You are on page 1of 3

1.

Gambaran Klinis Krisis Hipertensi Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya. Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5 Tekanan Funduskopi Status neurologi darah > 220/140 mmHg Perdarahan, eksudat, edema papilla Sakit kepala, kacau, gangguan kesadaran, kejang.

Jantung Denyut jelas, membesar, dekompensasi, oliguria

Ginjal Uremia, proteinuria

Gastrointestinal Mual, muntah

(Lily, 1996) 2. Diagnostik Hipertensi a. Anamnesis Dari anamnesis dicari tau apakah terjadi keluhan, apakah terdapat anggota keluarga yang menderita hipertensi dan keluhan lain yang menjurus kepada kerusakan organ target dari hipertensi untuk menentukan penanganan dan prognosisnya ke depan. (Lily, 1996) b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum, kemudian memperhatikan keadaan khusus seperti : Cushing, Feokromasitoma, perkembangan tidak proportionalnya tubuh atas dibanding bawah yang sering ditemukan pada pada koarktasio aorta. Pengukuran tekanan darah di tangan kiri dan kanan saat tidur dan berdiri. Funduskopi dengan klasifikasi Keith-Wagener Barker sangat berguna untuk menilai prognosis. Palpasi dan auskultasi arteri karotis untuk menilai stenosis atau oklusi. (Lily, 1996)

Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk menilai HVK dan tanda-tanda gagal jantung. Impuls apeks yang prominen. Bunyi

jantung S2 yang meningkat akibat kerasnya penutupan katup aorta. Kadang ditemukan murmur diastolik akibat regurgitasi aorta. Bunyi S4 (gallop atrial atau presistolik) dapat ditemukan akibat dari peninggian tekanan atrium kiri. Sedangkan bunyi S3 (gallop vetrikel atau protodiastolik) ditemukan bila tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat akibat dari dilatasi ventrikel kiri. Bila S3 dan S4 ditemukan bersama disebut summation gallop. Paru perlu diperhatikan apakah ada suara napas tambahan seperti ronki basah atau ronki kering/mengi. Pemeriksaan perut ditujukan untuk mencari aneurisma, pembesaran hati, limpa, ginjal dan asites. Auskultasi bising sekitar kiri kanan umbilikus (renal artery stenosis). Arteri radialis, Arteri femoralis dan arteri dorsalis pedia harus diraba. Tekanan darah di betis harus diukur minimal sekali pada hipertensi umur muda ( kurang dari 30 tahun). (Lily, 1996 ) c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium awal menurut (Lily, 1996 ) meliputi: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Urinalisis : protein,leukosit,eritrosit, dan silinder Hemoglobin/hematokrit Elektrolit darah : Kalium Ureum/kreatinin Gu1a darah puasa Total kolesterol Elektrokardiografi menunjukkan HVK pada sekitar 20-50% (kurang sensitif) tetapi masih menjadi metode standard. Apabila keuangan tidak menjadi kendala,maka diperlukan pula pemeriksaan: 1) 2) 3) 4) 5) 6) TSH Leukosit darah Trigliserida,HDL dan LDL Kolesterol Kalsium dan fosfor Foto Toraks Ekokardiografi dilakukan karena dapat menemukan HVK lebih dini dan lebih spesifik (spesifisitas sekitar 95-100%). Ekokardiografi-Doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolik (gangguan fungsi relaksasi ventrikel kiri, pseudo-normal atau tipe restriktif) Indikasi Ekokardiografi pada pasien hipertensi adalah: 1) Konfirmasi gangguan jantung atau murmur Hipertensi dengan kelainan katup Hipertensi pada anak atau remaja

2) Hipertensi saat aktivitas,tetapi normal saat istirahat Hipertensi disertai sesak napas yang belum jelas sebabnya (gangguan fungsi diastolik atau sistolik)

DAFTAR PUSTAKA

Lily Ismudiati Rilantono, Faisal Baraas, Santoso Karo Karo dan Poppy Surwianti Roebiono. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia.1996;7- 13.

You might also like