You are on page 1of 2

Perkembangan kartu kredit di dunia terutama di negara Amerika Serikat akhirnya mewabah juga ke negara-negara Asia seperti India,

Korea, Jepang, Taiwan, Hongkong, Singapore, Malaysia dan juga Indonesia. Hal ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi karena memang kebutuhan akan kartu kredit itu sendiri. Dari sini sebenarnya bisa kita menarik benang merah bahwa selain manfaat kartu kredit yang ditularkan ke Asia, sebenarnya juga ikut menular peluang kejahatan kartu kredit itu sendiri yang akhirnya kita kenal sebagai mafia kartu kredit. Semua ilmunya juga berasal dari negara-negara asal mula kartu kredit tersebut diciptakan. Karena merekalah yang mengerti teknologi dan sistem kerjanya. Sejarah Kartu Kredit di Indonesia Kartu kredit di Indonesia pertama kali diperkenalkan tahun 1980-an oleh Bank Duta yang bekerja sama dengan prinsipal VISA dan MasterCard Internasional. Bank Dutalah yang menjadi bank pertama di Indonesia yang memasarkan kartu kredit dan secara khusus hanya untuk nasabahnasabah mereka. Waktu itu kartu kredit yang dipasarkan hanya untuk mengincar orang-orang kaya atau orang-orang kelas tertentu di Indonesia yang sering bepergian ke luar negeri. Tentu membawa uang tunai dalam jumlah besar ke luar negeri bukan pilihan yang bijak sebab selain memberatkan juga sangat berisiko. Uang dalam bentuk cek perjalanan atau giro pun memiliki kendala yang sama yakni bisa rusak, sobek, hilang dicuri dan dipergunakan orang lain. Tetapi tidak demikian dengan kartu kredit. Bank Duta sekarang sudah tinggal nama masuk museum bersama bankirnya. Ini menjadi bukti bahwa segala sesuatu yang pertama tidak selalu akan menjadi yang terbaik dan bertahan selamanya. Kemudian pemain baru mulai masuk seperti Citibank, BCA, dsb.. Pertama kali datang Citibank belum merubah logo dan namanya. Waktu itu namanya kalau tidak salah masih City Bank. Nama yang menggambarkan sebuah bank di sebuah kota besar yang sangat padat penduduknya (city = kota). Core bisnis Citibank yang membuatnya meraih banyak keuntungan dan begitu terkenal hingga ke berbagai pelosok negeri justru adalah produk kartu kredit ini. Pada waktu dulu ketika kami masih menjadi sales marketing kartu kredit Citibank, ada pameo yang berkata dan ini benar adanya, "Belum punya kartu kredit Citibank berarti belum punya kartu kredit." Hal ini memang tidak bisa dibantah karena fasilitas, pelayanan, benefit serta manajemen perbankan Citibank benar-benar naik daun dan luar biasa. Bahkan beberapa bankir baru dibilang hebat jika pernah bekerja dan berkarir di bank asing tersebut. Makanya untuk bisa menduduki posisi kunci di bank-bank swasta, Anda minimal harus pernah berkarir di bank asing satu ini. Tetapi mungkin sekarang sudah berubah di mana orang-orang pintar dan hebat bisa berasal dari mana saja. Kami mungkin termasuk salah satu orang yang juga kecipratan manajemen dan ilmu dari bank asing ini. Kalau tidak, bagaimana bisa sedemikian paham dan mendesain situs ini dengan berbagai ilmunya? Bukan saja di Indonesia atau negara-negara Asia tetapi juga seluruh dunia mengenal kehebatan kartu kredit Citibank. Makanya dulu orang-orang ingin sekali memiliki kartu kredit Citibank. Tak ada bedanya dengan produk ponsel era AMPS (teknologi sebelum GSM). Pokoknya kalau dulu pegang ponsel AMPS yang berat kayak batubata pasti dianggap luar biasa. Tetapi sekarang zaman berbeda dan semuanya menjadi biasa saja. Tukang ojek, nelayan sampai pedangan kaki-5 saja sudah menggunakan ponsel bahkan ada 2 atau 3 unit di mana satu buat urusan keluarga, satu buat pelanggan, satu buat pacar gelap. Kurang lebih

seperti itu penggunaan dan kepemilikan kartu kredit di masyarakat. Rata-rata semuanya sudah memegang kartu kredit. Beberapa kasus kejahatan perbankan dan kartu kredit yang terjadi belakangan ini seperti kasus Inong Malinda Dee, tewasnya nasabah Citibank di tangan debt collector, semakin merontokkan sinar bank asing ini di masyarakat Indonesia bahkan dunia. Saat ini tidak ada lagi kebanggaan jika menggunakan kartu kredit Citibank. Bahkan ada lelucon yang beredar jika kita menggunakan kartu kredit Citibank, "Bentar lagi kalo loe ngemplang, loe bisa segera bertemu Tuhan." Kami sempat mendengar celutukan tersebut saat makan di sebuah restoran terkenal. Bahkan ada seorang bapak yang meminta pendapat isterinya bagaimana jika dia menutup kartu kredit Citibanknya. Bertolak belakang 180 derajat. Apalagi saat ini hampir semua orang yang punya rekening tabungan BCA selalu ditawarkan kepemilikan kartu kredit BCA. Fungsi utama kartu kredit BCA pada dasarnya juga sama yakni sebagai alat transaksi. BCA menerapkan jurus marketing ampuh dan memang merupakan salah satu bank swasta terbaik di Indonesia bahkan Asia. Jadi zaman memang sudah mengubah segalanya sedemikian rupa. Dulu kalau kita ingin memiliki kartu kredit, kitalah yang harus datang ke bank atau memohonmohon kepada mereka. Kayak waktu sakit di mana kita harus datang mencari dokter. Bukan cuma itu saja, memiliki kartu kredit juga punya persyaratan yang rumit seperti syarat jumlah tabungan, pekerjaan, dan bahkan status sosial. Dan itu bisa diketahui oleh bank lewat pihakpihak yang memberikan referensi atau rekomendasi kepemilikan kartu kredit. Mengikuti kiprah bisnis kartu kredit Citibank adalah Bank BCA. Bank BCA menerbitkan kartu kredit khusus untuk karyawan-karyawannya dan nasabah-nasabah pilihan. Setelah itu baru menyusul bank-bank lain seperti Bank Danamon, Bank Mashill, Bank Bali, Guna Bank, Bank Internasional Indonesia, dst. Beberapa bank yang kami sebutkan tersebut juga sudah masuk museum bersama pemiliknya barangkali. Tetapi bisnis kartu kredit mencapai puncaknya ketika pemerintah mengeluarkan regulasi yang dikenal dengan paket Desember 1988 yang berkaitan dengan dunia perbankan. Perusahaan keuangan baik bank atau nonbank yang menerbitkan kartu kredit di Indonesia tumbuh bagai cendawan di musim hujan. Bukan saja institusi perbankan yang tertarik akan gurihnya bisnis kartu kredit tetapi juga perusahaan swasta yang sama sekali tidak berhubungan dengan industri keuangan. Sebut saja dulu kartu kredit dari Hero Supermarket, IndoMobil Group, Rimo, Astaga, dsb. Semuanya tentu menjalin kerjasama dengan bank atau prinsipal kartu kredit (VISA, MasterCard, JCB, dsb.). Sekadar tahu saja pada tahun 2008 pernah tercatat tak kurang dari 20 bank atau perusahaan yang menawarkan kartu kredit di Indonesia. Wow! Meskipun krisis ekonomi dan keuangan yang sempat melanda kawasan Asia Tenggara yang menyeret Indonesia ke ambang kehancuran dan kerusuhan, yang menyebabkan sebagian bank dilikuidasi dan ditutup, bank-bank yang masih bertahan terutama bank asing tetap saja berlomba-lomba menarik nasabah kartu kredit. Ada saja cara dan trik marketing yang mereka gunakan dalam memasarkan kartu kredit mereka. Sebab bisnis kartu kredit hingga saat ini masih merupakan salah satu urat nadi perbankan dalam meraih untung. Kurang lebih seperti itulah sedikit latar belakang sejarah kartu kredit di Indonesia.

You might also like