Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. PENDAHULUAN
Budidaya perairan adalah merupakan kegiatan (aktivitas) untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Budidaya perairan berasal dari bahasa Inggris aquaculture (aqua = perairan dan culture = budidaya) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi budidaya perairan atau budidaya perikanan. Oleh karena itu, budidaya perairan dapat didefinisikan menjadi campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduction), menumbuhkan (growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan. Organisme akuatik yang diproduksi mencakup kelompok ikan (finfish), udang (crustacea), hewan bercangkang (molusca), ekinodermata, dan alga. Suatu perairan (laut, sungai, danau, atau waduk) memiliki produktivitas (bobot biomassa biota per satuan volume air) alamiah tertentu dan dapat ditingkatkan puluhan hingga ribuan kali melalui kegiatan budidaya. Teknologi budidaya yang diaplikasikan untuk meningkatkan produktivitas perairan tersebut mencakup konstruksi wadah produksi, pemilihan lokasi budidaya, penentuan pola tanam, penggunaan benih unggul dan padat penebaran (stocking density) yang tepat; pemberian pakan yang sesuai dengan jumlah, mutu, waktu, dan cara pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan air, pemantauan serta pemanenan dan penanganan pasca panen.
penanggulangan / pemberantasan hama dan penyakit , serta pemantauan ( sampling) pertumbuhan dan populasi. Produk budidaya perairan bisa langsung dijual ke konsumen dalam bentuk hidup dan segar atau diolah terlebih dahulu menjadi komoditas yang berbentuk berbeda sama sekali, antara lain sosis, burger dan baso ikan. Integrasi yang kuat antara kegiatan budidaya perairan dan industri pengolahan biasanya menghasilkan industri perikanan budidaya yang mantap, seperti budidaya ikan salmon dan lele ( catfish) di Amerika Serikat. Di Indonesia integrasi tersebut mulai kelihatan dalam industri budidaya patin
Pegunungan
Laut lepas
Gambar 1.1. Ruang Lingkup spasial kegiatan budidaya perairan mulai dari pegunungan, perbukitan, dataran tinggi, dataran rendah, pantai, dan muara sungai, reef flat/laut dangkal, hingga laut lepas (laut dalam).
10
11
12
13
15
16
Gambar 1.2. Strategi pengembangan budidaya ikan di waduk dan reservoir yang diikuti pengembangan perikanan tangkap dengan menggunakan konsep daur ulang limbah. Kandungan protein daging ikan mola diperkirakan sebanyak 19,77%, sehingga dari konversi tersebut di atas dapat dihasilkan sebanyak 253,21 g daging ikan mola. Dengan demikian, setiap 1000 g pakan yang dimasukkan ke dalam sistem dapat diproduksi pula sebanyak 253,21 g daging ikan mola, seiring dengan membaiknya, bukan memburuknya kualitas lingkungan waduk Cirata.
17
18
19