You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai performa (performance) perusahaan. Oleh karena itu, masing-masingperusahaan menetapkan kebijakan dividend yang berbeda-beda, karena kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Sebaliknya, maka saham perusahaan menjadi tidak menarik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan. Isu tentang dividen sangat penting dengan berbagai alasan antara lain: Pertama, perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur permodalan perusahaan. Dalam menetapkan kebijakan dividen, seorang manager keuangan menganalisis sampai seberapa jauh pembelanjaan dari dalam perusahaan sendiri yang akan dilakukan oleh perusahaan dapat dipertanggungjawabkan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Kebijakan Deviden Salah satu kebijakan deviden yang harus diambil oleh manajemen adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi sebagian untuk deviden dan sebagian lagi di bagi dalam laba ditahan. Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi Kebijakan Deviden adalah kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan (deviden) kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan ). Deviden adalah pendapatan bagi pemegang saham yang dibayarkan setiap akhir periode sesuai dengan persentasenya. Persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham disebut sebagai Deviden Payout Ratio (DPR). Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen , semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen.

2.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran deviden menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai

sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran deviden. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran deviden merupakan aspek utama dalam kebijakan deviden (Wachowicz ,1997: p.496). Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain : a. Posisi Likuiditas Perusahaan Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan, akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

b. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan, yaitu perusahaan membiayai hutang itu pada saat jatuh tempo atau menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain. Jika keputusannya membayar hutang tesebut, maka biasanya perlu untuk menahan laba.

c. Tingkat Ekspansi Aktiva Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya, perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya dalam bentuk deviden.

d. Stabilitas Laba Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan DPR yang tinggi, daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Deviden yang lebih rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa yang akan datang.

2.3

Teori-Teori Kebijakan Deviden 1. Dividen tidak relevan Menurut Modigliani dan Miller (1961) dalam Saxena (1999), dividen payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga saham perusahaan atau biaya modalnya. Modigliani dan Miller menyatakan bahwa dividen payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut: a) Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan b) Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi c) Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividen payout ratio d) Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang.

e) Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. 2. Bird in the hand theory Sementara itu, menurut Gordon dan Litner (1956) dalam Saxena (1999) tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada kenaikan nilai modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan. Modigliani dan Miller (1961) berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gain di masa yang akan datang. Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang disyaratkan tidak dipengaruhi oleh dividen payout ratio. Pendapat Gordon dan Litner (1956) dalam Saxena (1999) oleh Modigliani dan Miller (1961) diberi nama bird in the hand fallacy. Gordon dan Litner (1956) dalam Saxena (1999) beranggapan investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burng di udara. Sementara Modigliani dan Miller berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki risiko yang sama. Oleh sebab itu, tingkat risiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh dividen payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat risiko investasi baru. 3. Tax preference theory Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen , maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas dividen karena pajak atas capital

gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen . Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen . Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield yang tinggi daripada saham dengan dividen yield yang rendah. Oleh karena itu, teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividen payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen (Litzenberger dan Ramaswamy, 1979 dalam Saxena, 1999).

2.4

Macam-macam Kebijakan Deviden a. Kebijakan Deviden Yang Stabil Artinya jumlah deviden perlembar dibayarkan setiap tahun tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunny berfluktuasi. Kebijakan Deviden Dengan Penetapan Jumlah Deviden Minimal Ditambah Jumlah Ekstra Tertentu. Artinya kebijakan ini menentukan jumlah rupiah minimal deviden per lembar saham setiap tahunnya apabila keuntungan perusahaan lebih baik, akan membayar deviden ekstra. b. Kebijakan Deviden Dengan Penetapan Deviden Payout Ratio Yang Konstan Artinya kebijakan ini memberikan deviden yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar deviden yang dibayarkan dan sebaliknya. Dasar yang digunakan sering disebut denviden payout ratio.

c. Kebijakan Deviden Yang Fleksibel Artinya besarnya setiap tahun disesuaikan dengan kondisi financial dan kebutuhan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

2.5

Kebijakan Stock Deviden Kebijakan Stock Deviden adalah kebijakan yang pembayaran devidennya kepada pemegang saham dalam bentuk saham bukan uang tunai. Pemberian deviden tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi dari modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock deviden ini akan mengurangi pos laba ditahan dan akan ditambah ke pos modal saham. Tujuan perusahaan memberikan stock deviden adalah untuk menghemat kas karena adanya kesempatan investasi yang lebih menguntungkan. Rumus Stock Deviden (SD) : % SD * Jumlah Lembar Saham yang digunakan :

2.6.

Kebijakan

Stock

Splits

Merupakan kebijakan untuk meningkatkan jumlah lembar saham dengan cara pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pegurangan nilai nominal saham yang lebih kecil secara proporsional. Oleh karena itu dengan stock splits harga saham menjadi lebih murah. Tujuan stock splits adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading b a x Jumlah lembar saham b x Nilai range tertentu. Rumus yang digunakan : a nominal

2.7.

Kebijakan

Reverse

Splits

Merupakan kebijakan untuk menurunkan jumlah lembar saham dengan cara pengurangan jumlah lembar saham menjadi lembar yang lebih sedikit dengan penambahan harga nominal per lembar secara a b x Jumlah lembar saham a x Nilai proporsional. Rumus yang digunakan : b nominal

Keterangan b

a perbandingan

perbandingan

terkecil terbesar

2.8. Rumus-rumus Yang Digunakan 1. Stock deviden (SD) : % SD x Jumlah lembar saham 2. Saham biasa (SB) : harga nominal x (SD + jumlah lembar saham) 3. Saham biasa baru : SB lama + (SD x HN) 4. Agio saham (AS) : AS lama + [SD (HP - HN)] jika nilai HP > HN AS baru [SD (HN - HP)] jika nilai HP < HP 5. Laba yang ditahan : LYD lama (SD x HP) 6.Rumus Stock Splits dan Reverse Splits

Keterangan : HP harga pasar HN harga nominal

http://dnopiyanti.blogspot.com/2010/06/makalah-kebijakan-deviden.html http://ekonomi.kabo.biz/2011/05/kebijakan-dividen.html http://ivannali.com/makalah-kebijakan-deviden.html

You might also like