You are on page 1of 4

PENDAHULUAN

Dalam UU PPh tidak ada penjelasan apa yang dimaksud dengan subjek PPh, namun secara umum pengertian Subjek Pajak adalah siapa yang dikenakan pajak. Sedangkan Objek PPh adalah penghasilan. Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh, baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, baik untuk investasi maupun konsumsi.

BAB VIII
SUBJEK PAJAK Subjek Pajak Penghasilan UU PPh menegaskan ada 3 kelompok yang menjadi subjek PPh, yaitu : 1. Orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak 2. Badan yang terdiri dari PT, CV, Perseroan lainnya, BUMN dan BUMD dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis,lembaga dana pension dan bentuk badan usaha lainnya. 3. Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan Subjek PPh dibedakan antara subjek pajak dalam negeri dan luar negeri. Subjek pajak dalam negeri orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan juga badan usaha yang didirikan atau bertempat di Indonesia, atau bias juga warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Sedangkan subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Perbedaan penting antara subjek pajak dalam negeri dengan luar negeri diketahui terutama dalam hal pemenuhan kewajiban pajaknya yaitu : 1. Subjek pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia, sedangkan subjek pajak luar negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan yang bersumber dari Indonesia 2. Subjek pajak dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan netto dengan tariff umum, sedangkan subjek pajak luar negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tariff pajak sepadan 3. Subjek pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) sebagai sarana menghitung pajak yang terutang, sedangkan subjek pajak luar negeri tidak
2

wajib menyampaikan SPT Tahunan karena kewajiban pajaknya sudah dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final

Subjek Pajak Pertambahan Nilai Subjek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP.

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang mempunyai kewajiban untuk melunasi PBB sesuai dengan UU PBB. Subjek PBB baru akan melunasi utang PBB apabila subjek PBB secara nyata mempunyai hak atas bumi dan bangunan. Hak atas bumi dan bangunan dalam PBB adalah mengacu pada ketentuan UU Agraria, yaitu hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan hak pengelolaan. Apabila subjek pajak yang ditetapkan oleh Direktorat jendral Pajak merasa penetapan tersebut tidak benar, subjek pajak dapat mengajukan keberatan dengan memberikan keterangan secara tertulis bahwa ia bukan WP terhadap objek pajak dimaksud.

Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pengaturan masalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diatur dalam UU No. 21 Tahun 1997. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa yang menjadi subjek pajak dalamn BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan. Artinya, yang menjadi subjek BPHTB adalah mereka yang menerima pengalihan hak, baik badan atau orang pribadi. Subjek pajak inilah yang dikenakan kewajiban membayar pajak, sehingga disebut WP. Apabila WP tidak melunasi utang pajak, maka dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, Direktorat Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya ternyata jumlah pajak yang terutang kurang bayar.

Subjek Bea Materai Pengaturan masalah Bea Materai diatur dalam UU No. 13 Tahun 1985. Dalam UU tersebut, dijelaskan bahwa Bea Materai merupakan pajak yang dikenakan terhadap suatu dokumen. Apabila suatu dokumen belum dibubuhi Bea Materai, namun bila akan digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, maka pihak yang akan menggunakan dokumen tersebut sebagai bukti, dibebani kewajiban untuk melunasi Bea Materainya terlebih dahulu. Pelunasan diilakukan melalui pejabat pos yang disebut pemeteraian kemudian.

You might also like