You are on page 1of 41

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penulisan Pada dasarnya suatu perekonomian di Indonesia telah banyak mengalami kenaikan yang sangat pesat, sehingga dapat diadakannya sebuah Koperasi yang dapat menunjang kesejahteraan masyarakat, misalnya koperasi yang berada di kelurahan pasanggerahan, yaitu KOPERASI KESATUAN MASYARAKAT PESANGGERAHAN yang beralamatkan di Jl.Cinangka pesanggerahan Bandung Koperasi ini bergerak dalam bidang perdagangan/jasa yang menyediakan

kebutuhan anggotanya, dimana kesejahteraan anggotanya menjadi prioritas yang paling utama. Dalam menghadapi perkembangan usaha dibidang perdagangan / jasa yang semakin maju dalam sebuah Perkoperasian yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka panjang, artinya perusahaan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Suatu tujuan akan tercapai apabila perusahaan dikelola dengan baik, sehingga sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Perusahaan dapat menanamkan investasinya dalam bentuk aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, yaitu aktiva yang berumur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang efektif dan kebutuhan yang tepat dalam penggunaan, pemeliharaan, maupun pencatatannya.

Berumur panjang adalah istilah umum untuk aktiva yang sifatnya relatif tetap atau permanen, yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Aktiva berwujud berumur panjang yang sifatnya permanen, yang digunakan dalam operasi perusahaan dan yang dibeli bukan untuk dijual kembali dalam operasi normal perusahaan, didalam neraca diklasifikasikan sebagai aktiva tetap (plant assets) atau fixed assets. Judul lain yang kerap kali digunakan ialah harta kekayaan (property), pabrik (plant), dan peralatan (equipment), yang dapat digunakan sendiri-sendiri atau digabung. Harta kekayaan yang kerap kali dimasukkan dalam aktiva tetap dapat diuraikan dengan istilah yang lebih khusus seperti peralatan, perabotan, perkakas, kendaraan, mesin-mesin, bangunan, dan tanah. Bersamaan dengan berlalunya waktu, nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang diterapkan perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun disebabkan karena berlalunya waktu dan menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tetap tersebut. Pada umumnya nilai ekonomis suatu aktiva tetap akan mengalami penurunan yang disebabkan pemakaian dan kerusakan, keusangan karena faktor ekonomis dan teknis. Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan masalah pada biaya reparasi dan pemeliharaan apakah relatif konstan sepanjang umur aktiva tetap atau semakin meningkat. Oleh karena itu penulis akan meneliti bagaimana perusahaan menerapkan pencatatan alokasi penyusutan aktiva tetap dalam laporan keuangan

termasuk bagaimana perusahaan menghitung penyusutan dan metode yang digunakan dalam pencatatan penyusutan aktiva tetap tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis akan membuat laporan yang berhubungan dengan metode-metode penyusutan aktiva tetap dan selanjutnya sebagai judul Laporan adalah Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan.

1.2

Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas pada laporan semester ini adalah bagaimana penerapan terhadap metode penyusutan aktiva tetap di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan.

1.3

Pertanyaan Penelitian

A.

Bagaimana metode penyusutan aktiva tetap yang diterapkan di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan.

B.

Bagaimana perhitungan penyusutan yang di laksanakan di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan.

C.

Apa kendala-kendala yang mungkin timbul pada saat perhitungan penyusutan aktiva tetap.

D.

Bagaimana upaya-upaya yang harus dilakukan ketika menghadapi kendalakendala tersebut.

1.4

Tujuan dan Manfaat Laporan A. Tujuan Laporan 1. Untuk mengetahui metode penyusutan yang diterapkan di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan. 2. Untuk mengetahui perhitungan penyusutan yang dilaksanakan di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan. 3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pada saat perhitungan penyusutan aktiva tetap. 4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan pada saat menghadapi kendala-kendala tersebut.

B.

Manfaat Laporan 1. Penulis, untuk memahami dan mengetahui lebih mendalam mengenai berbagai metode penyusutan yang diterapkan dalam praktiknya. 2. Perusahaan, laporan semester ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran dan masukan untuk pencatatan lebih lanjut atas aktiva tetap dan sebagai bahan evaluasi aktiva tetap yang selama ini dijalankan 3. Pembaca, sebagai sumber informasi dan tambahan referensi yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.

1.5

Kajian Ilmiah A. Aktiva Tetap Pengertian Aktiva tetap dalam akuntansi yaitu semua aktiva berwujud yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk membantu operasi perusahaan. Aktiva tetap (fixed assets) adalah aktiva berwujud berumur lebih dari satu tahun yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam perusahaan bukan untuk dijual kembali, misalnya gedung, peralatan, kendaraan, tanah. Erhans (2000:82). B. Klasifikasi Aktiva Tetap Menurut Santoso (2009:2) aktiva tetap dapat dikelompokan dalam: 1. Sudut Substansi a. Aktiva berwujud (tangible assets) seperti tanah, gedung, mesin dan lain-lain. b. Aktiva tidak berwujud (intangible assets) seperti hak cipta, hak paten, Franchise dan lain-lain. 2. Sudut Disusutkan atau Tidak a. Aktiva tetap yang dapat disusutkan (depreciated plant assets) seperti gedung, mesin, peralatan dan lain-lain. b. Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan (undepreciated plant assets) seperti tanah. 3. Berdasarkan jenis Aktiva tetap berdasarkan jenis seperti tanah, bangunan, gedung, mesin,

kendaraan, inventaris.

C.

Sifat Aktiva Tetap Menurut Hery (2008:250) sifat aktiva tetap, yaitu: Aktiva tetap merupakan barang fisik yang dimiliki perusahaan untuk

memproduksi barang dan jasa dalam operasi normalnya, memiliki umur yang terbatas, pada akhir masa manfaatnya harus dibuang atau diganti, nilainya berasal dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh hak-haknya yang sah atas pemanfaatan aktiva tersebut, seluruhnya bersifat nonmoneter dan umumnya jasa atau manfaat yang diterima dari aktiva tetap meliputi periode yang lebih panjang dari satu tahun. Sebagai kesimpulan sifat aktiva tetap, yaitu: 1. 2. 3. Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen. Aktiva berwujud (tangible assets) karena terlihat secara fisik. Aktiva berwujud ini dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi normal perusahaan. 4. Aktiva berwujud ini diperoleh baik dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu. 5. Memberikan manfaat di masa yang akan datang.

D.

Harga Perolehan Aktiva Tetap Harga perolehan (cost) aktiva tetap mencakup seluruh jumlah yang

dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tersebut. Jadi, aktiva tetap akan dilaporkan dalam neraca tidak hanya sebesar harga belinya saja, tetapi juga termasuk seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai. Sebagai contoh adalah mesin produksi, dimana harga perolehannya tidak hanya berasal dari harga beli saja tetapi juga termasuk pajak, ongkos angkut, biaya asuransi selama dalam perjalanan, ongkos pemasangan dan biaya uji coba, sampai mesin produksi tersebut benar-benar dapat dioperasikan dan dimanfaatkan. Demikian juga halnya dengan harga perolehan untuk tanah, dimana tidak hanya terdiri atas harga belinya saja, melainkan juga termasuk biaya-biaya lalinnya yang perlu dikeluarkan sampai tanah tersebut dapat dipergunakan, seperti biaya survei, pajak, komisi broker, biaya pengurusan surat untuk mendapatkan hak kepemilikan atas tanah, biaya pembersihan/pengosongan/pembongkaran bangunan lama yang tidak dikehendaki ( clearing cost ) dan biaya perataan ( grading cost ). Untuk bangunan yang dibangun senndiri, maka harga perolehannya terdiri atas biaya ijin membangun, biaya untuk membeli bahan-bahan bangunan, biaya upah pekerja, biaya sewa peralatan untuk membangun, bahkan termasuk bunga atas dana yang dipinjam untuk membiayai pembangunan gedung baru tersebut. (Hery 2008:251).

E.

Cara-cara Perolehan Aktiva Tetap Menurut Hery (2008:252) untuk memperoleh suatu aktiva tetap dapat

menempuh beberapa cara, antara lain : 1. Perolehan dengan Pembelian Tunai ( Acquisition by purchase for cash ) Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan sewa biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan pembelian atau persiapan penggunaannya. 2. Perolehan dengan Sewa Guna Usaha Modal ( Acquisition Under Capital Lease ) Sewa guna usaha (Leasing) merupakan suatu perjanjian atau kontrak dimana lessee diberikan hak untuk menggunakan kekayaan yang dimiliki oleh lessor untuk jangka waktu tertentu untuk sejumlah biaya periodik tertentu. Menurut PSAK No. 30 dijelaskan bahwa Sewa Guna Usaha (leasing) merupakan setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut. Beberapa Sewa Guna Usaha diperlakukan sebagai sewa guna usaha modal (capital lease) yang pengaruhnya dianggap sebagai pembelian aktiva tetap, tetapi dalam keadaan tertentu, aktiva tetap tersebut dicatat dalam buku-buku sewa

guna usaha sebagai aktiva yang dinilai berdasarkan nilai tunai untuk pembayaran-pembayaran sewa guna usaha pada masa yang akan datang. 3. Perolehan dengan Pertukaran (Acquisition by Exchange) Untuk aktiva yang diperoleh melalui pertukaran menurut Hery (2008:252) adalah: suatu aktiva yang baru akan dicatat sebesar nilai pasar wajarnya atau sebesar nilai pasar wajar dari aktiva yang diserahkan, mana yang lebih dapat ditentukan dengan mudah. Jika aktiva yang diserahkan untuk dipertukarkan adalah peralatan bekas, maka nilai pasar wajar dari aktiva yang baru umumnya lebih dapat ditentukan dengan mudah dan oleh karena itu akan digunakan untuk mencatat pertukaran. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.6) pertukaran aktiva tetap melalui pertukaran dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: a. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis (Similar assets/Special case), yaitu pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin lama dengan mesin baru. Dalam hubungannya dengan aktiva sejenis, laba yang timbul ditangguhkan (Mengurangi harga perolehan aktiva baru). Namun dalam pertukaran mengalami kerugian maka kerugian tersebut dibebankan dalam periode terjadinya pertukaran. b. Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis (Dissimilar assets/General case), yaitu pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti pertukaran mesin dan gedung.

Adapun kriteria dari acquisition by exchange yang dipandang sebagai general case : 1) 2) 3) Terdapat harga yang wajar dari assets yang ditukarkan Assets yang ditukarkan tidak sejenis Transaksi pertukaran tersebut berakhir dengan proses earning (Culminating In Earning Process). Konsekuensi dari proses earning adalah gain atau loss yang timbul pada saat pertukaran harus diakui. 4) Biasanya terdapat unsur Boot (Monetary Consideration) atau terdapatnya unsur uang tunai dari dalam perttukaran tersebut disamping assets. Sedangkan kriteria dari special case adalah: 1) Market value yang wajar tidak bisa ditentukan oleh batas-batas tertentu. 2) 3) 4) Tidak berakhir dengan proses pembentukan earning. Pertukaran antara assets yang sejenis dan produktif. Jika pertukaran terdapat indikasi gain, namun dalam pertukaran tersebut berakhir dengan terjadinya earning seperti yang tercakup dalam transaksi: (a) (b) Pertukaran inventory diantara dealer. Assets produktif sejenis yang dipertukarkan tetapi tidak untuk diperjualbelikan.

10

4. Perolehan dengan Surat Berharga (Acquisition by Issued For Securities) Perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap tertentu dengan cara menerbitkan saham (sekuritas modal) atau obligasi (sekuritas utang). Ketika nilai pasar dari sekuritas dapat ditentukan, maka nilai tersebutlah yang akan digunakan sebagai nilai aktiva. Namun, jika sekuritas tidak memiliki nilai pasar, maka nilai pasar wajar dari aktiva yang diperoleh yang akan digunakan. Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi akan dicatat dalam akun saham atau obligasi sebesar harga nominalnya. Selisih pertukaran dengan nilai nominal akan dicatat sebagai agio atau disagio. 5. Perolehan dengan membangun sendiri (Acquisition by Self Construction) Perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap dengan cara membangun gedung sendiri. Mempunyai beberapa alasan yaitu untuk menghemat biaya konstruksi, memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai, atau untuk mendapatkan kualitas bangunan yang lebih baik. Sama halnya sseperti pembelian aktiva, harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh pengeluaran-pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan pembangunan aktiva tersebut hingga siap digunakan. 6. Perolehan aktiva dari hadiah/donasi/sumbangan (Acquisition by Donation) Jika suatu aktiva tetap diperoleh dari sumbangan maka tidak ada pengeluaran kas yang dilakukan prusahaan. Walaupun ada, jumlahnya

11

relatif lebih kecil dari nilai aktiva yang diterima. Menurut Hery (2008:253) menyatakan bahwa: Aktiva tetap yang diperoleh melalui donasi (sumbangan) seharusnya dinilai dan dicatat sebesar nilai pasar wajarnya atau harga taksiran dengan mengkreditkan akun modal donasi atau pendapatan atau keuntungan.

F.

Pengeluaran Modal selama Pengggunaan Aktiva Tetap Pengeluaran Modal (capital expenditure) adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan dalam rangka memperoleh aktiva tetap, meningkatkan efisiensi operasional dan kapasitas produktif aktiva tetap , serta memperpanjang masa manfaat (umur ekonomis) aktiva tetap. Biaya-biaya ini biasanya dikeluarkan dalam jumlah yang cukup besar (material), namun tidak sering terjadi. Pengeluaran-pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap Santoso (2009:28) antara lain : menurut

1. 2. 3. 4. 5.

Pemeliharaan (Maintenance) Reparasi (Repairs) Perancangan kembali (Rearrangement) Pembaharuan dan Penggantian ( Improvement & Replacement) Penambahan (Addition)

a. Pemeliharaan (Maintenance) Yaitu pengeluaran untuk beban pemeliharaan ini adalah hal yang bersifat biasa (Ordinary) dan terjadi berulang (Recurring), biasanya dalam

12

jumlah yang kecil (tidak material) dan tidak akan meningkatkan efisiensi, kapasitas, atau memperpanjang masa manfaat dari aktiva tetap terkait, oleh karena itu akan segera dicatat sebagai beban ketika terjadi (maintenance expense). b. Reparasi (Repair) Yaitu pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk mengembalikan dan memperbaiki assets ke kondisi operasional yang baik setelah adanya kerusakan sebagian atau seluruhnya, agar dapat dipergunakan dan dapat menjalankan fungsinya kembali. Apabila sifat reparasi ini hanya mengembalikan aktiva yang rusak menjadi seperti keadaan semula, tanpa mengadakan penggantian terhadap bagian-bagian tertentu dari aktiva yang nilainya cukup besar, maka pengeluaran ini dibukukan sebagai beban dan dicatat sebagai Repair expense. c. Perancangan kembali (Rearrangement) Yaitu pengeluaran pengeluaran yang ditujukanuntuk menata kembali mesin-mesin atau peralatan-peralatan dan memasangnya kembali agar diperoleh tingkat efisiensi atau tingkat ekonomisnya lebih tinggi pada masa depan. Jika jumlah biaya yang dikeluarkan jumlahnya cukup besar dan manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi maka harus dikapitalisasi. Sedangkan jika manfaatnya dirasa kurang dari satu periode akuntansi maka dibebankan sebagai beban dalam tahun berjalan.

13

d. Pembaharuan dan Penggantian ( Improvement & Replacement) Yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk perbaikan aktiva secara

menyeluruh (Over hauling) sering disebut sebagai pembaharuan (renewal). Penggantian suku cadang yang merupakan bagian penting dari aktiva disebut sebagai penggantian (replacement). Jika pengeluaran ini diperlakukan untuk mencapai rencana semula dan tidak mempengaruhi masa manfaat maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai pengeluaran penghasilan . Akan tetapi apabila pengeluaran ini mengakibatkan akan memperpanjang masa manfaat atau umur aktiva maka pengeluaran tersebut dikapitalisir yang diperlakukan sebagai pengeluaran modal yang dicatat dengan mendebet aktiva atau akumulasi penyusutan. e. Penambahan (Addition) Yaitu pengeluaran untuk menambah aktiva yang lama dengan bagianbagian baru dan bersifat menambah nilai aktiva. Pengeluaran atas penambahan ini diperlakukan sebagai pengeluaran modal yang kemudian disusutkan secara sistematis selama umur ekonomisnya bila dari pengeluaran tersebut dapat menciptakan manfaat ekonomis pada masa yang akan datang, atau sebagai pengeluaran penghasilan bila dari

pengeluaran tersebut diperkirakan tidak memberikan manfaat ekonomis pada masa yang akan datang.

14

G.

Penghentian Penggunaan Aktiva Tetap Aktiva tetap yang tidak lagi memiliki umur ekonomis yang lebih lama bisa

dihentikan penggunaannya dengan cara dibuang, dijual atau ditukar dengan aktiva tetap lainnya. Dalam penghentian aktiva tetap, nilai buku aktiva harus dihapus. Penghapusan nilai buku dilakukan dengan cara mendebet akun akumulasi penyusutan sebesar saldonya pada tanggal penghentian aktiva dan mengkredit akun aktiva bersangkutan sebesar harga perolehan (biaya historis). Apabila aktiva tersebut dijual maka selisih harga jual dengan nilai buku dicatat sebagai keuntungan atau kerugian. Hal ini sesuai dengan yang ada dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002:16.12) yaitu: Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi.

H.

Penyusutan Aktiva Tetap 1. Penyusutan Penyusutan bukanlah proses dimana perusahaan mengakumulasikan dana (kas) untuk mengganti aktiva tetapnya. Penyusutan juga bukanlah cara untuk menghitung nilai yang berlaku saat ini atas aktiva tetap. Menurut Hery (2008:256) definisi penyusutan sebagai berikut: Penyusutan (Depreciation) adalah alokasi secara periodik dan sistematis dari harga perolehan aktiva selama periode-periode berbeda yang memperoleh manfaat dari penggunaan aktiva bersangkutan.

15

Pembebanan penyusutan merupakan suatu pengakuan terhadap penurunan nilai ekonomis suatu aktiva tetap. Perkiran kas tidak akan pernah bertambah ataupun berkurang oleh ayat jurnal periodik yang memindahkan sebagian harga perolehan aktiva tetap ke perkiraan beban penyusutan (Depreciation expense), tidak seperti kebanyakan jenis beban lainnya, tidak memerlukan pengeluaran uang kas (non cash expense) dengan jumlah yang sama dalam periode dimana beban penyusutan itu dicatat. 2. Akumulasi Penyusutan Yaitu bukan sebuah dana pengganti aktiva, melainkan jumlah harga perolehan aktiva yang telah dibebankan (melalui pemakaian) dalam periode-periode sebelumnya. Akumulasi penyusutan merupakan

kumpulan dari beban penyusutan periodik. Pada akhir tahun pertama aktiva dimanfaatkan, besarnya akumulasi penyusutan adalah sama dengan besarnya beban penyusutan selama tahun pertama pemakaian, sedangkan pada akhir tahun kedua , besarnya akumulasi penyusutan merupakan penjumlahan antara besarnya beban penyusutan untuk tahun pertama pemakaian dengan beban penyusutan untuk tahun kedua pemakaian dan seterusnya. 3. Beban Penyusutan Yaitu pengakuan atas manfaat potensial dari suatu aktiva. Sifat beban penyusutan secara konsep tidak berbeda dengan beban yang mengakui pemanfaatan atas premi asuransi, ataupun sewa dibayar dimuka selama

16

periode berjalan. Beban penyusutan merupakan beban yang tidak memerlukan pengeluaran uang kas (non cash outlay expense).

I.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyusutan Menurut Santoso (2009:50) Untuk memperoleh besarnya beban penyusutan

priodik secara tepat dari pemakaian suatu aktiva, ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode, yaitu: 1. Harga Perolehan (Cost) Harga perolehan suatu aktiva mencakup seluruh pengeluaran yang terkait dengan perolehannya dan persiapannya sampai aktiva dapat digunakan. 2. Nilai Residu/Sisa (Residual or Salvage value) Nilai sisa merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aktiva tidak dipakai lagi. Dengan kata lain, nilai sisa ini mencerminkan nilai estimasi dimana aktiva dapat dijual kembali ketika aktiva tetap tersebut dihentikan dari pemakaiannya (pada saat estimasi masa manfaat aktiva berakhir). 3. Umur Ekonomis Menurut PSAK No. 17, umur ekonomis suatu aktiva tetap yang disusutkan atatu atas sekelompok aktiva yang sejenis (serupa) yang dapat disusutkan harus dapat diestimasi. Umur ekonomis aktiva dapat dinyatakan baik berdasarkan faktor estimasi waktu ataupun faktor estimasi penggunaan. Faktor waktu dapat berupa periode bulanan atau tahunan, sedangkan faktor pemakaian/penggunaan sering berupa jumlah jam operasional atau jumlah unit produksi (output)

17

yang dihasilkan dari aktiva tetap. Estimasi umur ekonomis memerlukan suatu pertimbangan (judgement) pihak manajemen yang pada umumnya berdasarkan pada pengalaman terhadap jenis-jenis aktiva yang serupa.

J.

Metode Penyusutan (Method of Depreciation) Menurut Hery (2008:260) menyatakan bahwa: Berbagai metode pengalokasian harga perolehan aktiva dapat digunakan oleh perusahaan berdasarkan pertimbangan dari pihak manajemen perusahaan sendiri. Metode apapun yang dipilih olehperusahaan harus dapat diterapkan secara konsisten dari periode ke periode. Metode alokasi harga perolehan harus diseleksi agar sedapat mungkin mendekati pola pemakaian aktiva yang bersangkutan.

Ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya beban penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.3). Dalam praktiknya, kebanyakan perusahaan akan memilih satu metode penyusutan dan akan menggunakannya untuk seluruh aktiva yang dimlikinya. Beberapa metode penyusutan tersebut yaitu: 1. Berdasarkan waktu a. b. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Metode pembebanan yang menurun Charge Method) (1) Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years digits method) (2) Metode Saldo Menurun (Declining balance method ) (3) Metode Saldo Menurun Ganda (double declining balance method). (dipercepat) (Recuding

18

2. Berdasarkan Penggunaan a. b. Metode Jam Pemakaian/Unit Jam Jasa (Service hours method) Metode Unit Produksi (Productive output method).

1. Berdasarkan Waktu a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Model metode garis lurus cukup sederhana. Metode ini

menghubungkan alokasi biaya dengan berlalunya waktu dan mengakui pembebanan periodik yang sama sepanjang umur aktiva. Menurut Baridwan (2004:309) perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus didasari pada anggapan-anggapan berikut ini: 1) Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional setiap periode. 2) Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap. 3) Kegunaan ekonomis berkurang karena terlewatnya waktu. 4) Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap.

Dengan adanya anggapan-anggapanseperti diatas, metode garis lurus sebaiknya digunakan untuk menghitung depresiasi gedung, mebel dan alat-alat kantor. Biaya depresiasi yang dihitung dengan cara ini

19

jumlahnya setiap periode tetap, tidak menghiraukan kegiatan dalam periode tersebut. Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan periodik dapat dihitung sebagai berikut:

Harga Perolehan Nilai Residu Penyusutan = Umur Ekonomis

b. Metode Pembebanan yang Menurun (dipercpat) (Recuding Charge Method) Metode ini terdiri atas mtode jumlah angka tahun, metode saldo menurun dan metode saldo menurun ganda. Beberapa kondisi yang memungkinkan penggunaan metode beban menurun adalah kontribusi jasa tahunan yang menurun, efisiensi operasi atau prestasi operasi yang menurun, terjadi kenaikan beban perbaikan dan pemeliharaan, turunnya aliran kas masuk atau pendapatan dan adanya ketidakpastian mengenai besarnya pendapatan dalam tahun-tahun belakangan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode ini dapat diterapkan pada kondisi-kondisi sebagai berikut: 1) Beban reparasi dan pemeliharaan meningkat 2) Efisiensi operasi dan pendapatan menurun 3) Ketidakpastian mengenai besarnya pendapatan selama tahun-tahun belakangan.

20

1) Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years digits method) Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam setiap tahun berikutnya. Perhitungannya dilakukan dengan

mengalikan suatu seri pecahan ke nilai perolehan aktiva yang dapat disusutkan. Besarnya nilai perolehan aktiva yang dapat disusutkan adalah selisih antara harga perolehan aktiva dengan estimasi nilai residunya. Pecahan yang dimaksud didasarkan pada masa manfaat aktiva bersangkutan. Pecahan yang digunakan, yaitu untuk pembilang (numenator) digunakan angka tahun berbanding terbalik dan penyebut

(denominator) merupakan jumlah angka tahun dapat dihitung sebagai berikut: n(n+1) S= 2 Keterangan: n = tahun

2) Metode Saldo Menurun (Declining balance method) Metode ini mengalokasikan penyusutan berdasarkan presentas umur ekonomis terhadap nilai buku (bukan Cost) aktiva yang bersangkutan (Book Value Approach), sehingga menghasilkan jumlah pembebanan penyusutan yang menurun.

21

Rumus Tarif:

Tarif = 1 HP Keterangan: NS = Nilai Sisa HP = Harga Perolehan

3) Metode Saldo Menurun Ganda (double declining balance method). Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan periodik yang menurun selama estimasi umur ekonomis aktiva. Metode ini pada hakekatnya sama dengan metode jumlah angka tahun dimana besarnya beban penyusutan akan menrun setiap tahunnya. Beban penyusutan periodik dihitung dengan cara mengalikan suatu tarif presentase (konstan) ke nilai buku aktiva yang kian menurun. Besarnya tarif penyusutan yang umum dipakai adalah dua kali tarif penyusutan garis lurus, sehingga dinamakan sebagai metode saldo menurun ganda. Rumus 100% Tarif = n Keterangan: n = Masa manfaat x2

22

2. Berdasarkan Penggunaan a. Metode Jam Pemakaian (Service Hours Method) Alokasi harga perolehan didasarkan pada jam pemakaian aktiva. Pembelian aktiva merupakan pembelian sejumlah jam pemakaian langsung. Metode ini menetapkan umur ekonomis suatu aktiva dalam satuan jam pemakaian (service hours). Harga perolehan yang disusutkan (depreciable cost) dibagi dengan taksiran jam pemakaian merupakan tarif penyusutan untuk setiap jam pemakaian aktiva tersebut. Metode ini digunakan berdasarkan asumsi sebagai berikut: 1) Nilai aktiva tetap menjadi berkurang karena penggunaan aktiva tetap dan bukan berlalunya waktu. 2) Keusangan bukan merupakan faktor penting dalam menetapkan usia aktiva. Kerusakan fisik dianggap lebih penting dari pada kusangan. Jika jasa suatu aktiva tidak digunakan dalam suatu tahun tertentu, maka tidak ada penyusutan yang harus dicatat. 3) Biaya reparasi dan pemeliharaan bersifat proporsional terhadap penggunaan. 4) Tingkat efisiensi operasi bersifat proporsional terhadap penggunaan yang berfluktuasi. 5) Pendapatan bersifat proporsional terhadap penggunaan aktiva. Rumus: HP - NS Penyusutan per jam = n

23

Keterangan: NS = Nilai Sisa HP = Harga Perolehan n = Taksiran Jam Jasa

b. Metode Unit Produksi (Productive output Method) Alokasi harga perolehan didasarkan pada asumsi bahwa aktiva yang diperoleh untuk sejumlah jasa yang dihasilkan dalam bentuk keluaran (output) produksi. Metode ini harus dapat mengestimasikan total output yang dihasilkan selama umur ekonomisnya. Harga perolehan yang disusutkan dibagi dengan taksiran total output yang dihasillkan akan diperoleh tarif penyusutan per unit output. Beban penyusutan periodik merupakan perkalian antara jumlah output yang dihasilkan pada periiode penyusutan dikalikan dengan tarif penyusutan per unit output. Metode ini digunakan berdasarkan asumsi sebagai berikut: 1) Nilai aktiva tetap menjadi berkurang karena penggunaan aktiva tetap dan bukan berlalunya waktu. 2) Keusangan bukan merupakan faktor penting dalam menetapkan usia aktiva. Kerusakan fisik dianggap lebih penting dari pada kusangan. Jika jasa suatu aktiva tidak digunakan dalam suatu tahun tertentu, maka tidak ada penyusutan yang harus dicatat. 3) Biaya reparasi dan pemeliharaan bersifat proporsional terhadap penggunaan.

24

4) Tingkat efisiensi operasi bersifat proporsional terhadap penggunaan yang berfluktuasi. 5) Pendapatan bersifat proporsional terhadap penggunaan aktiva. Rumus: HP - NS Penyusutan per jam = n Keterangan: NS = Nilai Sisa HP = Harga perolehan n = Taksiran Hasil Produksi

25

BAB II PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DI KOPERASI KESATUAN MASYARAKAT PESANGGERAHAN

2.1

Sejarah Umum Perusahaan Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan berdiri sejak tanggal 5 Maret 2002 secara sah. Merupakan badan ekstra struktural yang merupakan pelaksanaan di tingkat satker/ satminkal yang mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan perkoperasian dalam rangka menunjang kesejahteraan anggota masyarakat di lingkungan kelurahan pesanggerahan. Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan dengan Badan Hukum

yang dikeluarkan oleh Kakanlop Kota Madya Bandung dengan Nomor II7/a/BH/KWK.10/21 dengan klasifikasi A. Klasifikasi A diperoleh dari Kakanlop DT II pada tanggal 1 oktober 1993 yang merupakan salah satu prestasi yang diperoleh Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan. Primer Koperasi memiliki tujuan yang sama dengan koperasi umum lainnya hanya saja koperasi ini berada dilingkungan tersendiri, yaitu di lingkungan kelurahan pesanggerahan. Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan adalah koperasi fungsional dan Organisasi berbadan hukum yang bersifat gotong royong merupakan Badan usaha organik yang berupaya membantu masyarakat dalam mewujudkan peningkatan kesejahteraan bagi anggota Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan beserta keluarganya. Kegiatan koperasi mengacu pada program

26

kerja yang didasarkan pada anggaran pendapatan dan belanja yang telah di sepakati bersama. Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan memiliki 5 Unit usaha, di dalam unit usaha tersebut terdapat seorang Kepala unit dan beberapa pengurus lainnya adapun ke lima unit usaha tersebut terdiri dari unit toko, USIPA (Unit Simpan Pinjam), unit cucian mobil, unit cukur, unit Zi-Qua. Setiap pengurus telah memiliki tangggung jawab dan wewenang yang harus dilaksanakan dalam kegiatan kesehariannya. Komposisi anggota atau pengurus yang ada di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan yang terdiri dari Petani, Pedagang, Guru dan PNS yang telah memenuhi persyaratan dalam pengelolaan perkoperasian dalam mendukung seluruh kegiatannya sehari-hari secara terarah.

2.2

Profil Perusahaan Nama dan Tempat Nama Tempat No. Telephon No. Anggota : Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan : Jln. Cinangka Pesanggerahan Bandung : 022-2788196 : 44

Tanggal Didirikan : 5 Maret 2002

27

2.3

Tujuan Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan A. Membanu Lurah sandaran dalam rangka meningkatkan dan mewujudkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya dengan mempedulikan

lingkungan dan masyarakat dalam rangka mencapai masyarakat adil dan makmur. B. Meningkatkan pengetahuan anggota khususnya bidang koperasi melalui pembinaan teknik perkoperasian baik secara langsung maupun tidak langsung. C. Untuk mencapai sasaran tersebut diatas, Primkopad harus mengembangkan dan memupuk usaha-usaha berdasarkan prinsip-prinsip kemandirian.

2.4

Struktur Organisasi Organisasi merupakan kumpulan dari dua atau lebih yang melakukan aksi dan interaksi secara terus menerus guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama. Struktur organisasi adalah suatu pola hubungan yang terjadi antara kelompok kerja yang terdapat di organisasi tersebut yang dilakukan secara fomal, dengan kata lain struktur organisasi adalah seperangkat hubungan-hubungan formal yang terjadi dan telah direncanakan antara pengelompokan fungsi dan peranan masing-masing anggota organisasi, yang diharapkan adanya keteraturan antara fungsi tersebut dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

28

KETUA

BAMIN

JURLIS

SEKRETARIS

UR NIKKOP

UR USAHA

UR BENDAHARA

KEPALA TOKO

UNIT USAHA

UNIT CUCI SEWA GEDUNG

UNIT AIR ZIQUA

UNIT CUKUR

KEPALA GUDANG

PENGELOLA

KASIR

PELAYAN
29

Gambar 1 2.5 Unit-unit Kerja dan Tugas Dari struktur organisasi diatas, selanjutnya akan diuraikan mengenai tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja yang terdapat pada Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan : Ur Nikkop 1. Membuat rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja tahun berjalan serta mengumpulkan data-data usaha yang menguntungkan. 2. Melaksanakan fungsi koperasi sesuai tujuannya, yaitu membantu pimpinan untuk mensejahterakan anggota dan keluarganya. 3. Melaksanakan pelayanan bidang sosial kepada anggota Primkopad. 4. Melaksanakan pengadaan barang primer dan sekunder dengan syarat pembayaran ringan. 5. Melaksanakan pembukuan dan pengecekan barang konsinyasi yang menjadi hutang untuk dibayar bulan berikutnya. 6. Menghitung HPP untuk pengadaan barang yang masuk untuk dijual kepada anggota, perhitungan keuntungan disesuaikan Rencana kerja tahun 2011 yang di sahkan oleh RAT. 7. Membuat rencana operasional kerja kelancaran unit-unit usaha termasuk personel jabatan masing-masing. 8. Membuat laporan perkembangan bulanan, triwulan atau tutup tahun yang datanya diambil dari laporan keuangan komurben, bidang usaha dan unitunit usaha.

30

9. Setelah laporan terkumpul dari unit-unit usaha dan komurben serta komurus nikkop melaporkan kepada ketua untuk tindak lanjutnya.

A. Ur Usaha 1. Mengadakan pembelanjaan barang primer maupun sekunder yang dikoordinasikan dengan nikkop serta komurben.

B. Ur Bendahara 1. Membukukan buku harian, buku kas dan buku bank penerimaan dan pengeluaran uang sesuai nota atau kwitansi. 2. Mengambil dan mencairkan uang potongan di BRI. 3. Membukukan serta membuat laporan keuangan, rugi laba. 4. Melaporkan sisa kas setiap saat kepada nikkop, komurus serta ketua. 5. Menerima setoran uang dari unit-unit usaha untuk dibukukan dibuku masing-masing. 6. Untuk pengeluaran uang, baik membayar hutang, belanja barang, dan lainlain di koordinasikan dengan nikkop dan komurus.

31

C. Bakmin dan Pok Min Jurlis 1. Menyelenggarakan kegiatan administrasi umum. 2. Memasukan data melalui komputer. 3. Mengagendakan surat-menyurat. 4. Membuat produk surat (Sprin, St, Sk dll) serta laporan perkembangan bulanan, triwulan dan akhir tahun. 5. Membuat data-data tabungan anggota, piutang anggota dan tabungan anggota serta membuat potongan koperasi setiap bulannya setelah dikoordinasikan dengan nikkop, komurben dan komurus. 6. Menerima laporan piutang anggota dari unit usaha setiap hari, baik toko maupun cicilanuntuk dibukukan serta dimasukan ke komputer. 7. Mencatat dan membukukan buku tabungan anggota.

D. Kepala Unit Toko 1. Membuat pesanan barang untuk dijual kepada anggota primer atau sekunder kepada nikkop untuk dikoordinasikan dengan komurben dan komurus. 2. Menerima dan mengecek barang hasil pembelanjaan dari komurus untuk dijual. 3. Membuat unit toko menarik, rapi, bersih serta pelayanan kepada anggota yang nyaman.

32

4. Menyerahkan hasil jual tunai ke komurben, hasil jual bon ke pokmin serta membukukan cicilan kredit (khusus cicilan kredit setelah dibukukan kepala toko langsung diserahkan ke pokmin untuk masuk ke komputer). 5. Menerima pembayaran cicilan dan bon anggota yang langsung menyerahkan kwitansi dan uangnya kepada komuben. 6. Kepala toko bertanggung jawab kepada pelayan toko, kasir, kepala gudang, serta selalu membukukan pengeluaran barang yang diambil oleh anggota.

E. Unit USIPA 1. Menerima anggota yang mengajukan pinjaman Usipa sesuai dari Baminbamin kompi. 2. Mengajukan dana pinjaman usipa kepada nikkop yang di koordinasikan dengan komurben ssuai daftar pinjaman setiap bulannya, 3. Membukukan pinjaman dan pembayaran anggota serta menginput ke komputer. 4. Membuat laporan keuangan usipa setiap bulannya dan diserahkan melalui nikkop untuk diajukan kepada Kepala koperasi.

F. Unit Cucian dan Sewa 1. Membuat pembukuan pendapatan dan biaya cucian, kemudian diserahkan terlebih dahulu kepada nikkop untuk dicatat perkembangannya lalu kepada komurben.

33

2. Penyerahan hasil sewa ke komurben di koordinasikan kepada nikkop. 3. Merencanakan biaya rehab, perbaikan, dll, harus diajukan terlebih dahulu kepada nikkop untuk dilaporkan kepada kepala.

G. Unit Ziqua 1. Unit pelayanan air ziqua dijadikan unit tersendiri dan pelayanannya dipegang satu orang baik pembelian tunai, maupun bon dari anggota. 2. Membukukan pendapatan, biaya dan operasionalnya secara tersendiri.

2.6

Hasil Kegiatan A. Metode Penyusutan Aktiva Tetap yang diterapkan di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan Berdasarkan atas observasi yang telah dilakukan, penulis memperoleh data tentang metode penyusutan aktiva tetap yang diterapkan di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan. koperasi mengidentifikasikan aktiva tetap sebagai aktiva tetap berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun dahulu yang digunakan dalam operasi normal perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. Berdasarkan pengamatan, Primkopad mengklasifikasikan aktiva tetap yang dimiliki sebagai berikut : 1. Bangunan 2. Toko dan kantor

34

3. Mesin Air Ziqua Meskipun secara teoritis terdapat berbagai metode penyusutan, akan tetapi mengingat pertimbangan kepraktisan, dalam prosedur pembukuan Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan terdapat satu metode penyusutan yang diterapkan, yaitu Metode Garis Lurus (Straight Line). B. Perhitungan Penyusutan yang dilaksanakan di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan Penyusutan merupakan pembebanan biaya atas penggunaan aktiva untuk usaha Koperasi dengan masa manfaat lebih dari satu tahun buku. Biaya penyusutan tersebut dihitung dengan metode tertentu dan dibebankan selama taksiran masa manfaatnya. Saat permulaan perhitungan penyusutan tersebut adalah dalam tahun terjadinya pengeluaran untuk memperoleh aktiva tersebut. Meskipun demikian dalam hal-hal tertentu atas dasar pertimbangan kepraktisan jumlah pengeluaran untuk pembelian aktiva yang tidak habis dipakai dalam satu tahun buku akan tetapi nilainya relatif kecil, misalnya kurang dari satu juta rupiah dapat dibebankan langsung sebagai biaya pada tahun terjadinya

pengeluaran tersebut. Aktiva yang dapat disusutkan/depreciable, misalnya : Bangunan, mesin serta peralatan lainnya ataupun sumber alam. Pencatatannya lazimnya dilakukan menurut jumlah harga perolehannya. Penyusutan aktiva tetap harus dlakukan secara layak berdasar taksiran masa manfaatnya. Khususnya yang berlaku di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan, kebijaksanaan perhitungan penyusutan ini disusutkan dengan metode garis lurus (Straight Line Method) berdasarkan prosentase tetap nilai beli sebagai berikut :
35

Tabel 1 Tarif Penyusutan : Kelompok Harta 1. Gedung/Bangunan a. Permanen b. Semi Permanen 2. Bukan bangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Masa Manfaat Tarif Penyusutan berdasarkan Metode Garis Lurus 5% 10% 25% 12,50% 6,25% 5%

20 Tahun 10 Tahun 4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun

Keterangan : Kelompok 1: Mebel dan Peralatan dari kayu, kendaraan mobil, sepeda motor, harta tetap lainnya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 4 tahun. Kelompok 2 : Mebel dan Peralatan dari logam, Air condition, mesin kantor, foto copy, komputer dan yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 8 tahun. Kelompok 3 : Mesin-mesin untuk produksi dan yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 16 tahun. Kelompok 4 : Semua harta tetap berwujud yang tidak termasuk dalam kelomppok 1, 2 dan 3 tersebut diatas serta mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 20 tahun.

36

Tabel 2 Penyusutan Aktiva Tetap di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan Jenis Aktiva Bangunan Toko dan Kantor Total Tahun 2008 Jenis Aktiva Bangunan Toko dan Kantor Total Tahun 2009 Jenis Aktiva Bangunan Toko dan Kantor Total Tahun 2010 Jenis Aktiva Bangunan Toko dan Kantor Mesin Air Ziqua Total Tahun 2011 Jenis Aktiva Bangunan Toko dan Kantor Mesin Air Ziqua Total Harga Perolehan Rp.75.131.314 Rp.42.327.650 Rp.31.913.500 Beban Penyusutan/thn Rp. 4.722.312 Rp. 2.574.907 Rp. 6.577.375 Rp.13.874.594 Harga Perolehan Rp.75.131.314 Rp.28.125.150 Rp.28.020.000 Beban Penyusutan/thn Rp. 5.247.014 Rp. 3.159.528 Rp. 5.604.000 Rp.14.010.542 Harga Perolehan Rp.73.531.314 Rp.27.805.150 Beban Penyusutan/thn Rp.1.304.363 Rp.4.642.170 Rp.5.946.533 Harga Perolehan Rp.21.356.814 Rp.28.328.650 Beban Penyusutan/thn Rp.4.789.922 Rp.4.789.922 Harga Perolehan Rp.21.356.814 Rp.19.394150 Beban Penyusutan/thn Rp. 770.986 Rp.4.131.092 Rp.4.902.078

37

C. Kendala-kendala yang Mungkin Timbul Pada Saat perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap 1. Terdapat kesalahan dalam cara penerapan perhitungan penyusutan aktiva tetapnya, sehingga hasil yang timbul tidak sesuai dengan prosentase yang telah ditetapkan, serta ketidaktelitian dalam perhitungan penjumlahannya. 2. Terdapat pergantian pegawai, sehingga pihak yang menghitung penyusutan aktiva tetap tidak mengetahui dari awal perhitungannya, pihak tersebut hanya meneruskan apa yang sudah ada perhitungannya tanpa menghitung kembali. D. Upaya-upaya yang Harus Dilakukan Ketika Menghadapi Kendalakendala tersebut 1. Melakukan revisi penerapan perhitungan terhadap penyusutan aktiva tetap dan mencek ulang kembali perhitungan dalam prosentasenya serta di lakukan dengan teliti. 2. Melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan pegawai sebelumnya supaya tidak terjadi kesalahan yang berulang, sehingga datanya pun valid.

38

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Dari hasil observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: A. Akuntansi koperasi mengenai aktiva tetap tidak menyimpang dari Standar Akuntansi Keuangan (SAK). B. Metode penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan landasan teori. Mengingat pertimbangan kepraktisan, dalam prosedur pembukuan Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan terdapat satu metode penyusutan yang diterapkan, yaitu Metode Garis Lurus (Straight Line). C. Penyusutan merupakan pembebanan biaya atas penggunaan aktiva untuk usaha Koperasi dengan masa manfaat lebih dari satu tahun buku. Biaya penyusutan tersebut dihitung dengan metode tertentu dan dibebankan selama taksiran masa manfaatnya. Saat permulaan perhitungan penyusutan tersebut adalah dalam tahun terjadinya pengeluaran untuk memperoleh aktiva tersebut. D. Kendala-kendala yang timbul pada saat perhitungan penyusutan aktiva tetap, yaitu terdapat kesalahan dalam penerapan perhitungannya, kurang ketelitian dan terdapat pergantian pegawai. E. Upaya-upaya yang harus dilakukan ketika menghadapi kendala, yaitu dengan melakukan revisi terhadap penerapan perhitungan yang salah, mencek ulang

39

kembali dalam perhitungan prosentasenya dilakukan secara teliti, serta dapat melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan pegawai sebelumnya, sehingga akan menghasilkan data yang valid. 3.2 Saran Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di Koperasi Kesatuan Masyarakat Pesanggerahan penulis mengemukakan saran yang berhubungan dengan penerapan metode penyusutan aktiva tetap. A. Sebaiknya harus ada pegawai yang khusus dalam mengerjakan suatu perhitungan penyusutan aktiva tetap, B. Diadakan laporan penyusutan aktiva tetap secara tersendiri atau secara khusus dan dalam perhitungannya pun dicantumkan prosentasenya sehingga lebih jelas dan lebih real.

40

DAFTAR PUSTAKA

41

You might also like