You are on page 1of 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat sedang berbicara selayaknya seseorang manpu mengeksperiskan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuia konteks dan situasi. Apabila seseorang menguasai keterampilan berbicara yang cerdas, kritis dan kreatif akan membentuk generasi masa depan yang mempunyai generasi muda yang terbiasa mengekspresikan gagasan pikiran secara memikat dan sistematis akan membentuk budaya komunikasu yanng sehat, akhirnya akan melahirkan bangsa yang berbudaya santun dan berkualitas. Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari kita temui keterampilan berbicara di kalangan generasi muda khususnya siswa SMP, jauh dari harapan yang dituntut oleh ... Semua kondisi itu didukung oleh proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang kurang mempertahankan metelogi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu keterampilan bebrbicara siswa SMP berada pada tingkat yang mampu diakubatkan lingkungan bahasa siswa yang tidak kondusif pengaruh bahasa daerah, pengaruh media komunikasi (TV, radio, HP) yang memperburuk keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan hasil observasi empirik di lapanganmenunjukan ketermpilan berbicara siswa SMPN 2 Ngamprah Kab. Bandung Barat hanya 20 % (8 siswa) dari 36 siswa yang dinilai sudah terampil berbicaradalam situasi formal di depan kelas. Hal ini terinduksi dari kelancaran berbicara, ketetapan pilihan (penalaran) dan kontak mata. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya angka keterampilan siswa dalam berbicara, siantaranya faktor pendekatan pembelajaran, metode, media atau sumber belajar yang digunakan guru. Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh cukup signifikan terhadap keterampilan berbicara bagi siswa SMP. Pada umunya guru cenderung menggunakan pendekatan konvensional dan kurang inovasi, sehingga proses pembelajaran berbicara terkesan hambar, bukan belajar berbahasa. Akhirnya keterampilan berbicara terkesan hanya rasionaldan kognitif saja, belum sampai pada penghayatan secara emosional dan efektif. Akibatnya siswa yang cerdas, kritis, kreatif dan berkarakter dalam situasi tutur sulit tercapai. Pendekatan pembelajran keterampilan berbicara yang inovatif dan kreatif hingga membuat proses pembelajaran bisa aktif, dan menyenangkan siswa cenderung di ajak untuk belajar berbahasa dalam suasana dialogis interaktif, menyenangkan itulah selayaknya yang harus dilakukan guru. Dengan cara itu siswa tidak terjebak dalam situasi pembelajarn yang kaku dan membosankan. Siswa akan selalu menantikan pembelajaran berbicara yang menyenangkan.

Penelitian ini dikhusukan pada bagaimana mengatasi faktor pendekatan yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kemapampuan siswa kelas 9 SMPN 2 Ngamprah Kab. Bandung Barat Jawa Barat dalam berbicara, yaitu kurangnya inovasi dan kreatifitas guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga siswa merasakan bosan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajran yang kondusif, aktif, kreatif dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan prakmatik siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata. Prinsip-prinsip pendekatan pragmatik diharapkan mampu membawa siswa kedalam situasi berbahasa sesungguhnya. Prinsip-prinsip pendekatan pragmatik diantaranya penggunaan bahasa dengan memperhatikan penggunaan kosa kata (diksi), kesantunan, kerjasama, dan komunikatif (kontak mata). B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan dalam penelitian ini sebagai berikut; 1.Apakah pendekatan pragmatik dalam pembelajaran Melaporkan Peristiwa dengan Bahasa yang Logis di SMPN 2 Ngamprah kelas 9F dapat meningkatan hasil keterampilan berbicara bagi siswa? 2.Bagaimana gambaran proses peningkatan minat dan hasil belajar siswa SMPN 2 Ngamprah kelas 9F dalam pembelajaran Melaporkan Peristiwa dengan Bahasa yang Logis sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan pragmatik?

C.Pemecahan Masalah Dalam Penelitian Tindakan kelas ini, yang menjadi masalah adalah rendahnya keterampilan berbicara siswa dalam situasi formal di depan kelas yang diindikasi dari kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan dan ekspresi. Sebagai upaya pemecahan masalahnya adalah melalui proses pembelajaran menggunakan pendekatan pragmatik. Siswa dianggap mengingkart hasil belajarnya apabila siswa dapat mencapai nilai yang sama atau lebih tinggi dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 7. D. Tujuan Penelitian

1.Untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 2 Ngamprah kelas 9F dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang Melaporkan Peristiwa dengan menggunakan bahasa yang logis melalui pendekatan pragmatik.

2.Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa siswa siswa SMPN 2 Ngamprah kelas 9F dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang Melaporkan Peristiwa dengan menggunakan bahasa yang logis sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan pragmatik. 3.Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Melaporkan Peristiwa dengan menggunakan bahasa yang logis melalui pendekatan pragmatik.

D.Hipotesis

Hipotesis penelitian ini melalui pendekatan pragmatik tentang pembelajaran Melaporkan Peristiwa secara lisan dengan bahasa yang logis, maka hasil belajar siswa kelas 9 SMPN 2 Ngamprah Kab. Bandung Barat Jawa Barat tahun ajaran 2012/2013 menujukan peningkatan.

E.Rencana dan Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan metode ELLIOT yang terdiri dari 4 langkah yaitu; perencanaan, pelaksanaan tindakan, tindakan, dan refleksi. Tahapantahapan siklus penelitian digambarkan sebagai berikut.
PERENCANAAN

PENGAMATAN PELAKSANAAN

Siklus 1

REFLEKSI PERENCANAAN

PELAKSANAAN

Siklus 2

PENGAMATAN

REFLEKSI

You might also like