Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang Sejarah. Sampai Abad XVI. Seperti negara maritim lainnya di dunia, pembuatan kapal di Indonesia diawali dengan pembuatan sampan/perahu kayu dan kemudian berkembang dengan pembuatan perahu layar kayu. Hal ini dapat diamati pada relief kapal layar yang terdapat pada dinding batu Candi Borobudur yang terkenal pada abad ke-8 di Jawa Tengah. Menurut sejarah, sejak dahulu kala para pedagang Indonesia menggunakan kapal layar untuk berdagang di perairan Asia Tenggara dan juga India serta China, bahkan mereka berlayar hingga ke pantai Afrika Timur (Pulau Madagaskar) dan pulau-pulau Pasifik Tengah. Abad XVI XX. Negara Barat mengeksplorasi penggunaan kapal layar dari berbagai jenis di dunia, termasuk Indonesia, pertama bertujuan untuk perdagangan dan kemudian untuk kolonisasi, hal tersebut telah menghambat perkembangan pembuatan kapal di Indonesia. Banyak larangan-larangan ditentukan pada negara-negara jajahan. Selama masa periode itu, teknologi pembuatan kapal mengalami perkembangan yang signifikan di Eropa, terutama sekali dengan adanya perubahan material kayu menjadi baja dan tenaga dorong layar menjadi mesin dan propeler. Namun perkembangan tersebut tidak dapat dialami industri pembuatan kapal di Indonesia dan mereka tetap memproduksi kapal kayu yang terbelakang dengan menggunakan metode pembuatan tradisional. Pada abad XIX dan XX, Industri pembuatan kapal baja modern diperkenalkan di Indonesia, namun hanya didirikan galangan perbaikan kapal, ketika pembuatan kapal baru dibuat di galangan kapal di Eropa. Institusi pendidikan di bidang teknologi pembuatan kapal tidak ada di Indonesia. Perang Dunia II. Selama pendudukan Jepang di Indonesia pada masa perang dunia II (1942 1945), pemerintahan militer Jepang memanfaatkan kayu jati yang berlimpah di Pulau Jawa, untuk membuat kapal cargo kayu bermotor modern berukuran sekitar 300 400 T di sepanjang pantai Utara Pulau Jawa. Mesin-mesin diproduksi di pabrik mesin di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kapal-kapal digunakan untuk membawa persediaan logistik mesin perang mereka dan berlayar ke Timur Laut, Asia Tenggara dan wilayah perang Selatan Barat Daya Pasifik. Selama masa itu, sebuah sekolah tinggi teknik pembuatan kapal didirikan di Semarang, Jawa Tengah dan hal ini dapat dicatat sebagai institusi pendidikan tekonologi pembuatan kapal pertama di Indonesia. Semenjak Kemerdekaan Tahun 1945 : Masa tahun 1945 1960. Setelah kemerdekaan bangsa yang diproklamirkan tahun 1945 dan diakui tahun 1945, beberapa kewarganegaraan Indonesia mendirikan sebuah galangan kapal baja pada tahun 1951 (Galangan Kapal Carya, Jakarta) dan mulai dibuat kapal baja hingga berukuran 500 DWT. Meskipun galangan kapal ini masih berukuran lecil, pendiriannya merupakan suatu tonggak sejarah bagi industri pembuatan kapal di Indonesia.
Pada tahun 1950 1955, banyak pelajar Indonesia dikirim ke negara asing untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk arsitek perkapalan modern dan tehnik kelautan ke Belanda, Inggris, Jerman, Swedia, Italia, Yugoslavia, Polandia, Rusia dan Jepang. Tamatan pertama kembali ke Indonesia pada tahun 1957. Masa tahun 1960 - 1990 Pada tahun 1960, Indonesia dan Jepang mengalami konflik politik, semua perusahaan Belanda termasuk galangan kapal dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia dan ditetapkan menjadi perusahaan negara. Perusahaan tersebut dimodernisasikan dan fasilitasnya ditambah, mesin dan perlengkapan diperbaiki dan disusun kembali sehingga perusahaan tersebut mempunyai kemampuan untuk membuat kapal baru. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain : 1. Dok Tanjung Priok, Jakarta (didirikan tahun 1889) 2. Galangan Kapal Pakin, Jakarta (didirikan tahun 1924) 3. Galangan Kapal IPPA, Jakarta, Cirebon, Semarang (didirikan tahun 1926) 4. Dok Surabaya, Surabaya (didirikan tahun 1910) 5. Galangan Kapal Alir Menjaya, Palembang (didirikan tahun 1930) Kemudian banyak galangan kapal baru didirikan oleh pemerintah dan pribadi, antara lain : 1. Galangan Kapal Menara 1991, Tegal (Pribadi) 2. Galangan Kapal Kapin 1963, Jakarta (Pribadi), dibangun dari program bantuan pemerintah Yugoslavia 3. Galangan Kapal Koja 1964, Jakarta (Negara) 4. Galangan Kapal Waiame 1965, Ambon (Negara) 5. Galangan Kapal Adiguna 1968, Jakarta (Negara) 6. Galangan Kapal Pelita Bahari 1971, Jakarta (Negara) 7. Galangan Kapal Intan Sekunyit 1974, Palembang (Pribadi) 8. Galangan Industri Kapal Indonesia 1977, Makasar dan Bitung, (Negara) 9. Galangan Kapal Jasa Marina Indah 1977, Semarang (Pribadi) 10. Galangan Kapal Dumas 1978, Surabaya (Pribadi) 11. Galangan Kapal PT PAL Indonesia 1980, Surabaya (Negara). Perubahan situasi bisnis yang dialami dan untuk meningkatkan kemampuan memasuki pasar internasional, pada tahun 1979 dan 1992 pemerintah melakukan organisasi kembali dengan menyatukan galangan kapal milik negara dan galangan kapal yang berada di Wilayah Barat Indonesia (Pakin, Air Menjaya, Koja, Dok Priok, Pelita Bahari dan IPPA) menjadi satu perusahaan yaitu Dok Kodja Bahari (Galangan Kapal DKB). Kantor Pusat Galangan Kapal DKB berada di Jakarta dengan lokasi galangan di Sabang (Sumatera Utara), Padang (Sumatera Barat), Palembang (Sumatera Selatan), Banjarmasin Kalimantan Selatan). Jakarta (4 galangan), Cirebon (Jawa Barat) dan Semarang (Jawa Tengah). Galangan Kapal PAL Indonesia didirikan di lokasi Galangan Kapal Laut di Surabaya dan didesign menjadi galangan kapal yang paling berkembang dan modern di Indonesia, mampu membuat/memperbaiki kapal dagang ukuran besar, kapal laut, kapal tipe khusus dan rancang bangun lepas pantai. Galangan kapal ini juga direncanakan akan memproduksi peralatan dan komponen mesin kapal serta permesinan. Kerjasama Regional : Persetujuan antara pemerintah Indonesia, Malaysia dan Singapora bergabung untuk mengembangkan wilayahnya mendirikan SIJORI (Singapura, Johor dan Riau) dengan perencanaan khusus perdagangan antara lain pembebasan pajak import dan penambahan nilai pajak. Semenjak tahun 1990 di Pulau Batam dan Pulau Karimun Indonesia lebih dari 20 usaha bersama dan galangan kapal domestik didirikan, sebagian besar bergabung dengan
galangan kapal Singapura. Fasilitas termasuk 60.000 T dock apung, 7.000 T sincrolift. Kapal-kapal diatas 8.000 DWT telah dibuat selama tahun terakhir. Diharapkan fasilitas yang lebih baik akan dibuat dimasa mendatang. Galangan Kapal besar yang berada di Pulau Batam dan Karimun adalah : 1. Galangan Kapal Karimun Sembawang 2. Galangan Kapal Batamas 3. Galangan Kapal Pan United 4. Galangan Kapal Nanindah
Masa tahun 1974 Dukungan dan peningkatan kekuatan armada Indonesia, pemerintah mendirikan sebuah badan hukum armada pengembangan keuangan yang disebut PT Pengembangan Armada Niaga Nasional Multi Finance (National Merchant Fleet Development Multi Finance Corporation/PT PANN MF). Perusahaan mempunyai tugas untuk membantu meningkatkan keuangan untuk perusahaan perkapalan dalam memperoleh kapal bekas seperti baru dengan pembayaran yang mudah, pemberian prioritas dan pilihan utama membuat kapal baru dan perbaikan kapal di galangan domestik. Semenjak pendirian PT PANN MF telah menerima pembuatan kapal seri cargo dan kapal semi kontainer di galangan domestik (6 unit 750 DWT, 3 unit 950 DWT dan 32 unit 3.600 DWT). Saat ini PT PANN MF mempunyai armada 60 kapal, yang disewakan dengan sistem kontrak ke perusahaan perkapalan. Masa tahun 1991 Konstribusi perkembangan pembuatan kapal dan teknologi kelautan, para ahli Indonesia, Insinyur dan profesional mendirikan Himpunan Ahli Teknologi Indonesia / HATMI (The Society Indonesian Maritime Engineers) yang sama dengan The Societty of Naval Architects & Marine Engineers atau SNAME) di luar negeri. HATMI mempunyai 600 anggota sekarang ini. Masa tahun 1995 Setelah sekitar 8 (delapan) tahun mempersiapkan design dan konstruksi, akhirnya pada tahun 1995 Indonesia berhasil membuka pusat tempat percobaan pengujian dan penelitian pembangunan kapal Surabaya, Jawa Timur yang dinamakan Laboratorium Hidrodinamika Indonesia/LHI (Indonesian Hydrodynamic Laboratory). LHI mempunyai fasilitas : 1. towing tank test basin, panjang : 234,5 m, lebar : 11 m, kedalaman : 5,5 m. 2. cavitation tunnel, panjang : 18 m dan lebar : 12 m. 3. manuevering test basin dari 60 x 35 m dan 45 x 35 m. 4. ship model manufacturing shop. LHI merupakan laboratorium penelitian hidrodinamik yang terbesar di belahan bumi bagian Selatan. Diharapkan LHI akan meningkatkan perkembangan ilmu dan teknologi pada tingkat nasional dan internasional, khususnya pada bidang pembuatan kapal.
5. 6.
Semenjak awal Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama (REPELITA I) pada tahun 1969, Industri Perusahaan Kapal Indonesia telah membuat ratusan kapal dari berbagai tipe dan ukuran. Tipe dan ukuran kapal dijelaskan sebagai berikut : 1. Kapal Feri Penumpang dan Trailer Ro-Ro 187.900 GT (ekspor) 2. Kapal penumpang 90m / 500 Pax / 4000 GT (3 unit) 3. Kapal penumpang dan Car Ro-Ro (5.000 GT) 4. Kapal General Cargo / semi konteiner 3.650 DWT (32 unit) 5. Pengangkut konteiner 208 TEU / 4200 DWT (24 lebih, 9 unit dalam pemesanan) 6. Pengangkut konteiner 400 TEU 7. Pengangkut konteiner 1.600 TEU 8. Pengangkut kayu 8.000 DWT (3 unit) 9. Pengangkut muatan curah 42.000 DWT (eksport) 10. Pengeruk timah lepas pantai 12.000 T 11. Kapal tanker minyak 1.500 DWT/3.500 DWT/6.500 DWT/17.500 DWT 12. Kapal tanker kimia 16.000 DWT (eksport) 13. Pengangkut LPG 5.600 m3 (eksport) 14. Kapal tugboat pemadam kebakaran 4.500 HP 15. Kapal tugboat SAR 7.500 HP (sedang dalam pembangunan) 16. Kapal penangkap tuna 300 GT (lebih dari 33 unit, 9 unit sedang dalam pemesanan) 17. Kapal cepat patroli 400 T/57 m/6.000 HP/30 knots (9 unit) 18. Kapal cepat patroli 60 T/28 m/3.600 HP/28 knot (12 unit) 19. Dok terapung 2.500 Tlc (3 unit) Rancang Bangun Lepas Pantai Sejak 1970, industri fabrikasi bangunan lepas pantai dikembangkan untuk mendukung perkembangan industri minyak dan gas, khususnya aktivitas eksplorasi, eksploitasi dan produksi di lepas pantai. Produk rancang bangun lepas pantai tersebut meliputi jacket, platform, modul-modul pertolongan, single point mooring buoys, crane barges, peralatan untuk proses minyak/gas (separator, heat exchangers, pressure vessels, well manifolds dsb). Beberapa dari produk tersebut dieksport. Sekarang terdapat 19 perusahaan yang terdaftar oleh departemen Industri dan Perdagangan yang berlokasi di Jawa, Sumatra, Batam, Sulawesi dan Kalimantan Timur. Total kapasitas tahunan : 35.000 T baja. Material Kapal, Permesinan, dan Perlengkapan Banyak kapal yang dibuat di galangan kapal dalam negeri, kondisi ini menguntungkan untuk investasi dalam pembuatan material bangunan kapal, permesinan dan peralatan/perlengkapan kapal. Banyak perusahaan didirikan disamping adanya logam, permesinan dan pabrik perlengkapan elektronik/listrik yang produknya beraneka ragam di bidang kelautan. Keberadaan perusahaan tersebut didorong oleh standarisasi konstruksi kapal, meliputi : 1. Program Modernisasi Armada Domestik Caraka Jaya (56 cargo/ kapal semi kontainer dari 3.000 DWT 3.650 DWT 4.200 DWT) 2. Program Penggantian Armada Tanker Domestik (25 tanker dari 1.500 DWT 3.500 DWT 6.500 DWT 17.500 DWT) 3. Ekspansi Armada Domestik dari Kapal Ferry Penumpang Car Ro-Ro (40 kapal dari 200 GT 600 GT) 4. Progtam Pembuatan Kapal Cepat Patroli Angkatan Laut (9 unit dari 57 m/400 T/6.000 HP/30 knots FPB)
5. Program Pembuatan Kapal Patroli Laut Polisi (15 unit dari 28 m/60 T/2.440 HP/30 knots FPB) 6. Program Pembuatan Tug Boat Harbour ( Tug boats darr 800 HP, 1.600 HP, 2.400 HP/3.600 HP, 4.200 HP) Material kapal, permesinan dan perlengkapan yang telah dibuat secara lokal, antara lain : 1. Plat baja, model baja, elektoda pengelasan. 2. Diesel utama/mesin pelengkap, baling-baling, 3. Pembangkit listrik, motor, pompa, papan tombol utama, panel, kabel laut. 4. Pemisah minyak, pengubah temperatur, kendaraan laut bertekanan. 5. Permesinan, peralatan barang muatan, tutup lorong perlaluan, peralatan kemudi. 6. Kipas peranginan, peniup udara, pintu baja, daun jendela aluminuim. 7. Tonggak, jangkar, rantai, tali baja. 8. Sekoci darurat, rakit darurat, dewi-dewi, pemadam api. 9. Radio, telepon, radar, pengukur kedalaman. 10. Katup, pipa dan peralatan. 11. Alat penempa dan cor, anoda seng/aluminium. 12. Mesin pendingin, peralatan dapur. 13. Cat. Jasa Rancang Bangun Kelautan, Permesinan, Survey, Pemeriksaan dan Konsultasi. Permintaan untuk jasa kelautan tentang rancang bangun, permesinan, survey, pemeriksaan, pengawasan dan konsultasi bertumbuh seiring dengan perkembangan industri rancang bangun kapal. Sejak 1960, perusahaan-perusahaan dalam bidang kegiatan ini memulai memberdayakan jasa mereka melayani industri kelautan. Saat ini, ada 7 perusahaan andalan yang bergerak dibidang jasa kelautan ini. Perkembangan Teknologi Rancang Bangun Kapal Indonesia mengawali industri rancang bangun kapal sejak 1950, 5 tahun setelah merdeka. Didalam negara berkembang seperti Indonesia, tingkat perkembangan teknologi rancang bangun dapat diamati dari jumlah hasil kapal yang dibangun. Pada tahun 1969, Repelita I dimulai dan sejak itu perkembangan secara cepat terjadi dan Indonesia berhasil dalam membangun kapal dengan berbagai ukuran dan tipe, dari kapal barang 100 DWT hingga kapal barang antar pulau 3000/4200 DWT/kapalkapal semi peti kemas dan kapal-kapal muatan curah ukuran 42.000 DWT untuk export. Dalam rancang bangun kapal penumpang, untuk 500 penumpang/ 90 m/ 4.000 GT telah dibangun. Dalam hal kapal tengker minyak, galangan dalam negeri telah berpengalaman membangun tongkang minyak kecil hingga kapal tengker minyak berlunas ganda berukuran 17.500 DWT; juga kapal tengker LPG ukuran 5.600m3 dan kapal tengker bahan kimia berukuran 16.000 DWT. Galangan kapal Indonesia juga menambah pengalaman membangun kapal khusus seperti kapal patroli cepat ukuran 57m/400 ton/30 knots, kapal keruk timah ukuran 12.000 ton, kapal keruk 1.500 DWT, kapal ferri ro-ro berukuran 18.900 GT untuk export, dok apung 5.000 Tlc. Kapal penangkap ikan modern hingga 300 GT juga telah dibangun (kapal pelatihan perikanan, kapal penangkap tuna, kapal jarring udang, dll). Perkembangan teknologi rangcang bangun kapal di Indonesia dapat dikaitkan kepada dengan keberadaan serta dukungan perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta, BPPT, BKI. Merupakan hasil upaya berlanjut oleh industri rancang bangun kapal untuk mengikuti perkembangan terakhir, misalnya penerapan CAD/CAM.
Dalam waktu dekat, perkembangan teknologi rancang bangun/ kelautan di Indonesia akan diperkuat dengan dioperasikannya LHI (Laboratorium Hidrodinamik Indonesia) yang telah diresmikan pada tahun 1995.