You are on page 1of 1

KTR UI, Cukup dengan Kesadaran Kawasan Tanpa Rokok UI, isu ini merebak seiring dengan disahkannya

SK Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011 pada 21 September 2011 lalu. Tak jauh berbeda dengan peraturan mengenai rokok lainnya, keputusan ini pun menuai pro dan kontra. Tak hanya pada civitas akademika, namun juga masyarakat awam yang berada disekitar wilayah kampus UI. Respon mereka beragam. Untuk rumpun ilmu kesehatan, tak perlu ditanya lagi. Mereka menyambut gembira dikeluarkannya keputusan ini. Namun, tak sama halnya dengan mereka yang cenderung menunjukkan penolakan. Lantas, bagaimana seharusnya kita menyikapi KTR UI tersebut? Indonesia sendiri menempati urutan ke tiga negara pengkonsumsi rokok terbesar didunia pada tahun 2006. Indonesia dijajah! Mengapa saya katakan demikian, karena inilah yang sebenarnya terjadi di negara kita. Masyarakat bahkan pemerintah seolah dicuci otaknya sehingga terbuai oleh barang laknat 9 cm itu. Pemerintah berdalih rokok memberikan pajak yang besar bagi pemasukan negara. Nyatanya uang yang dikeluarkan pemerintah untuk dana kesehatan bagi para perokok aktif maupun pasif lebih besar. Rokok tidak merugikan perekonomian. Faktanya anggaran seseorang untuk membeli rokok lebih besar daripada anggaran untuk makan, pendidikan, dan kesehatan. Bahkan dapat melebihi 25% dari total pendapatannya. Padahal sebagian besar perokok adalah masyarakat golongan menengah kebawah. Rokok memberikan efek positif, menenangkan, hebat, dll. Lihat saja apa yang akan terjadi beberapa waktu kemudian. Satu lagi, rokok mensejahterakan petani tembakau. Kenyataannya, petani tembakau hidup sederhana karena setiap masa panen harga tembakau anjlok di pasaran. Inilah wujud penjajahan yang dilakukan perusahaan rokok dewasa ini. Oleh karena itu, Indonesia harus segera terbebas darinya. Tak perlu lagi rasanya saya uraikan bahaya yang diakibatkan rokok bagi kesehatan. Hampir semua orang sudah mengetahuinya. Namun karena buaiannya, mereka menutup mata. Ingatkah pada Sandy, Ilham, Gio, dan Aldi. Anak dibawah sepuluh tahun yang mampu menghabiskan dua bungkus rokok perhari. Akan dibawa kemana generasi muda kita nanti? Maka pantaslah, kita katakan tidak pada kehancuran masa depan bangsa dengan tindakan nyata, jauhi rokok. Merubah suatu kebiasaan yang telah mengakar, bahkan mungkin telah menjadi budaya memanglah tidak mudah. Tapi perubahan tidak akan pernah terjadi tanpa adanya pergerakan. KTR UI seolah menjadi oase ditengah kegersangan peraturan di negara ini. Maka seharusnya tidak lagi ada alasan untuk menolaknya. Perlu ditekankan bahwa KTR UI bukan bertujuan melarang seseorang untuk merokok. KTR UI merupakan sebuah sarana agar setiap orang mendapatkan hak yang seharusnya didapatkan. Karena bagi para perokok, akan disediakan tempat khusus untuk merokok. Hal ini harusnya disambut baik, karena dengan demikian mereka akan merasa lebih nyaman tanpa mengganggu orang lain. Tak perlulah emosi, cukup disikapi dengan kesadaran. Kesadaran bahwa kesehatan adalah hak setiap makhluk hidup.

Ismi Arummaning Tyas

You might also like