You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak lahirnya Gerakan Pramuka pada tahun 1961, Gerakan Pramuka telah mengemban amanah untuk membina generasi muda Indonesia dengan sistem kepanduan agar dapat menjadi kader dan pemimpin bangsa yang handal dengan bermodal watak serta tingkah laku yang baik dan bijaksana serta ditambah dengan nilainilai agama yang sesuai dengan keyakinannya masing masing. Sebagian besar dari kita pernah merasakan manfaat dari kegiatan praja muda karana (pramuka) tetapi hanya sebagian kecil yang tahu persis potensi dan manfaatnya. Faktor penyebabnya beragam, mulai faktor eksternal persepsi publik tentang gerakan pramuka yang (hanya) sekadar tepuk-tepuk tangan hingga faktor internal seperti minimnya publikasi kegiatan pramuka di media massa. Bahkan sedikit orang yang tahu bahwa Gerakan Pramuka Indonesia merupakan satu-satunya gerakan kepanduan di Indonesia seperti diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Dengan potensi SDM yang lebih beragam, publik boleh berharap ke depan kita akan melihat wajah anggota pramuka yang lebih baik. Sebagai lembaga pembentuk karakter, pramuka mempunyai beberapa potensi yang tidak banyak diketahui oleh publik secara luas. Salah satunya adalah pramuka luar biasa (PLB). Pramuka luar biasa adalah sebutan bagi anggota pramuka yang berkebutuhan khusus, berbeda dari pramuka biasa. Penyelenggaraan kegiatan PLB bernaung di bawah gugus depan luar biasa, dengan demikian Pelaksanaan Gugus Depan bagi yang berkebutuhan khusus haruslah berbeda sesuai dengan kemampuan pada peserta didik yang berkebutuhan khusus Dalam melakukan pembinaan terhadap generasi muda Indonesia maka perlu diadakannya pola pembinaan terhadap peserta didik agar kegiatan kepramukaan akan membentuk kader-kader pramuka yang dapat memperjuangkan tanah airnya. Gerakan Pramuka menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metoda Kepramukaan yang

menerapkan sistem among. Sistem among sangat besar pengaruhnya jika diterapkan dalam pola pembinaan Pramuka. Namun beberapa Gugus Depan belum seutuhnya melaksanakan pola pembinaan menggunakan sistem among, bahkan hanya beberapa Gugus Depan saja yang memang benar-benar menerapkan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH Beberapa Gugus Depan telah mengetahui tentang Prinsip dasar kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang menerapkan sistem among. Namun dalam beberapa kasus tidak banyak gugus depan yang mengetahui seberapa penting penerapan sistem among yang memberikan dampak positif terhadap peserta didik.

C. BATASAN MASALAH Pembahasan pada makalah ini difokuskan pada topik sistem among sehingga pembaca dapat lebih memahami tentang pengertian, sasaran dan tujuan serta dapat menerapkan sistem among dalam melaksanakan pembinaan terhadap peserta didik baik normal maupun yang berkebutuhan khusus.

D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan Mengapa sistem among perlu diterapkan dalam pola pembinaan terhadap peserta didik.

E. TUJUAN DAN MANFAAT 1. Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah : a. b. c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem among. Untuk mengetahui alasan penerapan sistem among. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem among tersebut.

2. Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah Mengetahui apa yang dimksud dengan sistem among, sasaran dan tujuan dari sistem among serta pentingnya penerapan sistem among.

BAB II PEMBAHASAN

A. GUGUS DEPAN BAGI YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS Untuk memenuhi hak dan mewadahi kaum muda yang berkebutuhan khusus atau penyandang cacat dan berminat dalam kepramukaan maka dibentuk :

1.

Gugus Depan Pramuka Luar Biasa Gugusdepan Pramuka Luar Biasa adalah suatu kesatuan organik terdepan dalam Gerakan Pramuka yang merupakan wadah untuk menghimpun anggota Gerakan Pramuka yang berkebutuhan khusus atau penyandang cacat yang mengalami gangguan fisik ,emosi, prilaku, dan social baik usia pramuka siaga, penggalang, penegak, pandega (S, G, T, D). Pada gudep pramuka luar biasa ini terdapat hal-hal kekhususan diantaranya : a) 1. Gudep yang anggotanya semua jenis kecacatan. Contoh : Gudep yang anggotanya terdiri atas tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, secara gabungan terwadahi dalam satu Gudep. 2. Gudep yang anggotanya hanya satu jenis kecacatan. Contoh : gudep yang anggota pramukanya hanya tuna rungu atau tuna netra saja. Hal ini dibentuk ada kaitannya dengan spesifik sekolah tersebut, Karena ada sekolah yang mendidik satu jenis kecacatan saja, contoh : Sekolah Luar Biasa A (SLB A untuk Tunanetra) atau Sekolah Luar Biasa B (SLB B untuk tuna rungu), ada juga sekolah yang mendidik multi kecacatan, contohnya Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). b) Syarat kecakapan umum (sku) yang dijadikan pedoman dalam membina adalah SKU Pramuka Luar Biasa (PLB). Untuk masing-masing kecacatan SKUnya disesuaikan. c) Pembinanya adalah guru yang berada sekolah tersebut sesuai dengan spesifikasi keahliannya.

2.

Gugus Depan Terpadu Gugus Depan terpadu adalah gudep biasa yang sebagian anggotanya pramuka penyandang cacat. Dalam pelaksanaan penerimaan anggota mempertimbangkan hal-hal berikut : a. Tunanetra, tunadaksa, tunalaras dan tunarungu secara selektif artinya cacatnya tidak berat. b. Mampu mengikuti kegiatan secara umum (SKUnya memakai SKU Pramuka biasa) c. Tidak adanya penyederhanaan materi kegiatan. d. Peserta didik mampu berkomunikasi secara wajar. e. Orangtua peserta didik yang bersangkutan mengijinkan masuk anggota Gerakan Pramuka pada GUDEP tersebut. f. Adanya minat peserta didik yang bersangkutan g. Memiliki hak dan kewajiban yang sama antara anggota pramuka luar biasa dengan pramuka biasa. h. Pembina yang membina anggota gerakan pramuka penyandang cacat tersebut adalah Pembina biasa. i. Apabila terdapat kesulitan, dapat berkonsultasi dengan sekolah Luar Biasa Terdekat.

3.

Gugus Depan Inklusif Gugus Depan Inklusif adalah gudep biasa yang sebagian anggotanya mengalami gangguan fisik, emosi, prilaku, dan sosial. Dalam pelaksanaan penerimaan anggota mempertimbangkan hal-hal berikut : a. b. Semua penyandang cacat dapat diterima menjadi anggota Ada kesiapan dari gudep untuk menerima para penyandang cacat ikut latihan di gudep tersebut. c. d. Adanya ijin dari orangtua yang bersangkutan. Peserta didik yang bersangkutan berminat mengikuti kegiatan pramuka di gudep tersebut.

e.

SKU yang dijadikan pedoman dalam kegiatan pembinaan adalah SKU yang disesuaikan dengan kemampuan dan jenis kecacatannya.

f. g. h.

Laporan/pencapaian hasil kegiatan dibuatkan sendiri. Pembina yang menangani penyandang cacat adalah Pembina biasa. Apabila terdapat kesulitan, dapat berkonsultasi dengan Sekolah Luar Biasa Terdekat.

Pembedaan ini memengaruhi pola penyampaian materi kepramukaan.

B. SISTEM AMONG 1. Pengertian Sistem Among Sistem Among adalah hasil pemikiran dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia yang juga pendiri Perguruan Taman Siswa. Beliau dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 28 April 1959. Untuk mengenang jasanya dalam dunia pendidikan, tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional Indonesia. 1 Pendidikan dalam Gerakan Pramuka ditinjau dari hubungan antara Pembina dengan peserta didik bersendikan sistem Among. Sistem Among berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi insan yang merdeka jasmani, rokhani, dan pikirannya, disertai rasa tanggungjawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan orang lain. Sistem Among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak secara leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah, keharusan, paksaan, sepanjang tidak merugikan, baik bagi diri peserta didik maupun bagi masyarakat sekitarnya, dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri, kreatifitas, dan aktifitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.
2

http://www.google.com /Sistem Among_gitachan.htm

Sistem Among memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kepribadiannya, bakat, kemampuan, dan cita-citanya. Kata Among berarti mengasuh, memelihara, menjaga, merawat. Sedangkan orang yang melaksanakan Among disebut sebagai Pamong, yaitu orang yang memiliki kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong. Dalam gerakan pramuka, Pembina Pramuka adalah Pamong. Pembina Pramuka sebagai Pamong berperan untuk menjaga,

membenarkan, meluruskan, mendorong, memberi motivasi serta sebagai tempat berkonsultasi dan bertanya. Sejauh mungkin Pembina menghindari unsur-unsur perintah, keharusan, dan paksaan. Dengan memberi kebebasan dan kesempatan berkreasi seluas-luasnya, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kreativitas sesuai aspirasinya dan dapat memperkuat rasa percaya diri akan kemampuannya.

2. Sasaran dan Tujuan Sistem Among dalam Kepramukaan Sasaran proses pendidikan kepramukaan itu adalah mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman peserta didik dalam Gerakan Pramuka yang sasaran akhirnya adalah menjadikan para Pramuka itu sebagai tenaga kader pembangunan yang bermoral pancasila. Sasaran proses

pendidikan itu dikatakan tercapai dengan efektif kalau sikap, tingkah laku, dan kegiatan peserta didik merupakan refleksi dari proses pendidikan yang dialaminya. Tegasnya, hasil pendidikan Kepramukaan itu membudaya pada diri setiap Pramuka. Untuk mencapai maksud itu, maka proses pendidikan itu harus diberikan secara kongkrit. Untuk mengkongkritkan sesuatu pada peserta didik, jalan yang praktis dan mudah adalah dengan menggunakan contoh. Contoh tersebut dapat berupa contoh teladan yang diberikan oleh pendidik, yang dalam hal ini adalah Pamong. Apabila bahan disampaikan kepada peserta didik berupa contoh-contoh yang sangat kongkrit, maka peserta didik akan mengalami proses melihat, lalu tahu, kemuadian mengerti, dan akhirnya

paham. Jika keempat proses ini terlaksana, maka peserta didik dapat dikatakan menghayati bahan tersebut. Dengan penghayatan ini, berarti peserta didik akan menggunakan bahan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga bahan itu telah menjadi miliknya dan membudaya dalam dirinya. Dengan membudayakan bahan pendidikan pada setiap peserta didik, maka perlu diberi motivasi agar dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah membuadaya itu, peserta didik dapat mengembangkan diri dan mampu untuk berkarya atas dasar karsanya yang positif. Diterapkannya sistem Among dalam Gerakan Pramuka, tidaklah karena sistem Among itu merupakan hasil pemikiran yang dilandasi oleh prinsipprinsip filsafat, ideology, ilmu jiwa dan bahwa diakui dalam ilmu pendidikan dan ilmu pengajaran mutakhir, tetapi juga sesuai proses yang diuraikan di atas. Ketegasan proses itu adalah tampak pada ungkapan sistem Among dalam bentuk kalimat sederhana : Ing ngarso sung tulodho maksudnya di depan menjadi teladan, Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan, Tut wuri handayani artinya di belakang memberi motivasi. Gerakan Pramuka menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan dalam rangka membina watak anak, remaja dan pemuda Indonesia, agar mereka menjadi manusia yang bermoral Pancasila. Pendidikan moral tidak akan berhasil dilakukan dalam bentuk klasikal dan masal, lebih efektif dilaksanakan secara individual.

3. Menerapkan Sistem Among Proses pendidikan Kepramukaan atas dasar sistem Among, harus dilaksanakan dalam suasana kekeluargaan. Penerapan sistem Among dalam Gerakan Pramuka tidak lain merupakan tuntutan sikap laku seorang Pembina harus menjadi manusia pemberi teladan, manusia pendorong positif bagi peserta didik. Sistem Among mengharuskan Pembina mempunyai sikap laku sesuai dengan :

a. b. c.

Di depan memberi teladan (Ing ngarso sung toludho) Di tengah-tengah membangun kemauan (Ing madyo mangun karso) Di belakang memberi dorongan (Tut wuri handayani).

Dalam melaksanakan tugasnya, Pembina harus memelihara sikap baik yang berdasarkan pada : a. Rasa cinta kasih, rasa keadilan, rasa kepantasan dan rasa kesanggupan berkorban b. Rasa disiplin disertai inisiatif dan rasa tanggungjawab terhadap Tuhan, masyarakat dan dirinya. Sistem Among dalam Gerakan Pramuka, para Pramuka dibiarkan berkembang pribadinya, bakatnya, kemampuannya, cita-citanya, tugas

Pamong/Pembina hanyalah menjaga, membenarkan, meluruskan, mendorong, memberi motivasi, tempat bertanya, dan tempat meminta pertimbangan. Para Pramuka harus diperlakukan dan dihargai sebagai subyek didik, bukan sebagai obyek didik belaka. Sistem Among berarti bahwa semua kegiatan Kepramukaan, sebagai proses pendidikan, dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata dengan contoh-contoh nyata, dapat dimengerti dan dihayati, tidak dengan paksaan atau atas perintah, atas dasar minat dan karsa para Pramuka. Pembina Pramuka harus mampu memberi contoh, pelaksanaan, tidak hanya pandai memerintah atau meminta dilayani, serta menuntut perlakuan istimewa dari peserta didik. Sistem Among digunakan secara terpadu, tidak terpisah-pisah, satu dengan lainnya saling berkaitan, karena itu untuk semua golongan peserta didik (S,G,T,D) digunakan teladan, memberikan daya kreasi dan dorongan. Ketiga golongan peserta didik itu memerlukan : 1. Konkritisasi (Perwujudan) Contohnya teladan untuk mengenal, mengetahui, mengerti, dan memahami. 2. Daya Kemampuan Pengembangan kemampuan berkarya atas dasar karsanya. 3. Dorongan/Motivasi Motivasi untuk berani berdiri di atas kaki sendiri. Namun tentu saja sesuai

dengan prinsip-prinsip dasar Kepramukaan dan metodik pendidikan Kepramukaan , pelaksanaannya akan berbeda.

C. SISTEM AMONG PADA PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS Setiap manusia adalah sama dimata TuhanNya hanya saja ada yang mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda.

1.

Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak lantib dan berbakat. Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi berkelainan (exception) atau luar biasa. Ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan. Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar bisa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan2. Banyak istilah digunakan untuk mencoba mengkategorikan anak-anak dengan kebutuhan khusus, beberapa istilah yang dapat membantu guru mengumpulkan informasi yang merencanakan untuk masing-masing anak mencakup: dungu, gangguan fisik, lumpuh otak, gangguan emosional, ketidakmampuan mental, gangguan pendengaran, gangguan pengllihatan, ketidak mampuan belajar, autistuk, dan keterlambatan perkembangan. Kata-kata yang sering digunakan seiring berasal dari konsep lama dan mengabaikan sikap dan pengharapan negatif petunjuk berikut berguna memikirkan dan merencanakan dengan ketidakmampuan: a. Tekankan keunikan dan nilai dari semua anak daripada perbedaan mereka. b. Jaga pandangan masing-masing: hindari penekanan ketidakmampuan dengan mengenyampingkan pencapaian masing-masing.

http://www.google.com//perkembangan-pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia463559.html (14-02-13 02.15 pm)

c. Pikirkan cara anak yang tidak berkemampuan dapat melakukan sesuatu sendiri ayau untuk anak yang lain. d. Berikan lingkungan di mana anak yang bermasalah ikut serta dalam kegiatan dengan anak yang tidak bermasalah dan cara-cara yang bermanfaat satu sama lainnnya.

2.

Pembinaan terhadap Peserta Dididk Berkebutuhan Khusus Berdasarkan hasil Interview pada hari senin tanggal 11 dan 12 februari 2013 dengan Narasumber Bapak Endin, S.Pd, M.MPd (Kepala Sekolah) dan Bapak Rahmat Hidayat, S.Pd (Ka. GUDEP) bahwasanya Gerakan Pramuka gugus depan Bandarlampung 09.005-09.006 Pangkalan SLB PKK Provinsi Lampung mulai beroperasional pada Tahun 1984 dan mengikuti

perkembangan Kepramukaan, namun dalam perjalanannya Gerakan Pramuka di Pangkalan tersebut banyak mengalami beberapa halangan sehingga sempat untuk beberapa tahun vakum dan baru mulai beroperasi kembali sekitar dua tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2011. Beberapa kegiatan pramuka pernah diikuti seperti kegiatan Perjusami di Sidomulyo, partisipan Jamnas di Bandung dan kegiatan di sekolah sendiri seperti Latihan Rutin yang diadakan setiap dua minggu sekali. Kegiatan pada Pramuka Luar Biasa Tidak Jauh berbeda dengan Pramuka pada umumnya namun disini Lebih disederhanakan dikarenakan melihat pesrta didik yang memang mempunyai kebutuhan Khusus. Pembina pada pangkalan PLB haruslah dari Guru dari sekolah atau seseorang yang memang memahami dengan kondiisi peserta didik yang berkebutuhan khusus dan dapat diterima oleh peserta didik. Penerapan sistem pembinaannya pun sama dengan Pramuka Pada umumnya yaitu dengan sistem among yang merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbalbalik antar manusia dengan menerapkan prinsip kepemimpinan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani.

10

BAB III PENUTUP

A.

KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Sistem Among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak secara leluasa. 2. Alasan diterapkannya sistem among agar proses Kepramukaan itu hasilnya pada diri setiap pramuka, sedangkan Pembina pramuka bersikap laku pemberi teladan, pembangun karsa, dan pemberi motivasi. 3. Dalam penerapannya, sistem among mengharuskan Pembina Pramuka mempunyai sikap laku : a. b. c. Ing ngarsa sung tulada : di depan memberi teladan. Ing madya mangun karsa : di tengah-tengah membangun kemauan Tut wuri handayani : di belakang memberi dorongan

4. Sistem Among sangat penting diterapkan dalam gugus depan, karena dapat menciptakan kader yang kreatif, inovatif dan mengembangkan rasa percaya diri pada peserta didik tanpa adanya perintah keharusan dan paksaan

B.

SARAN Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu agar kakak selaku Pembina

dapat menerapkan pelaksanaan sistem among pada peserta didik di pangkalan SLB PKK Provinsi Lampung sehingga nantinya Pramuka Luar Biasa dan Khususnya di pangkalan tersebut dapat merasakan bahwa Gerakan Pramuka memang menyentuh semua kalangan dan tidak ada perbedaan satu sama lain, baik fisik, ras, budaya dan kepercayaan. Semoga kegiatan kepramukaan di Gugus Depan ini akan semakin maju dan dapat bersaing secara sportif dengan pangkalan lainnya.

11

You might also like