengambilan (07.00-09.00 Wita) Ulangan 3 4 2 4 5 3 2 3 1 5 1 11 7 3 4 4 1 5 2 5 2 7 9 13 11 6 5 8 4 3 4 8 6 18 19 4 3 4 3 5 6 5 5 6 5 3 4 5 4 3 1 4 2 4 1 4 3 6 5 2 3 1 1 7 4 Jumlah 5 1 4 3 2 3 10 3 3 2 6 11 2 7 1 3 13 5 5 4 6 8 2 3 2 4 3 6 2 1 2 2 5 16 22 13 8 18 51 21 10 16 11 47 57 27 38 18 32 90 23 27 30 27 35 18 24 14 22 17 26 20 7 12 10 6 32

(11.00-13.00 Wita)

(15.00-17.00 Wita)

1 6 3 3 2 3 13 6 2 4 3 14 15 5 12 7 9 19 7 8 9 7 10 6 4 5 5 4 6 4 3 4 6 3 7

2 3 7 5 6 10 5 3 1 11 7 9 7 3 6 21 4 2 7 64 6 3 8 3 7 5 7 3 1 2 3 1 9

3. Keanekaragaman jenis fitoplankton. Keanekaragaman jenis fitoplankton pada tiga stasiun diperoleh

keanekaragaman jenis fitoplankton, sebagai berikut: Tabel 7. Keanekargaman jenis fitoplankton pada tiga Stasiun pengamatan. Stasiun I Waktu Pengambilan 07.00-09.00 11.00-13.00 15.00-17.00 II 07.00-09.00 11.00-13.00 15.00-17.00 III 07.00-09.00 11.00-13.00 15.00-17.00 Keanekaragaman (H) 0,2205 0,2142 0,5508 0,2872 0,5376 0,5292 0,465 0,1876 0,475

4. Persentase jenis fitoplankton Persentase jenis fitoplankton pada stasiun I diperoleh kelas Dinophyta sebanyak 49%, kelas Bacilliarophyta sebanyak 45%, dan kelas Cyanophyta sebanyak 6%. Pada stasiun II diperoleh jenis fitoplankton dari kelas Bacilliarophyta sebanyak 62%, kelas Dinophyta sebanyak 26%, dan kelas Cyanophyta sebanyak 12%. Sedangkan pada stasiun III diperoleh persentase jenis fitoplankton dari kelas Bacilliarophyta sebanyak 49%, kelas Dinophyta sebanyak 35%, dan kelas Cyanophyta sebanyak 16%. Persentase jenis fitoplankton disajikan pada gambar 1, 2, dan 3, sebagai berikut:

6% 49% 45% Bacilliarophyta Dinophyta Cyanophyta

Gambar 1. Histogram komposisi jenis fitoplankton pada stasiun I di perairan sungai Jeneberang.

12% 26% 62%

Bacilliarophyta Dinophyta Cyanophyta

Gambar 2. Histogram komposisi jenis fitoplankton pada stasiun II di perairan sungai Jeneberang.

16% 35% 49% Bacilliarophyta Dinophyta Cyanophyta

Gambar 3. Histogram komposisi jenis fitoplankton pada stasiun III di perairan sungai Jeneberang.

B. Pembahasan Dari hasil penelitian pada tiga stasiun ditemukan 30 jenis fitoplankton yang termasuk kedalam kelas Bacilliarophyta (Diatom), Dinophyta (Dinoflagellata), dan Cyanophyta (Alga Biru-Hijau). Pada stasiun I (muara sungai) ditemukan 10 jenis fitoplankton dari kelas Bacilliarophyta yang terdiri dari 7 famili, kelas Dinophyta 1 famili, dan kelas Cyanophyta 1 famili. Jenis fitoplankton yang paling banyak ditemukan di stasiun ini yaitu Gymnodinium Sp. dari famili Gymnodiniaceae kelas Dinophyta, sedangkan jenis fitoplankton yang jumlahnya sangat sedikit ditemukan yaitu Dactyliosolen Sp. dari famili Rhizosoleniaceae kelas Bacilliarophyta. Indeks keanekaragaman jenis fitoplankton pada stasiun ini tergolong rendah rata-rata 0,3285, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya kecepatan arus dan aktifitas pemangsaan karena fitoplankton merupakan produsen utama pada daerah perairan. Persentase jenis fitoplankton pada stasiun ini yaitu kelas Dinophyta sebanyak 49%, sedangkan kelas Bacilliarophyta sebanyak 45%, dan kelas Cyanophyta sebanyak 6%. Kelas Dinophyta (dinoflagellata) mencakup berbagai spesies yang uniseluler, sebagian besar dilengkapi dengan dinding sel. Dinophyta hidup di dalam air laut dan air tawar. Spesies ini umumnya berkembangbiak dengan cara pembelahan sel. Kelas Bacilliarophyta (diatom) merupakan alga uniseluler atau berbentuk koloni, yang secara luas tersebar di dalam air tawar dan air asin. Kebanyakan spesies berenang-renang bebas, tetapi beberapa menempel pada tumbuhan atau benda-benda lain. Bentuk umum sel itu persegi panjang sampai bulat tetapi banyak variasinya. Bacilliarophyta memperbanyak diri dengan proses seksual, tetapi cara yang utama

melalui pembelahan sel. Kelas Cyanophyta (alga biru-hijau) umumnya berwarna hijau kebiruan yang disebabkan oleh adanya pigmen fikosianin, klorofil, dan karotin serta kadang-kadang fikoeritrin. Spesies ini hidup di air tawar, air laut, dan air payau.1 Fitoplankton pada daerah estuari memiliki populasi yang rendah, biasanya terjadi pada akhir musim gugur dan musim dingin karena berkurangnya cahaya dan kekeruhan perairan sangat tinggi sebagai akibat besarnya debit air sungai dan turbulensi. Hal ini diikuti oleh pertumbuhan Bacilliarophyta yang pesat pada akhir musim dingin. Bacilliarophyta seringkali mendominasi fitoplankton, tetapi

Dinophyta dapat menjadi dominan selama bulan panas dan dapat tetap dominan sepanjang waktu di beberapa estuaria.2 Pada pengamatan parameter fisikanya yaitu suhu pada stasiun ini rata-rata 29,2C, kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan fitoplankton antara 20C-35C dan kecerahannya rata-rata 145 cm. Kecerahan suatu perairan salah satu faktor yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton, makin cerah suatu perairan makin tinggi kelimpahannya. Pengamatan parameter kimianya yaitu pH rata-rata 7,65, kisaran pH tersebut masih berada pada kisaran nilai yang baik untuk kehidupan biota perairan. Pada umumnya fitoplankton hidup pada kisaran pH 2-9, sedangkan pengamatan oksigen terlarut pada stasiun ini rata-rata 4,9 mg/l. Oksigen telarut merupakan salah
1

Sunarto, Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton bagi Ekosistem Laut (Jatinagor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, 2008), h. 11-12. Dewi Wulandari, Keterikatan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Parameter Fisika Kimia di Estuari Sungai Brantas (Porong) Jawa timur (Bogor: DMSP, FPIK, Institut Pertanian Bogor, 2009), h. 6.
2

satu unsur pokok pada proses metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi, kandungan oksigen terlarut di perairan tidak boleh kurang dari 2 mg/l. 3 Spesies yang ditemukan pada muara sungai Jeneberang ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan pengamatan spesies fitoplankton di estuaria sungai Brantas (porong), Jawa Timur yaitu dari jenis spesies yang ditemukan terdiri dari kelas Bacilliarophyta, Dinophyta, dan Cyanophyta, sedangkan kelas yang mendominasi di perairan estuaria sungai Brantas yaitu Bacilliarophyta, sedangkan pada pengamatan di perairan estuaria sungai Jeneberang didominasi kelas Dinophyta, hal ini disebabkan karena pertumbuhan Bacilliarophyta yang pesat pada akhir musim dingin, sedangkan Dinophyta dapat menjadi dominan selama bulan panas.4 Pada stasiun II (daerah penambangan pasir) ditemukan 18 jenis fitoplankton dari kelas Bacilliarophyta yang terdiri dari 8 Famili, kelas Dinophyta 5 Famili, dan kelas Cyanophyta 2 Famili. Jenis fitoplankton yang paling banyak ditemukan di stasiun ini yaitu Ditylum Sp. dari famili Lithodesmiaceae kelas Bacilliarophyta, sedangkan jenis fitoplankton yang jumlahnya sangat sedikit ditemukan yaitu Lyngbya Sp. dari famili Oscillatoriaceae kelas Cyanophyta. Indeks keanekaragaman jenis fitoplankton pada stasiun ini tergolong rendah rata-rata 0,4513, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya kecerahan, kecepatan arus dan aktifitas pemangsaan. Komposisi jenis fitoplankton pada stasiun ini didominasi kelas Bacilliarophyta yaitu
3

Ibid. Ibid., h. 27.

sebanyak 62%. Kelas Bacilliarophyta mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitarnya, kelas ini bersifat kosmopolitan serta mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang tinggi dibandingkan dengan kelas lainnya. 5 Pada pengamatan parameter fisikanya yaitu suhu pada stasiun ini rata-rata 30,2C, suhu pada stasiun ini masih baik untuk pertumbuhan fitoplankton dan kecerahannya rata-rata 127 cm, kecerahan pada stasiun ini lebih rendah dibandingkan stasiun I, hal ini disebabkan karena adanya aktifitas penambangan pasir. Pengamatan parameter kimianya yaitu pH rata-rata 7,69 dan oksigen terlarutnya rata-rata 5,3 mg/l, sama halnya pada stasiun I, pH dan oksigen terlarut pada stasiun ini masih baik untuk pertumbuhan fitoplankton. Pada stasiun III (daerah pembuangan sampah) ditemukan 13 jenis fitoplankton dari kelas Bacilliarophyta terdiri atas 7 Famili, kelas Dinophyta 3 Famili, dan kelas Cyanophyta 2 Famili. Jenis fitoplankton yang paling banyak ditemukan di stasiun ini yaitu Skeletonema costatum dari famili Lithodesmiaceae kelas Bacilliarophyta, sedangkan jenis fitoplankton yang jumlahnya sangat sedikit ditemukan yaitu Spirulina Sp. dari famili Oscillatoriaceae kelas Cyanophyta. Indeks keanekaragaman jenis fitoplankton pada stasiun ini tergolong rendah rata-rata 0,3758, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya kecerahan, kecepatan arus dan aktifitas pemangsaan. Komposisi jenis fitoplankton pada stasiun ini didominasi kelas

Ibid., h. 20.

Bacilliarophyta yaitu sebanyak 49%, sama halnya pada stasiun II kelas Bacilliarophyta mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Pada pengamatan parameter fisikanya yaitu suhu pada stasiun ini rata-rata 31,2C, suhu pada stasiun ini masih baik untuk pertumbuhan fitoplankton dan kecerahannya rata-rata 134 cm, untuk pengamatan parameter kimianya yaitu pH ratarata 8,57 dan oksigen terlarutnya rata-rata 7,4 mg/l, nilai pH dan oksigen terlarut pada stasiun ini lebih tinggi dibandingkan pada stasiun I dan II, hal ini disebabkan karena pengaruh limbah domestik pada daerah tersebut. Pada stasiun I didominasi kelas Dinophyta sebanyak 49%, stasiun II didominasi kelas Bacilliarophyta sebanyak 62%, dan stasiun III juga didominasi kelas Bacilliarophyta sebanyak 49%. Pada ketiga stasiun pengamatan didominasi spesies Gymnodinium Sp. dari famili Gymnodiniaceae kelas Dinophyta, sedangkan spesies fitoplankton yang paling sedikit jumlahnya ditemukan yaitu Lyngbya Sp. dari famili Oscillatoriaceae kelas Cyanophyta. Hal ini disebabkan karena kelas Bacilliarophyta mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitarnya, kelas ini bersifat kosmopolitan serta mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang tinggi dibandingkan dengan kelas lainnya.6 Indeks keanekaragaman fitoplankton yang paling banyak terdapat pada stasiun II rata-rata 0,4513, sedangkan yang paling rendah pada stasiun I rata-rata 0,3285. Hasil indeks keanekaragaman fitoplankton dari tiga stasiun tersebut masih
6

Ibid., h. 20.

tergolong rendah karena keanekaragaman jenisnya rata-rata < 2,30. Rumus modifikasi keanekaragaman jenis apabila keanekaragaman jenis < 2,30,

keanekaragaman termasuk rendah, penyebaran jumlah individu tiap genus rendah dan kestabilan komunitas rendah, apabila 2,30 < H < 6,08 keanekaragaman jenis termasuk sedang, penyebaran jumlah individu tiap genus sedang dan kestabilan komunitas sedang, dan apabila H > 6,08 keanekaragaman jenis termasuk tinggi, penyebaran jumlah individu tiap genus tinggi dan kestabilan komunitas tinggi. 7

Habib Krisna Wijaya, Komunitas Perifiton dan Fitoplankton serta Parameter Fisika Kimia Perairan sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian Hulu Sungai Cisadane Jawa Barat (Bogor: DMSP, FPIK, Institut Pertanian Bogor, 2009), h. 29.

You might also like