You are on page 1of 18

Nilai: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN AGRIBISNIS (Pengecilan Ukuran Bahan Hasil Pertanian)

Oleh :

Nama NPM Hari, Tanggal Praktikum Waktu Co.Ass

: Mila Dianiki : 150610100133 : Rabu, 3 April 2013 : 14.00 15.00 WIB : 1. Rahmi Fathonah 2. 3. Dwi Septiani L. Tb. Gumilang Sinatria

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan hasil pertanian memiliki ukuran yang berbeda-beda dan pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga tempat yang digunakan untuk menyimpan bahan harus berukuran besar pula, selain itu bahan pun akan sulit di proses ke tahap selanjutnya apabila ukurannya terlalu besar. Dengan adanya kendala tersebut, maka diperlukan proses pengecilan ukuran bahan hasil pertanian karena dengan pengecilan ukuran ini, bahan menjadi lebih mudah dalam proses penyimpanan dan juga proses lainnya. Operasi pengecilan ukuran dibagi menjadi dua yaitu pengecilan untuk bahan padat dan bahan cair tetapi sebagian besar bahan hasil pertanian berbentuk padat. Proses pengecilan ukuran yang dilakukan pada bahan pertanian harus sesuai dengan jenis bahan, bentuk dan karakteristik bahan pertanian itu sendiri karena sebagian besar bahan hasil pertanian berbentuk padat dan tidak beraturan sehingga perlu melalui cara-cara tertentu. Pengecilan ukuran adalah suatu proses yang mencakup proses pemotongan, pemecahan, penggerusan, penggilasan, dan penggilingan. Proses pengecilan ukuran dilakukan dengan memperkecil ukuran bahan tanpa merubah sifat kimianya. Proses pengirisan buah-buahan kaleng dan penggilingan biji-bijian untuk dibuat tepung merupakan salah satu contoh proses pengecilan ukuran bahan hasil pertanian. Oleh karena itu, praktikum ini sangat penting untuk dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami lebih jauh mengenai proses pengecilan ukuran baik menggunakan mesin atau secara manual.

1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah Mengukur dan mengamati pengecilan ukuran bahan hasil pertanian (singkong) dengan mengkaji kapasitas

throughout, kapasitas output dan rendemen hasil pengecilan ukuran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori Pengecilan ukuran merupakan salah satu dari satuan operasi dimana bahan hasil pertanian dikecilkan ukurannya dengan penghancuran, penggilingan dan pemotongan bahan menjadi bentuk yang lebih kecil. Tujuan dari pengecilan ukuran adalah memperluas permukaan bahan hasil pertanian agar proses penanganan selanjutnya dapat berlangsung efektif. Pengecilan ukuran secara umum digunakan untuk menunjukkan pada suatu operasi, pembagian atau pemecahan bahan secara mekanis menjadi bagian yang berukuran kecil (lebih kecil) tanpa diikuti perubahan sifat kimia. Pengecilan ukuran dilakukan untuk menambah permukaan padatan sehingga pada saat penambahan bahan lain pencampuran dapat dilakukan secara merata (Rifai,2009). Tujuan Pengecilan Ukuran : 1. Mempermudah ekstraksi unsur tertentu dan struktur komposisi. 2. Penyesuayan dengan kebutuhan spesifikasi produk atau mendapatkan bentuk tertentu. 3. Untuk menambah luas permukaan padatan 4. Mempermudah pencampuran bahan secara merata Terdapat beberapa peranan atau fungsi dari pengecilan ukuran, antara lain : 1. Untuk memperluas luas permukaan bahan hasil pertanian. Misalnya pada proses pengeringan bahan pertanian. Proses pengeringan akan berjalan efektif jika luas permukaan bahan diperluas. Karena bahan pertanian segar umumnya memiliki kandungan air yang tinggi, sehingga untuk mencegah timbulnya kerusakan terhadap bahan pertanian tersebut perlu dilakukan pengeringan. 2. Voluminous atau untuk mempermudah pengemasan bahan hasil pertanian. 3. Untuk mempermudah penanganan bahan hasil pertanian berikutnya.

Selain itu, pengecilan ukuran memiliki manfaat dalam pengolahan pangan diantaranya: 1. Terjadi peningkatan dalam luas permukaan bahan terhadap rasio volume bahan sehingga menaikkan kapasitas laju pengeringan, pemanasan, dan pendinginan, serta meningkatkan efiseinsi dan laju ekstraksi komponen yang dapat larut. 2. Apabila pengecilan ukuran dikombinasikan dengan pengayakan, pengecilan ukuran dapat menentukan ukuran bahan partikel dihasilkan sehingga memudahkan dalam pengklasifikasian ukuran. 3. Ukuran partikel yang seragam memungkinkan lebih

menyempurnakan pencampuran bahan baku, contoh pencampuran tepung kue siap olah.

Bahan hasil pertanian sebelum diproses umumnya memiliki ukuran butiran yang terlalu besar untuk digunakan, maka untuk itu perlu diperkecil melalui proses pengecilan ukuran. Proses pengecilan ukuran dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu : 1. Pengecilan ukuran untuk bahan padat, dapat dilakukan dengan beberapa cara: Pemotongan (cutting). Penghacuran/penggilasan (crushing). Pencacahan/pencincangan (chopping). Pengikisan/penyosohan (grinding). Penggilingan (milling). pengkubusan (dicing). Pengirisan (slicing). 2. Pengecilan ukuran untuk bahan cair, dapat dilakukan dengan cara: Emulsifikasi (emulsification). Atomisasi (atomizing).

Pengecilan ukuran dan emulsifikasi memiliki sedikit atau tidak memiliki pengaruh terhadap pengawetan. Tetapi pengecilan ukuran dan emulsifikasi diterapkan untuk meningkatkan kualitas pangan untuk tahap proses lebih lanjut.

Dalam

beberapa

produk

pangan,

pengecilan

ukuran

dan

emulsifikasi

memungkinkan meningkatkan tingkat kerusakan dengan terjadinya pelepasan enzim-enzim secara alami dari jaringan yang rusak, atau akibat aktivitas mikrobiologi dan oksidasi yang terjadi pada setiap luas permukaan yang terkena proses pengecilan, kecuali jika perlakuan pengawetan diterapkan.

2.2 Cara Pengecilan Ukuran Beberapa Cara Pengecilan Ukuran : 1. Pemotongan/Perajangan Merupakan cara pengecilan ukuran dengan menghantamkan ujung suatu benda tajam pada bahan yang dipotong. Struktur permukaan yang terbentuk oleh proses pemotongan relatif halus, pemotongan lebih cocok dilakukan untuk sayuran dan bahan lain yang berserat (Rifai, 2009). Penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel lebih kecil. Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di dalam bidang industri pangan barabgkali adalah penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini dipergunakan juga untuk berbagai tujuan, seperti penggilingan jagung untuk menghasilkan tepung jagung, penggilingan gula dan penggilingan bahan kering seperti sayuran. Pemotongan dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan menjadi potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, seperti dalam penyiapan daging olahan (Earle, 1969). Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari stainlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi, bentuk irisan sebaiknya adalah

membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya melintang (slice). Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur (Sembiring, 2007). 2. Kompresi/Pemukulan/Penggerusan/Penumbukan Prinsip kerja dari kompresi adalah dengan tekanan yang kuat terhadap buah, Biasannya, penghancuran ini untuk menghancurkan buah yang keras. Alat dari kompresi ini dinamankan chrushing rolls. Proses ini dilakukan dengan memberikan gaya tekan yang besar sambil dilakukan penggesekan pada suatu permukan padat, sehingga bahan terpecah dengan bentuk yang tidak tertentu. Umumnya, permukaan alat dibuat dengan kekerasan tertentu, sehingga dapat membentuk pencabikan bahan (Dewi, 2008). Pemukulan adalah operasi pengecilan ukuran dengan memanfaatkan gaya impact, yaitu pemberian gaya yang besar dalam waktu yang singkat. Prinsip kerja dari impact adalah dengan memukul buah. Alat yang biasa digunakan yaitu hammer mill. Alat ini untuk menghasilkan bahan dengan ukuran kasar, sedang, dan halus (Dewi, 2008). Bahan yang berserat atau kenyal tidak dapat dikecilkan ukurannya dengan cara pemukulan, karena gaya impact tidak dapat menyebabkan pecahnya bahan menjadi bagian yang lebih kecil. Demikian pula bahan yang besar, tidak dapat dikecilkan ukuranya dengan cara pemukulan karena akan merusak bentuk asal (Rifai, 2009).

Jika pemukulan dilakukan dengan penahan, maka dikatakan terjadi peristiwa atau proses penggerusan atau penumbukan. Sebaliknya, jika tanpa penahan dikatakan proses pemukulan saja. Pemukulan cocok dilakukan pada bahan yang keras tetapi rapuh dalam kondisi kering. Sedangkan untuk bahan yang rapuh dan sedikit berserat seperti biji-bijian dilakukan dengan cara penggerusan. Selain itu, penggerusan dapat dilakukan pada bahan kering ataupun basah. Umumnya, pada bahan yang

basah dilakukan dengan penambahan air sebagai media pendingin alat penggerus (Rifai,2009). 3. Menggiling/Shearing Cara ini menggunakan prinsip impact, yaitu dengan mengikis buah atau menggiling buah. Alat yang biasa digunakan dalam metode ini adalah Disc Atrition Mill. Alat ini untuk menghasilkan bahan dengan ukuran yang halus (Maharani, 2008).

2.3 Peralatan Pengecil Ukuran Bagian ini membahas tentang sebagian peralatan yang digunakan dalam proses mengecilkan bahan hasil pertanian berserat menjadi ukuran yang lebih kecil dan mengecilkan ukuran bahan kering tertentu menjadi bentuk tepung/bubuk. Pada umumnya, daging, buah dan sayur tergolong bahan berserat. Daging dibekukan dan dikondisikan di bawah titik beku, hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemotongan. Buah-buahan dan sayur-sayuran memiliki matriks serat lebih padat dan dipotong pada suhu lingkungan atau suhu dingin. Secara umum terdapat lima peralatan yang digunakan untuk bahan berserat, yaitu: a. Peralatan pengiris (slicing). Peralatan pengiris terdiri atas mata pisau yang berputar yang berfungsi untuk mengiris bahan yang lewat di bawahnya. Contoh penggunaan peralatan ini adalah pada pengirisan daging. Daging diletakkan di atas suatu conveyor, kemudian dihantarkan untuk diiris berlawanan arah terhadap mata pisau. b. Peralatan pengkubus/pendadu (dicing). Pertama-tama bahan diiris kemudian dipotong sehingga berbentuk kubus/dadu dengan menggunakan mata pisau yang berputar. Potongan yang telah dihasilkan diumpankan kembali pada pisau berputar bagian kedua yang beroperasi pada bagian sebelah kanan sudut dari pisau yang pertama sehingga memotong bahan menjadi berbentuk kubus.

c. Peralatan penyerpih (flaking). Peralatan ini cocok untuk ikan, kacang-kacangan atau daging. Potongan dapat berbentuk pipih, diatur berdasarkan penyesuaian bentuk mata pisau dan jarak potong. d. Peralatan pencabik (sredding). Bila memperhatikan bentuk potongan daging yang terdapat pada kemasan mi instan, awalnya bentuk ini dihasilkan dari peralatan yang

dimodifikasikan dengan alat penumbuk berbentuk palu. Bagian kedua dari alat ini disebut juga dengan disintegrator. Disintegrator terdapat dua piringan yang masing-masing memiliki mata pisau. Dua piringan ini saling berputar berlawanan arah dan bahan hasil pertanian yang diumpankan akan terpotong berdasarkan gaya geser dan gaya potong. e. Peralatan pengekstrak (pulping). Peralatan ini digunakan untuk mengekstrak buah dan sayur serta melumatkan daging, buah dan sayur. Cara kerjanya merupakan kombinasi antara gaya kompresi dan gaya geser.

2.4 Pengecilan Ukuran Bahan Hasil Pertanian Kering 1. Ball Mill. Tipe ini terdiri dari silinder baja horizontal yang setengah bagiannya terisi bola-bola baja berdiameter 2,5-1,5 cm. pada kecepatan rendah atau ketika bola-bola kecil digunakan maka gaya geser mendominasi. Sedangkan ketika bola-bola yang berukuran lebih besar digunakan atau pada kecepatan yang lebih tinggi maka gaya tumbuk lebih mendominasi. 2. Disc Mill. Terdapat tiga desain, yaitu: 1) Penggiling bercakram tunggal, bahan hasil pertanian melewati antara penutup statis dan sebuah piringan beralur yang berputar dengan kecepatan tinggi. 2) Penggiling bercakram ganda, dimana dua cakram ini berputar pada arah yang berlawanan. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan gaya geser yang lebih besar.

3) Pin dan penggiling bercakram. 3. Hammer Mill. Suatu silinder horizontal dilapisi dengan suatu pelat baja. Di dalamnya terpasang baling-baling yang dilengkapi dengan palu. Pada

pengoperasiannya, bahan hasil pertanian yang terdapat pada plat baja dihancurkan oleh gaya tumbuk yang berasal dari tumbukan palu. 4. Roller Mill Dua atau lebih rol baja berputar berlawanan arah sehingga produk terjepit dan akan tergiling saat melewati celah rol. Secara umum gaya yang berperan adalah gaya kompresi atau gaya tekan akan tetapi bila salah satu rol berputar pada kecepatan yang berbeda maka disamping gaya tekan juga terdapat gaya geser. Ukuran partikel yang dikecilkan tergantung pada jarak antar rol.

2.5 Spesifikasi Mesin

Tabel 1. Spesifikasi Mesin NO Spesifikasi Mesin Penyerut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Daya Motor (P) RPM Motor (N) Diameter Puli Motor (d1) Diameter Silinder Puli (d2) Diameter Silinder (D) Panjang Pisau (P) Lebar Pisau (L) Jumlah Pisau (n) Diameter 0,5 1420 12,8 11,8 11 20 9,3 1 6,9 Mesin Pengiris 0,4 1420 12,8 18,2 30 8,5 5 2 6,9 Hp rpm cm cm cm cm cm cm cm Satuan

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pisau, digunakan untuk mengupas dan mengiris singkong. 2. Baskom plastik, digunakan untuk menyimpan singkong yang sudah diserut/diiris. 3. Tampah, digunakan untuk menyimpan singkong yang sudah diserut/diiris untuk ditimbang. 4. Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang massa singkong. 5. Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu penyerutan/pengirisan. 6. Kalkulator, digunakan untuk menghitung.

3.1.2 Bahan Singkong.

3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Menggunakan Mesin Penyerut a. Menimbang bahan yang akan diproses dengan mesin pengecil ukuran (a kg) b. Mengupas bahan dan timbang (b kg) c. Menjalankan mesin dan masukan bahan kedalam mesin d. Menghitung waktu yang dibutuhkan selama proses penyerutan (x menit) e. Menimbang bahan sesudah diserut (c kg) f. Mengamati performansi mesin dan mekanisme kerja proses mesin g. Menghitung kapasitas througout (a kg / xmenit) ..........................................(1) h. Menghitung kapasitas output (c kg / x menit) ...................................................(2) i. Menghitung rendemen pengupasan dan penyerutan

Rendemen pengupasan

b kg x100 % a kg ...........(3)

Rendemen penyerutan

c kg x100 % b kg ...........(4)

Rendemen Total =

x 100 % ................(5)

3.2.2. Penyerutan Secara Manual a. Menimbang bahan yang akan diproses dengan mesin pengecil ukuran (a kg) b. Mengupas bahan dan timbang (b kg) c. Menyerut singkong secara manual pada parutan yang telah disediakan d. Menghitung waktu yang dibutuhkan selama proses penyerutan (x menit) e. Menimbang bahan sesudah diserut (c kg) f. Mengamati parutan dan hitung lebar dan panjang parutan g. Menghitung kapasitas througout (a kg / xmenit) h. Menghitung kapasitas output (c kg / x menit) i. Menghitung rendemen pengupasan dan penyerutan

Rendemen pengupasan

b kg x100 % a kg
c kg x100 % b kg

Rendemen penyerutan

Rendemen Total =

x 100 %

BAB IV HASIL PERCOBAAN 4.1 Kelompok 2 Tabel 2. Hasil Pengamatan Penyerutan Singkong NO 1. 2. 3. 4. Keterangan Massa awal bahan (a) Massa setelah dikupas (b) Massa bahan setelah diserut (c) Waktu penyerutan (x) Mesin Penyerut 0,346 0,278 0,193 1 menit 29 detik =1,48 5. Jumlah potongan yang diiris potong Satuan kg kg kg menit

1. 2. 3. 4. 5. 7,8 kg/jam

4.2 Kelompok 3 Tabel 3. Hasil pengamatan pengirisan singkong dengan mesin NO 1. 2. 3. 4. Keterangan Massa awal bahan (a) Massa setelah dikupas (b) Massa bahan setelah diiris (c) Waktu pengirisan (x) Mesin Pengiris 0,3922 0,3623 0,1614 6 menit 7 detik = 6,12 5. Jumlah potongan yang diiris potong Satuan kg kg kg menit

1.

2. 3. 4. 5.

1,58 kg/jam

4.3 Kelompok 5 Tabel 4. Hasil pengamatan pengirisan singkong dengan cara manual NO 1. 2. 3. 4. 5. Keterangan Massa awal bahan (a) Massa setelah dikupas (b) Massa bahan setelah diiris (c) Waktu pengirisan (x) Jumlah potongan yang diiris Mesin Pengiris 0,473 kg 0,386 kg 0,384 kg 3,083 menit 69 potong (40 utuh 29 tidak utuh) *singkong = 1044 kg/m3 Satuan Kg Kg Kg Menit Potong

1. Kapasitas throughout 2. Kapasitas output 3. Rendemen pengupasan 4. Rendemen pemotongan 5. Rendemen Total

= = = = = x 100%= = x 100%= = x 100% =

= 0,153 kg/menit = 9,2 kg/jam = 0,124 kg/menit = 7,47 kg/jam x 100 % = 81,61 % x 100 % = 99,48 % x 100 % = 81,18 %

BAB V PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini adalah mengenai pengecilan ukuran bahan hasil pertanian. Cara pengecilan ukuran yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu penyerutan, pengirisan dengan menggunakan mesin, dan pengirisan dengan cara manual. Tujuan dari proses pengecilan adalah untuk memperkecil ukuran bahan hasil pertanian menjadi ukuran yang lebih sederhana agar proses penanganan selanjutnya dapat berlangsung lebih efektif. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah singkong. Proses pengecilan ukuran ini dilakukan dengan cara otomatis dan manual, yaitu dengan proses penyerutan dan pengirisan menggunakan mesin sedangkan pengirisan secara manual menggunakan pisau dapur. Dengan cara-cara tersebut, kita akan membandingkan cara mana yang tingkat efisiensinya lebih tinggi. Semua proses yang dilakukan ini menyebabkan massa singkong berkurang, hal ini dapat disebabkan oleh sisa bahan yang tersangkut pada bagianbagian dalam mesin tersebut sehingga masih menempel dan tidak terambil sedangkan pada proses pemotongan secara manual disebabkan oleh bahan yang menempel di pisau. Hasil perhitungan dari percobaan yang dilakukan oleh kelompok 2 mengenai penyerutan singkong dengan menggunakan mesin menghasilkan perhitungan kapasitas throughout sebesar 14,04 kg/ jam, kelompok 3 dengan proses pengirisan menggunakan mesin menghasilkan perhitungan kapasitas throughout sebesar 3,84 kg/jam, sedangkan kelompok 5 dengan proses pengirisan secara manual menghasilkan perhitungan kapasitas throughout sebesar 9,2 kg/jam. Kapasitas Output proses penyerutan oleh kelompok 2 menghasilkan perhitungan sebesar 7,8 kg/jam, kapasitas output proses pengirisan dengan mesin oleh kelompok 3 menghasilkan perhitungan sebesar 1,58 kg/jam sedangkan kapasitas output proses pengirisan secara manual oleh kelompok 5 menghasilkan perhitungan sebesar 7,47 kg/jam. Kapasitas output proses penyerutan adalah yang paling besar yaitu 7,8 kg/jam, hal ini disebabkan karena pada proses penyerutan

lebih cepat mengenai bahan dan menyebabkan jumlah output yang dikeluarkan permenitnya lebih banyak dibandingkan dengan proses lainnya. Nilai rendemen pengupasan oleh kelompok 2 sebesar 80,35% dan nilai rendemen penyerutannya adalah 69,42%, nilai rendemen pengupasan yang dilakukan oleh kelompok 3 sebesar 92,38% dan nilai rendemen pengirisannya yaitu 44,55% sedangkan nilai rendemen pengupasan yang dilakukan oleh kelompok 5 yaitu sebesar 81,61% dan nilai rendemen pemotongan dengan menggunakan pisau adalah 99,48%. Nilai rendemen pada proses pemotongan lebih besar daripada proses lainnya, hal ini dikarenakan singkong yang dipotong relatif sedikit yang tertinggal di pisau karena prosesnya secara manual sedangkan proses lainnya menggunakan mesin sehingga singkong yang diproses ada yang masih tertinggal didalam mesin yang menyebabkan berkurangnya massa bahan. Sedangkan dengan proses manual, nilai rendemen pengirisan lebih besar dari penyerutan dikarenakan pada proses pengirisan relatif sedikit bahan yang masih tertinggal di pisau iris mesin, hal ini mengakibatkan output bahan lebih banyak dan nilai rendemen pengirisan yang diperoleh menjadi lebih besar .

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah : 1. Pengecilan ukuran digunakan untuk memperkecil ukuran bahan hasil pertanian agar proses selanjutnya lebih efisien. 2. Proses pengecilan ukuran bahan hasil pertanian ini secara mekanis tanpa mengubah sifat kimiawinya. 3. Proses pengecilan ukuran ini dilakukan dengan cara otomatis dan manual, yaitu dengan proses penyerutan dan pengirisan menggunakan mesin sedangkan pengirisan secara manual menggunakan pisau dapur. 4. Kapasitas output proses penyerutan yang paling besar yaitu 7,8 kg/jam, hal ini disebabkan karena pada proses penyerutan lebih cepat mengenai bahan dan menyebabkan jumlah output yang dikeluarkan permenitnya lebih banyak dibandingkan dengan proses lainnya. 5. Nilai rendemen pada proses pemotongan lebih besar daripada proses lainnya yaitu 99,48%. Hal ini dikarenakan singkong yang dipotong relatif sedikit yang tertinggal di pisau karena proses lainnya menggunakan mesin sehingga bahan ada yang masih tertinggal dan menempel di mesin.

6.2 Saran Praktikum Saran yang perlu diperhatikan dalam praktikum ini adalah : 1. Ketelitian dalam perhitungan perlu ditingkatkan kembali. 2. Alat alat yang tersedia, jumlahnya terbatas sehingga sedikit menghambat dalam percobaan 3. Format penulisan makalah perlu disetarakan kembali untuk mengurangi kesalahan dalam penulisan. 4. Diharapkan agar tata letak mesin dalam laboratorium lebih rapi agar praktikum berjalan dengan nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

Irawan Dediarta, Wendi. 2011. Laporan Praktikum Teknik Penanganan Hasil Pertanian; Pengecilan Ukuran. http://www.scribd.com/doc/76403601/Pengecilan-Ukuran-Bahan-HasilPertanian diakses pada tanggal 6 April 2013, pukul 20.00 WIB. Safrizal Refli. 2010. Pengecilan Ukuran Bahan. http://reflitepe08.blogspot.com/2011/03/pengecilan-ukuran-bahan.html diakses pada tanggal 8 April 2013, pukul 20.15WIB Septy, Lauravista. 2011. Laporan Praktikum Teknik Penanganan Hasil Pertanian ;Pengecilan Ukuran. http://www.scribd.com/doc/70454943/LAPORAN-PRAKTIKUM5Pengecilan-Ukuran diakses pada tanggal 6 April 2013 pada pukul 21.25 WIB. Rusendi, Dadi. Sudaryanto. Nurjanah, Sarifah. Widyasanti, Asri. 2013. Penuntun Praktikum Mata Kuliah Teknik Penanganan Hasil Pertanian Agribisnis. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

LAMPIRAN

Gambar 1. Singkong

Gambar 2. Timbangan Analitik

Gambar 3. Mesin Penyerut dan Pengiris

Gambar 4. Penyerutan dengan mesin

Gambar 5. Hasil serutan singkong

You might also like