You are on page 1of 36

BAB IV SASARAN & STRATEGI TERAPI

a.

Sasaran (Gejala, Tanda, Prognosis, dll) Gejala klinis yang spesifik yaitu rasa gatal yang khas dengan predileksi yang khas, berlangsung

kronis dan residif. Penderita dermatitis atopik mempunyai tingkat ambang rasa gatal yang rendah, gatal dapat hilang timbul sepanjang hari tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari serta adanya stigmata atopik pada pasien maupun keluarga yang lain. Tempat predileksi adalah hal yang paling penting untuk diketahui dari pasien dermatitis atopik. Manifestasi klinis dermatitis atopik berbeda pada setiap tahapan atau fase perkembangan kehidupan, mulai dari saat bayi hingga saat dewasa. Pada setiap anak didapatkan derajat keparahan yang bervariasi, tetapi secara umum mereka mengalami pola distribusi lesi yang serupa.

Sedangkan tanda-tanda pada dermatitis atopik antara lain : Tanda Mayor : 1. 2. Pruritus Morfologi dan distribusi yang khas : likenifikasi fleksural pada orang dewasa gambaran dermatitis di pipi dan ekstensor pada bayi

3. 4.

Dermatitis kronis atau kronis kambuhan Riwayat atopi pribadi atau keluarga : asma, rinitis alergika, dermatitis atopik

Tanda Minor : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Tes kulit tipe cepat yang reaktif (tipe 1) (terutama alergi multipel) Onset pada usia muda (sebelum usia 5 tahun) Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat kolinergik Katarak subkapsular anterior (terutama bilateral) Xerosis (kulit tak terinflamasi, kasar, bersisik) Iktiosis, hiperlinear Palmaris, keratosis pilaris Pitiriasis alba Kepucatan fasial atau eritem Warna hitam sekitar orbita (alergic shiner) Lipatan infraorbital Dennie-Morgan (terutama lipatan ganda) Peningkatan kadar IgE Keratokonus Kecenderungan infeksi kulit yang berulang (khususnya Staphylococcus aureus, dan Herpes simpleks) atau kerusakan sistem imunitas seluler 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Cheilitis (eczema jilatan, terutama pada bibir atas) Konjungtivitis berulang Gatal saat berkeringat Intoleransi terhadap makanan Dermatitis pada putting susu Intoleransi terhadap wool dan pelarut lemak (penurunan batas ambang gatal) Lipatan kulit leher anterior Aksentuasi perifolikular (seperti kerikil) Dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial

Adapula faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik dermatitis atopik, yaitu : DA luas pada anak Menderita rhinitis alergik dan asma bronchial Riwayat dermatitis atopik pada orangtua atau saudara kandung Awitan (onset) dermatitis atopik pada usia muda Anak tunggal Kadar IgE serum sangat tinggi

b.

Strategi (Mencegah, Mengurangi, Menghilangkan Gejala, dan/atau Tanda dengan Obat, Tanpa Obat, atau Gabungan Keduanya) Karena disfungsi barrier kulit dan peradangan kronis merupakan ciri khas dari dermatitis atopik,

manajemen jangka panjang seharusnya diberikan untuk menekan pencegahan, intensif dan individu diadaptasi dengan perawatan kulit, penurunan kolonisasi bakteri melalui aplikasi lokal lotion mengandung antiseptik seperti triclosan dan klorheksidin, dan paling penting adalah kontrol peradangan dengan menggunakan kortikosteroid topikal rutin atau inhibitor calcineurin topikal. Pada anak-anak, sebelum dan setelah diagnosis sensitisasi media IgE, tindakan mencegah paparan allergen seharusnya bermanfaat. Terapi dermatitis atopik saat ini adalah reaktif tetapi manajemen harus termasuk intervensi awal dan proaktif dengan efektif dan terus menerus mengendalikan peradangan kulit dan kolonisasi S. aureus. Strategi ini telah terbukti efektif dalam mengurangi jumlah dari flares. Bila diterapkan pada awal masa kanak-kanak, bisa berpotensi membantu mengurangi kemudian kepekaan untuk lingkungan antigen dan autoallergens.

Dermatitis Atopik : Algoritma Terapi Penilaian awal tentang riwayat penyakit, luas/area yang terkena, dan tingkat keparahan Meliputi penilaian terhadap status stress psikologi serta dampak terhadap keluarga

Emolien, edukasi

Remisi penyakit (tidak ada tanda atau gejala)

Penanganan akut dari pruritus dan peradangan Kortikosteroid topikal atau Inhibitor kalsineurin Pimekrolimus BID atau Takrolimus BID *Baca petunjuknya

Terapi tambahan menghindari faktor pemicu Infeksi bakteri : antibiotik oral atau topikal Infeksi virus : antivirus Intervensi psikologikal Antihistamin

Pemeliharaan terapi untuk penyakit yang tidak kunjung membaik dan atau kambuh Pada tanda pertama kemunculan penyakit, gunakan Inhibitor kalsineurin topikal untuk mencegah perkembangan penyakit Pimekrolimus mengurangi insidesi Untuk pemeliharaan jangka panjang, gunakan inhibitor topikal Penggunaan berselangseling dengan kortikosteroid topikal

Kekambuhan yang parah Fototerapi Steroid topikal yang kuat Siklosporin Methotrexat Steroid oral Azatioprin Psikoteraneutik

BAB V TATA LAKSANA TERAPI

a.

Tujuan Terapi Tujuan secara umum terapi dermatitis atopik ialah untuk mengendalikan kondisi dengan mencegah

timbulnya ruam/suar sehingga memberikan kualitas hidup yang lebih baik dan mencegah timbulnya komplikasi. Penting bagi pasien untuk berkonsultasi dengan praktisi guna mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor pemicu dan alergen serta mengomunikasikan penanganan nonfarmakologi yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Seluruh pasien dermatitis atopik harus diberi konseling untuk menekankan pentingnya penggunaan emolien dan upaya lain guna merawat kulit. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit, beberapa pasien mungkin membutuhkan kortikosteroid topikal dengan potensi rendah untuk terapi pemeliharaan.

b.

Tata Laksana (Obat dan/ atau Tanpa Obat serta KIE, dll) Syarat-syarat dasar pengobatan dermatitis atopik :

Pada eksaserbasi yang berat, sebaiknya penderita pindah lingkungan (misalnya rumah sakit) Pengobatan Balneotherapeutic regimen ( mandi berendam dengan air yang telah ditambah bahan minyak; mandi dengan air dingin untuk menghilangkan gatal pada malam hari).

Hindari rangsangan pada kulit ( seperti tidak boleh menggaruk setelah mandi, pakai celana dalam yang lembut, hindari pakaian dari bahan wol dan bahan sintetik)

Bila dermatitisnya basah, sebaiknya psien menggunakan sarung tangan dari katun Hindari bahan pembersih yang dapat merangsang kulit, hindari pembersih antibakterial karena dapat menginduksi resistensi

Bila harus memakai sarung tangan plastik pada waktu bekerja, sebaiknya dalam waktu singkat saja (misalnya dalam kamar mandi) Pengobatan pada bayi dan anak dengan DA harus secara individual dan didasarkan pada keparahan

penyakit. Sebaiknya penatalaksanaan ditekankan pada kontrol jangka waktu lama (Long-Term Control) bukan hanya untuk mengatasi kekambuhan. Protab pelayanan profesi untuk pengobatan DA di SMF kulit & kelamin RSUD dr.Moewardi Surakarta bertujuan untuk menghilangkan ujud kelainan kulit dan rasa gatal, mengobati lesi kulit, mencari faktor pencetus dan mengurangi kekambuhan. Secara konvensional pengobatan DA kronik pada prinsipnya adalah sebagai berikut : Menghindari bahan iritan Mengeliminasi allergen yang telah terbukti Menghilangkan pengeringan kulit (hidrasi) Pemberian pelembab kulit ( Moisturizing) Kortikostreroid topikal

Pemberian antibiotik Pemberian antihistamin Mengurangi stress Dan memberikan edukasi pada penderita maupun keluarga (Kariossentono H., 2006). Beberapa tata pelaksanaan terapi dermatitis atopik yaitu :

Non medikamentosa: Hindari semua faktor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi klinik Menjauhi antigen pencetus Hindari pemakaian bahan yang merangsang seperti sabun keras dan bahan pakaian dari wol

Medikamentosa Sistemik : Antihistamin golongan H1 untuk mengurangi gatal dan sebagai penenang Kortikosteroid jika gejala klinis berat dan sering mengalami kekambuhan Jika ada infeksi sekunder diberi antibiotik seperti eritromisin, tetrasiklin

Topikal: Pada bentuk bayi diberi kortikosteroid ringan dengan efek samping sedikit, misalnya krim hidroklortison 1-1,5% Pada bentuk anak dan dewasa dengan likenifikasi dapat diberi kortikosteroid kuat seperti betametason dipropionat 0,05% atau desoksimetason 0,25%. Untuk efek yang lebih kuat, dapat dikombinasi dengan asam salisilat 1-3% dalam salep.

Edukasi : Menjelaskan bahwa DA merupakan penyakit yang penyebabnya multifaktorial, cara perawatan kulit yang benar untuk mencegah bertambahnya kerusakan sawar kulit dan memperbaiki sawar kulit serta penting juga untuk mencari faktor pencetus serta menghindari atau menghilangkannya (Sugito T.L., 2009).

1.

Mandi dan emolien Jangan mandi dengan air terlalu panas, karena dapat menambah rasa gatal, jangan memakai handuk

dengan menggosok pada kulit melainkan menepuk-nepuknya, hindari sabun/ pembersih kulit yang mengandung antiseptik, karena dapat mempermudah resistensi, kecuali bila ada infeksi sekunder. Penggunaan emolien/ pelembab yang adekuat secara teratur sangat penting untuk mengatasi kekeringan kulit dan memperbaiki integritas sawar kulit. Bentuk salep dan krim memberi sawar lebih baik daripada lotion. 2. Mengatasi gatal

Gatal dapat diatasi dengan pemberian emolien, kompres basah, anti inflamasi topikal (kortikosteroid, inhibitor kalsineurin), dan antihistamin oral (Sugito T.L., 2009). Kompres basah bermanfaat dalam menangani eksema yang berat, sedangkan pembalut yang mengandung obat misalnya pasta zinc dan iktamol atau zinc oksida dan ter batu bara, yang dipakai di atas steroid topikal bermanfaat untuk mengobati eksema pada ekstremitas (Graham B.R., 2005). Kortikosteroid topikal dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek samping lokal (atrofi, striae, hipertrikosis, hipopigmentasi, teleangiektasis, dsb). Maupun sistemik (supresi aksis hipothalamuspituitasi- adrenal, gangguan pertumbuhan, sindrom Chusing). Beberapa faktor perlu dipertimbangkan yakni vehikulum, potensi kortikosteroid, usia pasien, letak lesi, derajat dan luas lesi serta cara pemakaian. Prinsip penggunaan: i. Gunakan potensi terendah yang dapat mengatasi radang, dapat dinaikkan bila perlu. Hindari pemakaian dalam jangka waktu lama ii. iii. iv. Hindari potensi kuat untuk daerah kulit dengan permeabilitas tinggi (muka, interginosa, bayi) Potensi kuat digunakan bila gatal sangat berat dan atau peradangan/ likenifikasi berat Gunakan potensi kuat hanya dalam jangka waktu pendek ( 2 minggu untuk potensi kelas 1). Bila lesi awal sudah teratasi ganti dengan potensi lebih rendah/ dengan antiinflamasi nonsteroid untuk terapi pemeliharaan v. Inhibitor kalsineurin topikal Obat ini dapat mengatasi kekurangan/ kerugian menggunakan kortikosteroid topikal, bekerja dengan menghambat transkripsi sistem inflamasi dalam sel T yang teraktifasi dan sel radang lainnya sehingga mencegah pelepasan sitokin oleh sel T helper, serta menghambat proliferasi sel T. Terdapat dua macam yaitu salep takrolimus 0.03% (untuk usia 2-12 tahun) dan 0.1% (untuk usia 3 tahun ke atas)

Mengindari faktor pencetus / presdiposisi Bila eksudasi berat atau stadium akut beri kompres terbuka. Bila dingin dapat diberikan krim kortikosteroid ringan sedang. Pada lesi kronis dan likenifikasi dapat diberikan salep kortikosteroid kuat (Mansjoer A.,dkk., 2001). Penderita DA yang disertai infeksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap kuman stafilokokus dan steroid topikal (Fauzi N., Sawitri, Pohan S.S., 2009).

Probiotik dan DA Untuk penggunaan probiotik, beberapa randomized controlled trials dengan jumlah sampel kecil menunjukkan penurunan derajat keparahan DA dan dapat mencegah DA sampai derajat tertentu dkk . Menurut penelitian Isaular CFU Lactobacillus GG yang diberikan selama 2-4 minggu sebelum lahir

sampai 6 bulan sesudah lahir menurunkan kejadian DA sampai 50% pada bayi-bayi dengan risiko tinggi DA (Sugito T.L., 2009). Alergi merupakan bentuk Th2-disease yang upaya perbaikannya memerlukan pengembalian penderita pada kondisi Th1-Th2 yang seimbang. Perkembangan ilmu dan teknologi memungkinkan perubahan paradigma pencegahan alergi dari paradigma penghindaran faktor resiko menjadi paradigma induksi aktif toleransi imunologik. Konsep probiotik pada pencegahan alergi didasari pada induksi aktif respon imunologik menuju keseimbangan Th1-Th2. Pada uji klinik, probiotik dibuktikan dapat menurunkan gejala alergi yang berhubungan dengan dermatitis atopik dan alergi makanan. Kelemahan uji klinik adalah ketidakmampuannya dalam menghasilkan informasi mengenai mekanisme dan hubungan sebab akibat. Ekstrapolasi dan sintesis atas fakta-fakta ilmiah yang telah dihasilkan oleh uji klinik dan penelitian mekanisme probiotik pada hewan coba menunjukkan bahwa probiotik dapat menurunkan reaksi alergi melalui aktivasi TLR2 dan TLR4. Penelitian probiotik pada ibu hamil menunjukkan bahwa efek dini probiotik pada sistem imun ibu bukanlah pada supresi Th1 tetapi pada aktivasi tregulator yang berfungsi menjaga homeostasis Th1-Th2, sehingga kelangsungan kehamilan tidak terganggu (Endaryanto E., & Harsono A., 2010). Berbagai faktor dapat menjadi pencetus DA dan tidak sama untuk setiap individu, karena itu perlu diidentifikasi dan dieliminasi berbagai faktor tersebut. Menghindarkan pemakaian bahan-bahan iritan (deterjen, alkohol, astringen, pemutih, dll) Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi Menghindarkan aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat Menghindarkan makanan-makanan yang dicurigai dapat mencetuskan DA Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah TDR/agen infeksi, seperti menghindari penggunaan kapuk/karpet/mainan berbulu Menghindarkan stres emosi Mengobati rasa gatal

DIET ELIMINASI Alergi makanan dapat mencetuskan kekambuhan lesi kulit penderita dermatitis atopik melalui mekanisme imunologi dan non imunologis. Hubungan antara alergi makanan dengan dermatitis atopik dapat diketahui dari gejala klinis. Dengan diet eliminasi dapat memperbaiki dermatitis atopik. Dengan mengetahui daftar makanan sehari-hari secara detail dapat membantu penderita dan dokter dalam memperkirakan jenis makanan mana yang ada hubungannya dengan gejala-gejala alergi makanan yang timbul seperti urtikaria dan pruritus. Makanan yang dicurigai dihindari dari diet selama 2 minggu atau sampai gejala hilang.

Intervensi dan Pencegahan Nonmedis 1. 2. 3. 4. 5. Memakai kain yang lembut untuk berpakaian. Menghindari keringat berlebihan. Menggunaka pelembab. Menghindari faktor-faktor pencetus. Pemberian ASI ekslusif Studi menunjukkan pemberian ASI ekslusif dalam 3 bulan pertama kehidupan berhubungan dengan menurunnya insidensi dermatitis atopik semasa anak-anak pada anak dengan riwayat atopi pada keluarga.

TERAPI NON-FARMAKOLOGI Telah diketahui bahwa pasien dengan dermatitis atopik lebih rentan terhadap iritan daripada orang normal. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor pemicu yang mungkin memperparah keadaan ruam/suar. Rekomendasi yang diberikan dapat berupa menghindari parfum yang berlebihan dari sabun atau deterjen, membilas dua kali pakaian yang dicuci, menghindari perubahan suhu yang ekstrem, serta waspada terhadap senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai alergi. Tabir surya dapat digunakan pada pasien dermatitis atopik, tetapi lebih baik menggunakan agen nonkimia sebab bahanbahan tersebut lebih tidak menyebabkan iritasi atau dermatitis kontak (tabir surya kimia biasanya mengandung titanium atau seng oksida). Epidermis dari kulit atopik menunjukkan penurunan kemampuan dalam menahan kelembaban. Karakteristik tersebut diperparah oleh adanya perubahan eksternal, seperti perubahan udara dan paparan alergen. Oleh karena itu, amat penting untuk memelihara kenormalan kulit sebab iritasi, walaupun sedikit, dapat mengakibatkan mikrofisura yang bertindak sebagai jalur masuk berbagai patogen. Hidrasi kulit merupakan penanganan nonfarmakologi yang paling utama. Losion dapat memperparah xerosis, sedangkan krim (seperti Cetaphil, Eucerin) atau salep (seperti Aquaphor, petroleum jelly) lebih baik dalam melindungi terhadap kekeringan. Pemberian emolien disarankan segera setelah mandi. Perlu diperhatikan juga komposisi emolien yang akan dipilih sebab aroma, pewarna, dan pengawet tertentu dapat menyebabkan iritasi. Penanganan Nonfarmakologi Dermatitis Atopik Identifikasi dan eliminasi alergen yang berpotensi memicu atau memperparah dermatitis Kurangi frekuensi mandi, mandi sehari sekali Gunakan air yang hangat ketika mandi Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi Hindari penggunaan lap atau penggosok yang dapat

mengiritasi Lembabkan kulit yang kering, lalu tepuk-tepuk dengan lembut hingga kering Gunakan emolien dalam tiga menit setelah mandi Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih untuk mencegah timbulnya guratan ketika menggaruk Gunakan sarung tangan berbahan katun untuk mencegah menggaruk dimalam hari Gunakan baju dan piyama yang berbahan katun Hindari mencuci dengan deterjen yang keras Gunakan pelembab sesering mungkin guna menjaga kulit tetap lembut dan halus (minimal dua kali sehari)

TERAPI FARMAKOLOGI 1. Kortikosteroid Topikal Kortikoid topikal telah menjadi standard dalam penanganan peradangan serta pruritus yang berkaitan dengan dermatitis atopik. Biasanya, kortikesteroid topikal digunakan dalam terapi akut jangka pendek dari ruam/suar, tetapi harus dikombinasikan dengan emolien. Praktisi yang asing dengan penggunaan kortikosteroid topikal seringkali sulit menentukan penggunaannya sebab amat banyaknya tipe, kekuatan, nama generik, nama dagang, formulasi, serta indikasi produk. Dalam penggunaannya, kortikosteroid diurutkan berdasarkan potensinya serta kemampuan vasokonstriktornya. Pada umumnya, steroid dengan potensi yang paling tinggi digunakan untuk jangka waktu yang pendek (umumnya, kurang dari tiga minggu) dalam penanganan dermatitis atopik akut atau untuk lesi yang menebal. Karena efek sampingnya, steroid tipe ini tidak boleh digunakan pada area wajah, membran mukosa, kelopak mata, atau area kulit yang berlipat. Steroid dengan potensi sedang dapat digunakan untuk dermatitis atopik yang lebih kronik , terutama pada area leher atau punggung. Steroid dengan potensi rendah biasanya digunakan pada anak-anak. Pembawa yang digunakan dalam sediaan steroid juga merupakan hal penting yang sangat perlu diperhatikan. Sama halnya deengan penggunaan emolien, bentuk sediaan salep lebih baik dipilih dalam penggunaan steroid sebab sediaan salep lebih baik dalam mengoklusi epidermis sehinngga dapat meningkatkan absorbsi perkutan dari kortikosteroid dibandingkan sediaan krim dengan kekuatan yang sama. Hal tersebut dapat menjadi pilihan untuk lesi yang menebal atau untuk ruam/suar akut sebab kondisi tersebut membutuhkan tingkat oklusi yang tinggi guna menunjang absorbi. Metode lain oklusi, seperti pengunaan perban, pakaian yang ketat atau popok, juga dapat meningkatkan absorpsi secara bermakna. Hal ini bisa memberikan efek seperti yang diharapkan oleh praktisi, tetapi bisa juga tidak. Oleh karena itu, praktisi harus tetap waspada. Pemilihan pembawa juga dapat didasarkan oleh area tubuh.

Sebagai contoh, jika diinginkan penggunaan pada area berambut, seperti kulit kepala atau janggut, dapat dipilih bentuk sediaan larutan atau gel. Hal-hal tersebut merupakan pertimbangan yang dapat digunakan ketika merekomendasikan penggunaan kortikosteroid atau ketika pemberian konseling kepada pasien. Biasanya, kebanyakan kortikosteroid digunakan satu hingga beberapa kali sehari walaupun belum ada manfaat yang jelas dengan penggunaan lebih dari sekali sehari. Ketika digunakan bersama dengan produk topikal lain, seperti pelembab, penting diperhatikan bahwa kortikosteroid harus digunakan terlebih dahulu. Dalam meracik kortikosteroid, jumlah yang pas untuk penggunaan sekali dewasa untuk seluruh tubuh umumnya berkisar antara 30 gram krim atau salep. Ole karena itu, jika terapi dua kali sehari ke seluruh tubuh selama dua minggu, jumlah rata-rata yang dibutuhkan ialah 1 kg. Kegagalan terapi biasanya disebabkan oleh jumlah yang tidak memadai. Keprihatinan terhadap efek samping yang muncul akibat penggunaan steroid berdampak pada pembatasan penggunaannya pada area tertentu anak-anak. Kurangnya kepercayaan praktisi dan pasien keamanaan kortikosteroid topikal berdampak pada ketidakpatuhan dan subterapi. Efek samping yang terjadi bergantung pada berbagai faktor, seperti konsentrasi sediaan yang digunakan, jumlah yang digunakan, frekuensi penggunaan, serta durasi penggunaan. Penggunaan kortikosteroid topikal jangka panjang berdampak pada abnormalitas kulit, seperti atropi kulit, striae, hipopigmentasi, serta jerawat yang diinduksi steroid. Efek sistemik, seperti supresi HPA (hypothalamic-pituitary-adrenal), keterlambatan pertumbuhan, serta abnormalitas adrenal lain, telah dilaporkan sehingga mempersempit penggunaan steroid topikal pada anak-anak. Penggunaan Kortikosteroid Topikal Pada Dermatitis Atopik Potensi steroid berdasarkan kemampuan vasokonstriksinya Biasanya, steroid dengan potensi tinggi : Penggunaan tidak lebih dari tiga minggu Penggunaan untuk lesi yang tebal Tidak untuk digunakan pada wajah, area lipatan kulit, atau membran mucus Pembawa merupakan faktor penting yang harus diperhatikan selain konsentrasi steroid Sifat oklusif dapat meningkatkan absorbs perkutan Salep lebih kuat daripada krim yang mana krim lebih kuat daripada losion Bentuk gel dapat bermanfaat pada area berambut atau berminyak

Penggunaan bersama dengan pelembab Gunakan kortikosteroid terlebih dahulu Tujuan kombinasi tersebut ialah untuk meningkatkan kelembaban sementara mengurangi penggunaan kortikosteroid.

2.

Antihistamin Karena dermatitis atopik seringkali menyebabkan pruritus, antihistamin biasanya digunakan untuk

mencegah terjadinya siklus garuk-gatal . Penggunaan antihistamin dalam kasus ini masih sedikit ditunjang oleh uji klinik karena setiap pruritus yang dirasakan bukan dimediasi oleh histamine. Mediator, seperti neuropeptide dan sitokin, telah menunjukkan asosiasi dengan rasa gatal pada dermatitis atopik. Akan tetapi karena pruritus bertambah parah pada malam hari, antihistamin yang memberikan efek sedasi (seperti hidroksin atau difenhidramin) dapat membantu tidur, sedangkan antihistamin dengan efek nonsedasi memberikan hasil yang bervariasi. Antidepresan trisiklik, seperti doxepin, yang menghambat baik reseptor h 1 dan h 2, juga dapat digunakan pada dosis 10-75 mg pada malam hari dan sampai 75 mg dua kali sehari dewasa. Penggunaan obat tersebut dapat bermanfaat, terutama pada pasien atopik yang mengalami depresi. Antihistamin topikal, seperti krim doxepin 5 % atau krim difenhidramin, juga menunjukkan hasil yang netral, tetapi pada umumnya tidak direkomendasikan sebab menyebabkan sensitifitas tinggi pada kulit karena bahan tambahannya. 3. Imunomodulator topical Inhibitor kalsineurin topikal, seperti takrolimus dan pimekrolimus dapat menjadi pilihan untuk terapi jangka panjang sebab produk tersebut dapat digunakan pada seluruh bagian tubuh dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa harus takut akan efek samping seperti yang timbul pada penggunaan kortikesteroid. Merujuk pada efek samping yang muncul pada penggunaan kortikesteroid, dievaluasi potensi atropogenik dari takrolimus dan pimekrolimus pada orang sehat. Data menunjukan bahwa tidak ada ancaman atropi kulit untuk penggunaan jangka panjang. Agen tersebut membentuk kompleks yang menghasilkan inhibisi terhadap kalsineurin, suatu senyawa yang menginhibisi aktivitas sel T. Melalui inhibisi tersebut, kompleks yang terbentuk dapat mengurangi komponen inflamasi dari dermatitis atopik. Walaupun struktur kedua senyawa tersebut mirip, pimekrolimus topikal lebih lipofilik daripada takrolimus sehingga menunjukkan lebih sedikitnya penetrasi kutan. Sejumlah studi menunjukkan efektivitas, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dalam penggunaan salep takrolimus 0,03% dan 0,1% untuk dermatitis atopik pada anak-anak dan dewasa. Pada penggunaan dua kali sehari, pasien melaporkan adanya pengurangan pruritus dan lesi secara bermakna sehingga menunjukkan peningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu, FDA mengizinkan penggunaan salep 0,03% dan 0,1% untuk dermatitis atopik sedang hingga berat pada dewasa dan salep 0,03% untuk dermatitis atopik anak-anak berusia 2-15 tahun. Takrolimus topikal diindikasikan untuk terapi lini kedua dalam penanganan dermatitis atopik jangka pendek atau penanganan akut dermatitis atopik sedang hingga berat yang gagal diterapi dengan jenis obat lain. Beberapa studi pada anak-anak dan dewasa menunjukkan pengurangan frekuensi ruam/ suar serta gejala dermatitis atopik pada penggunaan salep takrolimus. Suatu perbandingan menemukan adanya efikasi yang sebanding antara salep takrolimus 0,0% dengan hidrokortison butirat 0,1% yang merupakan kortikosteroid dengan potensi sedang.

Evaluasi terhadap keamanan takrolimus topikal menunjukkan keluhan paling umum berupa rasa gatal atau terbakar pada area aplikasi. Walaupun belum ada data yang menunjukkan pernyataan ini , banyak praktisi merekomendasikan pemberian kortikosteroid topikal sebelum takrolimus untuk mengurangi rasa terbakar dan eritema yang muncul. Terdapat efek samping sistemik untuk penggunaan takrolimus yang telah tercatat dengan baik, tetapi belum teramati pada pasien yang menggunakan salep untuk dermatitis atopik. Pasien yang menerima imunosupresan sistemik secara jangka panjang cenderung mengalami aktinik keratosis, kulit akibat virus, serta kanker kulitnon melanoma. Walaupun mengeluarkan peringatan tentang penggunaan jangka panjang takrolimus dan pimekrolimus, FDA mengakui belum diketahuinya hubungan sebab-akibat langsung antara kanker kulit inhibitor kalsineurin topikal. Studi jangka panjang sedang berlangsung. Krim pimekrolimus 1% telah menunjukkan keamanan dan efektivitas pada terapi dermatitis atopik jangka panjang. Suatu studi multisenter, acak, double-blind pada bayi dan anak-anak ditemukan bahwa kemunculan ruam/suar dapat dihambat dan terjadi penurunan keparahan penyakit secara umum. Bahkan pada pasien yang membutuhkan steroid sekalipun, penggunaan krim ini dapat mengurangi secara bermakna durasi penggunaan steroid. Hal tersebut mendukung penggunaan pimekrolimus sebagai terapi lini pertama. Studi farmakokinetik telah mengevaluasi konsentrasi akibat absorpsi pimekrolimus pada anak-anak. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pimekrolimus dapat ditoleransi pada penggunaan lokal dan efek sistemik tidak nampak. Walaupun belum ada studi perbandingan, nampak bahwa takrolimus dapat lebih efektif dalam menangani kasus berat dermatitis atopik daripada pimekrolimus. Diduga juga bahwa penggunaan takrolimus dapat memunculkan rasa terbakar sementara yang lebih tinggi dibandingkan pimekrolimus. Hal tersebut disinyalir karena lebih tingginya aktivitas imunosupresan takrolimus. Suatu studi terbaru yang mengevaluasi penggunaan krim pimekrolimus 1% pada bayi mengalami tanda dan gejala dermatitis atopik menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala secara progresif. Fakta tersebut mendukung penggunaan pimekrolimus pada tahap awal. Penggunaan bersama antara kortikosteroid dan pimekrolimus juga dievaluasi pada bayi dan anak-anak berusia tiga bulan hingga 11 tahun dengan dermatitis atopik ringan hingga berat. Pimekrolimus digunakan pada tahap awal munculnya tanda dan apabila tidak terkontrol, diberikan kortikosteroid potensi sedang di malam harinya. Ditemukan bahwa kombinasi tersebut cukup efektif dalam penanganaan dermatitis atopik. Penggunaan Imunomodulator Topikal pada Dermatitis Atopik 1. Salep Takrolimus 0,1% (protopic) : Untuk dermatitis atopik sedang hingga parah pada dewasa yang tidak cukup memberikan respon dengan terapi lain. 2. Salep Takrolimus 0,03% : Untuk dermatitis atopik sedang hingga parah pada anak-anak yang berusia dua tahun ke atas. 3. Krim pimekrolimus 1% : Untuk dermatitis atopik ringan hingga sedang pada anak-anak dan dewasa ( telah dipelajari penggunaannya pada bayi berusia tiga bulan).

Gunakan dua kali sehari Dapat digunakan untuk jangka panjang Dapat menyebabkan penurunan ruam/ suar

4.

Sediaan Tar Sediaan tar batu bara menunjukkan aktivitas sebagai antipruritus dan antiinflamasi pada kulit. Tar

batu bara telah digunakan dalam kombinasi dengan kortikosteroid topikal sebagai tambahan untuk mengurangi kekuatan kortikosteroid dan dalam hubungannya dengan terapi sinar UV. Produk tar batu bara tersedia dalam bentuk tar batu bara kasar (1-3%) atau liquor carbonic detergens (LCD) (5-20%). Pada waktu tertentu, sediaan tar batu bara dapat dibuat sendiri oleh farmasis menjadi berbagai jenis konsentrasi atau bahkan dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal. Sediaan tar batu bara tidak boleh digunakan pada lesi akut yang berdarah sebab dapat menyebabkan iritasi dan sensasi menyengat. Baunya yang tajam dan dapat mewarnai pakaian merupakan faktor pembatas penggunaannya. Oleh karena itu, sebaiknya pasien diinstruksikan untuk menggunakan produk tersebut sebelum tidur dan segera membilasnya ketika bangun. Selain itu, dilaporkan juga adanya folikulitis dan fotosensitivitas.

Terapi untuk dermatitis atopik yang sukar disembuhkan 1. Okulasi dan Pembalut yang basah Membalut atau membungkus seluruh badan dengan kain yang sejuk dapat efektif dalam meringankan rasa gatal, terutama di malam hari. Cara tersebut dapat digunakan bersamaan dengan kortikosteroid topikal untuk menangani ruam/suar akut atau lesi kronik yang menebal (likenifikasi). Maserasi kulit, fisura, serta infeksi dapat terjadi. Dengan demikian, cara ini hanya dibatasi pada lesi yang kronik dan berat. Mengompres dengan air hangat selama 20 menit empat sampai enam kali sehari dapat membantu mengeringkan luka berdarah. 2. Sinar ultraviolet Sinar UV memilliki manfaat fototerapeutik bagi pasien dengan dermatitis atopik yang parah. Terapi sinar dengan sinar ultraviolet B gelombang pendek (UVB) dapat bermanfaat sebagai terapi tambahan untuk dermatitis atopik yang kronis dan membandel. Terapi ultraviolet A (UVA) dengan intensitas yang lebih tinggi dapat bermanfaat pada eksaserbasi akut dan dari mekanisme kerja dapat diindikasikan bahwa eosinofil serta sel epidermal Langerhans dapat menjadi target dari intensitas tinggi UVA.

IMUNOSUPRESAN SISTEMIK Jika terapi topikal atau fototerapi gagal mengendalikan gejala dermatitis atopik, agen imunosupresan sistemik dapat digunakan. Hal tersebut didasarkan oleh penjelasan yang menyimpulkan bahwa penyakit tersebut melibatkan sel langerhans, eosinofil serta sel mast.

1.

Kortikosteroid Sistemik Kortikosteroid oral diindikasikan untuk terapi dermatitis atopik kronik yang parah. Biasanya terapi jangka pendek ( seperti prednisone 40 -60 mg/hari selama 3-4 hari lalu 20 -30 mg/hari selama 3-4 hari) dapat digunakan untuk mengendalikan ruam/suar parah. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan efek samping sistemik, seperti hipertensi, masalah pertumbuhan dan prekembangan, atau gejala cushigoid. Terapi dengan kortikosteroid sistemik penting

dikombinasikan dengan perawatan kulit secara intensif, yakni menggunakan kortikosteroid topikal dan emolien. 2. Siklosporin Siklosporin oral dapat digunakan dalam jangka pendek untuk dermatitis yang parah dan membandel pada dewasa dengan dosis 5 mg/kg/hari. Anak-anak dengan kasus serupa dapat diberi siklosporin dengan dosis yang lebih rendah yakni, 3 mg/kg/hari dengan peringatan. Tolerabilitas dengan dosis anak baik dan kebanyakan efek samping yang muncul teratas pada nyeri abdominal dan sakit kepala. 3. Azatioprin Azatioprin merupakan imunosupresan sistemik yang lain bermanfaat pada dermatitis atopik parah. Kerugian utama penggunaan azatioprin dibandingkan siklosporin ialah onset yang tertunda selama 4-6 minggu. Walaupun tercatat banyak efek samping, seperti mielosupresi, hepatotoksisitas, gangguan gastrointestinal dan lain-lain, terbukti bahwa azatropin dapat membantu mengurangi gejala dermatitis atopik. 4. Antimetabolit Mikofenolat mofetil suatu imunosupresan yang biasa digunakan dalam trasnplantasi organ, menunjukkan pengurangan dermatitis atopik yang resisten terhadap terapi lain dalam suatu studi terbuka dan berjangka pendek. Walaupun belum ada studi yang mengevaluasi penggunaannya untuk dermatitis atopik, terdapat bukti anekdotal tentang efektifitas metotrekstat pada dosis 2,5 mg/hari sebanyak empat kali seminggu. Karena efek mielosupresinya, parameter hematologi pasien perlu diawasi secara ketat. Efek samping lain meliputi hepatotoksitas, toksisitas paru-paru, dan toksisitas saluran cerna. Diperlukan pemberian suplemen asam folat. 5. Interferon Interferon yang dikenal sebagai inhibitor sel TH, dipertimbangkan menjadi plihan yang logis untuk menekan respon lgE pada pasien dermatitis atopik. Injeksi interferon mahal dan seringkali

menimbulkan gejala mirip flu, seperti demam, menggigil, sakit kepala, mialgia, arthralgia, mual, muntah, dan diare. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi penggunaan rutin pada pasien dermatitis atopik. 6. Kortikosteroid Topikal

Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan serangga dan eksim scabies bersama-sama dengan obat scabies. Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan gejala dan penekanan tandatanda penyakit bila cara lain seperti pemberian emolien tidak efektif.

Penggunaan Kortikosteroid Topikal

Indikasi : Lesi perioral Krim hidrokortison 1% dapat digunakan dalam waktu tidak lebih dari 7 hari untuk mengatasi lesi radang yang tidak terinfeksi pada bibir dan kulit di sekitar mulut. Salep atau krim hidrokortison dan mikonazol bermanfaat pada inflamasi yang disertai infeksi oleh organisme yang peka, terutama pada awal pengobatan (sampai sekitar 7 hari), misalnya pada keilitis angular. Organisme yang rentan terhadap mikonazol adalah Candida spp, dan beberapa gram positif, termasuk streptokokus dan stafilokokus.

Pemakaian Pada Anak Anak-anak, khususnya bayi, sangat rentan terhadap efek samping. Namun, jangan karena profil keamanan kortikosteroid topikal, anak-anak menjadi tidak diobati. Tujuannya adalah untuk mengatasi kondisi sebaik mungkin; pengobatan yang tidak memadai akan memperparah kondisi. Kortikosteroid lemah, seperti salep atau hidrokortison 1%, bermanfaat untuk mengobati ruam popok dan untuk eksim atopik pada masa kanak-kanak. Kortikosteroid sedang sampai kuat cocok untuk eksim atopik parah pada anggota badan, digunakan hanya 1-2 minggu. Bila kondisi membaik, ganti ke sediaan yang kurang kuat. Pada keadaan kambuhan akut eksim atopik, cocok digunakan sediaan kortikosteroid kuat dalam jangka pendek untuk mengendalikan kondisi penyakit. Penggunaan harian terus-menerus tidak dianjurkan meskipun kortikosteroid ringan, seperti hidrokortison 1% sebanding dengan betametason 0,1% yang digunakan sesekali. Untuk bayi di bawah 1 tahun, hidrokortison merupakan satu-satunya kortikosteroid yang direkomendasikan penggunaannya. Kortikosteroid lain dengan potensi lebih kuat dikontraindikasikan. Untuk anak usia di atas 1 tahun, kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau kuat-sedang sebaiknya digunakan dengan sangat hati-hati dan hanya digunakan dalam jangka pendek ( 1-2 minggu ). Kortikosteroid yang sangat poten hanya dapat digunakan berdasarkan konsultasi dengan dokter spesialis kulit. Kortikosteroid topical untuk anak dapat digunakan pada kondisi berikut : Gigitan dan sengatan serangga kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti krim hidrokortison 1%.

Ruam kulit yang disertai inflamasi berat akibat penggunaan popok pada bayi di atas 1 bulan kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti hidrokortison 0,5 atau 1% selama 5-7 hari ( dikombinasikan dengan antimikroba jika terjadi infeksi ).

Eksim ringan hingga sedang, fleksural, dan eksim wajah atau psoriasis kortikosteroid ringan, seperti hidrokortison 1%. Eksim berat di sekitar badan dan lengan pada anak usia di atas tahun kortikosteroid dengan potensi kuat atau kuat-sedang selama hanya 1-2 minggu, segera ganti ke sediaan dengan potensi lebih ringan pada saat kondisi membaik.

Eksim di sekitar area kulit yang mengeras, misal telapak kaki, - kortikosteroid topikal dengan potensi kuat dalam kombinasi dengan urea atau asam salisilat untuk meningkatkan penetrasi kortikosteroid.

Pilihan Formulasi Krim larut air untuk lesi yang lembab atau eksudatif dan salep umumnya dipilih untuk lesi yang kering, lichenified atau bersisik, atau bila efek oklusif diperlukan. Losion mungkin berguna bila diaplikasikan minimal dibutuhkan untuk daerah yang luas atau untuk pengobatan luka eksudatif. Perban oklusif polythene meningkatkan absorpsi, tetapi juga meningkatkan efek samping; karena itu, dipakai hanya di bawah kulit yang sangat tebal, seperti telapak tangan dan kaki. Penambahan urea atau asam salisilat meningkatkan penetrasi dari kortikosteroid. Sediaan yang mengandung kortikosteroid paling ringan denagn dosis efektif terendah merupakan salah satu pilihan; sedapat mungkin pengenceran harus dihindari. Kekuatan Kortikosteroid Topikal Potensi Ringan Kuat-sedang Kuat Contoh Hidrokortison 1% Klobetason butirat 0,05% Betametason 0,1% ( sebagai valerat ) Hidrokortison butirat Sangat kuat Klobetasol propionat

Peringatan Hindari penggunaan jangka panjang kortikosteroid topikal pada wajah karena dapat meninggalkan bekas yang tidak hilang dan hindarkan dari mata. Pada anak-anak hindari penggunaan jangka panjang dan penggunaan kortikosteroid kuat atau sangat kuat; apabila digunakan, harus di bawah pengawasan dokter spesialis. Peringatan keras juga ditujukan pada dermatosis pada bayi, termasuk ruam popok, pengobatan sebaiknya dibatasi 5-7 hari. Penggunaan yang kuat pada psoriasis dapat menyebabkan penyakit muncul lagi, timbulnya psoriasis pustular yang merata dan toksisitas lokal dan sistemik.

Kontraindikasi Lesi kulit akibat bakteri, jamur, atau virus yang tidak diobati; rosasea ( jerawat rosasea ) dan perioral dermatitis; kortokosteroid kulit dikontraindikasikan untuk plak psoriasis dengan sebaran yang luas.

Efek Samping Berbeda dengan golongan yang kuat dan sangat kuat, kelompok kortikosteroid sedang dan lemah jarang menyebabkan efek samping. Semakin kuat sediaannya, semakin perlu untuk berhati-hati karena absorpsi dari kulit dapat menyebabkan penekanan adrenal dan Cushing syndrome tergantung dari daerah tubuh yang diobati dan lamanya pengobatan. Perlu diingat bahwa absorpsi terbanyak terjadi dari kulit yang tipis, permukaan kasar, serta daerah lipatan kulit dan absorpsi ditingkatkan oleh adanya oklusi. Efek samping lokal meliputi : Penyebaran dan perburukan infeksi yang tidak diobati; Penipisan kulit yang belum tentu pulih setelah pengobatan dihentikan karena struktur asli mungkin tak akan kembali; Striae atrofis yang menetap; Dermatitis kontak; Dermatitis perioral; Jerawat, perburukan jerawat atau rosasea; Depigmentasi ringan yang mungkin hanya sementara, tetapi bisa menetap sebagai bercak-bercak putih; Hipertrikosis.

Catatan Untuk meminimalkan efek samping kortikosteroid topikal, pemakaian sediaan ini hendaknya dioleskan secara tipis saja pada daerah yang akan diobati dan gunakan kortikosteroid yang paling kecil kekuatannya, tapi efektif.

Frekuansi Aplikasi Sediaan kortikosteroid sebaiknya diberikan sekali atau dua kali sehari saja. Tidak perlu mengoleskan obat ini lebih sering. Kortikosteroid topikal diratakan secara tipis pada kulit. Panjang/banyaknya salep/krim yang dikeluarkan dari tube dapat digunakan untuk menentukan banyaknya obat yang dioleskan pada kulit. Berikut ini adalah besar kemasan sediaan kortikosteroid yang tepat untuk peresepan bagi daerah tubuh tertentu. Daerah Tubuh Krim dan Salep

Wajah dan leher Tangan Kulit kepala Lengan Kaki Badan Selangkangan dan alat kelamin

15 hingga 30 gram 15 hingga 30 gram 15 hingga 30 gram 30 hingga 60 gram 100 gram 100 gram 15 hingga 30 gram

Jumlah ini biasanya cocok untuk dewasa dengan penggunaan dua kali sehari selama seminggu. Mencampur sediaan topikal pada kulit sedapat mungkin dihindari; sekurang-kurangnya sebaiknya berselang 30 menit antara pemakaian sediaan yang berbeda. Penggunaan emolien sesaat sebelum pemakaian kortikosteroid adalah tidak tepat.

7.

Antihistamin Antihistamin topikal dapat digunakan pada mata, hidung, dan kulit. Antihistamin oral juga dapat

mencegah urtikaria dan digunakan untuk mengatasi ruam kulit pada urtikaria, gatal, gigitan dan sengatan serangga, serta alergi obat. Antihistamin berbeda-beda dalam lama kerja serta dalam derajat efek sedatif dan antimuskarinik. Antihistamin golongan lama relatif mempunyai kerja pendek, tetapi beberapa (seperti prometazin) memiliki kerja sampai 12 jam, sedangkan antihistamin nonsedatif yang lebih baru memiliki kerja panjang. Semua antihistamin golongan lama menyebabkan sedasi meskipun alimemazin (trimeprazin) dan prometazin mempunyai efek sedasi yang lebih besar dibanding klorfeniramin dan siklizin. Efek sedasi ini kadang-kadang dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena alergi. Tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa antihistamin sedatif yang satu lebih baik dari yang lain karena pasien mempunyai respon yang sangat berbeda satu sama lain. Antihistamin nonsedatif, seperti setirizin, levosetirizin, loratadin, desloratadin, feksofenadin, terfenadin, dan mizolastin, lebih sedikit menyebabkan efek sedasi dan gangguan psikomotor dibanding golongan lama karena jumlah obat yang menembus sawar darah otak hanya sedikit.

PERINGATAN DAN KONTRAINDIKASI Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko glaukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati, dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan, kecuali atas petunjuk dokter, dan tidak boleh digunakan pada neonatus. Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria meskipun beberapa (seperti klorfeniramin dan setirizin) diperkirakan aman.

EFEK SAMPING Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar antihistamin golongan lama walaupun stimulasi yang paradoksikal dapat terjadi meski jarang, terutama pada pemberian dosis tinggi atau pada anak dan pada lanjut usia. Mengantuk dapat menghilang setelah beberapa hari pengobatan dan jauh kurang dengan antihistamin yang lebih baru. Efek samping yang lebih sering terjadi dengan antihistamin golongan lama, meliputi sakit kepala, gangguan psikomotor, dan efek antimuskarinik, seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur, dan gangguan saluran cerna. Efek samping lain yang jarang dari antihistamin, termasuk hipotensi, efek ekstrapiramidal, pusing, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, palpitasi, aritmia, reaksi hipersensitivitas (bronkospasmus, angioedema, dan anafilaksis, ruam kulit, dan reaksi fotosensitivitas), kelainan darah, disfungsi hati, dan glaukoma sudut sempit.

ANTIHISTAMIN YANG TIDAK MENYEBABKAN KANTUK Walaupun mengantuk jarang dijumpai, pasien harus diingatkan bahwa hal itu dapat terjadi dan dapat mempengaruhi aktivitas yang memerlukan keterampilan, misalnya mengendalikan mobil. Pemakaian alkohol berlebihan harus dihindari.

ANTIHISTAMIN YANG MENYEBABKAN KANTUK Efek samping mengantuk akan mempengaruhi aktivitas yang memerlukan keterampilan seperti mengemudi mobil. Efek sedasi meningkat dengan pengaruh alkohol (Sukandar et al., 2011)

BAB VI EVALUASI & PEMILIHAN PRODUK OBAT TERKAIT YANG ADA DI PASARAN

TERAPI YANG TIDAK TERBUKTI Interferon IFN dikenal untuk menekan respon IgE dan menurunkan regulasi proliferasi dan fungsi sel Th2. Beberapa penelitian pada pasien dermatitis atopik, termasuk pada multicentre, double-blind, placecocontrolled trial,58 dan two long-term open trials,59,60 telah menunjukkan bahwa pengobatan dengan rekombinan IFN manusia menghasilkan perbaikan klinis. Berkurangnya keparahan dermatitis atopik terkait dengan kemampuan IFN untuk mengurangi angka eosinofil. Gejala menyerupai influenza secara umum merupakan efek samping awal pada pengobatan ini. Omalizumab Pengobatan pasien dermatitis atopik yang berat dan peningkatan level serum IgE dengan anti-IgE monoclonal menunjukkan kemanjuran yang kecil pada tiga pasien dewasa dan perbaikan yang bermakna pada tiga pasien remaja. Imunoterapi alergen Tidak seperti rhinitis alergika dan asma berat, imunoterapi dengan aeroalergen tidak menunjukkan kemanjuran yang berarti. Ada laporan yang bersifat anekdot pada eksaserbasi penyakit dan kesembuhannya. Penelitian terbaru tentang imunoterapi yang spesifik selama lebih dari 12 bulan pada pasien dermatitis atopik dewasa yang disensitisasi dengan alergen debu menunjukkan perbaikan pada indeks SCORAD sama seperti pengurangan penggunaan steroid topikal. Bagaimanapun juga, penelitian yang terkontrol dengan baik masih dibutuhkan untuk menentukan hubungan imunoterapi dengan penyakit ini. Extracorporeal Photopheresis Extracorporeal Photopheresis terdiri dari bagian dari psoralen-pengobatan leukosit yang melalui sistem sinar UVA extracorporeal. Perkembangan klinis di lesi kulit berhubungan dengan penurunan level IgE yang telah dilaporkan pada beberapa pasien berat, dermatitis atopik resisten yang telah diobati dengan Extracorporel Photopheresis dan glukokortikoid topikal. Probiotik Pemberian probitik Lactobacillus rhamnosus jenis GG pada perinatal menunjukkan penurunan insidensi dermatitis atopik pada anak-anak berisiko selama 2 tahun pertama kehidupan. Ibu diberikan salah satu plasebo atau Lactobacillus GG setiap hari selama 4 minggu sebelum persalinan dan kemudian ibu yang lain (apabila menyusui) atau pada bayi dilanjutkan dengan terapi harian selama 6 bulan. Pada studi selanjutnya, grup yang sama dinilai potensi persisten pada pencegahan dermatitis atopik dalam 4 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa pencegahan efek Lactobacillus pada DA dapat diperpanjang hingga diluar masa pertumbuhan anak-anak.

Studi yang kedua, anak-anak dengan dermatitis atopik diobati dengan 2 jenis Lactobacillus selama 6 minggu mengalami perbaikan pada eksema dibandingkan pasien yang diberikan plasebo, meskipun indeks SCORAD tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Respon pengobatan yang ditemukan lebih menyatakan pada pasien dengan tes skin prick positif dan kenaikan level IgE. Studi yang lain pada anak-anak dari dermatitis atopik sedang sampai berat yang diobati selama 8 minggu dengan L. fermentum pada studi kontrol plasebo menunjukkan kemajuan persisten dari SCORAD dalam 16 minggu. Studi ini menunjukkan probiotik ini, atau sekurangnya beberapa jenis Lactobacillus, mungkin dapat mencegah, efek akhir dari insidensi dermatitis atopik pada sebuah subset pasien. Penemuan lain dalam subkelompok responden, terapi optimal [rute yaitu (langsung pada bayi atau melalui susu ibu) lama pengobatan; jenis Lactobacillus], sebagai mekanisme yang terlibat sangatlah dibutuhkan. Chinese Herbal Medication Beberapa kontrol plasebo percobaan klinis telah menunjukkan pasien dengan dermatitis atopik berat lebih menguntungkan dengan pengobatan tradisional terapi herbal China. Hal tersebut mengurangi secara signifikan penyakit kulit dan menurunkan kejadian pruritus. Keuntungan hasil pengobatan terapi herbal China, meskipun, seringkali untuk sementara, dan keefektivan membuthkan pengobatan yang berkesinambungan. Kemungkinan untuk hepatotoksik, efek samping ke jantung, atau reaksi aneh masih menjadi perhatian. Kandungan spesifik herba juga dijelaskan dan beberapa preparasi telah ditemukan terkontaminasi dengan kortikosteroid. Saat ini, terapi herbal China untuk dermatitis atopik perlu dipertimbangkan untuk diteliti.

MONOGRAFI OBAT KORTIKOSTEROID TOPIKAL Alklometason Dipropionat Indikasi Peringatan Kontraindikasi Efek samping : Kelainan radang kulit, seperti eksim. : Lihat hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat hidrokortison dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1 2 kali sehari. Sediaan Beredar : Aloderm (Bernofarm) Krim 0,5 mg/g (K). Armoclom (Armoxindo Farma) Krim 0,5 mg/g (K). Cloderm (Ikapharmindo) Krim 0,05% (K). Perderm (Schering Plough Indonesia) Krim 0,05% (K).

Beklometason Dipropionat Indikasi : Kelainan radang kulit yang berat, seperti eksim yang tidak member respon pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis; lihat keterangan diatas. Peringatan : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.

Kontraindikasi Efek samping

: Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas. : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1 2 kali sehari. Sediaan Beredar : Bernocort (Bernofarm) Krim 0,25mg/g (K). Cleniderm (Soho) Krim 0,025% (K).Propaderm (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim 0,025% (K).

Betameason Dipropionat Indikasi Peringatan : Psoriasis, lihat keterangan di atas. : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas. Pemberian lebih dari 100 g perminggu dari sediaan 0,1% menimbulkan peneknan adrenal. Kontraindikasi Efek samping : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas. : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1 2 kali sehari. Sediaan Beredar : Beprosone (Hoe Pharmaceutical/Merapi Utama) Krim 0,05% (K). Diprosone OV (Schering Plough) Krim 0,05%; Gel 0,5%; Salep 0,5 mg/g (K). Mesonta (Otto) Krim 0,05% (K). Oviskin (Dankos) Krim 0,5 mg/g (K). Proson (Bernofarm) Krim 0,5 mg/g; Gel 0,5 mg/g (K). Scanderma (Tempo Scan Pacific) Krim 0,5 mg/g; Gel 0,5 mg/g (K). Skizon (Hexpharm) Krim 0,5 mg/g (K). Kombinasi dengan Kalsipotriol: Daivobet (Leo Pharmaceutical/Darya Varia) Salep (K). Kombinasi dengan Gentamisin; Betasin (Otto Pharmaceuticals) Krim (K).Diprogenta (Schring Plough) Krim; Salep (K).Mastroson (Darya Varia) Krim (K).Proson G (Bernofarm) Salep (K).Scanderma Plus (Tempo Scan Pacific) Krim (K).Skinal (Sandoz Indonesia) Krim (K).Kombinasi dengan Asan Salisilat: Diprosalic (Schering Plough) Cairan obat luar; Salep (K). Proson S (Bernofarm) Cairan obat luar; Salep (K).Temprosal (Tempo Scan Pacific) Salep (K).Kombinasi dengan Klotrimazol: Lotriderm (Schering Plough) Krim (K). Oviski-C (Dankos) Krim (K).Kombinasi dengan Mikonazol: Proson M (Bernofarm) Krim (K). Kombinasi dengan Neomisin: Proson N (Bernofarm) Krim (K).

Desoksimetason Indikasi : Radang akut yang berat, kelainan kulit alergis dan kronis; psoriasis, lihat keteranga di atas. Peringatan Kontraindikasi Efek samping : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas. : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas. : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.

Cara penggunan : Dioleskan tipis 1 2 kali sehari

Sediaan Beredar : Denomix (Combiphar) Krim (K). Dercason (Global Multi Pharmalab) Salep 2,5 mg/g (K). Dexigen (Ilfars) Krim 2,5 mg (K). Dexocort (Kimia Farma) Krim 0,25% (K). Engson (Trpoica Mas) Cairan obat luar (K). Esperson (Aventis Indonesia) Gel 0,05%; Salep 0,25% (K). Inerson (Interbat) Salep 0,25% (K). Lerskin (Nufarindo) Krim 0,25% (K). Metsocrim (Tropica Mas) Krim 2,5 mg/g (K). Oxyzone (Dankos Laboratories) Gel 0,05%, 0,25% (K). Pyderma (Pyridam) Krim 2,5 mg/g (K). Restason (Kalbe Farma) Gel 0,5 mg/g (K). Topcort (Sanbe) Gel 0,5%; Krim 0,25% (K). Topifram (Hoechst Marion Roussel Indonesia) Krim (K).

Diflukortolon valerat Indikasi : Radang kulit yang hebat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon dengan kortikosteroid kurang kuat, kekuatan tinggi (0,3%) pengobatan jangka pendek untuk eksaserbasi yang hebat; psoriasis, lihat keterangan di atas. Peringatan : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas; tidak lebih dari 60 g dari sedian 0,3% dioleskan per minggu. Kontraindikasi Efek samping : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas. : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Oleskan tipis 1 2 kali sehari hingga 4 minggu (sediaan 0,1%) atau 2 minggu (sediaan 0,3%), kurangi kekuatan menurut respon. Sediaan Beredar : Neilon (Interbat) Krim 0,1% (K). Nerisona (Schering Indonesia) Krim 0,1%; Salep 0,1%, 0,3% (K). Valeron (Konimex) Krim 1 mg/g (K).Kombinasi dengan Klorquinaldol: Nerosona combi (Schering Indonesia) Krim 0,1% (K). Kombinasi dengan Isonazol Nitrat: Travocort (Schering Indonesia) Krim (K).

Ester Betametason Indikasi : Kelainan radang kulit yang berat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas. Peringatan : Lihat pada hidrokortison dan keterangan di atas. Pemberian lebih dari 100 g per minggu dari sediaan 0,1% menimbulkan penekanan adrenal. Kontraindikasi : Lihat pada hidrokortison dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari. Sediaan Beredar : Bethametasone (Generik) Krim 0,1% (K). Alphacort (Pharmac Apex) Krim 0,1% (K). Betason (Kimia Farma) Krim 0,1% (K). Betderma (Ikapharmindo) Krim 0,05 mg/g (K). Betanovate (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim 0,1% (K). Betnovate Scalp Aplication (Combiphar) Cairan obat luar (K). Betodermin (Mugi) Krim 0,1% (K). Betopic (Armoxindo_ Krim 0,1% (K). Vason (Sandoz) krim 0,1% (K).

Kombinasi dengan Asam Salisilat:Celestoderm V (Schering Plough Indonesia) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Corsaderm (Corsa) Krim 0,1% (K). Metaskin (Mestika Farma) Krim 1,2 mg/g (K). Molason (Molex Ayus) 0,1% (K). Orsaderm (Ifars) Krim (K).Prosonex (Bufa Aneka) Krim 0,05% (K). Skizon (Bintang Toedjoe) Krim 0,05% (K). Betnasalic (Glaxo Wellcome Indonesia) Salep (K).Kombinasi dengan Asam Fusidat :Fusicort (Leo/Darya Varia) Krim (K). Kombinasi dengan Klioquinol :Krimbeson (Nurfarindo) Krim (K). Kombinasi dengan Garamisin :Celestoderm V With Garamycin (Schering Plough Indonesia) Krim (K). Kombinasi dengan Gentamisin :Benoson G (Bernofarm) Krim (K). Biocort (Medikon) Krim (K).Salgen Plus (Erlimpex) Krim (K).Skilone (Corsa) Krim (K).Sonigen (Global Multi Pharmalab) Krim (K).Zensoderm (Zenith) Krim (K).Kombinasi dengan Klotrimazol :Benoson C (Bernofarm) Krim (K). Kombinasi dengan Mikonazol :Benosum M (Benofarm) Krim (K). Kombinasi dengan Neomisin :Bernosolon-N (Berlico Mulia Farma) Krim (K). Betnovate-N (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim; Salep (K).Bevalex (Molex Ayus) Krim (K).Metaskin-N (Metiska Farma) Krim (K).Mytaderm (Global Multi Pharmalab) Krim (K).Nisagon (Ifars) Krim (K).Tuderm-N (Meprofarm) Krim (K).

Fluokortolon Indikasi : Kelainan radang kulit yang berat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas. Peringatan Kontraindikasi Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari, kurangi kekuatan sesuai dengan respon. Sediaan Beredar : Ultralan (Schering Indonesia) Krim; Salep 0,25 mg/g (K). Kombinasi dengan Lidokain :Ultraproct N (Schering Indonesia) Krim (K). Fluokortolon kombinasi :Ultraproct * (Schering Indonesia) Salep (K).

Fluosinolon Asetonid Indikasi Peringatan Kontraindikasi Efek samping : Kelainan radang kulit seperti eksim, psoriasis, lihat keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari, kurangi kekuatan sesuai respon.

Sediaan Beredar : Bravoderm (BBufa Aneka) Krim 0,025% (K). Cinolon (Sanbe) Gel 0,25 mg/g; Krim 0,25 mg/g (K). Dermasolon (Ikapharmindo) Krim 0,25% (K). Esinol (Pharmacore Labs) Gel 0,25 mg/10 g (K). Inoderm (Meprofarm) Krim 0,025 (K).Kalcinol (Kalbe Farma) Krim 0,025% (K).Licosolon (Berlico Mulia Farma) Krim 0,25 mg/g (K). Ociderm (Pyridam) 0,025% (K). Synalar (Astra Zeneca) Gel 0,025; salep 0,025% (K).Synarcus (Ifars) Krim 0,25 mg/g (K). Kombinasi dengan Gentamisin :Cinogenta (Ferron Par Pharma) krim (K). Gentasolon (Ikapharmindo) Krim (K).Sinobiotik (Galenium Pharmasia Lab) Krim (K).Synalten (Ifars) Krim (K).Kombinasi dengan Neomisin :Cinolon N (Sanbe) Krim; 0,025% (K). Kalcinol N (Kalbe Farma) Krim (K).Neoderma (Emba Megafarma) Krim (K).Prodermis (Ifars) Krim (K).Synalar N (Astra Zeneca) Salep (K).Kombinasi dengan

Klioquinol.Synalar C (Astra Zeneca) Salep (K).

Flutikason propionat Indikasi : Kelainan radang kulit seperti dermatitis dan ekstrim, yang tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat. Peringatan Kontraindikasi Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Oleskan tipis krim 1 kali sehari atau salep 2 kali sehari. Sediaan Beredar : Cultivate (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim 0,05%; Salep 0,05% (K). Mediocort (Sura Dermato Medica Lab) Krim 0,05%; Salep 0,05% (K).

Halsinonid Indikasi : Pengobatan jangka pendek hanya untuk kelainan radang kulit yang resisten seperti eksim yang membandel tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas. Peringatan Kontraindikasi Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Oleskan tipis 1-2 kali sehari. Sediaan Beredar : Halog (Squibb Indonesia) Krim 0,1% (K). Halsinoid kombinasi :Halog Solution* (Squibb Indonesia) Cairan obat luar 0,1% (K).

Hidrokortison Indikasi : Radang kulit ringan seperti eksim, ruam popok, lihat keterangan di atas.

Peringatan

: Lihat keterangan di bawah; juga hindarkan penggunaan jangka panjang pada bayi dan anak-anak (hati-hati pada dermatosis pada bayi termasuk dan anak-anak (hatihati) pada dermatosis pada bayi termasuk ruam popok yang sedapat mungkin pengobatan harus dibatasi 6-7 hari) hindarkan penggunaan jangka panjang pada wajah (dan hindarkan dari mata); kortikosteroid yang tidak lebih kuat tidak boleh diberikan pada bayi di bawah 1 tahun (lihat keterangan di atas). PSORIASIS. Risiko dari kortikosteroid yang lebih kuat pada psoriasis antara lain kemungkinan kambuhnya, berkembangnya psoriasis pustuler, toksisitas lokal dan sistemik; obat-obat ini secara spesifik dikontraindikasikan dalam wajah psoriasis yang meluas.

Kontraindikasi

: Luka kulit akibat bakteri, jamur, atau virus yang tidak diobati; rosacea (jearawat rosacea) perioral dermatitis; tidak dianjurkan untuk akne vulgaris (kontraindikasi khususnya untuk kortikosteroid lebih kuat).

Efek samping

: Lihat keterangan di atas.

Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari. Bila krim atau salep hidrokortison diresepkan dan tidak ada kekuatan yang disebutkan, harus diberikan kekuatan 1%. Sediaan Beredar : Hydrocortisone (Generik) Krim 1%, 2,5% (K). Berlicort (Berlico Mulia Farma) Krim 2.5 (K).Calacort (Gelenium Pharmasi Lab) Krim 2,5% (K). Cartaid (Pharmacia Indonesia) Krim 2,5% (K). Certaid With Aloe (Pharmacia Indonesia) Krim 0,5% (K). Cortidermin (Mugi) Krim 1%, 2,5% (K). Cortina (Emba Megafarma) Krim 25mg.g (K).Cortil (Pfizer Indonesia) Krim 1% (K).Enkacort (Kimia Farma) Krim 1%, 2,5% (K). Flamacort (Pfizer Indonesia) Krim 1% (K).Hufacort (Gratia Husada) Krim 1%, 2,5% (K). Lexacorton (Molex Ayus) Krim 2,5% (K). Nestacort (Ifars) Krim 1%, 2,5% (K). Omnicort (Fimedco) 10 mg/g (K). Steroderm (Medikon) Krim 1% (K).Trifaderm (Trifa) Krim 1%, 2,5%, (K). Westcort (Squibb Indonesia) Krim 0,2 g/10 g (K). Zumason (Sandoz Indonesia) Krim 10 mg/ 5 g (K).Hidrokortison dan antiseptik :Cavicorta* (Ipha) 0,5% (K). Haemocaine* (Galenium Pharmasia) Salep (K).Visancort* (Sanbe) Krim (K).Hidrokortison dan Antibiotik :Amphecort* (Darya Varia) Krim (K). Erlaneohydrocort* (Erela) Krim (K).Nufacort* (Nufarindo) Krim (K).Particol* (Darya Varia) Salep (K).Sancortmycin* (Sanbe) Salep (K).Streofen* (Konimex) Krim (K).Kombinasi dengan Clioquinol :Kalviocort (Kalbe Farma) Krim (K). Kombinasi dengan Kloramfenikol :Armacort (Ifars) Krim (K). Chloramfecort (Kimia Farma) Krim (K).Colmecort (Interbat) Salep (K).Indoson (Nufarindo) Krim (K).Kemikort (Kimia Farma) Krim (K).Kemiderm (Berlico Mulia Farma) Krim (K).Solacort (Solas Langgeng Sejahtera) Krim (K).Trifamcort (Trifa Raya

Laboratories) Krim (K).Kombinasi dengan Mikonazol :Brentan (Squibb Indonesia) Salep (K). Micort (Fimedco) Krim (K).Thecort (Guardian Pharmatama) Krim (K).Kombinasi dengan Kampora :Viohydrocort (Combiphar) Krim (K).

Hidrokortison kombinasi : Ambiod* (Nufarindo) Salep (K).

Hidrokortison Butirat Indikasi : Kelainan radang kulit yang hebat seperti eksim tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas. Peringatan Kontraindikasi Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari. Sediaan Beredar : Locoid (Yamanouchi/Combiphar) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Locoid Scalp Lotion (Yamanouchi/Combiphar) Cairan obat luar 0,1% (K).

Klobetasol Propionat Indikasi : Pengobatan jangka pendek hanya untuk kelainan kulit inflamasi hebat seperti eksim bandel yang tidak responsif terhadap kortikosteroid yang kurang kuat, psoriasis lihat keterangan di atas. Peringatan : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. Tidak lebih dari 50 g sediaan 0,005% dioleskan per minggu. Kontraindikasi Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Oleskan tipis 1-2 kali sehari hingga paling lama 4 minggu. Sediaan Beredar : Clobetasol (Generik) Krim 0,05% (K). Alderm (Merck Indonesia) Krim 0,05% (K). Bersol (Bermofarm) Salep 0,05% (K). Clonaderm (Ifars) Krim 0,5 mg (K). Closol (Fahrenheit Pratapa Nirmala) Krim 0,05 mg/g (K). Dermotave (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim 0,05%; Salep 0,05% (K). Elopro (Pharmacore Labs) Krim 0,05%; Gel 0,05%; Salep 0,05% (K). Forderm (Ferron Par Pharmaceutical) Krim 0,5 mg/g (K). Ikaderm (Ikapharmindo) Krim 0,05%; Salep 0,05% (K). Kloderma (Surya Dermato Medica Lab) Krim 0,05%; Gel 0,05%; Salep 0,05% (K). Klonat (Sandoz Indonesia) Krim 0,5 mg/g (K). Lamodex (Guardian Pharmatama) Krim 0,05% (K). Loderm (Pyridam) Krim 0,05% (K). Lotasbat (Interbat) Krim 0,5 mg/g; Salep 0,5 mg/g (K). Primaderm (Roy Surya Prima Farma) Krim 0,5 mg/g; Salep 0,5 mg/ 5 g (K). Tempovate (Tempo Scan Pacific) Krim 0,05% (K).

Mometason Furoat Indikasi : Kelainan radang kulit yang berat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid; psoriasis, lihat keterangan di atas. Peringatan Kontraindikasi Efek samping : Lihat keterangan di atas. : Lihat keterangan di atas. : Lihat keterangan di atas.

Cara penggunaan : Oleskan tipis, sekali sehari (untuk lotion pada kulit kepala). Obat Beredar : Metasone (Generik) Krim 0,1% (K). Dermovel (Ferron Par Pharma) Krim 0,1% (K). Elocon (Schering Plough Indonesia) Cairan obat luar 0,1%; Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Eloderma (Ethica) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Eloskin (Soho Industri Pharmasi) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Elox (Guardian Pharmatama) Krim 0,1%. Falcon (Fahrenheit Pratapa Nirmala) Krim 1 mg/g (K).Intercon (Interbat) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Mesone (Pharmacore Labs) Gel 0,1%; Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Momet (Erlimpex) Krim (K).Motaderm (Bernofarm) Krim 1 mg/g; Salep 1 mg/g (K).Moteson (Konimex) krim 1 mg/g (K).Kombinasi dengan Asam Salisilat :Elosalic (Schering Plough) Salep (T). Kombinasi dengan Polysorbate 60 :Metagra (Graha Farms) Krim 0,1% (K).

Triamsinolon Asetonid Indikasi : Kelainan radang kulit yang hebat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas. Peringatan Kontraindikasi Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.

Cara penggunaan : Oleskan tipis 1-2 kali sehari. Obat Beredar : Bufacomb (Bufa Aneka) Salep 1 mg/g (K). Ketricin (Ferron Par Pharma) Salep 0,1% (K). Kenacort A (Squibb Indonesia) Krim (K).Traimcort-A (Interbat) Krim 0,1% (K). Tridez (Sandoz) Salep 0,1% (K). Trinolon A (Kimia Farma) Krim 0,1% (K). Uralog (Pharos) Pasta 0,1% (K). Kombinasi dengan Neomisin :Neolone (Darya Varia) Krim (K). Kombinasi dengan Nistatin : New Kenacomb (Squibb Indonesia) Krim; Salep (K).

MONOGRAFI OBAT ANTIHISTAMIN 1. Difenhidramin Hidroklorida A. Indikasi : Antihistamin, antiemetik, antispasmodik, parkinsonisme, reaksi ekstrapiramidal karena obat, anak dengan gangguan emosi.

B. Peringatan

Glaukoma sudut sempit, tukak lambung, obstruktsi piloroduodenal, gejala hipertrofi prostat atau obstruksi struktural kandung kencing, riwayat asma bronkial, kenaikan tekanan intraokuler, hipertiroid, penyakit kardiovaskular atau hipertensi, hamil.

C. Kontraindikasi D. Efek Samping

: :

Bayi baru lahir atau prematur, menyusui. Pengaruh pada kardiovaskular dan SSP, gangguan darah, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik, reaksi alergi.

E. Interaksi F. Dosis G. Obat Beredar

: : :

Alkohol, depresan SSP, penghambat MAO. Dewasa 25-50 mg 3 kali sehari, anak 5 mg/kg bb sehari. Diphenhydramin (Generik) Cairan injeksi 10 mg/ml (K); Sirup 12,5 mg/5 ml (T). Adidryl (Aditama Raya Farmindo) Cairan injeksi 10 mg/mL (K).Arcodyl (Prafa) Cairan injeksi 10mg/mL (K). Drimpy 25 (Sanbe Farma) Tablet salut selaput 25 mg (T). Neo Ultradipe (Henson) Kapsul 50 mg (T). Novadryl (Novapharin) Cairan injeksi 10 mg/mL (K).

2. Hidroksizin Hidroklorida A. Indikasi B. Peringatan : : Pruritus, ansietas (penggunaan jangka pendek) Awal kehamilan, hindari mengemudi dan menjalankan mesin, menyusui. C. Interaksi D. Kontraindikasi E. Efek samping F. Dosis, Pruritus : : : : Alkohol, depresan SSP. Riwayat hipersensitivitas. Sedasi. Dosis awal 225 mg malam hari dinaikkan bila perlu sampai 25 mg 3-4 kali sehari, untuk anak 6 bulan-6 tahun, dosiss awal 5-15 mg/hari dinaikkan bila perlu sampai 50 mg sehari dalam dosis terbagi, untuk anak lebih dari 6 tahun, dosis awal15-25 mg sehari dinaikkan bila perlu sampai 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi. Ansietas (hanya dewasa) : 50-100 mg 4 kali sehari. G. Obat Beredar : Bestalin (LAPI) Tablet 25 mg. Sirup 10 mg/5mL (K). Iterax (UCB Pharma-Belgia/Darya Varin Laboratoria)Kaptabs salut selaput 25 mg (K).

3. Doksepin Hidroklorida A. Indikasi : Pruritus sedang pada dewasa yang diikuti dengan bentuk eksem dermatitis; atopik dermatitis; liken simpleks kronis.

B. Dosis administrasi :

Gunakan selapis tipis krim 4 kali sehari dengan jeda waktu sekitar 3-4 jam. Tidak ada data pendukung tentang keamanan dan efikasi pada penggunaan lebih dari 8 hari.Penggunaan kronik di atas 8 hari dapat berdampak pada kemungkinan meningkatnya efek sistemik.

C. Mekanisme Kerja :

Krim doxepin, senyawa trisiklik dibenzopin, merupakan antipruritus topikal. Mekanisme kerja yang pasti dari doxepin belum

diketahui.Walaupun demikian, diduga bahwa senyawa tersebut memiliki aksi sebagai bloker reseptor H2 dan H2 yang poten. D. Kontraindikasi : Glaukoma sudut sempit yang tidak tertangani dengan baik, kecendrungan retensi urin (sebab doxepin memiliki efek

antikolinergik dan karena sejumlah doxepin terdeteksi dalam plasma secara signifikan dalam penggunaan topikal); hipersensitivitas. E. Peringatan : Hanya untuk penggunaan luar jangan gunakan pada mata, secara oral, atau intravagina. Mengantuk terjadi pada lebih dari 20% pasien yang diterapi dengan menggunakan krim doxepin, terutama pada pasien yang menggunakan krim pada lebih dari 10% area tubuh. Peringatkan pasien akan kemungkinan tersebut dan ingatkan mereka agar waspada ketika menjalankan mesin-mesin bermotor. F. Interaksi obat G. Efek samping : : Alkohol, Simetidin, Inhibitor MAO. Sistemik : mengantuk (22%); mulut/bibir kering, rasa haus, sakit kepala, lemas, pusing, perubahan emosional, perubahan pengecapan (1-10%); nausea, kecemasan, demam (kurang dari 1%). Lokal : rasa terbakar atau perih pada daerah aplikasi (21%-25% dari jumlah tersebut parah). H. Overdosis : Ringan : mengantuk, pandangan kabur, mulut kering, pingsan. Apabila terjadi, observasi dan terapi suportif perlu dilakukan.Dapat dilakukan pengurangan persentase area penggunaan krim atau frekuensi aplikasi atau jumlah yang digunakan.Parah : depresi pemanasan, hipotensi, koma, konvulsi, aritmia, takikardi, retensi urin (atoni kandung kemih), penurunan motilitas GIT, hipertermia, hipotermia, hipertensi, dilatasi pupil, refleks hiperaktif. I. Sediaan Beredar : Sagalon (Surya Dermato Medica Lab.) krim 5% (K)

MONOGRAFI OBAT Imunomodulator Topikal 1. Takrolimus A. Indikasi : Atopi dermatitis (eksem) pada pasien yang tidak memberikan respon atau intoleran pada pengobatan lain untuk dewasa dan anak-anak di atas 2 tahun sebagai pengobatan jangka pendek dan menengah. B. Peringatan : Infeksi pada tempat pengobatan, sinar UV (hindari paparan berlebih sinar lampu), konsumsi alkohol (resiko facial flushing dan iritasi kulit). C. Kontraindikasi : Hipersensitif; hindari kontakdengan mata dan membran mukosa, pengolesan pada tempat terluka, eritroderma secara umum; kehamilan dan menyusui. D. Efek samping : Reaksi pada tempat pengolesan, termasuk kemerahan, iritasi, nyeri, dan parestesia. E. Dosis : Dewasa dan remaja di atas 16 tahun : Pada awal pemberian gunakan salep takrolimus dengan kekuatan 0,1%. Oleskan tipis dua kali sehari sampai lesi hilang (pertimbagkan pengobatan lain jika tidak terjadi perbaikan setelah 2 minggu); turunkan menjadi sekali sehari atau gunakan salep dengan kekuatan 0,03% jika kondisi klinik tidak memungkinkan. F. Interaksi obat : Interaksi dengan obat topikal lain belum dievaluasi. Karena rendahnya konsentrasi pimekrolimus yang terdeteksi dalam darah, interaksi obat secara sistemik mungkin tidak terjadi, tetapi tidak dapat diabaikan G. Sediaan Beredar : Protopic (Astellas/Johnson & Johnson Indonesia) Salep 0,03%, 0,1% (K).

2. Pimekrolimus A. Indikasi B. Peringatan : Dermatitis Atopik (eksim) : Cahaya ultraviolet (hindarkan pemaparan berlebihan terhadap sinar matahari dan cahaya lampu), hindarkan pengobatan topikal lainnya, kecuali pelembab (emolien) pada lokasi pengobatan, konsumsi alkohol dapat menyebabkan resiko kemerahan pada wajah dan iritasi kulit. C. Kontraindikasi : Kontak dengan mata dan membran mukosa, penggunaan pada daerah oklusi, infeksi pada daerah pengobatan, congenital epidermal barrier defects, eritroderma secara umum.

D. Efek samping

: Rasa terbakar, pruritus, eritema, infeksi kulit (termasuk folikulitis dan tidak umum impetigo, herpes simpleks dan zoster, molluscum contangiosum).

E. Cara penggunaan F. Sediaan Beredar

: Gunakan dua kali sehari hingga gejala membaik. : Elidel (Novartis Indonesia) Krim 1% (K).

3. Siklosporin A. Indikasi B. Peringatan : Lihat di bawah dosis. : Pantau fungsi ginjal. Penurunan dosis pada pasien transplantasi dapat dilakukan dengan meningkatkan kadar kreatinin serum dan urea (tidak ada reaksi penolakan pada cangkok ginjal) atau dihentikan pada pasien nontransplantasi. Pantau fungsi hati (penyesuaian dosis berdasarkan bilirubin dan enzim hati mungkin diperlukan). C. Interaksi : Alopurinol, analgesik, antagonis hormon, antagonis kalsium, antagonis reseptor angiotensin-II, antiaritmia, antibakteri, anti depresan,

antidiabetes, antiepilepsi, antijamur, antimalaria, antivirus, asam empedu, barbiturat, beta bloker, bosentan, diuretik, estrogen, garam kalium, glikosida jantung, hipolipidemik, kolkisin, kortikosteroid. D. Efek samping : Dosis tergantung pada peningkatan kadar serum kreatinin dan urea selama beberapa minggu pertama. Meskipun sangat jarang, pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan struktur

ginjal.Terjadi juga hipertrikosis, sakit kepala, tremor, hipertensi (terutama pada pasien transplantasi ginjal). E. Perhatian F. Kontraindikasi : Ekstra hati-hati pada dermatitis atopik dan psoriasis. : Fungsi ginjal abnormal, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi tidak terkendali, dan keganasan. G. Dosis : Penggunaan oral untuk dewasa lebih dari 16 tahun sesuai petunjuk ahli. Pengobatan jangka pendek (maksimum 8 minggu) untuk dermatitis atopik parah ketika terapi konvensional tidak lagi efektif dan sesuai, dosis awal 2,5 mg/kg bb sehari dalam 2 dosis terbagi. H. Sediaan Beredar : Cyclohexal (Sandoz) Kapsul lunak 25,50, dan 100 mg; Cairan injeksi 100 mg/mL (K), Gengraf (Abbot Indonesia) Kapsul 25 dan 100 mg (K), Sandimmun Neoral (Novartis) Kapsul lunal 25, 50, dam 100 mg; Cairan injeksi 100 mg/mL (K).

4. Mikofenolat Mofetil A. Indikasi : Profilaksis penolakan organ akut pada pasien yang menerima transplantasi ginjal allogenik dan transplantasi jantung allogenik. Mikofenolat mofetil harus digunakan bersamaan dengan siklosporin dan kortikosteroid. B. Peringatan : Hitung darah total setiap minggu selama 4 minggu kemudian dua kali sebulan selama 2 bulan kemudian setiap bulan pada tahun pertama (pengobatan dapat dihentikan sementara jika neutropenia berlanjut); lansia (risiko infeksi meningkat, pendarahan gastrointestinal dan edema paru); anak-anak (kejadian efek samping lebih tinggi dapat terjadi, untuk itu diperlukan reduksi sementara dosis atau interupsi); penyakit saluran cerna serius aktif (resiko pendarahan, ulserasi, dan perforasi) C. Interaksi obat Obat 1 Mikofenolat mofetil Mikofenolat mofetil Mikofenolat mofetil Mikofenolat mofetil Mikofenolat mofetil Mikofenolat mofetil : Obat 2 Asiklovir Gansiklovir Kolestiramin Takrolimus Probenesid Vaksin hidup Efek yang terjadi Kadar asiklovir meningkat Kadar gansiklovir meningkat AUC mikofenolat menurun AUC mikofenolat meningkat AUC mikofenolat meningkat Vaksin hidup tidak boleh diberikan pada pasien dengan kerusakan

respon imun sebab respon antibodi terhadap vaksin lain dapat berkurang.

D. Kontraindikasi E. Efek samping

: Hipersensitif, kehamilan dan menyusui : Diare, gangguan abdominal, gastritis, mual, muntah, konstipasi, batuk, sindroma seperti influenza; sakit kepala, infeksi (viral, bakteri, dan jamur); peningkatan kreatinin darah; leukopenia, anemia,

trombositopenia; refluks gastroesofagal, pendarahan, dan ulserasi saluran cerna. F. Dosis : Dosis standar untuk profilaksis penolakan akut pada transplantasi ginjal, dosis awal harus diberikan secara oral dalam 72 jam setelah transplantasi. Walaupun dosis 1,5 g yang diberikan dua kali sehari (dosis harian 3 g) digunakan dalam uji klinik dan terbukti aman dan efektif, tidak ada manfaat efikasi yang bisa diterbitkan untuk pasien transplantasi ginjal. Pasien yang menerima 2 gram mikofenolat mofetil

perhari menunjukkan profil keamanan keseluruhan yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang menerima 3 g mikofenolat mofetil perhari. G. dosis Khusus : Neutropenia : Jika berkembang (jumlah neutrofil absolut < 1,3 x 103 mcL), pengobatan harus dihentikan atau dosis dikurangi. Gangguan fungsi ginjal berat : pada pasien transplantasi ginjal dengan kerusakan ginjal kronik parah (kecepatan filtrasi glomerular < 25 mL/menit/1,73 m3), di luar periode posttransplan atau setelah pengobatan rejeksi akut atau refraktori dosis lebih besar dari 1 gram yang di berikan dua kali sehari direkomendasikan untuk pasien transplantasi ginjal dan 1,5 gram dua kali sehari untuk pasien transplantasi jantung. H. Sediaan Beredar : Cellcept (Roche) Kapsul 250 mg; tablet salut selaput 500 mg (K), Asam mikofenolat sebagai garam natrium : Myfortic (Novartis) Tablet 180 mg, 300 mg (K).

5. Azatioprin A. Indikasi : Transplantasi dan digunakan untuk pengobatan beberapa kondisi autoimun, umumnya bila penggunaan kortikosteroid tunggal tidak memberi hasil yang cukup baik. B. Peringatan : Hanya digunakan bila monitoring selama penggunaannya dapat dilaksanakan. Yang harus dipantau adalah darah lengkap, yaitu setiap minggu selama 8 minggu pertama, lalu setiap 3 bulan.Monitoring gejala mielosupresi perlu dilakukan pada penggunaan azatioprin jangka panjang.Enzim tiopurin metil tranferase (TPMT) metabolisme

azatioprin sehingga risiko mielosupresi meningkat dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut. C. Interaksi Obat 2 Alopurinol Aminosalisilat Sulfametoksazol Fenitoin Kumarin Klozapin Digoksin Kaptopril : Efek yang terjadi Efek dan toksisitas azatioprin meningkat Meningkatkan resiko leukopenia Meningkatkan resiko toksisitas hematologi Menurunkan absorbsi fenitoin Mengurangi efek kumarin Meningkatkan resiko agranulositosis Menurunkan absorbsi digoksin Meningkatkan resiko leukopenia

D. Kontraindikasi E. Efek samping

: Hipersensitifitas azatioprin atau merkaptopurin, kehamilan. : Reaksi hipersensitifitas (malaise, pusing, mual, demam, nyeri otot, nyeri sendi, gangguan fungsi hati, ikterus, aritmia, hipotensi, nefritis interstitial), supresi sumsum tulang yang bergantung dosis, rambut rontok, rentan terhadap infeksi bila digunakan bersama kortikosteroid, mual, pankreatitis, pneumonitis, efek terhadap respon imun.

F. Dosis

: Oral, 3 mg/kg bb/hari, dikurangi sesuai dengan respon, dosis pemeliharaan 1-3 mg/kg bb. Bila tidak ada perbaikan dalam 3 bulan, pertimbangkan untuk menghentikan terapi.

G. Sediaan beredar

: Azathioprine (Pharmachemie BV/Combiphar) Tablet 50 mg (K), Imuran (Heumann Pcs Gmbh/Glaxo Wellcome Indonesia) Tablet salut selaput 50 mg (K) (Sukandar, et al., 2011)

You might also like