You are on page 1of 14

Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Pembelajaran di SMU

Oleh: Drs. Wahono Widodo, M.Si.

Makalah dibuat dalam rangka Pelatihan KSPBK bagi Guru-guru di SMU Negeri Kabuh Jombang, tanggal 27 September 2003 di SMU Negeri Kabuh Jombang, berdasarkan Surat Tugas Lembaga Penelitian UNESA No. 340/J37.8/KP.02.07/2003

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2003

Penerapan KBK/

Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Pembelajaran di SMU Oleh: Drs. Wahono Widodo, M.Si.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Upaya peningkatan mutu pendidikan seharusnya dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, seni, olah raga, dan perilaku. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life-skills) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa datang. Dengan demikian peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran dan atau pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Salah satu upaya tersebut melalui perbaikan kurikulum, dengan dikembangkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK mulai diperkenalkan mulai Cawu 2 tahun ajaran 2001/2002 melalui mini piloting di empat provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur di 12 SD, 12 SLTP, dan 12 SMU. Direncanakan KBK ini mulai berlaku pada tahun 2004. Berdasarkan kajian pengamatan di beberapa sekolah piloting diketahui bahwa adanya sikap guru yang menyikapi KBK sama dengan Kurikulum 1994, yakni masih menunggu petujuk pelaksanaan yang rinci seperti halnya Kurikulum 1994 (Karim, 2003). Tantangan lain dalam melaksanakan KBK, diungkapkan oleh Kepala SMUN I Sidoarjo adalah kurangnya bahan rujukan dan dana untuk program KBK lebih besar daripada progam biasa (Kompas, 21 Sept 2002 dalam Nur, 2003). Kepala Seksi Pengembangan Bahan Ajar SubDirektorat Kurikulum dan Sistem Pengujian menggarisbawahi masih kurangnya kemempuan guru untuk menerjemahkan KBK melalaui pelajaran kepada siswa mereka (Kompas, 21 Sept 2002 dalam Nur, 2003) . Sementara itu dalam Harian Jawa Pos 22 Sep 2002 dengan judul berita Sistem KBK, Guru Bingung Beri Nilai, dinyatakan bahwa problem memberikan nilai ini menghantui para guru yang sekolahnya melaksanakan KBK, karena dalam sistem baru ini guru tidak hanya menilai aspek kognitif yang dimiliki seorang siswa, lebih dari itu ia harus memberikan penilaian terhadap sikap maupun kecakapan siswa. Kenyataan di atas sebagai gambaran tentang kebutuhan nyata bagi sekolah dan guru yang sedang melaksanakan ujicoba KBK. Apabila KBK ini nanti mulai berlaku, maka kebutuhan dan masalah-masalah seperti di atas juga akan dihadapi oleh semua sekolah. Makalah ini mencoba membahas secara ringkas bagaimana mengimplementasikan KBK dalam pembelajaran di kelas

Penerapan KBK/

serta bagaimana melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa. A. Apakah Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi itu? Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Puskur, 2003). Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. 2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. 4. Sumber belajar bukan guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. 5. Penilaian menekankan proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Bagaimana Kompetensi dalam KBK? Tujuan pendidikan nasional dijabarkan menjadi standar kompetensi lintas kurikulum, standar kompetensi tamatan, standar kompetensi rumpun pelajaran, standar kompetensi rumpun pelajaran, standar kompetensi dasar mata pelajaran. Standar kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu jenjang tertentu. Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat dan keterampilan hidup yang harus dimiliki. Hasil belajar dari kompetensi lintas kurikulum ini perlu dicapai melalui pembelajaranpembelajaran dari semua rumpun pelajaran. Standar kompetensi rumpun pelajaran merupakan pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai siswa setelah siswa menyelesaikan rumpun pelajaran tertentu. Standar kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai siswa setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu.

Penerapan KBK/

Standar Kompetensi Mata Pelajaran memuat sejumlah Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa sesuai dengan tingkatan pencapaian hasil belajarnya dalam waktu satu tahun menurut jenjang pendidikannya. Kompetensi dasar mata pelajaran terdiri dari Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, dan Materi Pokok. Kompetensi dasar merupakan penyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa. Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran . Contoh: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika (Draf Akhir KBK, Depdiknas, 2003) A. KERJA ILMIAH Standar Kompetensi: 1. Mendemonstrasikan pengetahuan tentang pengukuran gejala-gejala alam dalam bekerja ilmiah memecahkan masalah, bersikap ilmiah, dan berkomunikasi ilmiah Kompetensi Dasar 1.1 Merencanakan penelitian ilmiah dalam bidang fisika. Hasil Belajar Merumuskan tujuan penelitian Menetapkan bentuk penelitian Menetapkan variabel, termasuk yang dikendalikan Menyusun hipotesis (bila diperlukan) Menetapkan instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian Menentukan langkahlangkah kerja dan pengumpulan data Menetapkan cara memperoleh data yang sesuai Menetapkan cara menganalisis data Materi Pokok Terintegrasi dalam pembelajaran Fisika

B. Kegiatan Belajar Mengajar Berikut ini adalah kutipan Ketentuan Umum dalam draft akhir KBK: Sistem pengelolaan kurikulum ini menuntut kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan ini diarahkan untuk mendorong individu belajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar. Kegiatan belajar mengajar dilandasi oleh prinsip-prinsip berikut. 1. berpusat pada peserta didik

Penerapan KBK/

2. 3. 4. 5. 6.

mengembangkan kreativitas peserta didik menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai menyediakan pengalaman belajar yang beragam belajar melalui berbuat

Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik yang pada gilirannya dapat membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa (Depdiknas, 2003). Mencermati ketentuan umum dalam alinea terakhir di atas, pertanyaan yang timbul adalah bagaimanakah pembelajaran yang kontekstual itu? Bagaimanakah implementasinya di kelas, sehingga menghasilkan pembelajaran yang efektif dan bermakna? Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu cara pikir (konsepsi) yang membantu guru mengkaitkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Blanchard, 2001). Perhatikan dua contoh garis besar situasi pembelajaran Gaya Apung berikut ini. Situasi 1 Guru menyampaikan apersepsi macam gaya dan tekanan fluida. dengan mengingatkan berbagai

Guru memotivasi siswa dengan meminta siswa menggambarkan gaya yang bekerja pada benda di udara dan di dalam air Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru menyampaikan definisi gaya apung dan hukum Archimedes serta penerapannya Guru menyampaikan contoh soal hukum Archimedes Guru meminta siswa mengerjakan soal-soal berkaitan dengan hukum Archimedes Guru membimbing siswa mengerjakan soal-soal berkaitan dengan hukum Archimedes dan selanjutnya membahas soal-soal tersebut Guru menutup pelajaran dan memberikan PR tentang soal-soal hukum Archimedes Guru menyampaikan apersepsi macam gaya dan tekanan fluida. dengan mengingatkan berbagai

Situasi 2

Penerapan KBK/

Guru memotivasi siswa dengan meminta salah satu siswa menceritakan pengalamannya saat berada di dalam air dan di darat, lalu meminta siswa mengangkat batu di udara dan di dalam air Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru meminta siswa secara berkelompok kooperatif meneruskan penyelidikan secara kuantitatif, dengan menimbang berat benda di udara, di dalam air, dan berat air yang didesak benda, serta menemukan hubungan antara gaya apung dengan berat air yang didesak benda. Guru mendorong siswa untuk menyatakan hasil temuannya (hubungan antara gaya apung dengan berat air yang didesak benda), dan melabeli temuan siswa dengan nama hukum Archimedes. Guru meminta siswa memikirkan penerapan gaya apung dalam kehidupan. Guru menutup pelajaran dan memberikan PR berupa karya tulis singkat tentang salah satu penerapan gaya apung dalam teknologi.

Dari dua contoh di atas, contoh manakah yang lebih mengkaitkan isi dengan dunia nyata? The ashington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (2001) menyatakan, untuk mengimplementasikan CTL dalam pembelajaran, terdapat tujuh kunci, yakni: 1. Inkuiri (Inquiry) Diawali dengan kegiatan pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep. Siklus yang terdiri dari kegiatan menganalisis, dan merumuskan teori maupun berkelompok). mengamati, (baik secara bertanya, individual

2. Bertanya (Questioning) Digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa Digunakan siswa selama kegiatan berbasis inkuiri. Membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalamanpengalaman baru berdasarkan pada pengalaman & pemahaman awal. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman belajar bermakna Berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang (siswa) lain. Bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran lebih baik dibangindkan dengan belajar sendiri.

3. Konstruktivisme (Constructivism)

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

5. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

Penerapan KBK/

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau keterampilan Penilaian produk atau kinerja Tugas-tugas yang kontekstual dan relevan Proses dan produk diukur Berpikir tentang apa-apa yang telah dipelajari Merevisi dan merespon kepada kejadian, aktivitas, dan pengalaman Mencatat apa yang telah dipelajari, bagaimana kita merasakan ideide baru Bentuk: jurnal, diskusi, maupun hasil karya/seni Mengucapkan apa yang Anda pikirkan tentang suatu proses (misalkan Anda mengucapkan pikiran Anda saat Anda memulai start, lari, awalan loncatan, di udara, dan mendarat di pasir pada pembelajaran lompat jauh). Medemonstrasikan apa yang Anda inginkan agar siswa lakukan hal yang sama atau mirip.

6. Refleksi (Reflection)

7. Pemodelan (Modelling)

Agar pembelajaran CTL berlangsung lebih efektif, berikut ini beberapa hasil inovasi pembelajaran: 1. Pembelajaran dengan tujuan pengetahuan (dan keterampilan) prosedural Contoh pengetahuan (ketrampilan) prosedural: melakukan lompat tinggi, mengecat, menimbang dengan neraca OHauss, langkah-langkah eksperimen, dan lain-lain. Pembelajaran dengan tujuan seperti ini akan efektif bila menggunakan model Pengajaran Langsung (Direct Instruction, DI). Langkah-langkah DI adalah sebagai berikut. FASE Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa PERAN GURU Menjelaskan Kompetensi yang harus dicapai, informasi latar belakang, pentingnya kompetensi, mempersiapkan siswa untuk belajar Mendemonstrasikan keterampilan tahap demi tahap dengan benar Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal Mengecek apakah siswa berhasil melakukan tugas dengan baik,

Mendemostrasikan keterampilan Membimbing pelatihan Mengecek pemahaman

Penerapan KBK/

dan memberikan umpan balik Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

memberi umpan balik Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan penekanan khusus pada situasi yang lebih kompleks, dan penerapan dalam kehidupan seharihari (dunia kerja)

2. Pembelajaran dengan tujuan isi akademik dan keterampilan sosial Contoh keterampilan sosial: keterampilan berada dalam tugas, keterampilan bertanya, menjawab, menyatakan ketidaksetujuan dengan cara-cara yang tepat, mengemukakan pendapat, menanggapi, dan lainlain. Pembelajaran dengan tujuan seperti ini akan efektif bila menggunakan model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: FASE Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyajikan informasi PERAN GURU Menyampaikan memotivasi siswa tujuan dan

Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi lewat bahan bacaan, apa yang akan dilakukan siswa Membentuk kelompok, membantu transisi menuju kelompok Membimbing kelompok Mengevaluasi kelompok kerjanya Mencari hasil belajar atau mempresentasikan menghargai

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar Membimbing kelompok belajar dan bekerja Evaluasi Memberikan penghargaan

cara-cara

Penerapan KBK/

upaya dan hasil kerja/belajar individu maupun kelompok

Anda dapat menggabungkan dua model di atas, misalnya pembelajaran kooperatif, dengan pemodelan (DI) di dalamnya. 3. Pembelajaran dengan melatihkan strategi-strategi belajar Tujuan jangka panjang kita mendidik siswa kita adalah agar dia menjadi pebelajar mandiri, sehingga belajar sepanjang hayat dapat dia lakukan. Untuk melatih siswa menjadi pebelajar mandiri, maka dalam kegiatan pembelajaran dapat kita selipkan strategi-strategi belajar. Bermacam strategi belajar dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. mengulang Menggarisbawa hi Membuat catatan pinggir elaborasi Membuat catatan Analogi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) organisasi Outlining Mapping Mnemonik Chunking Akronim strategi metakognitif Berfikir tentang cara berfikir siswa itu sendiri Menentukan strategi terbaik bagi diri sendiri

C. Penilaian Berbasis Kelas Menurut Ketentuan Umum Draf Akhir KBK (Depdiknas, 2003), Penilaian Berbasis Kelas merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Penilaian Berbasis Kelas bersifat internal, yaitu hanya dilakukan oleh guru yang bersangkutan . Penilaian tersebut juga merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar sebagai masukan bagi peningkatan mutu hasil belajar. Penilaian Berbasis Kelas memberikan kewenangan pada sekolah untuk menentukan kriteria keberhasilan, cara, dan jenis penilaian. Penilaian Berbasis Kelas menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut. Berorientasi pada kompetensi

Penerapan KBK/

Penilaian mengacu pada kompetensi yang dimuat dalam kurikulum. Semua kompetensi yang ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik mendapat peluang yang sama untuk dinilai. Mengacu pada patokan Penilaian mengacu pada hasil belajar sebagai kriteria ditetapkan (criterion reference assessment). Sekolah menetapkan kriteria sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Ketuntasan belajar Pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut. Sekolah dapat menetapkan tingkat ketuntasan belajar sesuai kondisi dan kebutuhan. Menggunakan berbagai cara Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik. Tes maupun non-tes dipergunakan untuk pengumpulan informasi. Valid, adil, terbuka, dan berkesinambungan Penilaian memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar peserta didik, adil terhadap semua peserta didik, terbuka bagi semua pihak, dan dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya. Sekolah melaporkan hasil penilaian kepada siswa, orang tua, dan pihakpihak yang berkepentingan. Laporan menggambarkan kemajuan dan hasil belajar pada kurun waktu tertentu. Isi laporan memuat deskripsi kemajuan dan hasil belajar secara utuh dan menyeluruh. Hasil penilaian dapat digunakan untuk mendiagnosis dan memberikan umpan balik. Contoh alat Penilaian Proses dan Produk dapat dilihat dalam Lampiran.

Penerapan KBK/

10

D. Silabus dan Komponennya Silabus merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta penilaiannya (Puskur, 2002). Oleh karena itu, silabus harus disusun secara sistematis berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian kompetensi dasar. Dalam mengembangkan silabus, komponen minimal yang harus ada adalah kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, uraian materi, dan penilaian. Sedangkan beberapa tambahan seperti alokasi waktu dan sumber belajar/alat/bahan dapat ditambahkan, agar lebih operasional. 1. Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar ini dalam silabus sangat disarankan. Hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan kompetensi yang harus dicapainya. 2. Indikator Indikator merupakan Kompetensi Dasar yang lebih spesifik. Apabila serangkaian indikator dalam satu Kompetensi Dasar sudah tercapai, berarti target Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi. 3. Pengalaman Belajar Pengalaman Belajar memuat serangkaian kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penentuan urutan pembelajaran sangat penting bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu. Selain itu, guru juga harus melakukan analisis tentang keluasan cakupan Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar yang terlalu luas cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. 4. Uraian Materi Perlu dikemukakan untuk menentukan kedalaman materi. 5. Alokasi Waktu Alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap pengalaman belajar. 6. Pengujian (Penilaian) Meliputi penilaian proses maupun produk. 7. Sumber/Alat/Bahan Dalam proses belajar mengajar sarana pembelajaran sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sarana yang dimaksudkan lebih ditekankan pada alat/media peraga. Sarana memudahkan terjadinya proses pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sarana adalah sebagai berikut. a. menarik perhatian dan minat siswa b. melatakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu secara konkrit yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme. c. Berguna dan berfungsi ganda d. Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitar.

Penerapan KBK/

11

Sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak seperti buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah, peta, foto dan lingkungan sekitar. (Contoh Silabus disajikan pada Lampiran)

Penerapan KBK/

12

DAFTAR PUSTAKA

Blanchard, Allan. 2001. Contextual Teaching and Learning. @ BEST . http://www/besteducationalservice.com. Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ketentuan Umum. Jakarta: Depdiknas Imel, Susan. 2000. Contextual http://www/ericacve.org. Learning in Adult Education.

Karim, A. Karhami. 2002. Kurikulum Fisika SLTP/SMU (Kajian dari Kurikulum Berbasis Kompetensi). Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Fisika Nasional 2003 di jurusan Fisika FMIPA UNESA tanggal 25 Januari 2003. Mohamad Nur. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Penerapannya dalam KBM di SD dan MI. Makalah disampaikan pada Pelatihan KBK bagi guru-guru SD dan MI yang diselenggarakan oleh LPM UNESA, 4 Sept. 2003, tidak diterbitkan. ______________. 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah disampaikan pada Pelatihan Calon Pelatih 21 Juni 2001 s.d. 6 Juli 2001 di Surabaya yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Departemen Pendidikan Nasional, tidak diterbitkan. ______________. 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya: University Press. Muslimin Ibrahim, Fida Rachmadiarti, Mohamad Nur, Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Ismono. 2000.

Puskur. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar: Rumpun Pelajaran Sains . Jakarta: Balitbang Diknas. Puskur. 2002. Pengembangan Silabus. Jakarta: Balitbang Diknas. Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Diknas. Puskur. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar Sains di SD. Jakarta: Balitbang Diknas. Suprman Kardi dan Mohamad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press . University of Washington College of Education. 2001. Training for Indonesian Education Team in Contextual Teaching and Learning. Seatle, Washington, USA. University of Washington College of Education. 2001. Indonesian Teacher Training Project. The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning. Seatle, Washington, USA.

Penerapan KBK/

13

Penerapan KBK/

14

You might also like