You are on page 1of 20

SKENARIO C PUBLIC HEALTH ADMINISTRATION (PHA) Wilayah kerja Puskesmas Makmur, sedang terjadi Kejadian Luar Biasa Demam

Berdarah Dengue (KLB-DBD). Setelah dilakukan pengamatan oleh petugas surveilens, ditemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) sekitar 50% diakhir bulan ini (Desember). Petugas Surveilens juga menemukan masih banyaknya penduduk yang menggunakan bak-bak penampungan air terbuka. Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas dalam menghadapi KLB ini belum menerapkan prinsip administrasi kesehatan terutama dalam hal menggerakan petugas Puskesmas dan memberdayakan sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmas. I. Klarifikasi Istilah a. Kejadian luar biasa : kejadian yang melebihi keadaan biasa yang terjadi pada satu atau sekelompok masyarakat tertentu. b. Demam berdarah dengue : penyakit yang disebabkan infeksi flavivirus yang diperantarai nyamuk Aedes aegypti. c. Surveilens : petugas yang memeriksa data yang secara akurat rinci guna untuk mengumpulkan d. Administrasi kesehatan e. Angka bebas jentik f. Memberdayakan mencatat

perubahan karakteristik. : suatu proses menyangkut perencanaan, pengkoordinasian terhadap suatu program masyarakat. : presentase jumlah rumah atau tempat umum yang tidak ada jentik. : menggunakan sarana atau sumber daya manusia dengan baik. II. Identifikasi Masalah a. Wilayah kerja Puskesmas Makmur sedang terjadi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD). b. Berdasarkan pengamatan oleh petugas surveilens, ditemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) sekitar 50% dan masih banyaknya penduduk yang menggunakan bak-bak penampungan air terbuka. c. Pimpinan Puskesmas dalam menghadapi KLB ini belum menerapkan prinsip administrasi kesehatan. 1

III. Analisis Masalah a. Apa saja faktor yang mempengaruhi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD) ? Penduduk Rendahnya Lingkungan Tenaga medis kesadaran Lingkungan yang terlalu Kurangnya penyuluhan sehingga tidak dan pendidikan mengenai PHBS untuk mencegah terjadinya DBD

penduduk untuk menjaga rimbun wadah lingkungan tinggalnya Kebiasaan yang air dapat di tempat masyarakat Resistensi

agar tidak terdapat wadah- terkena sinar matahari menampung

nyamuk Kurangnya sikap siap dari tenaga yang secara waktu medis dapat cepat dalam menghadapi kejadian DBD meningkat sewaktu-

untuk menampung air

terhadap pestisida

Pengetahuan tentang

masyarakat DBD

Terbatasnya prasarana Puskesmas.

sarana di

dan

penyebab

fasilitas

dan mekanisme penularan virus dengue masih rendah

b. Apa tujuan dan bagaimana cara menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ) ? Tujuan : Angka bebas jentik menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu wilayah. ABJ merupakan salah satu indikator yang menunjukkan besar kecilnya kemampuan vektor, dalam hal ini jentik nyamuk Aedes aegepty, untuk menyebarkan penyakit demam berdarah. Apabila target angka bebas jentik di suatu daerah tidak dapat tercapai, hal ini menunjukkan besarnya risiko penyebaran penyakit demam berdarah di daerah tersebut.

Angka Bebas Jentik (ABJ): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x1 00% 2

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa c. Apa saja tugas surveilans dan bagaimana sistem kerja surveilans ? Tugas surveilans : Memantau terus menerus kejadian dan kecenderungan suatu penyakit Mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi Mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit seperti perubahan biologis pada agen, vector dan reservoir Sistem kerja surveilans : Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data Analisis dan interpretasi data Data yang terkumpul selanjutnya dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru. Studi epidemiologi Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut Umpan balik Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarluaskan dengan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai umpan balik (feed back)kepada unit kesehatan pemberi laporan. Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data (pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah, merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up.

d. Apa saja prinsip administrasi kesehatan ? Diselenggarakan Republik Indonesia. Diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan admimistrasi antara unit kesehatan berbagai jenjang administrasi pemerintahan. diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi yang jelas antara unit kesehatan , satu jenjang administrasi pemerintahan. Diselenggarakan dengan mengupayakan kejelasan pembagian kewenangan ,tugas, dan tanggung jawab antar unit kesehatan dalam satu jenjang yang sama dan diberbagai jenjang admimistrasi pemerintahan. e. Bagaimana fungsi administrasi kesehatan ? Perencanaan termasuk perencanaan pembiayaan Pengorganisasian, yang didalamnya termasuk penyusunan staff Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat dicapai atau tidak. f. Apa saja sasaran dari prinsip administrasi kesehatan ? Sasaran dari administrasi kesehatan pada kasus KLB-DBD ini adalah 1. Bidang sosial Melakukan tindakan 3M (menguras tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan) Memasang ovitrap (perangkat telur nyamuk) dengan berpedoman pada asas dan kebijakan

desentralisasi,dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dalam satu Negara Kesatuan

2. Bidang epidemiologi Abatisasi selektif Memelihara ikan pemakan jentik Pengasapan (fogging)

3. Bidang administrasi

Labelisasi rumah, sekolah, atau bangunan lain yang sudah bebas atau masih ada jentik Pemantauan jentik berkala (PJB) oleh juru pemantau jentik (jumantik) g. Bagaimana cara memberdayakan sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmas ? Dalam mencegah berjangkitnya DBD, semua umur harus ikut berperan serta Tingkat SD Tingkat SMP/SMU Dewasa Usila : Pelatihan dokter kecil : Penyuluhan PHBS : Pelatihan kader jumantik (Juru pemantau jentik) : Penyuluhan PHBS

h. Apa yang dimaksud dengan kerjasama lintas program dan lintas sektor ? Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama dan melibatkan beberapa program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja sama lintas sektoral. Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang di luar sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi informasi serta mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagianbagian dari sektor yang berbeda, dibentuk utnuk mengambil tindakan pada suatu masalah agar hasil yang tercapai dengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau efisien dibanding sektor kesehatan bertindak sendiri (WHO 1998). i. Bagaimana hubungan kerjasama lintas program dan lintas sektor dibidang kesehatan?

j. Apa akar permasalahan dalam kasus ini ? Metode


Belum optimalnya program pemeriksaan jentik berkala

Tenaga

Pimpinan puskesmas belum memiliki kemampuan menajemen yang baik

KLB-DBD
Belum ada pelatihan

Penggunaan dana belum optimal

Banyak bak penampungan yang terbuka

Dana

Sarana

Lingkungan

k. Bagaimana cara penyelesaian masalah ini ? Berdasarkan strategi pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (SPNDBD), harus dilakukan upaya pencegahan timbulnya sarang jentik (tempat perindukan) hingga upaya pemberantasan nyamuk dewasa yang ada. Recruitment dan training jumantik serta usaha perpanjangan tangan jumantik melalui pemanfaatan sarana pendidikan, misalnya, dengan pembentukan mawantik, harus dilaksanakan dengan optimal. IV. Hipotesa Terdapat hubungan antara penerapan prinsip administrasi kesehatan dan Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD) dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 50% di wilayah Puskesmas Makmur.

V.

Kerangka Konsep Tempat penampungan air banyak yang terbuka

ABJ 50% ( Rendah)

KLB - DBD Tindakan Puskesmas

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Pembentukan Jumantik dan Pawantik

Koordinasi lintas sektoral Dinas Kesehatan Sektor Sektor sosialisasi Sektor pendanaan Sektor keluarga promosi kesehatan pembangunan pemantauan dan berwawasan kesehatan

VI. Sintesis Masalah A. Surveilans Kesehatan Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan dan analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian disebarluaskan kepada pihakpihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah 7 outbreak pada populasi,

mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-

kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik (DCP2, 2008). Karakteristik surveilans yang efektif, yaitu cepat, akurat, reliabel, representatif, sederhana, fleksibel,dan akseptabel.

Tujuan surveilans : 1. Memonitor kecenderungan penyakit 2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit dan mendeteksi dini outbreak 3. Memantau kesehatan populasi dan menaksir beratnya beban penyakit pada populasi 4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring , dan evaluasi program kesehatan 5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan 6. Mengidentifikasi kebutuhan riset Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi surveilans pasif dan surveilans aktif. Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan sedangkan kekurangannya adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit.

Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus , dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif. Terdapat beberapa jenis surveilans, yaitu : 1. Surveilans individu Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individuindividu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. 2. Surveilans penyakit Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. 3. Surveilans sindromik Surveilans sindromik (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap kumpulan gejala penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit 4. Surveilans laboratorium Surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. 5. Surveilans terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama dengan menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. 6. Surveilans kesehatan masyarakat global Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan faktor-faktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi. B. Administrasi Kesehatan Administrasi kesehatan adalah suatu proses yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaian terhadap sumber, tatacara dan kesanggupan, yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan jalan menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujukan kepada perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.(Komisi pendidikan Adm Kes AS,1974). Prinsip dari admimistrasi kesehatan masyarakat : 1. Diselenggarakan Republik Indonesia. 2. Diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan admimistrasi antara unit kesehatan berbagai jenjang administrasi pemerintahan. 3. diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi yang jelas antara unit kesehatan , satu jenjang administrasi pemerintahan. 4. Diselenggarakan dengan mengupayakan kejelasan pembagian kewenangan ,tugas, dan tanggung jawab antar unit kesehatan dalam satu jenjang yang sama dan diberbagai jenjang admimistrasi pemerintahan. Tiga unsur pokok dalam administrasi kesehatan yang harus terpenuhi : Menetapkan tujuan yang ingin dicapai Memilih jalan yang akan ditempuh atau alat yang akan dipergunakan dengan berpedoman pada asas dan kebijakan desentralisasi,dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dalam satu Negara Kesatuan

10

Mengarahkan manusia atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Fungsi administrasi dibedakan atas 4 macam yakni : 1. Perencanaan termasuk perencanaan pembiayaan 2. Pengorganisasian, yang didalamnya termasuk penyusunan staff 3. Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian 4. Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat dicapai atau tidak. Penerapan pada kasus KLB-DBD : Program Planning Siswa pemantau jentik Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sarana Pemberantasan Sarang Nyamuk (Wamantik) Pemberdayaan Wamantik - Merekrut melakukan - Lalu Actuating guru

pendidikan dengan program Organizing guru dan PSN berkala

pencerdasan mengajari - Fisik : promosi air. - Biologi : pemeliharaan ikan tempalo - Kimia : abatisasi dan insektisida Pemantauan oleh mawantik dan sekali dengan : Ovi trap dan

tentang PSN dan 3M siswanya - Surveilans - Preventif : 3M - Promotif kesehatan

pembersihan tempat genangan

Controlling Evaluating

Setiap 1 minggu

pawantik - Evaluasi kinerja wamantik Tiga bulan oleh puskesmas tiap 3 bulan - Memberlakukan reward wamantik. untuk agen system (ABJ)

meninjau Angka Bebas Jentik

11

C. Angka Bebas Jentik (ABJ) Angka bebas jentik menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu wilayah. ABJ merupakan salah satu indikator yang menunjukkan besar kecilnya kemampuan vektor, dalam hal ini jentik nyamuk Aedes aegepty, untuk menyebarkan penyakit demam berdarah. Apabila target angka bebas jentik di suatu daerah tidak dapat tercapai, hal ini menunjukkan besarnya risiko penyebaran penyakit demam berdarah di daerah tersebut Survei jentik (pemeriksaan jentik) Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut: Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti: bak mandi, tempayan, drum dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira -1 menit untuk memastikan bahwa benar jentik tidak ada. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter. Metode survei jentik: a. Single larva Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. b. Visual Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.

12

Biasanya dalam program DBD mengunakan cara visual. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti: 1) Angka Bebas Jentik (ABJ): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x1 00% Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa 2) House Index (HI): Jumlah rumah/bangunan yang ditemukan jentik x 100% Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa 3) Container Index (CI): Jumlah container dengan jentik x 100% Jumlah container yang diperiksa

D. KLB-DBD

Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorphosis sempurna yaitu : telur jentik - kepompong - nyamuk. Stadium telur, jentik, kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya 6 - 8 hari. Stadium pupa / kepompong 2 - 4 hari. Telur menjadi nyamuk dewasa mencapai 9 - 10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 -3 bulan. 13

Program Pemberantasan dan pencegahan DBD

SURVEILANS - identifikasi tempat sarang nyamuk - menghitung jumlah jentik - menghitung jumlah kontainer siswa

PREVENTIF 3M dilatih untuk memahami mengaplikasikan lingkungan pentingnya di rumah,

PROMOTIF PHBS siswa mampu melakukan promosi baik di keluarga, masyarakat dan sekolah akan bahaya serta pencegahan DBD

gerakan 3M dan mampu

khususnya dan lingkungan sekolah pada umumnya. 1. Wamantik mendidik atau menjadikan siswa sekolah menjadi Wamantik yaitu siswa pemantau jentik yang memiliki peran melakukan surveilans, preventif serta promotif surveilans bekerja sama dengan dinas pendidikan dan guru-guru di sekolah setempat untuk mengajarkan siswa-siswa sekolah mengidentifikasi sarang nyamuk

14

mengajarkan siswa cara menghitung jumlah jentik dan menghitung jumlah kontainer

2. Pemberantasan Sarang Nyamuk Dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologi : ditemukan tambahan 1 kasus DBD dengan HI < 5 % indeks kasus meninggal tanpa ada tambahan kasus DBD dan HI < 5% dilakukan PSN ke-2 setelah 3 minggu setelah tanggal indeks kasus bila pada PSN ke II ditemukan tambahan kasus DBD sebanyak 1 atau lebih

Program 3M (M): menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air (M): menutup rapat-rapat tempat penampungan air (M): mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air (+) : menghindari gigitan nyamuk dengan cara 3. Foging Foging Fokus dilakukan bila penelitian epidemiologi : Ditemukan tambahan kasus DBD dua atau lebih ditemukan tambahan kasus DBD yang meninggal Indeks kasus meninggal dan ada tambahan kasus DBD menggunakan kelambu ketika tidur memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

(bakar/semprot/oles/dll) menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai memperbaiki saluran dan talang air yang rusak menabur larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit di kuras memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air menanam tumbuhan pengusir nyamuk, misal : zodia, lavender, rosmerry

15

Ditemukan tambahan kasus DBD satu atau lebih atau tambahan tiga kasus panas yang belum diketahui penyebabnya dengan House Index >5%

Pemerintah membuat peraturan perundangan yang terkait dengan program pengendalian DBD, yaitu: KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992) Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue. KEPMENKES No. 92 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue. KEPMENDAGRI No. 31-VI Tahun 1994 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) Tim Pembina LKMD Tingkat Pusat. UU No. 4 Tahun 1994 tentang Wabah Penyakit Menular (pasal 1-15). PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (BAB I, BAB II, BAB III s/d XI) PERDA (Peraturan Daerah), contoh: Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 2044 tahun 2004 Tentang Satuan Biaya untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE), Pengasapan (Fogging), Operasional ULV, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) di Provinsi Daerah Ibukota Jakarta. E. Lintas Sektoral Lintas sektoral adalah program yang melibatkan suatu institusi atau instansi Negara atau swasta yang membutuhkan pemberdayaan dan kekuatan dasar dari pemerintah atau swasta mengenai peraturan yang ditetapkan untuk mewujudkan alternatif kebijakan secara terpadu dan komprehensif sehingga adanya keputusan kerjasama. Dasar pemikiran lintas sektoral : 1. Peraturan perundang undangan Sektoral UU No. 23 th 1999 Undang-undang kesehatan Kepres RI No. 45 th. 2002 tentan kedudukan , tugas, fungsi , kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja departemen. 16

Kepmenkes RI no. 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja departemen kesehatan Keputusan menteri pendayagunaan aparatur Negara No. 62/Kep/M.PAN/2003 tentang pedoman organisasi unit pelaksana teknis di lingkungan departemen dan lembaga pemerintah non-departemen.

2. Kerja sama 3. Protap / standar kerja 4. Kebijakan kebijakan yang tersirat maupun tersurat 5. Saling memberikan manfaat terhadap kedua belah pihak 6. Kontribusi atau jaminan kesepakatan Manfaat dan tujuan kerjasama lintas sektoral : 1. Mempermudah pencapaian keberhasilan rancangan kegiatan 2. Dapat memberikan gambaran teknis antar lintas sektoral dan program 3. Kebijakan tentang pelaknsanaan pelayanan kesehatan 4. Saling menguntungkan kedua pihak antara rencana program 5. Dapat memberikan perizinan dalam rujukan 6. Dapat memberikan kontribusi fasilitas, sarana dan dana 7. Terdokumentasi dalam perizinan dan kegiatan Pada lintas sektor, Dinas Kesehatan berperan sebagai penggerak utama (leading sektor) dan memfasilitasi sektor-sektor lain agar segala upayanya memberikan kontribusi yang positif terhadap perwujudan pembangunan kota berwawasan kesehatan. Dalam memposisikan diri sebagai leading sektor guna penanggulangan DBD Dinkes harus bekerjasama dan berkoordinasi dengan empat sektor utama antara lain: sektor pembangunan berwawasan kesehatan (Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota, dan Dinas Kebersihan), sektor pemantauan dan sosialisasi (Pers, LSM, dan PMD), sektor pendanaan (Swasta dan DPRD), dan sektor promosi kesehatan keluarga (BKKBN dan PKK). 1. Dinas pekerjaan umum

17

Dinas kesehatan dapat memberi data mengenai daerah-daerah endemik DBD sehingga dalam pembangunan infrastruktur seperti jalan dan fasilitas lainnya yang berkenaan dengan penampungan air dapat diperhatikan secara seksama sehingga tempat tersebut tidak dapat dijadikan perindukan vector penyakit. 2. Dinas tata kota Program yang dapat dilakukan Dinas Tata Kota adalah menganalisis dan mencari tempat perindukan vector penyakit. Dalam hal ini Dinas Kesehatan memberikan data daerah mana yang merupakan daerah endemik DBD sehingga hal ini menjadi landasan bagi Dinas Tata Kota untuk memperbaiki penataan pemukiman warga. 3. Dinas kebersihan Dinas kebersihan harus bertindak cepat dalam menanggulangi sampah-sampah non organik yang dapat dijadikan tempat perindukan vector dengan cara melakukan pembersihan sampah di tempat-tempat umum dan kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir untuk dilakukan daur ulang atau pembakaran sampah. Poin terpenting dalam penanggulangan sampah ini adalah sampah yang tidak dapat tergenang air sehingga tidak dapat dijadikan tempat perindukan vector penyakit. 4. Pers Dukungan lembaga Pers dalam upaya penanggulangan penyakit DBD seperti sosialisasi pentingnya 3M (menguras, mengubur, dan menutup), dan perilaku hidup bersih dan sehat. 5. LSM Kondisi kemasyarakatan akan terlihat secara objektif ketika benih permasalahan tersebut dideteksi oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Sehingga dalam memberikan masukan-masukan program penanggulangan penyakit DBD dapat berjalan dengan baik. Selain itu pula, keberjalanan program penanggulangan kesehatan tersebut harus dikawal dalam bentuk pengawasan oleh masyarkat sendiri sehingga terciptanya asas saling percaya dan saling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat. 6. PMD PMD merupakan instansi yang bertindak sebagai pelaksana kebijakan-kebijakan Dinkes. Selain itu PMD dapat juga membantu Dinkes dalam mensosialisasikan kebijakan-kebijakan Dinkes. 7. DPRD 18

DPRD berperan dalam mempertimbangkan dan mengesahkan kebijakan yang pro kesehatan. DPRD melalui komisi D bersama pemerintah segera menjalankan amanat UUD 1945 dimana anggaran untukk kesehatan sebagai 20%. 8. Swasta Perusahaan BUMN dan Swasta memiliki pos anggaran yang bertujuan untuk pengabdian masyarakat. Jumlah dana tersebut tidaklah sedikit, dan bila Dinkes mampu mengkoordinasikan serta menampung dana-dana tersebut, manfaatnya akan sangat dirasakan oleh masyarakat. Dalam perspektif penanggulangan DBD, pihak Swasta juga dapat diajak untuk bekerjasama hingga memudahan kerja Dinkes. Dalam penanggulangan DBD bila hanya mengandalkan dana dari pemerintah tentu sulit tercapai. Harapannya dengan bantuan dana atau produk-produk kesehatan dari pihak swasta penanggulangan DBD dapat segera terwujud. 9. BKKBN dan PKK BKKBN dan PKK memberikan edukasi kepada keluarga sebagai lembaga yang langsung berkenaan dengan keluarga sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA 19

Anonim.2001. An integrated approach to communicable disease surveillance. Weekly epidemiological record, 75: 1-8. (Diakses dari http://www.who.int/wer ) McNabb SJN, et al. 2002. Conceptual framework of public health surveillance and action and its application in helath sector perform. BMC Public Health, 2:2 (diakses dari http://www.biomedcentral.com) Bhisma, Murti. Surveilans Kesehatan Masyarakat . (diakses dari http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf) http://healthiskesehatan.blogspot.com/2011/03/fungsi-administrasi-kesehatan.html Sumedi, Taat. Kerjasama team dan kerjasama lintas sektoral. (diakses dari http://id.scribd.com/doc/45829095/Lintas-sektoral-TT)

20

You might also like